Anda di halaman 1dari 37

HAKIKAT DAN MARTABAT MANUSIA MENURUT ISLAM”

22.48 No comments

1. Konsep Manusia

Beberapa pendapat tentang manusia


a) Carles Darwin : binatang yang terjadi dari sebab-sebab mekanis
b) Sigmund Freund : makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara id, ego, dan super ego
c) Behaviorisme: homo mechanicus- perilaku manusia yang terbentuk sebagai hasil pembelajaran
dengan lingkungan
d) Kognitif : homo sapiens- selalu berusaha memahami lingkungannya
e) Humanisme : homu ludens, berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan
mengaktualisasikan diri
f) Aristoteles : hewan yang berakal sehat, mengeluarkan pendapat, dan berbicara berdasar akal
pikiran.
Konsep Manusia dalam Islam
a) Historis : bani adam (al-a’raf 31)
b) Biologis : basyar (ar-rum 20)
c) Intelektual : insan (at-tin 4)
d) Sosiologis : naas (al-hujarat 13)
e) Posisional : abd(saba’ 9)
f) Khalifah (al-baqarah 30)
Al-Qur'an telah mencatat untuk kita model orang-orang seperti pada orang-orang dari “iklan”
. Firaun berbicara kepada umat-Nya dan mengatakan dalam surat Al-Qashash, (Ayat 38), "Aku
tidak mengetahui Tuhan bagimu selain Aku."
Pada ekstrem yang lain, manusia berpikir bahwa ia adalah yang paling diremehkan, terlemah,
dan yang paling berharga di alam semesta ini, sehingga ia menunduk dengan penyerahan
sebelum pohon, batu, hewan, atau sebelum matahari, bulan , bintang-bintang atau api dan
makhluk lain. Islam menjelaskan kepada manusia realitasnya, asal-usulnya dan berbagai tahap
penciptaan yang ia melewati.

1. Asal-usul penciptaan dan tahap-tahap penciptaan-Nya:

Islam telah menjelaskan bahwa realitas manusia berasal dari dua asal: Asal jauh, yang
adalah ciptaan pertama dari lumpur ketika Allah (SWT) membuatnya dan ditiupkan ke dalam
dirinya hidup, dan asal dekat, yang ciptaan-Nya dalam rahim ibunya. Allah (SWT) berfirman
dalam surat As-Sajdah, (Ayat 7-9), tentang asal-usul manusia, "Dia orang yang unggul dalam
segala sesuatu yang Dia ciptakan, dan Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat dan
keturunan manusia kemudian dibuat dari cairan berharga, kemudian Dia membuatnya dan
ditiupkan ke dalam dirinya dari jiwanya, dan dibuat untuk Anda pendengaran, penglihatan, dan
hati, dan berkat kecil yang Anda memberi. "

Sekarang, kita melihat bagaimana Al-Qur'an ternyata perhatian manusia terhadap cairan
yang berharga dari mana ia diciptakan dalam rahim ibunya, "dari cairan berharga. Hal ini
hendaknya menyadarkan Manusia untuk memberantas potensial menindas dan menghilangkan
kesombongan dan membuat dia rendah hati dalam hidupnya.

2. Manusia adalah makhluk terhormat:

Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Isra ', (Ayat 70), "Kami telah menghormati anak-
anak Adam dan membawa mereka di bumi dan di laut dan memberikan kepada mereka rezeki
yang baik. Dan kita membuat mereka lebih baik daripada banyak dari apa yang kita buat. "
Kemudian Allah (SWT) menjelaskan bahwa Dia (SWT) membuat seluruh alam semesta dalam
melayani manusia. Dia mengatakan dalam surat Luqman, (Ayat 20), "Apakah Anda tidak
melihat bahwa Allah disediakan bagi Anda apa yang di langit dan di bumi dan membanjiri Anda
dengan banyak berkat dikenal dan tidak dikenal."

3. Manusia memiliki kemampuan untuk dapat membedakan dan memilih antara baik dan
jahat:

Allah (SWT) berfirman dalam surat Ash-Syams, (Ayat 7-10 "Dan dengan Nafs, (jiwa), dan
Allah yang sempurna dia dalam proporsi; Kemudian Dia mengilhami dia korupsi dan kebenaran
nya; Memang ia berhasil yang memilih untuk memurnikan diri sendiri-Nya;. dan memang ia
gagal yang merusak diri sendiri nya "

4. Manusia memiliki potensi untuk belajar dan memperoleh pengetahuan:

Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Alaq, (Ayat 3-5),

"Bacalah dan Tuhan Anda adalah yang paling murah hati, Orang yang mengajar dengan
pena, Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu” .

Dalam ayat lain, Allah (SWT) berfirman dalam surat An-Nahal, (Ayat 78), "Dan dibuat
untuk Anda pendengaran dan penglihatan dan hati, sehingga Anda bersyukur. "Allah (SWT)
mencemooh mereka yang tidak mendapatkan manfaat dari semua hak istimewa. Allah (SWT)
berfirman dalam surat Al-Araf, (Ayat 179), "Mereka memiliki hati yang mereka tidak mengerti,
mereka memiliki mata yang dengannya mereka tidak melihat, dan mereka memiliki telinga yang
mereka tidak mendengar, mereka seperti binatang dan bahkan lebih buruk, mereka adalah pelupa
atau lalai ".

