Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah kami ini.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah
kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Makalah ini memuat tentang Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan.
Tidak semua hal dapat kami analisa dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana
kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Semoga,

makalah

ini

dapat

menambah

pengetahuan

kita

dan

membangkitkan rasa Nasionalisme dan Patriotisme sebagai warga negara


Indonesia yang baik. Terima kasih.

Waikabubak, 20 November 2014

1. Sejarah Manusia Purba


Indonesia merupakan salah satu tempat ditemukannya fosil manusia
purba. Ini artinya, Indonesia pada masanya pernah didiami oleh manusia purba.
Kenyataan ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu tempat penting bagi para
ahli yang akan melakukan studi tentang manusia purba. Adapun tempat lain yang
juga ditemukan fosil manusia purba yaitu Prancis, Jerman, Belgia, dan Cina.
Faktor apakah yang membuat Indonesia menjadi tempat menarik untuk
didiami oleh manusia purba? Kita tahu, kehidupan manusia purba masih sangat
bergantung oleh alam. Jadi besar kemungkinan faktor utama yang menarik
manusia purba untuk mendiami Indonesia adalah kesuburan tanahnya serta
kekayaan akan faunanya. Sejak 10000 tahun yang lalu ras-ras manusia seperti
yang kita kenal sekarang ada di Indonesia. Pada kala Holosin dikenal dua ras,
yaitu ras Austromelanosoid dan ras Mongoloid. Ras Austromelanosoid mempunyai
ciri-ciri tubuh agak besar, tengkorak kecil, rahang kedepan, hidung lebar, alat
pengunyah kuat. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri tubuh lebih kecil, tengkorang
sedang, muka lebar dan datar, hidung sedang. Temuan rangka manusia Pos
Plestosin di pantai timur Sumatera Utara, gua-gua di Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara. Sisa-sisa manusia di langsa tamiang dan binjai
menunjukkan ciri-ciri austromelanosoid.
Dengan melihat keadaan di Sumatera Timur dan membandingkan dengan
keadaan di pantai selat Malaka, manusia ini memakan bintang laut, kerang laut,
dan ikan, disamping beberapa hewan darat, seperti babi dan badak. Manusia ini
juga telah mengenal api, mengubur mayat, dan upacara tertentu. Pada saat
bersamaan di gua lawa, sampung, ponorogo, didapati manusia yang termasuk ras
Austromelanosoid. Mereka hidup dari binatang buruan, seperti kerbau, rusa, dan
gajah.

Di Flores, yaitu liang toge, liang momer, dan liang panas didapatkan sisasisa manusia yang menunjukkan ciri-ciri Austromelanooid. Di liang toge, flores
barat manusianya diperkirakan hidupnya secara meramu dan berburu. Dari data
tersebut maka populasi di Indonesia di kala Pos Plestosin: Sumatera, Jawa, dan
Nusa Tenggara didiami ras Austromelanosoid dengan sedikit unsur Mongoloid,
tapi di Sulawesi selatan menunjukan ras mongoloid. Mungkin karena pengaruh
mongoloid melalui Filipin Kalimantan Sulawesi.
Kehidupan praaksara di Indonesia dimulai sejak munculnya manusia purba.
Berdasarkan banyaknya fosil purba yang ditemukan, menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan tempat yang menarik bagi manusia purba untuk ditempati.
Oleh karena itu, Indonesia menjadi sangat penting bagi para ilmuan yang akan
meniliti keadaan dan kehidupan manusia purba.

2. Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia


Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan artinya


besar, Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus artinya dari Jawa. Jadi
bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh
besar tertua di Jawa. Fosil Meganthropus Paleojavanicus dikatakan sebagai fosil

manusia purba paling primitif. Meganthropus Paleojavanicus diartikan sebagai


manusia raksasa dari jawa. Jenis manusia purba ini pertama kali ditemukan oleh
van Koenigswald antara tahun 1936-1941 di daerah Sangiran. Sragen, Jawa
Tengah. Daerah Sangiran termasuk dalam fauna Jetis yang digolongkan dalam
lapisan Pleistosen Bawah. Fosil yang ditemukan adalah bagian rahang bawah dan
rahang atas kiri dengan gigi geraham Manusia purba jenis Meganthropus
Paleojavanicus memiliki ciri-ciri :
1. Memiliki rahang bawah tebal dan kuat
2. Tubuh tegap
3. Tonjolan tulang pipi yang tebal,
4. Tonjolan kening tebal
5. Memiliki otot-otot kuat
6. Termasuk sebagai pemakan tumbuhan

