Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

4.1. Pendekatan Aspek Fungsioal


4.1.1. Pendekatan Pelaku
Menurut Walter A. Rutes (1985:29) terdapat beberapa pembagian departemen dalam
pengelolaan suatu hotel yang dikoordinasikan dan dikendalikan oleh seorang general
manager dan dibantu oleh executive Assistant Manager. Adapun departemen‐
departemen yang dimaksud adalah:
a. Front Office Departemen
Bertugas menerima pesanan, memberikan pelayanan informasi menerima dan
mengakomodasikan pengunjung serta melaksanakan penerimaan dan
mengakomodasikan pengunjung.
b. Housekeeping Departemen
Berkewajiban menjaga kebersihan, kerapian, kelengkapan kamar‐kamar
pengunjung, restoran, bar, serta fasilitas‐fasilitas lainnya.
c. Food & Beverage Departemen
Bertugas menyediakan serta menyajikan makanan dan minuman untuk konsumsi
pengunjung hotel.
d. Enginering Departemen
Bertugas melaksanakan perencanaan, perancangan, pemasangan, dan
pemeliharaan kelengkapan fasilitas bangunan hotel tersebut.
e. Personal Departemen
Berkewajiban melaksanakan pemilihan dan pengadaan tenaga kerja hotel, juga
termasuk di dalamnya pemeliharaan moral, kesejahteraan tenaga kerja serta
peningkatan sumber daya manusianya.
f. Marketing Departemen
Bertugas mengelola keuangan termasuk pengaturan penerimaan dan
pengeluaran finansial hotel.
g. Security Departemen
Bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban lingkungan hotel
dan sekitarnya.
h. Other Operation Departemen
Departemen yang tidak termasuk dalam kelompok diatas antara lain seperti Bank,
Sport Club, Massage, Money Changer, Sauna, Diskotik, Bar, Retail, dan lain‐lain.

Berdasarkan pengamatan di lokasi dan hasil studi banding, terdapat bermacam


macam kegiatan yang berlangsung di dalam hotel. Menurut pelakunya, dibedakan
menjadai beberapa kegiatan antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pendekatan Pelaku dan Kegiatannya

Pelaku Kegiatan
Pengunjung
a. Tamu Menginap Pengunjung yang melakukan aktivitas menginap
dan menggunakan segala fasilitas yang dibutuhkan.
Kegiatan yang dilakukan membutuhkan tingkat
privasi dan kenyamanan yang tinggi.
b. Tamu Tidak Menginap Pengunjung yang hanya melakukan kegiatan
sementara tanpa menginap dan menikmati
fasilitas‐fasilitas yang terdapat di dalam hotel.
Kegiatan yang dilakukan tidak membutuhkan
tingkat privasi dan kenyamanan yang terlalu tinggi.
Pengelola
a. General Manager Pemegang jabatan tertinggi dan bertanggung jawab
atas seluruh divisi di bawahnya. Adapun kegiatan
yang dilakukan antara lain mengendalikan usaha,
memberikan arahan serta mengawasi pelaksanaan
seluruh kegiatan.
b. Assistant Manager Pengelola yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk menjalankan perintah yang
disampaiakn oleh general manager,
menyampaiakn laporan yang dibuat oleh para
kepala divisi serta mengambil alih tugas general
manager apabila sewaktu‐waktu berhalangan.
c. Sekretaris Pengelola yang bertugas membantu manager
dalam mengurus laporan dan mengelola jalannya
kegiatan.
d. Marketing Development Pengelola yang memiliki tugas untuk melakukan
pemasaran dan penjualan produk yang ditawarkan
dari pihak hotel, di antaranya kamar hotel, fasilitas
dan pelayanan yang tersedia.
e. Administration Departement Pengelola yang bertugas menangani keuangan hotel
dan mengolah hasil data operasional.
f. Security Staff Pengelola yang memiliki tugas untuk menjaga
keamanan hotel.
g. Engineering Departement Pengelola yang mengurus pemeliharaan dan
perawatan maintenance hotel.
h. Human Resource Kelompok pengelola yang memiliki tugas
Departement untuk mengatur ketenagakerjaan baik staff
maupun pelayanan hotel.
Pelayanan
a. Front Office Staff Bagian tempat informasi dan penerima tamu yang
memesan kamar hotel (check in dan check out),
penitipan barang, dan transaksi pembayaran.
b. Housekeeping Mengurus kebutuhan bagi kegiatan
kerumahtanggaan, menjaga kebersihan dan
kelengkapan kamar tamu dan restoran.
c. Storekeeper Menerima, menyimpan dan mengeluarkan
persediaan barang dari atau ke gudang, melakukan
pencatatan transaksi, mengurus jumlah barang
yang diterima dan keluar masuknya barang.
d. Food and Bagian yang mengurus makanan dan minuman,
Baverage menyediakan, menjual dan menyajikan makanan.
Coordinator
e. Room Boy Mengecek keadaan kamar pada permulaan,
kelengkapan dan kebersihan setiap kamar.
Mengurus linen, perlengkapan mandi dan lain‐
lainnya pada kamar.
Sumber : Analisa Pribadi dan Studi Banding, 2017

4.1.2. Pendekatan Aktifitas


Aktifitas dalam city hotel yang dimaksud disini adalah aktifitas yang terjadi sebagai
akibat dari pengunjung, pengelola dan pelayanan hotel. Berdasarkan pengamatan di
lokasi, hasil studi banding dan persyaratan teknis bangunan hotel, kegiatan‐kegiatan
yang berlangsung di dalam hotel dapat dikelompokkan menurut kegiatannya, antara
lain dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2. Pendekatan Pelaku dan Aktifitas pada Hotel

No. Pelaku Aktivitas


1 Tamu yang menginap ▪ Istirahat dan tidur
▪ Melakukan check in dan check out
▪ Makan dan minum
▪ Mandi dan menggunakan toilet
▪ Membeli barang
▪ Menggunakan fasilitas yang ada di hotel
▪ Mengadakan pertemuan bisnis, seminar
atau acara resmi perusahaan
▪ Menukarkan uang, memesan tiket,
memesan taksi
▪ Parkir
2 ▪ Makan dan minum
▪ Menunggu dan bertemu tamu
▪ Menggunakan toilet
▪ Membeli barang
▪ Menggunakan fasilitas yang ada di hotel
▪ Melakukan reservasi kamar/fasilitas hotel
▪ Kegiatan berbelanja
▪ Parkir
3 General Manager & Assistant ▪ Mengatur dan mengelola operasional hotel
General Manager ▪ Mengadakan rapat dan pertemuan
▪ Makan dan minum
▪ Menggunakan toilet
4 Administration Department ▪ Membuat laporan pembukuan
▪ Makan dan minum
▪ Menggunakan toilet
5 Marketing Department ▪ Menentukan harga kamar maupun ruang
pertemuan
▪ Makan dan minum
▪ Menggunakan toilet
6 Front Office Department  Memberikan informasi umum mengenai
hotel
 Melayani pemesanan kamar maupun ruang
pertemuan
 Melayani proses check‐in dan check‐out
tamu yang menginap
 Melayani pembayaran kamar dan ruang
pertemuan
 Makan dan minum
 Menggunakan toilet
7 Housekeeping Department ▪ Membersihkan kamar dan ruang
pertemuan
▪ Membersihkan fasilitas penunjang
▪ Menjaga kebersihan dan kelancaran
pelayanan operasional hotel
▪ Melayani laundry & dry cleaning
▪ Berganti pakaian
▪ Makan dan minum
▪ Menggunakan toilet
8 Food and Beverage • Memasak
Department • Menyajikan makanan dan minuman
• Mencuci peralatan masak
• Melayani pemesanan makanan dan
minuman
▪ Berganti pakaian
▪ Makan dan minum
▪ Menggunakan toilet
9 Engineering Department ▪ Memelihara dan memperbaiki seluruh aset
perlengkapan mekanik dan elektronik di
hotel
▪ Mengelola listrik, gas, dan air
▪ Makan dan minum
▪ Menggunakan toilet
10 Human Resource ▪ Menjaga keamanan baik didalam maupun
Department diluar hotel
▪ Istirahat
▪ Makan dan minum
▪ Menggunakan toilet
Sumber : Analisa Pribadi dan Studi Banding, 2017

4.1.3. Pendekatan Kapasitas Pengguna dan Pengelola Hotel


a. Perhitungan Jumlah Kamar dari Data Wisatawan
Berikut adalah data jumlah kunjungan wisatawan baik domestic maupun asing
yang menginap di hotel berbintang di Semarang tahun 2011 hingga 2015 yang
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Jumlah Wisatawan Menginap di Hotel

Menginap di Hotel
Tahun Jumlah
Domestik Asing
2011 714.263 23.468 737.731
2012 755.735 29.200 784.935
2013 787.207 28.208 815.415
2014 977.235 36.598 1.013.833
2015 1.156.541 37.647 1.194.188
Jumlah 4.390.981 155.121 4.564.102
Rata ‐ rata 878.196 31.024 909.220
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2015

Maka untuk mengetahui jumlah wisatawan domestic maupun asing yang akan
menginap di hotel berbintang tahun 2020, dimana kecenderungan pertumbuha
selama 5 tahun, diperlukan proyeksi laju pertumbuhan. Angka tersebut dapat
diketahui dengan rumus sebagai berikut :
m
Pm = Po + (Pn – Po)
n
Keterangan :
Pm = jumlah pada tahun m
Po = jumlah pada tahun dasar
Pn = jumlah pada tahun akhir
m = selisih
n = selisih tahun dari data pada tahun akhir dan tahun dasar
Pada tahun 2015 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Semarang dan menginap
di hotel berbintang di Semarang sebanyak 1.194.188 wisatawan dan sebanyak
737.731 wisatawan menginap di hotel berbintang pada tahun 2011. Maka untuk
menghitung proyeksi pertumbuhan wisatawan yang menginap di hotel pada tahun
2020 didapatkan persamaan berikut :
Pm = jumlah wisatawan pada tahun 2020
P2011 = 737.731 wisatawan
P2015 = 1.194.188 wisatawan
m = 2020 – 2011 = 9 tahun
N = 2015 – 2011 = 4 tahun