5. Manusia bertanggung jawab dan akuntabel dan dia akan mendapatkan hasil dari
perbuatannya:

Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Baqarah, (Ayat 30),

"Dan Tuhanmu berkata kepada para malaikat bahwa saya menciptakan Khalifah di bumi."

Kemudian Allah (SWT) mengajarkan kepada Adam semua nama untuk menunjukkan
bagaimana manusia malaikat istimewa di sisi Allah, maka Allah (SWT) memerintahkan para
malaikat untuk bersujud kepada Adam karena hormat.. Allah (SWT) berfirman dalam surat Az-
Zalzalah, (Ayat 7-8), , "Dan barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya
dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun,
niscahya dia akan (melihat) balasannya""Nabi Muhammad (SAW) mengatakan dalam sebuah
hadits otentik yang dilaporkan oleh Imam At-Tirmidzi," Para hamba Allah akan ditanya tentang
empat hal pada hari kiamat: sekitar hidupnya dan apa yang ia lakukan dengan itu Dan tentang
pengetahuan dan apa yang ia lakukan dengan itu Dan tentang uangnya? mana dia
mendapatkannya dari dan di mana ia menghabiskan itu? Dan tentang tubuhnya bagaimana ia
menggunakannya.? "

2. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain

Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam fungsi tubuh dan fisiologisnya. Fungsi
kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas yang pada gilirannya
ditentukan oleh struktur syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin
fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat ditemukan
inteligensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga
memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah digariskan secara naluri. Namun
setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar eksistensinya yang tertentu
masih tetap sama. Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan
tungkat tujuan. Disinilah letak kelebihan dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding
dengan makhluk lain.
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di muka bumi merupakan makhluk yang
memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang,
sehingga pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan utama antara manusia dengan
makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya
dimiliki oleh manusia, sedangkan binatang hanya mampu bergerak dalam ruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang mampu bergerak di darat dan di air (laut) namun tetap memiliki
keterbatasan dan dan tidak dapat melampaui manusia. Kelebihan manusia atas makhluk lainnya
dijelaskan dalam QS. 17 (Al-Isra’) : 70.
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di
daratan dan dilautam, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Manusia juga diberikan akal pikiran dan qalb sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah berupa Al-Qur’an. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya, Allah
menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya (QS. 95 : At-Tiin:4).
Manusia bermartabat mulia jika mereka sebagai khalifah maka sesuai dengan QS. 6 (Al-
An’am) : 165

Artinya : Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Oleh sebab itu manusia akan selalu mulia dan dilebihkan dari makhluk lainnya sepanjang
tetap memanfaatkan potensi untuk mempertahankan kemuliaannya.
Manusia memiliki kekhasan dibandingkan dengan makhluk yang paling mirip sekalipun.
Menurut al-Qur’an kekhasan ini menyebabkan adanya konsekuensi kemanusiaan diantaranya
kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Karakterisrik manusia adalah :
1. Aspek Kreasi
Apapun yang ada dalam tubuh manusia dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan sempurna.
Hal ini dapat dibandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak
kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan simpanse, demikian pula
organ-organ lainnya.
2. Aspek Ilmu
Hanya manusia yang punya kemampuan memahami lebih jauh hakikat alam semesta ini.
Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan melalui
pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus
berkembang.
3. Aspek Kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan adanya pilihan dalam hidup. Makhluk hidup
dalam suatu pola yang telah baku dan tidak akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak
akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
4. Aspek Akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelumnya baik,
tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu menjadi penjahat atau sebaliknya. Oleh sebab itu
lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang agar
lebih baik. .(Hamdan, dkk,2004:36)
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan
kesederhanaan langsung bahwa diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan
yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari
benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh
prinsip alam. Sedangkan tumbuhan, makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya. Selain
mempunyai gerak monoton juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi diantaranya
ada gerak vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi daripada tumbuh-
tumbuhan yang menyebabkan hewan selain mempunyai kemampuan bergerak bervariasi juga
memiliki rasa yang disebut prinsip jiwa sensitif. Dalam kenyataan, manusia juga mempunyai
kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai prinsip an nafs al insaniyyat yang
memungkinkan untuk berpikir dan memilih dan prinsip inilah yang menjadi pembeda manusia
dari makhluk hidup lainnya.

3. Exsitensi dan martabat manusia


Menurut Ibnu Sina yang terkenal dengan filasafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi

a) Manusia sebagai makhluk sosial: manusia tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain. Manusia
baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kebutuhan bila hidup berkumpul.
b) Manusia sebagai makhluk ekonomi, karena mereka selalu memikirkan masa depan dan
menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya.
Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusi adalah makhluk serba dimensi

a) Dimensi Pertama
b) Secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat dan
menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang.
c) Dimensi Kedua
d) Manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan
menghindari kerugian.
e) Dimensi Ketiga
f) Menusia mempunyai perhatian terhadap keindahan.
g) Dimensi keempat
h) Manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.
i) Dimensi kelima
j) Manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda karena dikaruniahi akal,
fikiran dan khendak bebas.
k) Dimensi keenam
l) Manusia mampu mengenal dirinya.
4. Tujuan penciptaan manusia
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya,“Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”Ayat ini menerangkan tujuan manusia
diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam
semesta. Banyak yang salah mengira bahwa menjadi khalifah berarti ‘menguasai’. Arti kata
rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah
manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta. Manusia juga dibebankan menjadi Khalifah Allah, Khalifah sebenarnya adalah
perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi.