Meganthropus A / Sangiran 6
Ini fragmen rahang yang besar, pertama kali ditemukan pada 1941 oleh
Von Koenigswald . Koenigswald ditangkap oleh Jepang dalam Perang Dunia II, tapi
berhasil mengirim cast rahang untuk Franz Weidenreich . Weidenreich
menjelaskan dan memberi nama spesimen pada tahun 1945, dan terpana dengan
ukurannya.
Kemudian hominid ini adalah hominid yang memiliki rahang terbesar yang
dikenal. Rahang itu kira-kira sama tingginya dengan gorila tetapi memiliki bentuk
yang berbeda.
Sedangkan antropoid dengan mandibula (rahang) memiliki tinggi yang
terbesar di simfisis, yaitu di mana dua rahang bawah bertemu, hal ini tidak
terjadi di Sangiran-6, di mana ketinggian terbesar terlihat di sekitar posisi
pertama molar (M1).
Weidenreich menganggap ini adalah gigantisme acromegalic, tapi
akhirnya tidak menggolongkannya karena tidak memiliki fitur khas seperti dagu
yang menonjol berlebihan dan giginya yang kecil dibandingkan dengan ukuran
rahang itu sendiri.
Weidenreich tidak pernah membuat perkiraan ukuran langsung dari
hominid ini berasal, namun mengatakan itu 2/3 ukuran Gigantopithecus , yang dua
kali lebih besar sebagai gorila, yang membuatnya seperti setinggi sekitar 8 kaki
(2,44 m) tinggi. Tulang rahangnya digunakan dalam bagian dari rekonstruksi
tengkorak Grover Krantz, yang hanya setinggi 8,5 inci (21 cm).
Meganthropus B / Sangiran 8
Ini adalah fragmen rahang lain yang dijelaskan oleh Marks pada tahun
1953. Saat itu ukurannya hampir sama dan bentuknya seperti mandibula asli,
tetapi juga kondisinya rusak parah. Temuan terbaru oleh tim Jepang dan
Indonesia memperbaiki fosil yang sudah dewasa ini dan menunjukkan spesimen
inilebih kecil dari spesimen yang diketahui H. Homo.
Anehnya, spesimen itu memiliki beberapa ciri unik untuk mandibula yang
ditemukan pertama dan tidak dikenal di H. Homo. Tidak ada perkiraan ukuran
yang belum pasti.

Meganthropus C / Sangiran 33/BK 7905


Ini fragmen mandibula yang ditemukan pada tahun 1979, dan memiliki
beberapa karakteristik yang sama dengan mandibula yang sebelumnya ditemukan.
Hubungannya dengan Meganthropus tampaknya menjadi yang paling lemah dari
penemuan mandibula.
Meganthropus D
Mandibula ini diakuisisi oleh Sartono pada tahun 1993, dan berkisar
antara 1,4 dan 0,9 juta tahun lalu. Bagian ramus rusak parah, tetapi fragmen
mandibula relatif terluka, meskipun rincian dari gigi telah hilang.
Hal ini sedikit lebih kecil dari Meganthropus-A dan sangat mirip dalam
bentuknya. Sartono, Tyler, dan Krantz sepakat bahwa Meganthropus-A dan D
sangat mungkin merepresentasikan dari spesies yang sama.
Meganthropus I / Sangiran 27
Spesimen Tyler ini digambarkan sebagai tengkorak yang hampir lengkap
tapi hancur dalam batas ukuran Meganthropus dan di luar batas (diasumsikan) H.
Homo. Spesimen ini tidak memiliki jendolan ganda yang hampir bertemu di atas
tempurung kepala dan punggung nuchal sangat tebal.
Meganthropus II / Sangiran 31
Ini fragmen tengkorak yang pertama kali dijelaskan oleh Sartono pada
tahun 1982. Analisis Tyler sampai pada kesimpulan bahwa itu adalahkisaran
normalnya H. Homo. Tempurung kepala lebih dalam, lebih rendah berkubah, dan
lebih luas daripada sebelumnya spesimen sebelumnya yang ditemukan. Ia memiliki
sagittal crest yang sama atau punggung temporal ganda dengan kapasitas
tengkorak sekitar 800-1000cc.