Jadi, proyeksi jumlah wisatawan yang menginap di hotel berbintang di Kota


Semarang pada tahun 2020 mencapai 1.764.759 wisatawan.
Untuk mengetahui tingkat penghunian kamar hotel berbintang di Kota Semarang
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4. Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang Tahun 2011‐2014


Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5
Tahun 2012 13.45 % 23.20 % 20.30 % 21.45 % 21.60 %
Tahun 2013 13.60 % 22.05 % 20.45 % 21.95 % 21.95 %
Tahun 2014 14.30 % 20.45 % 21.65 % 22.15 % 21.45 %
Tahun 2015 14.45 % 19.05 % 22.05 % 22.50 % 21.95 %
Rata‐rata
13.95 % 21.19 % 21.11 % 22.01 % 21.74 %
per tahun
Sumber : Badam Pusat Statistik Kota Semarang Tahun 2015

Dari data pada Tabel 4.4 diatas Presentase rata‐rata wisatawan yang menginap di
hotel bintang empat pada tahun 2012‐2015 sebesar 22.01 %. Maka pada tahun 2020
jumlah wisatawan yangmenginap di hotel bintang empat adalah :
ܲ2020 = 1.764.759 ‫ ݔ‬22.01 %
ܲ2020 = 388,423 wisatawan
Jadi, jumlah wisatawan yang menginap di hotel berbintang empat di Kota Semarang
pada tahun 2020 yaitu 388,423 wisatawan.
Untuk mengetahui rata‐rata menginap wisatawan di hotel berbintang di Semarang
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5. Rata‐rata lama Menginap di Hotel Berbintang Tahun 2011‐2014
Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5
Tahun 2011 1.29 1.52 1.53 1.37 1.25
Tahun 2012 1.32 1.34 1.42 1.57 1.49
Tahun 2013 1.28 1.5 1.52 1.60 1.54
Tahun 2014 1.31 1.47 1.49 1.64 1.62
Rata‐rata 1.30 1.46 1.49 1.55 1.48
per tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang Tahun 2015

Rata‐rata menginap di hotel bintang empat di Kota Semarang yaitu selama 1.55
hari. Maka dalam waktu satu tahun = 356 ݄ܽ‫ݎ‬i = 235.48 hari.
1.55 ݄ܽ‫݅ݎ‬
Sehingga pada tahun 2020, kamar yang dibutuhkan wisatawan setiap tahunnya
adalah sebagai berikut :
݆‫݊ݑ݄ܽݐ ݊ܽݓܽݐܽݏ݅ݓ ݄݈ܽ݉ݑ‬
ܲ2020 =
݈ܽ݉ܽ ‫ ݊ݑ݄ܽݐ ݌ܽ݊݅݃݊݁݉ ݊ܽݓܽݐܽݏ݅ݓ‬2020
388,423
ܲ2020 =
235.48
ܲ2020 = ૚. ૟૝ૢ ࢑ࢇ࢓ࢇ࢘

Sedangkan perkiraan kamar pada tahun 2020 berdasarkan rasio perbandingan


antara jumlah wisatawan yang menginap di hotel bintang empat dengan jumlah
kamar yang tersedia tiap tahunnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6. Perbandingan Jumlah Wisatawan Hotel Bintang Empat dengan Jumlah Kamar Hotel
Bintang Empat di Semarang
Jumlah Wisatawan Jumlah Kamar Rasio
Tahun 2011 150.865 520 290.12
Tahun 2012 172.293 596 288.63
Tahun 2013 180.614 629 287.14
Tahun 2014 228.112 785 290.59
Rata‐rata Perbandingan 289.12
Sumber : PHRI Jawa Tengah, 2015

Berdasarkan rata‐rata rasio berbandingan di atas, maka pada tahun 2020 kamar
yang tersedia sebanyak :

ܲ2020 = ݆‫ ݊ݑ݄ܽݐ ݊ܽݓܽݐܽݏ݅ݓ ݄݈ܽ݉ݑ‬2020


ܴܽ‫ ܽݐ‬− ‫݈݁ݐ݋ܪ ݎܽ݉ܽܭ ݊ܽ݃݊݁݀ ݊ܽݓܽݐܽݏܹ݅ ܾ݊ܽ݃݊݅݀݊ܽݎ݁ܲ ܽݐܽݎ‬
388,423
ܲ2020 =
289.12
ܲ2020 = 1.343 ࢑ࢇ࢓ࢇ࢘

Sehingga selisih antara kamar yang dibutuhkan wisatawan pada tahun 2020
dengan ketersediaan kamar pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :
ܲ2020 = 1.649 ݇ܽ݉ܽ‫ ݎ‬− 1.343 ݇ܽ݉ܽ‫ = ݎ‬૜૙૟ ࢑ࢇ࢓ࢇ࢘
Maka kekurangan kamar pada hotel bintang empat di Kota Semarang pada tahun
2020 sebanyak 306 unit kamar. Berdasarkan (Marlina, 2008) perbandingan kamar
hotel bintang empat tipe standart dan suite adalah 50:3. Oleh Karena
perbandingan tersebut dan untuk mencukupi kebutuhan kamar hotel di tahun
2020, maka jumlah kamar hotel untuk City Hotel Bintang Empat di Semarang
adalah 150 : 9 unit kamar. Angka 150 : 9 diambil karena pada rata‐rata jumlah
kamar hotel objek studi banding yaitu 145 kamar, maka perbandingan itu yang
paling mendekati dengan rasio pada persyaratan hotel bintang empat itu sendiri.
Sehingga jumlah kamar yang akan dirancang mengacu juga terhadap studi banding
yaitu sebanyak 159 kamar. Penentuan tipe kamar mengacu pada objek studi
banding dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7. Perhitungan Jumlah Tipe Kamar


Type a Type b Type c Type d
Nama Hotel
2 jml m2 jml m2 jml m2 jml

Emerald Oak Tree 24 120 28 37 36 12 48 1


MG Suites 43 54 48 16 67 13 83 20
Star Hotel 20 145 41 2 44 5 65 1
Santika 20 110 28 8 36 4 48 2
Novotel 28 87 32 69 28 14 74 4
Total 135 516 177 132 211 48 318 28
Rata‐Rata 27 103.2 35.4 26.4 42.2 9.6 63.6 5.6
Total rata‐rata
144.8
jumlah kamar
Sumber : Analisa Pribadi, 2017

b. Perhitungan Tipe Kamar


Dari data‐data yang diperoleh mengenai tipe kamar pada hasil studi banding dapat dibedakan
dengan perbandingan yang terdapat pada Tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8. Perbandingan Tipe Kamar
Nama Hotel Emerald Oak Tree MG Suites Star Hotel Santika Novotel
‐ Deluxe Room ‐ Business Suite ‐ Superior Room ‐ Deluxe Room ‐ Standard
120 unit (24m2) 54 unit (43 m2) 60 unit (20 m2) 110 unit (20 m2) 87 unit (28
‐Executive Room ‐ Executive Suite ‐ Deluxe Room ‐ Premiere m2)
37 unit (28 m2) 16 unit (48 m2) 185 unit (20m2) Room ‐ Executive
14 unit (28
Tipe Kamar ‐ Suite Room ‐ Maven Suite ‐ Junior Suite 8 unit (28 m2)
Queen m2)
12 unit (36 m2) 13 unit (67 m2) ‐Executive Suite
‐ President Suite ‐ Family Suite 4 unit (41 m2) Room ‐ Superior
Room ‐ Junior Suite King 69 unit
20 unit (83 m2) 3 unit (36 m2)
1 unit (48 m2)
2
5 unit (44 m ) ‐ Premiere Suite (32m2)
‐ Suite Room ‐ Suite
2
1 unit (65 m ) 2 unit (48 m2) 4 unit (74 m2)

Sumber : Analisa Pribadi, 2017

Dari hasil sudi banding pada tabel di atas, dapat direncanakan tipe kamar yang paling banyak
disediakan yaitu :
Tabel 4.9. Rencana Tipe dan Jenis Kamar
No. Tipe Kamar Fasilitas
1. Deluxe Room Kamar tidur dengan ukuran 28 m2, queen size
bed atau double single bed, mini sofa, lemari,
televise, kamar mandi dalam dengan shower,
balkon, kapasitas 2 orang.
2. Executive Room Kamar tidur dengan ukuran 32 m2, king size bed,
mini sofa, lemari, televisi, kamar mandi dalam
dengan bathup/shower, balkon, kapasitas 2
orang.
3. Junior Suite Room Kamar tidur dengan ukuran 48 m2, king size bed,
sofa duduk, lemari, televisi, meja kerja, coffe
table, kamar mandi dalam dengan
bathup/shower, balkon, pantry, kapasitas 2‐3
orang.
4. Executive Suite Room Kamar tidur dengan ukuran 64 m2, king size bed,
sofa bed, sofa duduk, ruang duduk, meja kerja,
coffe table, dapur mini, lemari, televisi, balkon,
kamar mandi dalam dengan bathup/shower,
balkon, pantry, kapasitas 2‐4 orang.
Sumber : Analisa Pribadi, 2017

Rasio perbandingan dari tipe‐tipe kamar berdasarkan data yang didapatkan dari study
banding adalah sebagai berikut :
Deluxe room : Executive Room : Junior Suite Room : Executive Suite Room
56% : 38% : 4% : 2%
Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
• Deluxe Room = 56% x 159 kamar = 90 unit
• Executive Room = 38% x 159 kamar = 60 unit
• Junior Suite Room = 4% x 159 kamar = 6 unit
• Executive Suite Room = 2% x 159 kamar = 3 unit
Dengan demikian, akan dirancang Deluxe Room sebanyak 90 unit, Executive Room sebanyak
60 unit, Junior Suite Room sebanyak 6 unit dan Executive Suite Room sebanyak 3 unit.