Dengan berpedoman pada QS Al Baqarah:30-36, maka status dasar manusia adalah sebagai
khalifah (makhluk penerus ajaran Allah) sehingga manusia harus :
a. Belajar. Obyek belajar nya adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya.Hal ini
tercantum juga di dalam QS An Naml: 15-16 dan QS Al Mukmin: 54
b. Mengajarkan Ilmu. Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk
mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan
juga Al Bayan

c. Membudayakan Ilmu. Ilmu Allah tidak hanya untuk disampaikan kepada manusia lain tetapi
juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang terus diamalkan akan membudaya. Hal ini tercantum
pula di dalam QS Al Mu’min:35

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-
Dzariyat: 56).

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembali-kan kepada Kami?” (Al-Mukminun: 115).

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”
(Al-Qiyamah: 36).
Jadi berdasarkan ayat diatas tujuan penciptaan dari manusia tak lain adalah untuk ibadah.
Ibadah sendiri artinya tunduk dan patuh kepada Allah ta’ala dengan penuh kecintaan dan
pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
larangan-Nya sesuai dengan tuntutan yang ditetapkan dalam syarita-syariat-Nya.
3. Tujuan Individu Dalam Keluarga

. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih
sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum
yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga
harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat.
Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan
kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan
sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat
tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh
sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita
harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-A’raf : 96)

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat

b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya

5. Tujuan Individu Dalam Bernegara


Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai
pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial.
Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi
yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi
warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman
serta makmur.

6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional


Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia
luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus
bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan
individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam
kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia
globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.
5.Fungsi dan peranan yang diberikan allah kepada manusia

Berpedoman pada QS.Al-Baqarah : 30-36, status dasar yang dipolopori adam adalah
sebagai khalifah. Jika kalifah diartikan sebagai mahluk penerus ajaran ALLAH ,maka peran yang
dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran ALLAH dan sekaligus menjadi pelopor dalam
membudidayakan ajaran Allah,hal ini di mulai dari diri sendiri dan keluarganya.Adapun peran
yang di lakukan seorang kalifah sebagaimana yang di tetapkan Allah,di antarany ialah:
a.Belajar (Surat An-Naml : 15-16 dan Al –Mu’minun : 54)
Belajar yang di nyatakan pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari ilmu Allah
dan pada ayat kedua di jelaskan yang di maksud ilmu Allah adalah Al-Kitab. Istilah lain yang di
nyatakan Al-Qur’an adalah iqra’. Istilah iqra’ adalah istilah yang di pergunakan Allah terhadap
Muhammad dan pengikutnya.yang menjelaskan ilmu Allah yang berwujud Al-quran dan
ciptaannya
b. Mengerjakan Ilmu (Al-Baqarah : 31-39)
Ilmu yang di ajarkan oleh kalifatullah bukan hanya ilmu yang di karang manusia
saja,tetapi juga ilmu Allah.Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan ilmu agama.Dengan
demikian tidak terbentuk asumsi bahwa yang bukan ilmu agama adalah ilmu Allah. Ilmu Allah
adalah ilmu al-Qur’an dan al- bayan (ilmu pengetahuan). Al-Qur’an merupakan aturan hidup dan
kehidupan manusia serta hal-hal yang berhubungan dengan manusia.Mengerjakan Al-Qur’an
berarti mengerjakan hidup dan kehidupan menurut Allah pencipta manusia dan alam semesta.
c. Mumbudayakan Ilmu (al-Mu’minun: 35)
Ilmu Allah yang telah diketahui bukan hanya untuk di sampaikan kepada orang
lain,tetapi juga untuk diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga membudaya. Seorang
khalifah bertangung jawab kepada 4 instansi,yaitu:
1. Fungsi Manusia Terhadap Diri Pribadi
Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani, unsur rohani terdiri dari
cipta (akal), rasa dan karsa. Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga. Unsur
jasmani yang memerlukan makan-minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan sebagainya
dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Akal yang merupakan salah satu segi unsur rohani kita
bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia. Rasa yang juga merupakan salah satu segi unsur
rohani yang selalu merindukan keindahan, kebenaran, keadilan dan sebagainya itu kita penuhi
pula kebutuhannya dengan berbagai keseniaan yang sehat, hidup dengan pedoman yang benar,
berlaku adil dan sebagainya [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 4]. Perasaan yang rindu kepada
kebaikan diisi dengan nilai-nilai moral, perasaan yang rindu kepada keindahan diisi dengan nilai-
nilai seni-budaya, perasaan yang rindu kepada kemuliaan diisi dengan taqwa, perasaan yang
rindu kepada kesucian diisi dengan usaha-usaha meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti dengki,
takabbur, aniaya dan sebagainya (Ahmad Azhar Basyir, 1984 : 8),

2. Fungsi Manusia Terhadap Masyarakat


. Firman Allah, QS. al-Hujarat : 13, Allah mengajarkan kepada manusia sebagai berikut :
"Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"
[QS.al-Hujarat: 13].
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual, makhluk
relegius, dan makhluk sosial. "Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan untuk
kepentingan pribadi, sebagai makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan
hubungan dengan kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan
sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang
laiannya", ...maka kemudian terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat [Bimo Walgito, 1987
: 41].
Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki
manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan
dalam al-Qur'an bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga
mengadakan hubungan dengan sesama manusia. Kesedian untuk memperhatikan kepentingan
orang lain, dalam hal ini adalah tolong menolong. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur'an surat al-
Maidah ayat 2, sebagai berikut :

