DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbumenemia, dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 1997)
B. ETIOLOGI
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh Glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi keganasan
penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik seperti :
Glomerulonefritis primer :
a. GN lesi minimal
b. Glomerulosklerosis fokal
c. GN membranosa
d. GN membranoproliferatif
e. GN proliferatif lain
a. Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma, TBC, Lepra
b. Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, mieloma multipel, dan
karsinoma ginjal.
e. Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesicoureter, atau sengatan
lebah (Sudoyo dkk, 2006).
C. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma
dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia.
Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular
berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler
berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi
renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi
retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.
Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria.
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena
hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi seng.
(Suriadi, 2001)
D. MANIFESTASI KLINIK
Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari
dan berkurang di siang hari
Efusi pleura
Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
Iritabilitas
Mudah letih
Letargi
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi :
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Dehidrasi
5. Venous trombosis
(Suriadi, 2001)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berdasarkan pemikiran bahwa penyebab SN sangat luas maka anamnesis dan pemeriksaan fisis serta
pemeriksaan urin, termasuk pemeriksaan sedimen, perlu dilakukan dengan cermat. Pemeriksaan kadar
albumin dalam serum, kolesterol, dan trigliserida juga mambantu penilaian terhadap SN. Anamnesis
penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik klien perlu diperhatikan.
Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan serologit sering tidak banyak
memberikan informasi dan biayanya mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan
berdasarkan indikasi yang kuat (Sudoyo dkk, 2006).
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain :
(Suriadi, 2001)