c. Perhitungan Jumlah Pengelola dari Hasil Studi Banding


Berdasarkan (Pamulia, 2015), rasio karyawan hotel harus dipadatkan. Apabila semula
rasio kamar dengan jumlah karyawan antara 1 : 1,4 sampai 1,8 masih dikatakan wajar. Maka,
untuk hotel bintang 3 rasio harus bisa mencapai angka 1 : 0,9. Sedangkan untuk hotel bintang
4 rasio antara 1 : 0,9 sampai 1 :1.
Rasio perbandingan jumlah unit kamar yang akan direncanakan dengan karyawan adalah
1 : 0.9 atau dapat diartikan 1 kamar dilayani oleh 0.9 karyawan. Jadi, dengan kapasitas 159
kamar maka karyawan yang dibutuhkan adalah 159 x 0.9 = 143.1 karyawan atau dibulatkan
menjadi 143 karyawan,dalam kesimpulan perhitunganya dapat dilihat pada Tabel 4.10 :
Tabel 4.10. Jumlah Pengelola Hotel
Pengelola Jumlah Karyawan
a. General Manager 1
b. Assistant General Manager 1
c. Sekretaris 1
d. Administration Department
▪ Kepala Administrasi 1
61 Cost Control 5
▪ Staff 5
e. Marketing Department
4 Marketing Manager 1
 Staff 5
f. Front Office Department
▪ Kepala Departemen 1
• Receptionist 5
• Reservation 5
• Operator 5
• Bell Boy 8
g. Housekeeping Department
• Manager 1
• Houseman 30
• Laundry 5
• Gardener 5
h. Food and Beverage Department
• Food Serving Manager 1
• Cook 8
• Waiter / Waitress 5
• Cashier 4
i. Engineering Department
• Kepala Dep. Engineering 1
• Electrical Mechanical 5
• Plumber 5
j. Human Resource Department
• Personal Manager 1
• Staff 10
k. Security Staff
• Kepala Departemen Security 1
• Security 5
Total 143
Sumber : Analisa Pribadi, 2017

4.1.4. Pendekatan Kebutuhan Ruang


Analisis kebutuhan dan fungsi ruang berdasarkan kegiatan yang terjadi dalam hotel dapat
dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11. Pendekatan Kebutuhan Ruang

Jenis Ruang Kebutuhan Fungsi Sifat


Kelompok Kegiatan Penerima
▪ Ruang Penerimaan Hall Ruang transisi dari area pintu Publik
masuk ke fasilitas yang ada di
dalam hotel.
 Lobby Ruang penerima tamu yang Publik
 Lavatory baru datang, ruang pengantar
bagi tamu yang meninggalkan
hotel dan sebagai pusat
orientasi bagi ruang‐ruang
lain.
Ruang duduk Ruang duduk secara bebas dan Publik
(Lounge) sebagai perantara ke restoran
atau ruang‐ruang yang
disewakan.
Front Office Ruang informasi, ruang Publik
▪ Front Counter penerima tamu yang memesan
Desk kamar maupun ruang
▪ Receptionist pertemuan, dilengkapi dengan
▪ Reservation ruang kasir dan penitipan
▪ Penitipan barang tamu.
Barang
▪ Kasir
Ruang yang Ruang komersil seperti Publik
disewakan souvenir shop, butik, dan
money changer.
Parking Area Tempat parkir bagi seluruh Publik
 Parkir mobil tamu dan pengelola hotel.
 Parkir motor
 Parkir pengelola
 Security office
Kelompok Kegiatan Utama
 Hotel Deluxe Room Ruang istirahat tamu hotel Privat
Executive Room Ruang istirahat tamu hotel Privat
Suite Room Ruang istirahat tamu hotel Privat
Executive Suite Ruang istirahat tamu hotel Privat
Room
Kelompok Kegiatan Penunjang
▪ Meeting Room Ruang Pertemuan Ruang penjamuan dan ruang Publik
/ Ruang Rapat berkumpul.
62 Function Room Ruang Serbaguna Ruang untuk acara tertentu Publik
yang tidak mengharuskan
tamu menginap.
▪ Restaurant ▪ Ruang Makan Ruang makan dan minum. Publik
▪ Ruang Saji
▪ Coffee Shop
▪ Mini bar
▪ Dapur
▪ Lavatory
 Sport Area ▪ Kolam Renang Sarana olahraga untuk tamu Semi
▪ Gym yang menginap di hotel. Publik
▪ Ruang Ganti
▪ Loker
▪ Lavatory
• Kids Club • Playground Area untuk bermain anak‐anak
permaiann usia 5‐12 tahun
anak‐anak
• Mushola Sarana ibadah. Publik
Kelompok Kegiatan Pengelola
• Office • General Menampung kegiatan dari Privat
Manager pengelola hotel.
• Asisten General
Manager
• Administration
• Marketing
• Engineering
• HRD
• Penunjang Office • Meeting Room Menampung kegiatan dari Privat
• Lavatory pengelola hotel.
• Mushola
• Pantry
• Uniform Room/
Loker
Kelompok Kegiatan Pelayanan
• Housekeeping • Laundry room Ruang untuk melayani Servis
• Janitor kebutuhan kegiatan
• Lost & Found kerumahtanggaan hotel.
Room
• Ruang Linen
• Staff Room • Loker Ruang penyimpanan barang Privat
• Ruang Ganti dan ruang ganti pakaian bagi
• Pantry staff hotel.
▪ Mushola
63 Dapur ▪ Dapur Utama Ruang untuk memasak dan Servis
▪ Cold Storage mempersiapkan makanan bagi
▪ Gudang tamu maupun pengelola hotel.
5 Gudang  Gudang Ruang untuk menyimpan Servis
Peralatan & barang.
Perlengkapan
 Loading Dock
▪ Engineering Room • Ruang Genset Menampung kegiatan Servis
• Ruang Panel pemeliharaan dan
Listrik maintenance hotel.
• Ruang Pompa
Air
• Ruang Sampah
• PABX
Sumber : Analisa Pribadi, 2017

4.1.5. Pendekatan Persyaratan Ruang


Analisis persyaratan ruang berdasarkan fungsi dari jenis ruangnya dapat dilihat pada tabel
4.12 berikut :
Tabel 4.12. Pendekatan Persyaratan Ruang
Ruang Persyaratan
Kelompok Kegiatan Penerima
▪ Hall Menciptakan suasana akrab dan sebagai point of
interest.
▪ Lobby
▪ Lounge Menciptakan suasana menerima, menarik dan
eksklusif.
▪ Front Office
Memiliki kesan yang luas dan tertata.
 Ruang Keamanan
▪ Ruang yang disewakan
• Lavatory Harus bersih dan kering.
• Parking Area Luas dengan sirkulasi yang baik untuk manuver
kendaraan.
Kelompok Kegiatan Utama
Superior Room
Deluxe Room Terhindar dari kebisingan baik dari dalam maupun
Junior Suite luar.
Executive Suite
Kelompok Kegiatan Penunjang
• Meeting Room Eksklusif dan memiliki pintu masuk yang terpisah
• Function Room dari lobby.
• Restoran Memiliki kesan santai, akrab dan bersih.
• Sport Area Lokasi mudah dijangkau.
▪ Mushola
Kelompok Kegiatan Pengelola
▪General Manager Office
▪ Assistant General
Manager Office
Terpisah dari area tamu namun tetap mudah
 Administration Office
 Marketing Office untuk dicapai.
▪ Engineering Office
• HRD Office
• Meeting Room
Kelompok Kegiatan Pelayanan
• Staff Room Terpisah dari area tamu namun tetap mudah
• Gudang untuk dicapai.
• Dapur Elemen peralatan dapur sebaiknya menggunakan
bahan yang tahan panas, kedap air, mudah
dibersihkan dan tidak licin.
• Ruang Mekanikal Berada di core.
Sumber : Analisa Pribadi, 2017

4.1.6. Pendekatan Besaran Ruang Hotel


Pendekatan program ruang diakukan dengan melihat standar besaran ruang dan kapasitas
dari ruang‐ruang yang ada. Standar besaran ruang yang digunakan dalam perencanaan
diperoleh dari beberapa sumber, dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut :
Tabel 4.13. Acuan Sumber Standart Besaran Ruang
No. Acuan Simbol
1. Ernest Neufert. 1992. Data Arsitek jilid 1 dan 2. Erlangga: Jakarta. DA
2. Lawson, Fred. 1995. Hotels and Resort Planning Design and HR
Refurbisment. England: Butterworth Architecture.
3. Rutes, Walter and Richars Panner. 1985. Hotel Planning HD
and Design. London: Architectural Press.
4. Joseph de Chiara & John Callender. 1973. Time Saver TSS
Standards for Building Types. New York: Mc Graw Hill.
5. Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan PBK
Komersial. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
6. Surat Keputusan Dinas Pariwisata No. 14/U/II/88 tentang SK
Pelaksanaan Ketentuan Usaha dan Pengelolaan Hotel
7. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor DJPD
272/HK.105/DRJD/96 mengenai Pedoman Perencanaan dan
Pengoperasian Fasilitas Parkir.
8. Studi Banding SB
9. Asumsi AS
Sumber : Analisa Pribadi, 2017

Di dalam menghitung program ruang perlu diperhatikan sirkulasi (flow), sirkulasi berdasarkan
tingkat kenyamanan yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.14 :
Tabel 4.14. Presentase Sirkulasi Ruang

