Puji syukur kami panjatkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah kami ini.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah
kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Makalah ini memuat tentang Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan.
Tidak semua hal dapat kami analisa dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana
kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Semoga,
makalah
ini
dapat
menambah
pengetahuan
kita
dan
Di Flores, yaitu liang toge, liang momer, dan liang panas didapatkan sisasisa manusia yang menunjukkan ciri-ciri Austromelanooid. Di liang toge, flores
barat manusianya diperkirakan hidupnya secara meramu dan berburu. Dari data
tersebut maka populasi di Indonesia di kala Pos Plestosin: Sumatera, Jawa, dan
Nusa Tenggara didiami ras Austromelanosoid dengan sedikit unsur Mongoloid,
tapi di Sulawesi selatan menunjukan ras mongoloid. Mungkin karena pengaruh
mongoloid melalui Filipin Kalimantan Sulawesi.
Kehidupan praaksara di Indonesia dimulai sejak munculnya manusia purba.
Berdasarkan banyaknya fosil purba yang ditemukan, menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan tempat yang menarik bagi manusia purba untuk ditempati.
Oleh karena itu, Indonesia menjadi sangat penting bagi para ilmuan yang akan
meniliti keadaan dan kehidupan manusia purba.
Meganthropus A / Sangiran 6
Ini fragmen rahang yang besar, pertama kali ditemukan pada 1941 oleh
Von Koenigswald . Koenigswald ditangkap oleh Jepang dalam Perang Dunia II, tapi
berhasil mengirim cast rahang untuk Franz Weidenreich . Weidenreich
menjelaskan dan memberi nama spesimen pada tahun 1945, dan terpana dengan
ukurannya.
Kemudian hominid ini adalah hominid yang memiliki rahang terbesar yang
dikenal. Rahang itu kira-kira sama tingginya dengan gorila tetapi memiliki bentuk
yang berbeda.
Sedangkan antropoid dengan mandibula (rahang) memiliki tinggi yang
terbesar di simfisis, yaitu di mana dua rahang bawah bertemu, hal ini tidak
terjadi di Sangiran-6, di mana ketinggian terbesar terlihat di sekitar posisi
pertama molar (M1).
Weidenreich menganggap ini adalah gigantisme acromegalic, tapi
akhirnya tidak menggolongkannya karena tidak memiliki fitur khas seperti dagu
yang menonjol berlebihan dan giginya yang kecil dibandingkan dengan ukuran
rahang itu sendiri.
Weidenreich tidak pernah membuat perkiraan ukuran langsung dari
hominid ini berasal, namun mengatakan itu 2/3 ukuran Gigantopithecus , yang dua
kali lebih besar sebagai gorila, yang membuatnya seperti setinggi sekitar 8 kaki
(2,44 m) tinggi. Tulang rahangnya digunakan dalam bagian dari rekonstruksi
tengkorak Grover Krantz, yang hanya setinggi 8,5 inci (21 cm).
Meganthropus B / Sangiran 8
Ini adalah fragmen rahang lain yang dijelaskan oleh Marks pada tahun
1953. Saat itu ukurannya hampir sama dan bentuknya seperti mandibula asli,
tetapi juga kondisinya rusak parah. Temuan terbaru oleh tim Jepang dan
Indonesia memperbaiki fosil yang sudah dewasa ini dan menunjukkan spesimen
inilebih kecil dari spesimen yang diketahui H. Homo.
Anehnya, spesimen itu memiliki beberapa ciri unik untuk mandibula yang
ditemukan pertama dan tidak dikenal di H. Homo. Tidak ada perkiraan ukuran
yang belum pasti.
Pithecanthropus
Indonesia,
yaitu
Pithecanthrophus
erectus,
Pithecanthropus
Homo
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur
paling muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.00040.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern,
dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan
bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Homo merupakan manusia purba yang
memiliki fikiran yang cerdas. Di Indonesia sendiri ditemukan beberapa jenis
Homo , yaitu :
Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene
Dobois di desa.
Bengawan
Solo.
Fosilnya
berupa
tengkorak
menurut
hidung).
Tinggi badan antara 130 210 cm
Volume otaknya antara 1000 1200 cc
Otot tengkuk mengalami penyusutan
Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
tempat
mengumpulkan
tinggal
makanan
secara
dan
menetap
serta
menangkap
ikan.
ciri-ciri
ras
Mongoloid
dan
Austramelanosoid.
Homo Floresiensis
94.000
dan
13.000
tahun
SM.
Ciri-ciri Homo
DAFTAR PUSTAKA
http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-MasaPraaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/