"Dan tolong menolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran".
3. Fungsi Manusia Terhadap Alam dan Lingkungan
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam
untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menegaskan
bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi ditundukan Allah kepada manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia sendiri [QS.al-Jatsiyah:13]. Laut, sungai, matahari, bulan, siang dan
malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia [QS. Ibrahim : 32-34]; binatang
ternak diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia [QS. an-Nahl : 5] ; laut
ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali dan dimanfaatkan
kekayaannya [QS. Fathir:12 dan an-Nahl:14] [Ahmad Azhar Basyir, 1988 : 40].
Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar
keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-
lebihan, agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas
[Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16]. Apabila berlaku belebih-lebihan, tamak, rakus, dalam
menanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam hubungan
ini, Allah memperingatkan manusia [QS. Ruum : 41] bahwa, "Kerusakan di darat dan laut terjadi
akibat perbuatan tangan manusia sendiri; Allah merasakan kepada mereka sebagai [akibat]
perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar". Berdasarkan ayat ini, maka
pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia sekarang, harus memperhatikan
kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut.

4. Fungsi Manusia Terhadap Allah


Fungsi manusia terhadap Allah ditegaskan dalam al-Qur'an surat adz-Dzariyat ayat 56,
sebagai berikut :
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".
Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 21, Allah memerintahkan manusia untuk beribadah,
sebagai berikut :
"Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-
orang sebelummu, agar kamu bertaqwa".
Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah
baik dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah
melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan al-Qur'an dan
Sunnah Rasul. Ibadah dalam pengertiam umum mencakup segala macam perbuatan, tindakan
dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus (mahdhah)
yaitu berbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai dengan
ketentuan syara'.
Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan
dari fungsi manusia terhadap Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia
yaitu sifat relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat manusia harus condong
kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.
6.Tanggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah

1. Mengabdikan diri kepada Allah menerusi beriman kepada Allah dan melakukan amal soleh
dalam bentuk yang sempurna.
2. Sebagai hamba, manusia perlu melaksanakan amanah Allah, memelihara serta mengawal
agama Allah serta ajaran Allah SWT.
3. Ke arah melaksanakan amanah sebagai khalifah Allah ini, manusia hendaklah menyedari dan
memahami bahawa kewajiban berdakwah dengan menyebarkan dan memperluaskan ajaran Islam
ke arah menegakkan syiar Islam serta meninggikan kalimah Allah di atas muka bumi ini, dengan
berperanan menegakkan amar makruf serta mencegah kemungkaran.
“Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan
(mengembangkan Islam). Dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang
daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-
orang yang berjaya. (Ali Imran: 104)
4. Sebagai khalifah Allah, yang dimaksudkan dengan wakil Allah, wajiblah manusia menjaga
agama dengan melaksanakan dua perkara:
i) Menegakkan Islam. Dengan berdakwah kepada manusia seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan para sahabat RA dan membuktikan kebaikan ajaran Islam dan hukumnya di
samping mempertahankan agamanya dari ancaman musuh.
ii) Melaksanakan Islam. Dengan mengamalkan perintahNya dan meninggalkan laranganNya,
dalam semua urusan termasuk juga urusan kemasyarakatan dan kenegaraan.
5. Bertanggungjawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga daripada masuk ke dalam
neraka.
“Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu (berhala). Neraka itu dijaga dan dikawal oleh
Malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya), mereka tidak menderhaka kepada Allah
dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka dan mereka pula melakukansegala yang
diperintahkan.” (At-Tahrim : 6)

Begitulah di antara tanggungjawab besar yang wajib dilaksanakan oleh setiap manusia ang hidup
di atas muka bumi Allah. Seterusnya ia mestilah kembali kepada Islam, menghayati Islam,
kembali kepada beriman dan beramal soleh.

MARTABAT MANUSIA

Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah secara dasarnya maqam
merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalik-Nya, yang juga merupakan
sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi dihadapan Tuhannya pada saat dalam perjalanan
spiritual dalam beribadah kepada Allah swt. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan
seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan
maqam tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7
(tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh
perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi
dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan
menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhan dzikir
pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai
berikut :
1.) Taubat
2.) Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram
3.) Merasa miskin diri dari segalanya
4.) Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
5.) Meningkatakan kesabaran terhadap takdirNya
6.) Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya
7.) Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri)
8.) Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt
9.) Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan
kepadaNya
10.) Mempunyai rasa takut dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang hamba
akan muncul sifat berikut :
1.) Ketenangan juwa
2.) Harap kepada Allah Swt
3.) Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahNya
4.) Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui beberapa tingkatan maqam
di bawah ini, tetapi melalunya adalah amalan dzikir pada maqam yang 7 (tujuh), adapun hasilnya
akan dapat di uraikan dengan beberapa maqam sifat, yaitu :
· Taubat
· Zuhud
· Sabar
· Syukur
· Khauf (takut)
· Raja’ (harap)
· Tawakkal

KESIMPULAN
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna
manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap
kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang
berguna untuk diri sendiri dan orang lain.

Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu
ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari
orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak
bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling
menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya ,
selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat
manusia dan manusia telah dianugrahi potensi yang sempurna untuk hidup di dunia, yaitu akal,
nafsu, dan qalbu. Akal diarahkan kepada alam melalui proses tafakur, sehingga manusia dapat
menguasai ilmu dan teknologi sebagai pelaksanaan tugas kekhalifahannya, dan manusia
mempunyai hakikat, martabat, serta tanggung jawab nya masing-masing. Sementara qalbu yang
diarahkan kepada penghayatan firman-firman Allah melalui prosesdzikir melahirkan keimanan
sebagai bentuk pelaksanaan tugas ke-abdullah-annya.

Penggunaan potensi akal secara terpisah dari qalbu akan melahirkan materialisme yang
kering dan hampa. Sementara penggunaan qalbu terpisah dari akal melahirkan mistisisme yang
statis dan beku. Karena itu, seluruh potensi yang dimiliki manusia semestinya digunakan secara
terpadu. Keterpaduan dalam penggunaan potensi dan tugas tersebut akan mewujudkan sosok
manusia yang utuh dan sempurna
Kamis, 02 Oktober 2014

Makalah Pendidikan Agama Islam Tentang Harkat Martabat Manusia dalam Islam

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Topik Pembahasan : Hakikat dan Martabat Manusia dalam Islam

Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Tahun Akademik 2014/2015

Disusun oleh:

Nama : Nur Rizky Putri Yuliyana

NPM : 1114010093

Kelas : TI 14 CDM

STMIK BINA SARANA GLOBAL

Jl. Gatot Subroto Km. 1 No. 43 – 45 (Perempatan Cimone) Tangerang


Tahun 2014
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran dan
limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Makalah ini berjudul “Hakikat dan Martabat Manusia dalam Islam”.

Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam Tahun Akademik 2014/2015.

Pembahasan makalah ini berisi tentang makna hakikat dan martabat manusia dalam Islam.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak H. Indra Syamsi, S.Sos, MA, selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam; serta

2) Kedua orang tua yang telah memberikan banyak dukungan baik moral maupun material.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna baik materi maupun
teknik penyusunannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna menambah wawasan tentang
Pendidikan Agama Islam.

Tangerang, September 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................
i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1


1.2 Tujuan................................................................................................................. 2
1.3 Pembatasan Masalah........................................................................................... 2
1.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 2
1.5 Sistematika Laporan............................................................................................ 2
BAB II PERMASALAHAN..................................................................................................
3

2.1 Permasalahan...................................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................
4

3.1 Manusia............................................................................................................... 4
3.1.1 Pengertian Manusia................................................................................... 4
3.2 Hakikat................................................................................................................ 6
3.2.1 Pengertian Hakikat.................................................................................... 6
3.2.2 Hakikat Manusia dalam Islam................................................................... 6
3.3 Martabat.............................................................................................................. 7
3.3.1 Pengertian Martabat................................................................................... 7
3.3.2 Martabat Manusia dalam Islam................................................................. 7
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................
9

4.1 Simpulan............................................................................................................... 9
4.2 Saran-saran............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik. Dikatakan
misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal-hal mengenai manusia
yang belum terungkap. Dan dikatakan menarik karena manusia sebagai subjek sekaligus
sebagai objek kajian yang tiada henti-hentinya terus dilakukan manusia khususnya para
ilmuwan. Manusia merupakan makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multi
dimensi, serba meliputi, sangat terbuka, dan mempunyai potensi yang agung.

Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang selama manusia


mempegunakan akalnya dan karunia Tuhan lainnya. Namun, kalau manusia tidak
mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya
yakni pemikiran (rasio), kalbu, jiwa, raga, serta panca indera secara baik dan benar, ia akan
menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan seperti yang dinyatakan Allah didalam Al-
Qur’an: “Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami
(ayat-ayat Allah), punya mata tapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), punya telinga tapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti
itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang.”(QS. Al-
A’raf: 179)

Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di


bumi. Dari bumi asal kejadiannya, di bumi dia berjalan, dari bumi dia makan dan kedalam
bumi dia kembali.

Dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat
pada sisi Tuhan. Manusia diciptakan Tuhan dalam bentuk yang amat baik, sesudah itu ditiup
Roh ke dalam tubuhnya, para malaikat disuruh sujud (memberi hormat) kepadanya. Tuhan
memberi manusia ilmu pengetahuan dan kemauan, dijadikan khalifah (penguasa) di bumi dan
menjadi pusat kegiatan di alam ini. Segala apa yang ada di langit dan di bumi, semuanya
bekerja untuk kepentingan manusia, dan kepadanya di berikan nikmat lahir dan batin.

Hal itu yang mendorong penulis untuk membuat makalah ini yang berjudul “Hakikat dan
Martabat Manusia dalam Islam”. Selain diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2014/2015.

1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1) untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik
2014/2015; serta
2) untuk menambah wawasan dalam ilmu keagamaan terutama mengenai hakikat dan martabat
manusia dalam Islam.

1.3 Pembatasan Masalah


Pada penyusunan makalah ini, penulis akan membahas tentang hakikat dan martabat
manusia dalam Islam. Dari hal tersebut, penulis akan membahas dari segi pengertian
manusia, serta pengertian harkat dan martabat manusia dalam Islam.