No. Presentase Keterangan


1. 5‐10% Standar minimum
2. 20% Kebutuhan keluasaan sirkulasi
3. 30% Kebutuhan kenyamanan fisik
4. 40% Tuntutan kenyamanan psikologis
5. 50% Tuntutan spesifik kegiatan
6. 70‐100% Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Sumber : Time Saver Standart of Building, 1973
Berikut ini adalah pendekatan program ruang pada City Hotel Bintang Empat di Semarang :
Tabel 4.15. Pendekatan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Publik
Jenis Ruang Standar Besaran Kapasitas Perhitungan Luas Sumber
Kelompok Kegiatan Penerima
Hall 0,8m²/orang 200 orang 0,8 m² x 200 = 160 m² TSS
Drop off Radius putar 8m 1 unit 1 x 8 m = 8 m² DA
Total Luas 168 m²
Sirkulasi 40 % 67,2 m²
Total 235,2 m²
Lobby 1m²/kamar 159 1 m² x 159 = 159 m² HRP
kamar
Lounge 0,4m²/kamar 159 0,4m² x 159 = 63,6 m² HRP
kamar
Lavatory
‐ Pria 1,7m²/orang 3 orang 1,7m² x 3 = 5,1 m² DA
‐ Urinoir 0,7m²/unit 3 unit 0,7m² x 3 = 2,1 m² DA
‐ Wanita 1,7m²/orang 3 orang 1,7m² x 3 = 5,1 m² DA
‐ Wastafel 1 m²/unit 3 unit 1 m² x 3 = 3 m² DA
Total = 15,3 m²
Front Office 0,3 m²/jml kamar 159 0,3 m² x 159 = 47.7 m² TSS
kamar
Rented Area
‐ Souvenir Shop 0.3 m²/jml kamar 1 unit 0,3 m² x 159 x 1 = 47,7 TSS
‐ Tour agency 0.2 m²/jml kamar 1 unit 0,2 m² x 159 x 1 = 31,8 TSS
‐ Money 0.2 m²/jml kamar 1 unit 0,2 m² x 159 x 1 = 31,8 HRP
Changer
Total = 111,3 m²
Jumlah 396,9 m²
Sirkulasi 30 % 119,07 m²
Jumlah Keseluruhan 515,97 m²
Sumber : Analisa Pribadi, 2017
Tabel 4.16. Pendekatan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama
Jenis Ruang Standar Besaran Kapasitas Perhitungan Luas Sumber
Kelompok Kegiatan Utama
DELUXE ROOM
Kamar Tidur
▪ King Size Bed 2m x 2m 1 unit 4m² x 1 = 4 m² SB
▪ Nakas 0,6 m x 0,6 m 2 unit 0,36m² x 2 = 0,72 m²
▪ Lemari 0,6 m x 1,2 m 1 unit 0,72m² x 1 = 0,72 m²
▪ Meja rias+kursi 0,75 m x 1,5 m 1 unit 1,125m² x 1 = 1,125 m²
Jumlah = 6,565 m²
Flow Area 100%= 6,565 m²
Total = 13,13 m²
Lavatory
▪ Kloset duduk 0,65 m x 0,55 m 1 unit 0,36m² x 1 = 0,36m²
▪ Shower 0,9 m x 0,9 m 1 unit 0,81m² x 1 = 0,81 m²
0,8 m x 1,7 m 1 unit 1,36m² x 1 = 1,36 m²
▪ Bathub
0,4 m x 0,4 m 1 unit 0,16m² x 1 = 0,16 m²
▪ Wastafel
Jumlah = 2,69 m²
Flow area 100% = 2,69 m²
Total = 5,38 m²
Jumlah 18.51 m²
Sirkulasi 30 % 5.55 m²
Total 24,06 m² ∞ 24 m²
Jumlah Deluxe Room = 90 unit 24 m² x 90 = 2.160 m²
EXECUTIVE ROOM
Kamar Tidur
▪ King Size Bed 2m x 2m 2 unit 4m² x 1 = 4 m² SB
▪ Nakas 0,6 m x 0,6 m 3 unit 0,36m² x 2 = 0,72 m²
▪ Lemari 0,6 m x 1,2 m 1 unit 0,72m² x 1 = 0,72 m²
▪ Meja rias+kursi 0,75 m x 1,5 m 1 unit 1,125m² x 1 = 1,125 m²
▪ Coffee Table 1mx1m 1 unit 1m² x 1 = 1 m²
▪ Sofa 1,5 m x 0,8 m 1 unit 1,2m² x 1 = 1,2 m²
Jumlah = 8,765 m²
Flow Area 100%= 8,765 m²
Total = 17,53 m²
Lavatory
0,65 m x 0,55 m 1 unit 0,36m² x 1 = 0,36 m²
▪ Kloset duduk
0,9 m x 0,9 m 1 unit 0,81m² x 1 = 0,81 m²
▪ Shower
0,8 m x 1,7 m 1 unit 1,36m² x 1 = 1,36 m²
▪ Bathub
0,4 m x 0,4 m 1 unit 0,16m² x 1 = 0,16 m²
▪ Wastafel
Jumlah = 2.69 m²
Flow area 100% = 2.69 m²
Total = 5,38m²
Balcony 1mx2m 1 unit 2 m² x 1 = 2m²
Jumlah 24,91 m²
Sirkulasi 30 % 7,47 m²
Total 32,38 m² ∞ 32 m²
Jumlah Executive Room = 60 unit 32 m² x 60 = 1.920 m²
JUNIOR SUITE ROOM
Kamar Tidur
‐ King Size Bed 2mx2m 1 unit 4m² x 1 = 4 m² SB
‐ Nakas 0,6 m x 0,6 m 2 unit 1,2m² x 2 = 2,4 m²
‐ Lemari 0,6 m x 1,2 m 1 unit 0,72m² x 1 = 0,72 m²
‐ Meja rias+kursi 0,75 m x 1,5 m 1 unit 1,125m² x 1 = 1,125 m²
‐ Coffee Table 1mx1m 1 unit 1m² x 2 = 1 m²
‐ Soffa bed 2 m x 0,8 m 2 unit 1,6m² x 1 = 1,6 m²
‐ Long sofa 1,5 m x 0,8 m 1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m²
‐ Meja 1,6 mx 0,8 m 1 unit 1,28 m² x 1 = 1, 28 m²
‐ Kursi kerja 0,8 m x 0,8 m 1 unit 0,64 m² x 1 = 0,64 m²
Jumlah = 12,285 m²
Flow Area 100% =
12,285m²
Total =23,28m²
Lavatory
‐ Kloset duduk 0,65 m x 0,55 m 1 unit 0,36m² x 1 = 0,36m²
‐ Shower 0,9 m x 0,9 m 1 unit 0,81m² x 1 = 0,81m²
‐ Bathub 0,8 m x 1,7 m 1 unit 1,36m² x 1 = 1,36m²
‐ Wastafel 0,4 m x 0,4 m 1 unit 0,16m² x 1 = 0,16m²
Jumlah = 2.69m²
Flow Area 100% = 2,69m²
Total = 5,38m²
Balcony
‐ Meja 0,6 m x 0,6 m 1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m²
‐ Kursi 0,8 m x 0,6 m 1 unit 0,48 m² x 2 = 0,96 m²
Jumlah = 1,32 m²
Flow Area 100% = 1,32 m²
Total = 2,64 m²
Jumlah 37,23 m²
Sirkulasi 30 % 11,169 m²
Total 48,39 m² ∞ 48 m²
Jumlah Junior Suite Room = 6 unit 48 m² x 6 – 288 m²

EXECUTIVE SUITE ROOM


Kamar Tidur
‐ King Size Bed 2mx2m 1 unit 4 m² x 1 = 4 m² SB
‐ Nakas 0,6 m x 0,6 m 2 unit 0,36 m² x 2= 0,72 m²
‐ Lemari 0,6 m x 1,2 m 2 unit 0,72 m² x 2 = 1,44 m²
‐ Meja rias+kursi 0,75 m x 1,5 m 1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125 m²
‐ Sofa bed 2 m x 0,8 1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m²
‐ Mini sofa 0,8 m x 0,8 m 2 unit 0,64 m² x 2 = 1,28 m²
‐ Meja 0,6 m x 0,6 m 1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m²
‐ Meja+kursi 1,6 m x 0,8 m 1 unit 1,28 m² x 1 = 1.28 m²
kerja 0,8 m x 0,8 m 1 unit 0,64 m² x 1 = 0,64 m²
Jumlah = 11,725 m²
Flow Area 100% =11,725 m²
Total = 23,45 m²
Living Room
‐ Sofa 1,5 m x 0,8 m 1 unit 1,2m² x 1 = 1,2 m²
‐ Mini sofa 0,8 m x 0,8 m 2 unit 0,64 m² x 2 = 1,28 m²
‐ Meja 1 m x 0,6 m 1 unit 0,6 m² x 1 = 1,28 m²
‐ Mini Bar 2mx1m 1 unit 2 m² x 1 = 2 m²
‐ Pantry 2 m x 1.5 m 1 unit 3 m² x 1 = 3 m²
‐ Coffee Table 1mx1m 1 unit 1 m² x 1 = 1 m²
Jumlah = 9,08 m²
Flow Area 100% = 9,08 m²
Total = 18,16 m²
Lavatory
‐ Kloset duduk 0,65 m x 0,55 m 1 unit 0,36m² x 1 = 0,36 m²
‐ Shower 0,9 m x 0,9 m 1 unit 0,81m² x 1 = 0,81 m²
‐ Bathub 0,8 m x 1,7 m 1 unit 1,36m² x 1 = 1,36 m²
‐ Wastafel 0,4 m x 0,4 m 2 unit 0,16m² x 2 = 0,32 m²
Jumlah = 2,85 m²
Flow Area 100% = 2,85 m²
Total = 5,7 m²
Balcony
‐ Meja 1 m x 0,6 m 1 unit 0,6 m² x 1 = 8 m²
‐ Sofa 1,5 m x 0,8 m 1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m²
‐ Kursi 0,8 m x 0,8 m 2 unit 0,64 m² x 2 = 1,28 m²
Jumlah Total = 3,08 m²
Flow Area 100% = 3,08 m²
Total = 6,16 m²
Jumlah 55,47 m²
Sirkulasi 30% 16,64 m²
Total 71,11 m² ∞ 72 m²
Jumlah Executive Suite Room = 3 unit 72 m² x 3 = 216 m²
JUMLAH KESELURUHAN TIPE KAMAR 4.584 m²
SIRKULASI 30 % 1.375,2 m²
TOTAL 5.959,2 m² ∞ 5.959 m²
Sumber: Analisa Pribadi, 2017