Pithecanthropus

Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia


purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri
berarti manusia kera yang berjalan tegak. Fosil Pithecanthropus berasal dari
Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan Mereka sudah memakan segala, tetapi makanannya
belum dimasak. Terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang ditemukan
di

Indonesia,

yaitu

Pithecanthrophus

erectus,

Pithecanthropus

mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan pengukuran umur


lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia mempunyai
umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.

1. Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891


di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Mereka
hidup sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus
Erectus berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang
kuat. Volume otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia
modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc.

2. Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus


robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada
tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur. Temuan tersebut berupa fosil
anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar
2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis
berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal dan
tulang pipi yang kuat.
3. Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von
Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun
1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.

Homo

Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur
paling muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.00040.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern,

dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan
bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Homo merupakan manusia purba yang
memiliki fikiran yang cerdas. Di Indonesia sendiri ditemukan beberapa jenis
Homo , yaitu :

Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene
Dobois di desa.

Wajak( Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil

yang ditemukan berupa tulang tengkorak, rahang atas dan


rahang bawah tulang pah dan tulang kering. Homo Wajakensis
golongan homo Sapiens kelompok manusia purba maju dan
terakhir. Dan ini membuktikan bahwa Indonesia sejak 40.000
tahun yang lalu sudah didiami manusia sejenis Homo Sapiens.
Ciri-ciri homo wajakensis :
o Berbadan tegap
o Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan.
o Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol
o Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus.
o Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur
kening yang nyata
o Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi
di tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke
belakang
o Tingginya sekitar 180 cm
o Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc
dengan rata-rata 1350-1450 cc.
o Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara
30-150 kg.
o Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu
o Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang
masih sederhana

Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)


Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 1934 oleh
Von Koenigswald dan Wedenreich di desa Ngadong lebah

Bengawan

Solo.

Fosilnya

berupa

tengkorak

menurut

penelitian terrnyata Homo Soloensis tingkatanya lebih


tinggi di banding Pithecanthropus Erektus.
Ciri-ciri homo soloensis :
o Otak kecilnya lebih besar dari pada otak kecil
Pithecanthropus Erectus.
o Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus
Erectus.
o Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas
o
o
o
o

hidung).
Tinggi badan antara 130 210 cm
Volume otaknya antara 1000 1200 cc
Otot tengkuk mengalami penyusutan
Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

Homo Sapiens (Manusia Cerdas)

Homo Sapiens merupakan manusia yang paling

maju dan paling cerdik. Homo Sapiens, artinya manusia yang


cerdas. Homo Sapiens hidup pada masa Holosen dan
memiliki bentuk fisik yang yang hampir sama dengan
manusia zaman sekarang. Fosil ini ditemukan oleh Von
Rietschoten pada tahun 1889, di Desa Wajak, Campur
Darat, Tuluanggung, Jawa Timur.
Homo Sapiens yang terdapat di Indonesia
sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka sudah
mengenal

tempat

mengumpulkan

tinggal

makanan

secara
dan

menetap

serta

menangkap

ikan.

Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang


mendapat pengaruh dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dari
Indo-Cina (Vietnam).
Ciri-ciri Homo Sapiens :

o Tinggi tubuh 130-210 cm


o berat badan 30 159 kg, dan volume otak 1350
1450 cc.
o Otak lebih berkembang dari pada Meganthropus
dan pithecanthropus.
o Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
o Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah
berdagu.
o Mempunyai

ciri-ciri

ras

Mongoloid

dan

Austramelanosoid.

Homo Floresiensis

Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang

Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang


Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New England,
Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada
kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang
belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang
sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup
antara

94.000

dan

13.000

tahun

SM.

Ciri-ciri Homo

floresiensis antara lain, tinggi badan kurang dari 1 meter;


berbadan tegap; berjalan secara bipedal; volume otak sekitar
417cc; serta tidak memiliki dagu.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-MasaPraaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html

http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/

Anda mungkin juga menyukai