1.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penyusunan makalah ini, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
1) Studi Literatur
Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai jenis buku mengenai hakikat dan
martabat manusia dalam Islam, serta melalui situs internet.

1.5 Sistematika Laporan


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, pembatasan masalah, teknik
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Permasalahan, berisi beberapa pertanyaan mengenai hakikat dan martabat
manusia dalam Islam.
Bab III Pembahasan, berisi pembatasan mengenai persatuan hakikat dan martabat
manusia dalam Islam yang membahas tentang pengertian manusia, serta pengertian harkat
dan martabat manusia dalam Islam.
Bab IV Penutup, berisi simpulan dan saran-saran, serta bagian terakhir daftar pustaka.
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Permasalahan
Dalam makalah ini penulis akan membahas beberapa permasalahan, yaitu sebagai
berikut :
1) Apa pengertian manusia?

2) Apa definisi manusia dari berbagai ahli?

3) Bagaimana proses penciptaan manusia menurut Islam?

4) Apa pengertian hakikat?

5) Apa arti hakikat manusia dalam Islam?

6) Apa pengertian martabat?

7) Apa arti martabat manusia dalam Islam?


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Manusia
3.1.1 Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara
logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita
bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) untuk diri kita sendiri.
Bukan hanya itu saja pengertian manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk
pribadi dan makhluk sosial. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu
bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk
sosial.

Adapun beberapa definisi manusia menurut para ahli, yaitu :


1) ABINENO J. I : Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada
atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".
2) UPANISADS : Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan
prana atau badan fisik.
3) I WAYAN WATRA : Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya,
yaitu cipta, rasa dan karsa.
4) OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY : Manusia adalah mahluk yang
paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang
memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi
faktor keturunan dan lingkungan.

Menurut Islam, manusia diciptakan Allah SWT berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah
dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti turab, thien, shal-shal, dan
suasalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-
macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah.
Al-Qur’an mengungkapkan proses manusia yang terdapat di dalam surat Al-Mu’minun
ayat 12-14, secara ringkas adalah:
1. Diciptakan dari sari patih tanah (sulalatin min thin), lalu menjadi

2. Air mani (nuthfah disimpan dalam rahim), kemudian menjadi

3. Segumpal darah (alaqah), diproses

4. Kami jadikan menjadi segumpal daging (mudhghah)

5. Tulang belulang (‘idhaman)

6. Dibungkus dengan daging (lahman)

7. Makhluk yang (berbentuk) lain (janin)

8. Ditiupkan ruh (dari Allah) pada hari ke 120 usia kandungan

9. Lalu lahir sebagai bayi

10. Dia dijadikan pendengaran, penglihatan dan hati

11. Tumbuh anak-anak, lalu dewas, tua

12. Kemudian mati

13. Dibangkit (dari kubur) di hari kiamat

Dalam Alqur'an ada 3 kata yang digunakan untuk menunjukan arti manusia, yaitu:
b. Insan / ins / annas
Kata insan digunakan untuk menunjuk manusia dengan segala totalitasnya, fisik psikis,
jasmani dan rohani. Didalam diri manusia terdapat tiga kemampuan yang sangat potensial
untuk membentuk struktur kerohaniahan, yaitu nafsu, akal dan rasa.
c. Basyar
Kata basyar menunjukan manusia dari sudut lahiriyahnya (fisik) serta persamaanya dengan
manusia seluruhnya , sepeti firman Allah dalam surat AI-Anbiya ayat 34-35 yang artinya:
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad),
maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan”.
d. Bani adam / dzurriyat adam

3.2 Hakikat
3.2.1 Pengertian Hakikat
Hakikat adalah kebenaran atau sesungguh-sungguhnya atau kenyataan yang sebenar-
benarnya. Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar
ada. Kata ini berasal dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar
(kebenaran).

3.2.2 Hakikat Manusia dalam Islam


Hakikat manusia terbagi menjadi 5, yaitu:

1. Manusia adalah mahkluk yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya
Citra kesempurnaan dan keindahan manusia diwujudkan melalui penampilan budaya
dan peradaban yang terus berkembang. Kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia dan syarat
bagi kehidupan manusia. Kebudayaan menjadikan manusia makhluk berbudaya. Manusia
juga disebut dengan makhluk yang memiliki peradaban (Civil Society). Melalui peradaban ini
manusia dapat mengembangkan pola pikir, berbuat dan bertindak serta merasakan yang
merupakan cerminan dari kebudayaannya.

2. Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya


Manusia memiliki jiwa dan raga. Raga manusia termasuk kedalam derajat terendah,
sementara ruh manusia termasuk kedalam derajat tertinggi. Hikmah yang terkandung dalam
ini ialah bahwa manusia harus mengemban beban amanat pengetahuan tentang Allah. Karena
itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam dunia ini untuk mencapai kesempurnaan.

3. Manusia adalah khalifah di muka bumi


Manusia sebagai makhluk yang lemah, disisi lain dinobatkan sebagai “khalifah” (wakil
Allah) untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-Nya. Para
makhluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya
mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia.
Dalam dunia pendidikan, manusia telah ditugaskan untuk memakmurkan, mengelola
atau mengatur kehidupan di bumi untuk dimanfaatkan bagi kehidupan tanpa merusak tatanan
dan keharmonisannya. Artinya manusia ditugaskan untuk membimbing generasi kini dan
yang akan datang, serta menjalin keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Tujuan pendidikan diarahkan kepada upaya pembentukan sikap taqwa. Dengan
demikian pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa. Di antara
ciri mereka yang taqwa adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan
sebagian rezeki anugerah Allah, beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab samawi sebelum
Al-Qur’an, serta keyakinan kehidupan akhirat.