Tabel 4.17. Pendekatan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang

Jenis Ruang Standar Besaran Kapasitas Perhitungan Luas Sumber

Kelompok Kegiatan Penunjang


Meeting Room
• Besar ± 80‐100
orang
▪ Kursi 0,45 m x 0,55 m 100 unit 0,2475 m² x 100 = 24,75 m²
DA
▪ Meja 1 1,5 m x 0,75 m 50 unit 1,125 m² x 50 = 56,25 m²
DA
▪ Meja 2 2,75 m x 0,75 m 2 unit 2,06 m² x 2 = 4,125 m² DA
Jumlah = 85,125 m²
Flow Area 100% =85,125m²
Total = 170,25 m²
 Kecil ± 25 orang
Kursi 0,45 m x 0,55 m 25 unit 0,2475 m² x 25 = 6,1875 m²
DA
Meja 1 1,5 m x 0,75 m 12 unit 1,125 m² x 12 = 13,5 m²
DA
Meja 2 2,75 m x 0,75 m 2 unit 2,06 m² x 2 = 4,125 m²
DA
Jumlah = 23,81 m²
Flow Area 100% = 23,81 m²
Total = 47,625 m²

Jumlah 217,88 m²
Sirkulasi 30 % 65,364 m²
Total 283,24 m²
Function Room ±
200 orang
▪ Function Room 2,5 m2 / orang 159 orang 2,5 m2 x 159 = 397,5 m2 HRP

▪ Pre‐function 30% x function 1 unit 30% x 397,5 m2 = 119,25 m2 HRP


Room
1/3 x function 1 unit 1/3 x 397,5 m2 = 132,5 m2
▪ Ruang Ganti HRP
▪ Pantry 16 m2 1 unit 16 m2 x 1 = 16 m2 AS
▪ Ruang Operator 16 m2 1 unit
16 m2 x 1 = 16 m2 AS
Jumlah 681 m²
Sirkulasi 30 % 204,375 m²
Total 885,38 m²
Business Center
▪ Business Center 2,5 m2 / orang 50 orang 2,5 m2 x 50 = 125 m2 HRP
▪ Pantry 10 m2 1 unit 10 m2 x 1 = 10 m2 AS
Jumlah 135 m²
Sirkulasi 30 % 40,5 m²
Total 175,5 m²
Restoran
 Main Dining 1,9 m²/jml 159kamar 1,9m² x 159 = 302,1 m² DA
Room kamar
 Dapur ⅓ x ruang 1 unit 1/3 x 302,1 m² = 100,7m² DA
makan

▪ Mini bar &


Coffee Shop
‐ Lounge Bar HRP
1,4 m²/kamar 159kamar 1,4 m² x 159 = 222,6 m²
‐ Dapur 40‐50% xlongue 1 unit 40% x 22,6 m² = 89,04 m² HRP
‐ R. Bartender 5 m²/orang 5 orang 5 m² x 5 = 25 m² HRP
▪ Lavatory Pria
‐Pria 1,7 m²/orang 4 orang 1,7m² x 4 = 6,8 m² DA
‐Urinoir 0,7 m²/unit 3 unit 0,7m² x 2 = 2,1 m² DA
‐ Wastafel 1,3 m²/unit 2 unit 1,3 m² x 2 = 2,6 DA
Jumlah = 11,5 m²
Sirkulasi 30 % = 3,45 m²
Total = 20,02 m²
▪ Lavatory Wanita
‐ Wanita 1,7m²/orang 6 unit 1,7m² x 6 = 10,2 m² DA
‐ Wastafel 1,3 m²/unit 3 orang 1,3 m² x 3 = 3,9 m² DA
Jumlah = 14,1 m²
Sirkulasi 30 % = 4,23 m²
Total = 18,33 m²
• Kasir 1,5m²/orang 4 orang 1,5m² x 4 = 6 m² HRP
Jumlah 783,79 m²
Sirkulasi 30 % 235,137 m²
Total 1.018,93 m²
Sport Area
 Swimming Pool
15 x 30 m 1 unit 450 m² DA
• Pool
7,5 x 15 m 1 unit 112,5m² DA
• Kids Pool
0,1 m² x luas 1 unit 0,1 x 562,5 = 56,25m² DA
• Locker, shower,
kolam
lavatory

 Fitnes Center
 Ruang latihan 4,7 m²/orang 25 orang 4,7m² x 10 = 47 m² HRP
 Locker,ruang 0,6 m²/orang 35 orang 0,6m² x 20 = 12 DA
ganti, lavatory m²
 R. Spa & Sauna DA
6 m²/orang 5 orang 6m² x 5 = 30m²
 Lavatory Pria
DA
 Pria 1,7 m²/orang 4 orang 1,7m² x 4 = 6,8 m²
 Urinoir 0,7m² x 2 = 2,1 m² DA
0,7 m²/unit 3 unit
 Wastafel 1,3 m²/unit 2 unit 1,3 m² x 2 = 2,6 DA
Jumlah = 11,5 m²
Sirkulasi 30 % = 3,45
m² Total = 20,02 m²
 Lavatory Wanita
 Wanita 1,7m²/orang 6 orang 1,7m² x 6 = 10,2 m² DA
 Wastafel 1,3 m²/unit 3 unit 1,3 m² x 3 = 3,9 m² DA

Jumlah = 14,1 m²
Sirkulasi 30 % = 4,23 m²
Total = 18,33 m²
Jumlah 746,1 m²
Sirkulasi 30 % 223,83 m²
Total 969,93 m²
Mushola
▪ Ruang Shalat 1 m² / orang 50 orang 1 m² x 50 = 50 m² DA
▪ Ruang Wudhu 0,8 m² / unit 10 unit 0,8 m² x 10 = 8 m² DA
Gudang perabot 0.5 m²/kursi 125 kursi 0.5 m² x 400 = 150 m² DA
1 Lavatory Pria
‐ Pria 1,7 m²/orang 4 orang 1,7m² x 4 = 6,8 m² DA
‐ Urinoir 0,7 m²/unit 3 unit 0,7m² x 2 = 2,1 m² DA
‐ Wastafel 1,3 m²/unit 2 unit 1,3 m² x 2 = 2,6 DA
Jumlah = 11,5 m²
Sirkulasi 30 % = 3,45 m²
Total = 20,02 m²
▪ Lavatory Wanita
‐ Wanita 1,7m²/orang 6 orang 1,7m² x 6 = 10,2 m² DA
‐ Wastafel 1,3 m²/unit 3 unit 1,3 m² x 3 = 3,9 m² DA
Jumlah = 14,1 m²
Sirkulasi 30 % = 4,23 m²
Total = 18,33 m²
Jumlah 3.579,33 m²
Sirkulasi 30 % 1.073,80 m²
Total 4.653,13 m²
Sumber: Analisa Pribadi, 2017

Tabel 4.18. Pendekatan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelola


Jenis Ruang Standar Besaran Kapasitas Perhitungan Luas Sumber
Kelompok Kegiatan Pengelola
▪ Manager Office
• Ruang General
Manager 0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
• Ruang Asisten
General 0,4 m² x jml kmr 159kamar
0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
Manager
• Lavatory 3 m² / unit 3 m² x 2 = 6
2 unit DA
m² Jumlah =
46 m²
Sirkulasi 30% = 13.8 m²
Total = 59,8 m²
▪ Division Office 0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
‐ R. Room Office
▪ R. Food and 0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
Baverage
▪ R. Marketing 0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
▪ R. Human 0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
Resource
0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
▪ R. Purchasing
▪ R. Accounting 0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
▪ R. Engineering 0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m²
HRP
▪ R.Administra 0,4 m² x jml kmr 159kamar HRP
tion 0,4 m² x 159 = 63,6 m²
▪ R. Security and
0,4 m² x jml kmr 159kamar 0,4 m² x 159 = 63,6 m² HRP
Parking

▪ Meeting Room 3 m² / orang 20 orang 3 m² x 20 = 60 m² DA


▪ Lavatory 3 m² / unit 4 unit 3 m² x 4= 12 m² DA
Jumlah = 212 m²
Sirkulasi 30% = 63,6

Jumlah 1.095 m²
Sirkulasi 30% 328,5 m²
Total 1.423,5 m²

Tabel 4.19. Pendekatan Bsaran Ruang Kelompok Kegiatan Pelayanan

Jenis Ruang Standar Besaran Kapasitas Perhitungan Luas Sumber


Kelompok Kegiatan Pelayanan
▪ Housekeeping 0,7m² x jml kmr 1 unit 0,7m² x 159 = 111,3 m² HRP
Office
‐ Ruang Karyawan
‐ R. Makan 0,9 m2 x jml 133 orang 0,9m2 x 133 = 119,7 m2 HRP
karyawan
‐ R. Training 80 m2 / unit 1 unit 80 m2 x 1 = 80 m2 SB
‐ R. Istirahat 0,6m2 x jml 133 orang 0,6m2 x 133 = 79,8 m2 SK
karyawan
‐ R. Locker 0,6m2 x jml 133 orang 0,6m2 x 133 = 79,8 m2 SK
karyawan
▪ Mushola
‐ R. Shalat 1 m2/orang 10 1 m² x 10 = 10 m² DA
‐ R. Wudhu 0,8 m2/orang 5 0,8 m² x 5 = 4 m² DA
- Lavatory 3 m2/unit 4 unit 3,2m2 x 4 = 12,8 m2 DA
Jumlah = 38,6 m²
Sirkulasi 30% = 115,83 m²
Total = 154,43 m²
 Laundry & Dry 0,63 m² x jml 1 unit 0,63m² x 159 = 100,17 m² TSS
Cleaning kmr

▪ Lost and Found 0,1 m² x jml kmr 1 unit 0,1 m² x 159 = 15,9 m² TSS
 Loading Dock 0,7m² x jml kmr 1 unit 0,7m² x 159 = 111,3 m² SK
▪ Dapur
• Dapur Utama 0,9m² x jml kmr 1 unit 0,9m² x 159 = 143,1 m² HRP
• Pantry 1/3 x luas 1 unit 1/3 x 119,7 m² = 39,9 m² DA
r.makan

