Kelas : X – MIA 3
Guru Pengajar : Wiwin Fahriati, S.pd
Materi : Meganthropus Paleojavanicus
Kelompok 1
Irfa Najilah (9)
Najwa Hidayah (19)
Raisa Nur Hafiza (24)
Rhimo Auly Juliano (26)
Ridani (27)
Siti Mahfuzatun Amara (32)
3) Memiliki ciri – ciri manusia dari bentuk rahangnya tetapi lebih mirip kera
8) Volume otaknya lebih kecil daripada manusia modern yakni berkisar 750-
1.350 cc sehingga dianggap sebagai manusia purba yang paling bodoh.
Apabila cadangan makanan di satu tempat sudah habis, maka mereka akan
berpindah ke tempat yang baru lagi dimana masih banyak terdapat persediaan
makanan karena belum mengenal teknik bercocok tanam. Selain itu cara hidup
Meganthropus Paleojavanicus adalah nomaden karena dipengaruhi oleh
pergantian musim. Ketika musim kemarau, mereka juga berpindah tempat untuk
mencari sumber air yang lebih baik dan memadai, juga karena umbi – umbian
yang mulai berkurang karena sumber air yang kurang. Mereka umumnya
berlindung di gua – gua secara berkelompok, dan hanya tahu cara makan serta
mencari makanan sebagai insting yang mendasar dari makhluk hidup.
Hingga tahun 2005, taksonomi dan filogeni dari spesimen meganthropus masih
belum dapat dipastikan, walaupun sebagian besar ahli paleoantropologis
mempertimbangkan kedekatannya dengan homo erectus dalam beberapa hal.
Nama Homo Palaeojavanicus dan bahkan Australopithecus Palaeojavanicus juga
terkadang digunakan yang mengindikasikan ketidak pastian klasifikasinya.
1) Sangiran 6A / Meganthropus A
2) Sangiran 8 / Meganthropus B
Ini adalah potongan tulang rahang lain yang dideskripsikan oleh Marks pada
1953. Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan rahang bawah yang asli
tetapi mengalami kerusakan parah. Tim dari Indonesia dan Jepang baru – baru ini
memperbaiki fosilnya, dan diketahui bahwa itu adalah tulang rahang dewasa,
dan berukuran lebih kecil daripada homo erectus. Tetapi spesimen tersebut
memiliki beberapa ciri unik yang sama dengan penemuan awal, dan tidak
terdapat pada homo erectus.
Potongan tulang rahang ini ditemukan pada 1979 dan memiliki beberapa
kesamaan umum dengan temuan rahang bawah sebelumnya. Hubungannya
dengan Meganthropus Paleojavanicus tampaknya menjadi yang paling lemah
dari penemuan – penemuan tulang rahang yang telah dilakukan sebelumnya.
4) Meganthropus D
Tulang rahang dan ramus ditemukan oleh Sartono pada tahun 1993 dan telah
ditentukan usianya antara 1,4 hingga 0,9 juta tahun lalu. Bagian ramus
mengalami kerusakan buruk, tetapi bagian rahang bawahnya tampak relatif
tidak mengalami kerusakan walaupun detail gigi telah hilang. Ukurannya agak
lebih kecil daripada Meganthropus A tetapi bentuknya sangat mirip. Sartono,
Tyler dan Krantz menyepakati bahwa Meganthropus A dan D tampaknya adalah
contoh dari spesies yang sama.
5) Sangiran 27 / Meganthropus I
Tyler menggambarkan spesimen yang ditemukan ini sebagai hampir lengkap
tetapi bagian tengkoraknya yang hancur berada di batas ukuran meganthropus
dan bagian luarnya diasumsikan pada batas ukuran homo erectus. Spesimen ini
secara tidak biasa memiliki dua bagian temporal ridge atau sagittal crest, yang
hampir bertemu di bagian atas tengkorak dan nuchal ridge yang menebal.
6) Sangiran 31 / Meganthropus II
Potongan tengkorak ini pertama kali dideskripsikan oleh Sartono pada tahun
1982. Analisis Tyler menghasilkan kesimpulan bahwa ukurannya berada di luar
batas normal Homo Erectus. Tengkoraknya lebih dalam, berkubah lebih rendah
dan lebih lebar dari spesimen manapun yang sebelumnya ditemukan. Memiliki
bagian sagittal crest yang juga dobel dengan kapasitas tengkorak sekitar 800 –
1000 cc. Sejak presentasinya pada AAPA meeting di tahun 1993, rekonstruksi
Sangiran 31 telah diterima oleh banyak kalangan otoritas. Tidak ada homo
erectus lain yang menunjukkan ciri – ciri ini.
7) Meganthropus III
Ini adalah fosil lain yang memiliki sedikit kaitan lemah dengan meganthropus.
Penemuan ini tampaknya adalah bagian posterior dari tengkorak hominid,
berukuran 7 hingga 10 cm. Digambarkan oleh Tyler pada 1996 yang menemukan
sudut oksipital dari keseluruhan tengkorak yang diperkirakan sejauh 120 derajat,
menurutnya itu adalah rentang yang dimiliki homo erectus. Tetapi
interpretasinya dipertanyakan oleh para pihak berwenang yang masih
meragukannya.