5. Manusia adalah makhluk pemilik Hak Asasi Manusia (HAM)


Manusia dalam menjalani kehidupannya telah dilengkapi dengan hak dasar (HAM)
yang diikrarkan untuk dijalankan bagi sesama manusia. Hak dasar ini yang mengatur tata
kehidupan manusia, sehingga dalam menjalankan aktifitas kehidupan tidak mengalami
benturan dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut antara lain adalah kebebasan
dalam menjalankan/menentukan nasib dalam menjalankan kehidupan. Manusia juga memiliki
kebebasan dalam menjalankan perintah, dalam hal ini tentu masih dalam bingkai keempat
butir harkat dan martabat manusia (HMM).

3.3 Martabat
3.3.1 Pengertian Martabat
Menurut kamus bahasa Indonesia, martabat adalah harga diri atau tingkatan harkat
kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat.

3.3.2 Martabat Manusia dalam Islam


Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya maqam
merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga merupakan
sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan
spritual dalam beribadah kepada Allah SWT. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau
tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada
tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini
jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba
yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim
yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan
sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya
pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada
maqam tersebut.

Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah SWT harus melalui beberapa
proses sebagai berikut :

1. Taubat;
2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
3. Merasa miskin diri dari segalanya;
4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang
maha esa;
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah SWT;
9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan
kepadaNya;
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah SWT saja.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Manusia telah dianugrahi potensi yang sempurna untuk hidup di dunia, yaitu akal, nafsu,
dan qalbu. Akal diarahkan kepada alam melalui proses tafakur, sehingga manusia dapat
menguasai ilmu dan teknologi sebagai pelaksanaan tugas kekhalifahannya, dan manusia
mempunyai hakikat, martabat, serta tanggung jawab nya masing-masing. Sementara qalbu
yang diarahkan kepada penghayatan firman-firman Allah melalui proses dzikir melahirkan
keimanan sebagai bentuk pelaksanaan tugas ke-abdullah-annya.

4.2 Saran-saran
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda, supaya menjadi
manusia yang berguna di dunia maupun di akhirat, maka penulis menyarankan agar
setiap umat muslim harus tolong-menolong dan janganlah bercerai-berai, taailah
peraturan undang-undang dan hukum yang berlaku disetiap negara, dan jangan lupa kita
sebagai umat islam kita harus selalu beribah kepada Allah SWT, menaati peraturannya,
dan menjauhi segala larangannya, perbanyaklah sedekah, janganlah meninggalkan sholat
serta zakat, karna sholat dan zakat merupakan tiket menuju jalan kebaikan dan
kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA

Badudu J.S dan Sultan Moh. Zain 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Drs. Margiono dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam 1 Lentera Kehidupan untuk SMA Kelas X.
Jakarta: Yudhistira.

Muchsin, dkk. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Trianto. 2006. Wawasan Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya : Prestasi Pustaka.

Sumber Internet

https://www.facebook.com/yayasan.upeka/posts/519491584751807, halaman ini


terakhir diubah pada 12.15, 19 September 2014.

http://www.definisikata.com/hakikat_haqiqat_hakekat.html, halaman ini terakhir


diubah pada 12.32, 19 September 2014.

http://bellafebryskhiaputri.blogspot.com/2013/01/harkat-dan-martabat-manusia.html,
halaman ini terakhir diubah pada 12.30, 19 September 2014.

http://marlinara.blogspot.com/2013/01/hakekat-manusia-prespektif-islam.html,
halaman ini terakhir diubah pada 11.55, 19 September 2014.

Diposkan oleh Nur Rizky Putri Yuliyana di 07.41


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Label: Contoh Makalah

Tanggungjawab manusia sebagai khalifah di bumi besar, berat

Ditulis oleh Abu Bakar Bin Yang. Posted in Berita Harian

ADA segolongan manusia yang berpendapat bahawa manusia dan alam dijadikan tanpa
tujuan tertentu. Alam yang terbentang luas ini terdedah kepada pengolahan manusia sesuai
dengan tingkat ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Manusia dan alam dianggap seperti satu
sistem yang bertindak balas di antara satu sama lain dan tidak boleh dipisahkan. Pada
pandangan mereka, hidup hanya untuk keperluan kebendaan semata-mata.
Ini adalah pandangan sains sekular. Bagi mereka, manusia tidak mempunyai tujuan dan arah
tertentu dalam kehidupan, melainkan sebagai ejen perubahan alam ini. Manusia dipecahkan
kepada komponen alam tanpa mengambil kira faktor serta peranan akal, hati dan nafsu tabii
manusia itu sendiri.

Menurut pandangan satu persatuan ahli geografi Amerika Syarikat yang dikeluarkan sekitar
tahun 1920-an, semua kegiatan manusia dipengaruhi oleh alam sekitar. Iklim, cuaca dan
tanah mempengaruhi bidang pertanian petani. Begitu juga faktor angin yang mempengaruhi
nelayan sama ada untuk turun ke laut atau tidak.