 Gudang
 Gdg. Kering 0,15 m² x luas 1 unit 0,15m² x 143,1m² =
dapur utama
21,465 m² SK
 Gdg. Dingin 0,20 m² x luas
dapur utama 1 unit 0,20m² x 143,1m² =
0,20 m² x luas 28,62 m² SK
 Gdg. Sayuran
dapur utama 1 unit 0,20m² x 143,1m² =
28,62m² SK
 Gdg. Minuman 0,2 m² x jml kmr 0,2m² x 159 = 31,8 m²
1 unit
 Gdg. Perabot 0,9 m² x jml kmr 0,9m² x 159 = 143,1 m² SK
1 unit
 Gdg. Peralatan 0,2 m² x jml kmr SK
 Gdg. Bahan 1 unit 0,2 m² x 159 = 31,8 m²
0,25m² x jm DA
bakar 1 kmr unit 0,25 m² x 159 = 39,75 m²
SK
 Gdg.Penerimaan 0,3 m² x jml kmr 1 unit 0,3m² x 159 = 47,7 m² SK
Jumlah = 372,85 m²
Sirkulasi 30% = 111,86 m²
Total = 484,71 m²

Ruang Kesehatan 20 m2/unit 1 unit 20 m² x 1 = 20 m² AS


 R. Keamanan
• Pos Jaga
10m2/unit 1 unit 10 m² x 1 = 10 m² AS
• R. CCTV 1 unit 10 m² x 1 = 10 m² AS
10m2/unit
Jumlah = 20 m²
Sirkulasi 30% = 6 m²
Total 26 m²

▪ R. Engineering
• R. Genset 25 m²/unit 1 unit 25 m² x 1 = 25 m² HRP
• R. Panel Listrik 16 m²/unit 1 unit 16 m² x 1 = 16 m² SB
• R. Pompa Air 25 m²/unit 1 unit 25 m² x 1 = 25 m² HRP
• Lift 20 m/unit 4 unit 20 m² x 4 = 80 m² AS
• R. AHU 20 m²/unit 4 unit 20 m² x 4 = 80 m² AS
• R. Shaft 3 m²/unit 4 unit 3 m² x 4 = 12 m² AS
• R. Chiller 20 m²/unit 1 unit 20 m² x 1 = 20 m² AS
• Lift Barang 9 m²/ unit 4 unit 9 m² x 4 = 36 m2 AS
• Tangga 4 unit AS
24 m2 / unit 24 m2 x 4 = 96 m2
Darurat
Jumlah = 390 m²
Sirkulasi 30% = 117 m²
Total = 507 m²

Jumlah 1.017,71 m²
Sirkulasi 30% 305,313 m²
Total 1.323,023 m²
Sumber: Analisa Pribadi, 2017
Kelompok Area Parkir
Berdasarkan peraturan standar parker yang dikeluarkan oleh Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor 272/HK.105/DRJD/96 mengenai Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir untuk bangunan hotel adalah
berdasarkan kebutuhan ruang parkir. Tabel ukuran kebutuhan ruang parkir sumber
Direktur Jenderal Perhubungan Darat RI sebagai berikut:
Tabel 4.20. Standar SRP Bangunan Hotel dan Tempat Penginapan
Kebutuhan
No. Peruntukkan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Ruang Parkir
1. Pusat Perdagangan
▪ Pertokoan SRP/100 m² luas lantai efektif 3,5 – 7,5
▪ Pasar Swalayan SRP/100 m² luas lantai efektif 3,5 – 7,5
▪ Pasar SRP/100 m² luas lantai efektif 3,5 – 7,5
2. Pusat Perkantoran
2 Pelayanan bukan SRP/100 m² luas lantai 1,5 – 3,5
umum
3 Pelayanan umum SRP/100 m² luas lantai 1,5 – 3,5

3. Pusat Pertemuan
▪ Non padat SRP/100 m² luas lantai 5,0 ‐7,5
▪ Padat SRP/100 m² luas lantai 7,5 – 10
4. Sekolah SRP/mahasiswa 0,7 ‐1,0
5. Hotel atau Tempat SRP/kamar 0,2 ‐1,0
Menginap
6. Rumah Sakit SRP/tempat tidur 0,2 ‐1,3
7. Gedung Pertunjukan SRP/tempat duduk 1,0 – 0,4
Sumber: Dinas Perhubungan Darat RI. 1996

Tabel 4.21. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kendaraan


No. Jenis Kendaraan SRP (m²)
1. ▪ Mobil penumpang untuk golongan I 2,3 x 5
▪ Mobil penumpang untuk golongan II 2,5 x 5
▪ Mobil penumpang untuk golongan III 3,0 x 5
2. Bus/Truk 3,4 x 12,5
3.. Sepeda Motor 0,75 x 2
Sumber: Dinas Perhubungan Darat RI. 1996

Berdasarkan tabel di atas, maka perhitungan untuk kebutuhan ruang parkir adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.23. Rekapitulasi Perhitungan Program Ruang

No. Kelompok Kegiatan Total


1. Kelompok Kegiatan Publik 751,17 m2
2. Kelompok Kegiatan Utama 5.959 m2
3. Kelompok Kegiatan Penunjang 4.653,13 m2
4. Kelompok Kegiatan Pengelola 1.423,5 m2
5. Kelompok Kegiatan Pelayanan 1.323,023 m2
Jumlah Kelompok Kegiatan 14.109,82 m2
Jumlah Area Parkir 3.633,02 m²
Total 17.742,84 m²
Sumber: Analisa Pribadi, 2017
4.1.7. Pendekatan Hubungan Ruang
Penyusunan ruang dalam perencanaan bangunan menggunakan pengelompokkan
kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam koordinasi
hubungan, kegiatan dan fungsi ruang dalam perancangan. Hubungan ruang ini ditentukan
berdasarkan aktivitas yang sejenis dan keterhubungan antar masing‐masing kelompok ruang.
Untuk mengetahui hubungan antar ruang, dapat dilihat dalam gambar 4.11 berikut ini.

Unit Kamar :
‐Deluxe Room
‐Executive Room
‐Junior Suite Room
‐Executive Suite Room

Gambar 4.1. Diagram Hubungan Kelompok Ruang

4.1.8. Pendekatan Sirkulasi


Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan
(Ching, 2008), sirkulasi merupakan pergerakan melalui ruang yang dimana jalur
pergerakan yang dapat dianggap sebagai elemen penyambung inderawi yang
menghubungkan ruang ruang sebuah bangunan. Sirkulasi yang dipakai merupakan
standar sirkulasi dalam membangun sebuah bangunan untuk mendapatkan
kenyamanan secara fisik.
a. Sirkulasi Manusia
Sirkulasi manusia yang ada di City Hotel Bintang Empat di Kota Semarang terdiri
dari:
 Sirkulasi tamu menginap
 Sirkulasi tamu tidak menginap
 Sirkulasi pengelola dan pelayanan.
b. Sirkulasi Barang dan Makanan
Sirkulasi dibagian ini sangat penting juga karena Merupakan bagian yang
berpengaruh jalannya proses kegaiatan di hotel, apabila sirkulasi dibagian ini sudah
baik maka akan memperlancar segala kebutuhan hotel. Proses yang dimaksud
disini adalah proses dari penerimaan barang sampai pada unit‐unit kegiatan dan
memerlukan pendistribusian barang bagian sirkulasi ini terdiri dari:
 Sirkulasi makanan dan minuman; yaitu sirkulasi bahan makanan dan minuman
baik yang masih mentah maupun yang sudah matang
 Sirkulasi barang‐barang perlengkapan; yaitu sikulasi yang mencakup barang‐
barang atau perabot seperti meja, kursi, peralatan kamar, peralatan kebersihan
dan perlengkapan kantor pengelola maupun karyawan.

4.2. Pendekatan Aspek Kontekstual


4.2.1. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi untuk bangunan City Hotel Bintang Empat di Kota Semarang
ditentukan dengan melakukan dan mempertimbangkan pertimbangan hal‐hal yang
berkaitan dengan apa saja yang dapat medukung hotel tersebut, seperti peruntukan
lahan, aksesibilitas kota, fasilitas lingkungan, utilitas kota. Penentuan lokasi hotel ini
mengacu pada beberapa karakteristik bangunan dan apa saja kegaiatan yang ada di
hotel tersebut sehingga akan mendapatakan lokasi yang baik. Adapun kriteria
pemilihan lokasi untuk City Hotel Bintang 4 di Kota Semarang adalah sebagai berikut:
a. Penentuan lokasi tapak memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang diantarnya aspek dari fungsi lokasi itu sendiri yang sesuai dengan
peruntukan perdagangan dan jasa.
b. Lokasi tapak juga merupakan dalam tahap perkembangan dan pembangunan
kota.
c. Aksesibilitas yang baik untuk kendaraan dan dapat diakses lancar, memiliki pola
lalu lintas sesuai dengan peraturan pemerintahan.
d. Dalam menentukan lingkungan untuk lokasi bangunan hotel ini harus
memperhatikan beberapa pengaruh aspek‐aspek lingkungan yang ada
disekitarnya, seperti utilitas kota.

1.2.2. Pemilihan Tapak


Kriteria pemilihan tapak diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Tapak memiliki akses yang mudah.
b. Luasan tapak mencukupi kebutuhan luasan tapak bangunan yang sudah dihitung
dan memperhatikan peraturan KDB, KLB bangunan setempat.
c. Memiliki tingkat privasi yang cukup.

Berdasarkan karakteristik pemilihan lokasi yang telah ditentukan di atas, terpilihkah 3


alternatif tapak yang sesuai untuk City Hotel Bintang Empat di Semarang adalah
sebagai berikut:
a. Alternatif Tapak 1 (Jalan Imam Bonjol)
Peraturan di Jalan Imam Bonjol (BWK III):
 Jalan Imam Bonjol merupakan jalan kolektor sekunder
 Merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta permukiman, KDB maksimal 70%
 Merupakan wilayah perdagangan dan jasa termasuk perhotelan maksimal 10
lantai dan KLB 4
 Garis sempadan muka bangunan terhadap sempadan jalan dihitung dari as jalan
sampai terluar besarnya ditetapkan berdasarkan fungsi jalan kolektor sekunder
sepanjang 29 meter.

Gambar 4.2. Tapak Alternatif 1


Sumber: Google Maps

Berikut ini merupakan foto foto kondisi Tapak Alternatif 1 :

Gambar 4.3. Kondisi Tapak Alternatif 1


Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.4. Kondisi Tapak Alternatif 1


Sumber: Dokumen Pribadi
Tapak alternatif 1 dengan luas +12.709,48 m2 dan batas‐batas pada tapak adalah sebagai
berikut :
‐ Batas Utara : Jalan Imam Bonjol
‐ Batas Selatan : Pemukiman Warga
‐ Batas Timur : SMK PIKA
‐ Batas Barat : Gedung Kementrian Agama
b. Alternatif Tapak 2 (Jalan MT. Haryono )
Peraturan di Jalan MT. Haryono (BWK I):
 Jalan MT. Haryono merupakan jalan arteri sekunder
 Merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta permukiman, KDB maksimal 60%
 Merupakan wilayah perdagangan dan jasa termasuk perhotelan KLB maks 10 lantai
dan KDB 4
 Garis sempadan muka bangunan terhadap sempadan jalan dihitung dari as jalan
sampai terluar besarnya ditetapkan berdasarkan fungsi jalan arteri sekunder
sepanjang 29 meter.
Berikut ini merupakan foto foto kondisi Tapak Alternatif 2 :

Gambar 4.5. Tapak Alternatif 2


Sumber: Google Maps

Gambar 4.6. Kondisi Tapak Alternatif 2


Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.7. Kondisi Tapak Alternatif 2


Sumber: Dokumen Pribadi
Tapak alternatif 2 dengan luas +7.522,16 m2 dan batas‐batas pada tapak adalah sebagai
berikut :
‐ Batas Utara : Jalan MT. Haryono
‐ Batas Selatan : Rumah Warga
‐ Batas Timur : Jalan Patimura
‐ Batas Barat : Pertokoan

c. Alternatif Tapak 3 (Jalan Imam Bonjol)
Peraturan di Jalan Imam Bonjol (BWK III):
 Jalan Imam Bonjol merupakan jalan kolektor sekunder
 Merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta permukiman, KDB maksimal 70%
 Merupakan wilayah perdagangan dan jasa termasuk perhotelan maksimal 10 lantai
dan KLB 4
 Garis sempadan muka bangunan terhadap sempadan jalan dihitung dari as jalan
sampai terluar besarnya ditetapkan berdasarkan fungsi jalan kolektor sekunder
sepanjang 29 meter.
Berikut ini merupakan foto foto kondisi Tapak Alternatif 2 :

Gambar 4.5. Tapak Alternatif 3


Sumber: Google Maps

Gambar 4.7. Kondisi Tapak Alternatif 3


Sumber: Dokumen Pribadi
Tapak alternatif 1 dengan luas +17.706,12 m2 dan batas‐batas pada tapak adalah sebagai
berikut :
‐ Batas Utara : Jalan Sadewa
‐ Batas Selatan : Jalan Imam Bonjol
‐ Batas Timur : Excelent Bakery
‐ Batas Barat : Jalan Indrapasta

Penilaian Pemilihan Tapak


Untuk menentukan tapak terpilih, dapat digunakan perbandingan penilaian antara
tapak‐tapak alternatif dengan kriteria tertentu. Penilaian ini ditentukan dari jumlah nilai
tertinggi dengan penilaian ; 3 (baik), 2 (sedang), dan 1 (tidak baik). Tabel 4.24 berikut
menjelaskan penilaian perbandingan tapak‐tapak alternatif.
Tabel 4.24. Penilaian Pemilihan Tapak

Bobot Alternatif I Alternatif II Alternatif III


Kriteria Penilaian Nilai Nilai Nilai Nilai
BxN BxN BxN
(B) (N) (N) (N)
Pemilihan Lokasi 40 2 80 3 120 2 80
Kemudahan
35 2 70 3 105 3 105
Aksesibilitas
Topografi 15 2 30 3 45 3 45
Prasarana
10 2 20 2 20 2 20
Lingkungan
Jumlah 100 9 175 14 260 13 290
Sumber: Analisa Pribadi, 2017

Dari penilaian empat aspek terhadap tiga tapak alternatif d iatas, yang memiliki potensi paling
besar ialah tapak alternatif 1. Tapak ini terletak di Jl. Imam Bonjol yang merupakan Jalan
Kolektor Sekunder dengan aksesibilitas yang sangat mudah dijangkau oleh pengunjung hotel.
Tapak ini berada di perempatan Jalan Imam Bonjol yang sangat strategis dan berada di pusat
perkantoran dan perbelanjaan di Semarang.

4.3. Pendekatan Aspek Kinerja


Pendekatan kinerja merupakan pendekatan untuk membahas kinerja atau utilitas yang akan
digunakan pada city hotel ini. Terdapat beberapa system kinerja yang akan dibahas, yaitu
system pencahayaan, penghawan, jaringan air bersih, jaringan air kotor, pembuangan
sampah, proteksi kebakaran, penangkal petir, keamanan bangunan, transportasi dan jaringan
listrik.
4.3.1. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang digunakan pada City Hotel Bintang Empat di Semarang
ini ada dua macam, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
a. Pencahayaan Alami
Semarang adalah negara tropis yang memiliki intensitas sinar matahari yang
tinggi, sehingga untuk menghemat pengunaan energi pencahayaan siang hari
memaksimalkan cahaya terang langit pada siang hari dengan membuat bukaan‐
bukaan berupa kaca dan menghindari sinar matahari langsung, terutama pada
siang hari.
b. Pencahayan Buatan
Digunakan untuk penerangan malam hari dengan menggunakan lampu atau pada
saat intensitas matahari menurun. Disamping itu, pencahayaan ruangan
digunakan untuk memberi kesan ruang sehingga dapat menciptakan suasana
yang diinginkan.
 Pencahayaan umum, yaitu pencahayaan yang digunakan untuk ruangan
dengan kegiatan relatif sama dan tingkat privacy relatif kecil, serta ruang‐
ruang yang tidak memerlukan karakter tertentu seperti hall/lobby, ruang
pengelola, dan ruang operasional.
 Pencahayaan khusus, , yaitu pencahayaan yang digunakan untuk memberi
kesan tertentu, sehingga karakter ruangan akan mempengaruhi psikis
penggunanya. Sistem pencahayaan khusus banyak digunakan pada main
dining room restoran, meeting room, ruang tidur. Untuk menghemat energi
untuk pencahayaan menggunakan energy saver yang akan mematikan
lampu tanpa harus dimatikan secara manual.

4.3.2. Sistem Penghawaan/Pengkondisian Ruang


Sistem penghawaan yang digunakan pada City Hotel Bintang Empat di Semarang ini
ada dua macam, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan.
a. Penghawaan Alami
Sistem penghawan alami dengan menggunakan system silang (Cross Ventilation).
Sistem ini digunakan pada dapur, Gudang dan lavatory.
b. Penghawaan Buatan
Penghawan buatan dapat menggunakan AC dan exhaust fan serta blower pada
ruang tertentu.
 AC (Air Conditioner)
Penggunaaan AC dibagi menjadi dua jenis yaitu AC split dan AC sentral. AC
split biasanya juga disebut dengan AC setempat Karena udara dikondisikan
hanya pada salah satu ruangan, seperti pada ruangan retail, ruang pengelola,
unit kamar. Sedangkan AC sentral merupakan system yang memerlukan
Menara pendingin (water cooling tower) yang diletakkan di ruang‐ruang
public seperti lobby. Koridor, function room. Untuk mengalirkan udara,
system ini menggunakan system ducting.
 Exhaust Fan
Digunakan pada lavatory, pantry, dapur dan ruang‐ruang servis untuk
mekanikal elektrikal.
 Blower
Blower digunakan pada ruang generator.

4.3.3. Sistem Jaringan Air Bersih


Penyediaan air bersih dapat diperoleh dari PAM atau sumur artetis dengan kedalaman
100 meter. Dalam system pendistribusian air bersih terdapat dua macam, yaitu:
a. Down Feed System
Air bersih yang berasal dari PAM masuk ke dalam distribusi bangunan dan
ditampung pada ground reservoir, lalu dengan menggunakan pompa dialirkan dan
ditampung di water tank, yang terletak di atap bangunan. Selanjutnya distribusi
air menurun ke bawah menggunakan hokum gravitasi. Dalam penyaluran ke
bawah, system ini tidak tergantung pada listrik dan menghasilkan kekuatan air
tiap lantai relatif sama.
b. Up Feed System
Air bersih yang berasal dari PAM masuk ke dalam distribusi bangunan dan
ditampung pada ground reservoir, lalu dengan menggunakan pompa
didistribusikan ke tiap lantai. System ini efektif untuk bangunan bertingkat
rendah, namun memiliki ketergantungan pada aliran listrik dan kekuatan air
menjadi kecil, bila terbatas (pada bangunan tingkat tinggi).

4.3.4. Sistem Pembuangan Air Kotor


Dari jenis air kotor pada umumnya dibedakan menjadi:
a. Limbah cair kotor yang berasal dari WC, binau, dapur dan lavatory akan langsung
dibuang ke vak control.
b. Air yang mengandung kotoran / material yang masih bersifat padat,dialirkan ke
Sewage Treatment Plant (STP) dengan bahan kimia yang bersifat menghancurkan
dan mengencerkan limbah. Setelah melewati STP, limbah dianggap sudah layak
dibuang di roil kawasan yang kemudian dilanjutkan ke roil kota.
c. Dalam menyalurkan air hujan, perlu diperhatikan peletakan talang, jumlah dan
ukuran penampang saluran pipa pembuangan ke bak control.

4.3.5. Sistem Jaringan Listrik


Sumber tenaga listrik utama yang digunakan adalah dari PLN dengan menggunakan
panel‐panel penghubung yang disalurkan ke seluruh bagian ruangan yang terdiri dari
panel utama (Main Distribuiton Panel) dan beberapa panel sekunder (Sub Distribution
Panel). Untuk energi listrik cadangan menggunakan generator set dengan automatic
switch system untuk menggatikan peran PLN ketika listrik padam.

4.3.6. Sistem Pembuangan Sampah


Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan kedap air,
mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan
sampah dari Dinas Kebersihan setempat. Sampah‐sampah yang diangkut ke tempat
pembuangan yang terletak di tempat‐tempat bagian servis, dijadikan satu ke
penampungan di ruangan atau gudang dengan dilengkapi kereta‐kereta bak sampah
sebagai tempat penampungan sampah sementara, setelah itu sampah‐sampah
dibawa ke luar bangunan menuju ke TPA.

4.3.7. Sistem Pencegahan Kebakaran


Dasar pendekatan diantaranya dengan sistem tata ruang yang memudahkan dalam
perlindungan terhadap kebakaran, optimalisasi sistem perlindungan terhadap
pencegahan kebakaran, selain adanya alat pemadam yang harus diperhatikan adalah
penyediaan tangga kebakaran yang memiliki radius sekitar 30m ke tempat terjauh
pengunjung dapat mencapai tangga. Sistem perlindungan bahaya kebakaran yang
terintegrasi terhadap sistem lain sehingga memudahkan dalam antisipasi,
pencegahan dan pemadaman kebakaran. Sistem ini meliputi sistem deteksi awal,
sistem pemadam api. Adapun jenis‐jenis sistem atau alat terdiri dari :
a. Fire detector dan fire alarm
Digunakan untuk mendeteksi bahaya kebakaran melalui sensor asap, api, dan
sensor panas.
b. Sprinkler fan system
Sistem ini bekerja secara otomatis, dimulai dengan adanya panas yang berasal
dari api yang terdeteksi. Sistem ini diterapkan pada ruang‐ruang yang mempunyai
langit‐langit penempatan jaringan sistem ini, sedangkan tiap‐tiap sprinkler dapat
menaungi area sebesar 10‐20 m².
c. Hydrant box
Hydrant box dalam bangunan ditempatkan sedemikian rupa dan dapat
menjangkau ruang dengan ketentuan panjang selang kurang lebih 30 m. Fungsi
utamanya adalah untuk melayani daerah‐daerah yang tidak terjangkau oleh
sprinkler.
d. Fire extinguisher
Digunakan untuk membantu sprinkler dan hydrant box terutama untuk mengatasi
kebakaran kecil. Diletakkan pada lokasi yang strategis yang rawan terhadap
bahaya kebakaran.
e. Hydrant pilar
Digunakan untuk memadamkan api dari luar bangunan.

4.3.8. Sistem Komunikasi


Sistem komunikasi yang digunakan pada City Hotel Bintang Empat di Semarang ini ada
dua macam, yaitu sistem komunikasi eksternal dan sistem komunikasi internal.
a. Sistem komunikasi internal
Sistem komunikasi ini diterapkan untuk komunikasi yang terjadi di dalam
bangunan yang dilakukan antar pegawai, pegawai dan tamu.
b. Sistem komunikasi eksternal
Sistem komunikasi yang diterapkan untuk komunikasi yang terjadi keluar
bangunan dapat berupa telepon, fax, atau internet.

4.3.9. Sistem Penangkal Petir


Sistem penangkal petir untuk bangunan yang direncanakan harus mampu melindungi
area yang cukup sekitar bangunan dan cukup luas dan tidak membahayakan
bangunan yang ada di sekitarnya serta direncanakan untuk menghidari arus
hubungan pendek yang mengakibatkan kebakaran pada bangunan.
Sistem yang diterapkan pada bangunan City Hotel Bintang Empat ini adalah Sistem
Franklin. Sistem ini menggunakan sebuah tiang penangkal petir yang melindungi
daerah kerucut dengan jari‐jari alas = tinggi kerucut / ± 120°. Jadi semakin tinggi tiang,
semakin luas area penangkalannya.

4.3.10. Sistem Keamanan


Sistem pengamanan dengan penerapan teknologi seperti pemakaian kamera monitor
(CCTV) memudahkan pemantauan keamanan secara menyeluruh pada bangunan
tanpa kehadiran petugas keamanan. Security checking digunakan untuk mengecek
pengunjung yang masuk ke dalam hotel. Penempatan pos jaga pada bagian pintu
masuk dan pintu keluar hotel.
4.3.11. Sistem Transportasi Vertikal
a. Vertikal
Karena bangunan hotel termasuk kategori bangunan high‐rise maka alat
transportasi vertikal utama adalah lift, namun tetap terdapat tangga
untukalternative alat transoportasi vertical di dalam bangunan. Selain untuk
mencapai ruang atas, harus ada juga tangga darurat sebagai jalur evakuasi.
b. Horisontal
Untuk sirkulasi horizontal dalam suatu lantai bangunan digunakan koridor atau
hall. Koridor dapat memanjang di tengah bangunan (central corridor system),
mengelilingi core (point block system) atau memanjang di sisi luar bangunan
(exterior atau outside corridor system).

4.4. Pendekatan Aspek Teknis


Pendekatan aspek teknis berkitan dengan teknis pembangunan City Hotel seperti
menganalisis struktur dan bahan bangunan yang akan digunakan sehingga akan dibahas
masalah struktur serta modul pembuatan ruangan.
4.4.1. Sistem Struktur
Sistem struktur yang digunakan pada City Hotel Bintang Empa di Semarang yaitu
mengacu pada peraturan SNI struktur gedung dan melihat konsep bangunan yang
diterapkan.
a. Struktur pondasi
Struktur pondasi yang digunakan di bangunan ini adalah pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang adala system pondasi yang penyaluran gayanya melalui
tiang. Prinsip gayanya adalah beban yang bekerja disebarkan melalui tiang ke
lapisan tanah bagian dalam dengan gaya dukung yang benar.
b. Struktur lantai
Struktur lantai beton, lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus
diberi lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurang‐kurangnya 5 cm, dan
lantai kerja dari beton tumbuk setebal 5 cm; bagi pelat‐pelat lantai beton
bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari 10 cm dan pada daerah balok (¼
bentang pelat) harus digunakan tulangan rangkap, kecuali ditentukan lain
berdasarkan hasil perhitungan struktur.
c. Struktur kolom
Struktur kolom beton bertulang, kolom beton bertulang yang dicor di tempat
harus mempunyai tebal minimum 15 cm diberi tulangan minimum 4 buah Ø 12
mm dengan jarak sengkang maksimum 15 cm, selimut beton bertulang minimum
setebal 2,5 cm. Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan SNI yang dipersyaratkan. Sistem struktur bangunan mempengaruhi
terbentuknya bangunan, sehingga akan mempengaruhi penampilan bangunan
tersebut. Ada beberapa persyaratan pokok struktur, yaitu:
a. Keseimbangan, agar massa bangunan tidak bergerak
b. Kestabilan, agar bangunan tidak goyah akibat gaya luar dan mempunyai daya
tahan terhadap gangguan alam, seperti gempa, angin dan kebakaran.
c. Kekuatan, berhubungan dengan kesatuan seluruh struktur yang menerima
beban
d. Fungsional, agar sesuai dengan fungsinya yang didasarkan atas tuntutan
besaran ruang, fleksibilitas terhadap penyususunan kamar‐kamar, pola
sirkulasi, system utilitas, dll
e. Ekonomis, baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaan
f. Estetika struktur merupakan bagian integral dengan ekspresi arsitektur yang
serasi dan logis.

4.4.2. Sistem Modul


Modul merupakan ukuran baku yang menjadi patokan untuk menentukan ukuran
ukuran lebar, tinggi, jarak, elemen‐elemen ruangan atau bangunan. Secara umum
dibagi menjadi modul vertikal dan modul horizontal.
a. Modul vertikal
Modul vertical adalah jarak antar lantai satu dengan laintai lain secara horizontal.
Tinggi dari lantai ke lantai dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Tinggi dari langit‐langit (plafond) ke langit di atasnya, ruang pada plafond
digunakan perletakan jaringan Mechanical Electrical (ME). Tinggi dari modul
ini ditentukan oleh:
‐ Besarnya saluran‐sasluran dari servis mekanis (ducting AC, exhaust,
kabelkabel listrik, dll).
‐ Besarnya dimensi dari balok portal penyangga lantai.
2. Tinggi dari lantai ke plafond, ruang yang ada di antaranya digunakan sebagai
unit kamar hotel.
b. Modul horizontal
Faktor yang mempengaruhi modul horizontal adalah:
1. Tata letak furniture
2. Aktivitas efektif dari ruang‐ruang kamar, pengelola dan penunjang
3. Jalur sirkulasi
4. Dimensi bahan bangunan dengan standar yang di pasaran
Pemilihan bahan banguan dalam perancangan dilakukan dengan pertimbangan
sebagai berikut:
a. Sesuai dengan system struktur, modul, dan konstruksi bangunan
b. Kesan bangunan atau ruang yang ditampilkan dengan permainan tekstur dan
warna
c. Kekuatan dan kemudahan perawaatan bahan bangunan yang digunakan.

4.5. Pendekatan Aspek Visual Arsitektural


a. Bentuk dari gubahan massa bangunan City Hotel Bintang Empat mengedepankan unsur
arsitektur modern serta disesuaikan dengan pergerakan pengunjung hotel.
b. Penataan massa bangunan sesuai dengan keterkaitan hubungan dan fungsi ruang.
c. Faktor cahaya matahari menjadi pertimbangan untuk perletakkan massa bangunan dan
pemanfaatan view terbaik dari bagian tapak.
d. City Hotel Bintang Empat ini menggunakan penekanan Arsitektur Modern. Untuk
menerapkan penekanan arsitektur modern, maka desain bangunan akan dibuat dengan
menerapkan prinsip‐prinsip arsitektur modern.

Anda mungkin juga menyukai