Barang kali konsep aktivis alam sekitar yang ditaja oleh kumpulan geografi ini kurang
disenangi oleh seorang lagi ahli sains sekular. Beliau cuba membawa konsep 'posiblelis' yang
mengatakan manusia tidak bergantung kepada alam sekitar, tetapi pandangan dan sikap
manusia yang mengubah alam sekitar bagi kepentingan manusia itu sendiri.

Justeru, apa yang jelas dalam sains sekular ialah manusia dan alam adalah komponen yang
saling memerlukan di antara satu sama lain. Manusia juga dianggap sama seperti benda lain
dan nilai manusia itu juga sama seperti batu, ikan, pokok dan segala lain yang wujud di alam
ini.

Kemuncak daripada konsep saintis sekular ini ialah apabila Charles Darwin mengeluarkan
Teori Evolusi, yang mengatakan manusia itu berasal daripada mawas, yang jelas
bertentangan dengan ajaran Islam. Teori ini terus dikembangkan di seluruh dunia oleh
pengikutnya dengan pelbagai hujah yang bukan saja lemah, bahkan disanggah oleh ahli
saintis sekular Barat.

Pada pandangan Islam, manusia dan alam adalah makhluk ciptaan Allah, tetapi manusia
mempunyai taraf yang lebih tinggi berbanding makhluk lain. Sementara asal usul manusia itu
bermula daripada manusia pertama yang diciptakan Allah, iaitu Nabi Adam, dan bukannya
jelmaan daripada makhluk lain, Allah juga menyatakan dengan jelas tujuan manusia dicipta,
iaitu sebagai khalifah di bumi. Hakikat ini dapat dilihat dalam firman-Nya yang bermaksud :
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di bumi." (Surah al-Baqarah, ayat 30)

Sesuai dengan kejadian manusia itu dicipta sebagai khalifah di bumi, maka Allah yang Maha
Pencipta bukan saja mencantikkan kejadian manusia itu, malah menganugerahkan nikmat
akal untuk membezakannya daripada makhluk lain. Dengan akal dan berpandukan pula
ajaran Islam yang syumul lagi lengkap, maka peranan dan tanggungjawab manusia sebagai
khalifah tentunya besar dan berat. Ia bukan hanya sekadar menyempurnakan tanggungjawab
terhadap Penciptanya saja, iaitu Allah, malah bertanggungjawab terhadap hubungannya
sesama manusia dan alam sekitar.

Pendeknya, Islam meletakkan keseluruhan tanggungjawab ini di bawah satu peranan umum
iaitu pengabdian yang sepenuhnya, hanya kepada Allah. Firman-Nya, bermaksud:
"Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepadaKu (Allah)."
(Surah az-Zarriyat, ayat 56).

Oleh itu, pemikiran yang dianut oleh mereka yang mengatakan kehidupan manusia tidak
mempunyai matlamat dan tujuan tertentu, adalah salah. Tidak kira sama ada ia berpandukan
ajaran Islam atau sains sekular, masing-masing mempunyai matlamat dan tujuan tertentu.
Tetapi matlamat dan tujuan itu tentunya tidak sama. Bagi seorang materialis, kehidupannya
adalah berdasarkan kepada fahaman kebendaan manakala bagi seorang sosialis pula, dia akan
cuba menekankan konsep kesamarataan dalam masyarakat. Bagi seorang kapitalis pula, dia
akan berusaha memungut keuntungan semaksimum mungkin, hasil daripada sistem yang
diciptanya sendiri. Pendek kata, setiap manusia atau masyarakat itu mempunyai matlamat dan
tujuan tertentu.
Malangnya, matlamat dan tujuan itu diseleweng dan disalah tafsir mengikut hawa nafsu dan
demi mementingkan kehidupan duniawi semata-mata. Mereka beranggapan ilmu yang
dimiliki mampu untuk menguasai manusia dan dunia serta apa saja yang mereka hajati.

Dari aspek lain pula, pendukung sekularisme berpandangan bahawa, agama dan kehidupan
duniawi adalah sesuatu yang perlu dipisahkan. Bagi mereka, segala bentuk kepercayaan
agama yang membawa kepada ketaatan kepada Allah serta memelihara batasan syariah
adalah terhad kepada amalan peribadi saja manakala perkara umum yang membabitkan
kehidupan manusia secara keseluruhannya, perlu diatasi dengan kekuatan kebendaan semata-
mata.

Sebaliknya, Islam mengajar penganutnya yang juga khalifah di bumi ini, supaya dapat
mengimbangi kehidupan dunia dan kehidupan di akhirat sewajarnya. Di samping
menganjurkan umatnya supaya beramal sebagai bekalan pada akhirat, Islam tidak pernah pula
melarang umatnya daripada berusaha untuk kesejahteraan hidup di dunia. Yang berbeza
adalah kaedah yang disarankan oleh Islam untuk berusaha bagi mencapai kesejahteraan itu.

Bagi khalifah Allah di bumi ini, di antara inti pati tugas yang perlu dilaksanakannya ialah
merealisasikan kaedah itu. Ini kerana asas kepada pembangunan tamadun manusia yang
hakiki bermula daripada cara hidup yang dianjurkan oleh Islam dan hanya Islam yang mampu
untuk memakmurkan dunia ini sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai