Anda di halaman 1dari 20

BAB II

HAKIKAT MANUSIA

DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Arti manusia

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dari tanah

dengan berbagai potensi yang dimilikinya, dari mulai jasmani dan

rohani. Jasmaninya terdiri dari panca indera dan seluruh anggota

badannya, rohaninya terdiri dari ruh, hati, hawa nafsu dan akal.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia manusia yaitu makhluk yang

berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).

Istilah manusia dalam Al Qur’an disebutkan dengan berbagai

istilah. Diantara nama-nama istilahnya yaitu, an-nas, al-insân, alinsu, al-basyar, Banî âdam, Sebagian
ulama menyebut manusia

dengan kata hayawân nâthiq (binatang yang bisa berbicara/

berakal). Mereka menyebutnya dengan binatang karena dalam diri

manusia ada sifat-sifat hewani yang ada dalam hawa nafsunya.

Seperti keinginan bereproduksi, bertahan, makan, minum dan lain

sebagainya. Yang membedakan manusia dengan binatang yaitu

karena manusia diberikan oleh Allah akal untuk berfikir,

membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah. Jika manusia

tidak menggunakan akalnya, maka hakikatnya manusia tidak akan

ada bedanya dengan binatang, bahkan mungkin lebih hina dari

binatang. Karena segalak-galaknya binatang tidak akan sampai

memakan anaknya sendiri. Tetapi manusia, ketika dia mengikuti

hawa nafsunya dan akalnya tidak digunakan dengan baik, maka

berapa banyak kasus seorang ibu yang menggugurkan anak

kandungnya sendiri bahkan membunuhnya karena merasa aib, atau

tidak mampu untuk menuruti dan memenuhi kebutuhan anaknya.

Dengan akal manusia bisa berkarya dan menciptakan sesuatu

yang tidak bisa dilakukan oleh binatang. Contohnya ketika burung

21
bisa terbang di ketinggian ratusan bahkan ribuan meter, manusia

bisa lebih tinggi lagi terbangnya dengan menggunakan pesawat

terbang. Bahkan bukan hanya ribuan meter, sampai luar angkasa

pun manusia bisa mencapainya dengan kekuatan akalnya membuat

pesawat antariksa.

B. Asal Kejadian Manusia

Manusia diciptkan oleh Allah SWT dari saripati tanah. Dan

manusia yang pertama yang diciptakan oleh Allah yang akan

menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi yaitu Adam a.s. Allah

Berfirman :

‫ك‬

‫ب‬

‫الر‬

‫ذق‬
ِ
‫إ‬

َ‫َ ل و‬
َ
‫م‬

‫ل‬
ّ
‫ل‬
ٌ
‫ل‬
‫اع‬
ِ

‫ج‬
‫ينِِ‬
‫إ‬
‫ِ‬
‫كة‬
‫ِ‬
‫ئ‬

‫أل‬
‫فا‬
‫ِ‬
‫ل‬

‫ض خِ‬

‫را‬

‫ال و‬

‫قٌ‬
‫ة‬
‫ف‬

‫يأا‬

‫ه‬

‫ي‬
‫ِ‬
‫ف‬

‫ل‬
‫ت عَ‬

‫د‬
‫س‬
‫ِ‬
‫ف‬

‫ي‬

‫ن‬

‫نم‬

‫و‬

‫آء‬

‫م‬
‫ك ال ِد‬
‫ِ‬
‫ف‬

‫س‬
‫ي‬

‫او‬

‫ه‬

‫ي‬
‫ِ‬
‫ف‬
‫نن‬
‫ِ‬
‫ب‬

‫س‬
‫م‬

‫بِ‬
‫ِ‬

‫ح‬

‫س‬
‫ِد‬
‫ق‬
‫ن‬

‫كو‬
‫ِ ا ل‬

‫كدق‬
‫ل‬
‫ن‬

‫و‬

‫لم‬

‫تع‬
‫ال‬

‫م‬
‫لم‬

‫أع‬

‫ِ ين‬
ِ
‫إ‬

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berkata kepada

malaikat: sesungguhnya aku jadikan di muka bumi ini

pemimpin. Mereka (malaikat) bertanya: Apakah

Engkau akan menjadikan di muka bumi ini orang

yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah,

sedangkan kami selalu bertasbih (mensucikan)

dengan memuji-Mu dan mengkuduskan-Mu. Allah

Menjawab: Sesungguhnya aku lebih mengetahui apa

yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah/2:30)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dikatakan bahwa makna yang

dimaksud ialah “Hai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu

berfirman kepada para malaikat dan ceritakanlah hal ini kepada

kaummu”.

Menurut Al-Qurthubi menukil dari Zaid bin Ali, yang

dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini bukanlah Nabi Adam a.s.

22

saja seperti yang dikatakan oleh sejumlah ahli tafsir. Al-Qurthubi

menisbatkan pendapat ini kepada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan

semua ahli takwil. Akan tetapi, apa yang dikatakan oleh AlQurthubi ini masih perlu dipertimbangkan.
Bahkan perselisihan

dalam masalah ini banyak, menurut riwayat Ar-Razi dalam kitab

tafsirnya, juga oleh yang lainnya.

Pengertian Nabi Adam a.s. saat itu masih belum kelihatan di


alam wujud. Karena jikalau sudah ada, berarti ucapan para malaikat

yang disitir oleh Firman-Nya dinilai kurang sesuai. Yaitu: Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang

akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?

Karena sesungguhnya mereka (para malaikat) bermaksud bahwa di

antara jenis makhluk ini ada orang-orang yang melakukan hal

tersebut, seakan-akan mereka mengetahui hal tersebut melalui ilmu

yang khusus atau melalui apa yang mereka pahami dari watak

manusia. Karena Allah SWT. Memberitahukan kepada mereka

bahwa Dia akan menciptakan jenis makhluk ini dari tanah liat

kering yang berasal dari lumpur hitam. Atau mereka

berpemahaman bahwa yang dimaksud dengan khalifah ialah orang

yang melerai persengketaan di antara manusia yaitu memutuskan

hukum terhadap apa yang terjadi di kalangan mereka menyangkut

perkara-perkara penganiayaan dan melarang mereka melakukan

perbuatan-perbuatan yang diharamkan serta dosa-dosa.

Demikianlah menurut Al-Qurthubi. Atau para amalaikat

mengkiaskan manusia dengan makhluk sebelumnya.

Ucapan para malaikat ini bukan dimaksudkan menentang atau

memprotes Allah, bukan pula karena dorongan dengki terhadap

manusia, sebagaimana yang diduga oleh sebagian ulama tafsir.

Sesungguhnya Allah SWT. Menyifati para malaikat, mereka tidak

pernah mendahuli firman Allah SWT. Yakni tidak pernah

menanyakan sesuatu kepada-Nya yang tidak diizinkan bagi mereka

mengemukakannya.

23

C. Potensi-Potensi Manusia

Potensi yaitu bekal yang dapat digunakan manusia untuk

menghadapi dan mengatasi setiap persoalan hidupnya.Allah

memberikan manusia dengan potensi yang berbeda-beda. Dalam

kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa potensi yaitu


kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan,

kekuatan, kesanggupan dan daya.

Dalam Tafsir Al-Munir dikatakan ada lima potensi yang Allah

berikan berupa petunjuk untuk manusia, yaitu:

1. Hidayah Al-Ihlam al-Fithri (Insting)

Petunjuk ini Allah berikan kepada manusia juga hewan.

Ketika manusia dilahirkan ke dunia ini Allah berikan insting,

sehingga bayi bisa menangis ketika lapar, dingin dan merasakan

tidak nyaman. Tetapi insting manusia ini lebih lemah daripada

hewan. Hewan ketika dilahirkan, misalnya kambing, ia bisa

langsung berdiri bahkan berjalan. Tetapi manusia ketika lahir,

dia hanya bisa mendengar dan menangis. Hikmahnya bahwa

manusia itu perlu proses untuk menjadi manusia yang

seutuhnya.

2. Hidayah Al-Hawas (Panca Indera)

Petunjuk berupa panca indera ini merupakan potensi

manusia dalam menyerap ilmu pengetahuan. Indera yang

pertama berfungsi yaitu sentuhan dan pendengaran. Kemudian

berangsur-angsur penglihatan pun mulai berfungsi dan indera

yang lainnya. Panca indera manusia juga Allah berikan lebih

lemah dibandingkan hewan, Hewan Allah berikan dengan indera

yang tajam, misalnya penglihatan elang bisa melihat mangsanya

dengan jarak ribuan meter. Sedangkan manusia hanya maksimal

tidak sampai seratus meter. Begitu pula dengan mata kucing

yang bisa melihat di kegelapan malam, tidak seperti manusia.

Dan banyak hewan yang lainnya yang inderanya melebihi indera

manusia. Tetapi dengan kelemahan indera manusia

24

dibandingkan dengan hewan, Allah memberikan kelebihan yang

lain yaitu akal.

3. Hidayah Al-‘Aql (Akal Pikiran)


Petunjuk berupa akal ini menjadikan manusia lebih unggul

dibanding hewan. Kalau tadi mata kucing bisa melihat di

kegelapan, maka manusia dengan akal dia bisa mencipatakan

kacamata infrared untuk melihat di kegelapan malam. Begitu

pula mata elang yang sangat tajam, bisa dikalahkan dengan akal

manusia dengan menciptakan teleskop atau teropong. Burung

bisa terbang, manusia pun bisa terbang melalui perantaraan

akalnya yaitu dengan menciptkan pesawat terbang, helikopter.

Ikan yang bisa menyelam di kedalaman laut yang sangat dalam

pun bisa dikalahkan dengan kekuatan akal manusia, manusia

menciptakan kapal selam.

Akal dapat membedakan yang baik dan buruk, yang benar

dan salah, dan bisa mengingat serta memperkiraakan atau

menghitung sesuatu. Maka, kalau manusia tidak menggunakan

akalnya, sama saja dengan hewan, bahkan bisa lebih buruk

daripada hewan. Tetapi dibalik keunggulan akal manusia, masih

ada kekurangannya. Karena akal manusia terbatas, dia tidak bisa

menjangkau sesuatu yang sifatnya tidak masuk akal atau tidak

logis, seperti alam ghaib, makhluk seperti jin, syetan, dan

malaikat. Begitu pula dengan Pencipta manusia yaitu Allah.

Manusia tidak akan pernah bisa menjangkau kebenaran hakiki

dengan perantaraan akalnya. Maka Allah berikan petunjuk

berupa agama.

4. Hidayah ad-din (agama)

Hidayah agama ini yaitu bersumber dari Al Qur’an dan

Hadits Nabi Muhammad Saw. Sesuatu yang tidak dapat

dijangkau dengan akal fikiran manusia, Allah jelaskan dalam Al

Qur’an. Karena sifat akal yang terbatas, dan orang yang

mengagung-agungkan akalnya maka dia akan tersesat. Karena

hal yang tidak masuk akal dia tidak akan meyakini

25
kebenarannya. Padahal di alam semesta ini, ada sesuatu yang

sifatnya metafisik yang tidak akan pernah bisa dijangkau dengan

akal manusia. Hal yang ghaib itu dijelaskan oleh Allah dalam Al

Qur’an dan perkataan Rasul-Nya yaitu hadits. Setelah manusia

mendapatkan petunjuk berupa agama dan mengetahui sesuatu

yang sifatnya ghaib atau sam’iyyat, manusia tidak selamanya

mengamalkan ajaran agama yang ia pelajari. Dan yang taat

terhadap aturan Agama Islam dan ada yang membangkangnya.

Maka Allah menyempurnakan petunjuk terakhir berupa hidayah

taufiq atau ma’unah.

5. Hidayah taufiq/ ma’unah

Petunjuk berupa hidayah maunah ini atau pertolongan dari

Allah berupa berbagai macam pertolongan yang Allah berikan

kepada hamba-Nya yang dikehndaki-Nya. Ia bisa menjalankan

ajaran agama Islam dengan mudah dan ikhlas dalam

menjalankannya tanpa adanya paksaan. Banyak orang yang

mempelajari agama Islam, mendengar tausyiah dan ceramah

dari ustadz, tetapi sedikit sekali orang yang mengamalkan ajaran

ini dengan penuh keikhlasan. Sebagai hamba Allah sudah

sepatutnya manusia memohon petunjuk pertolongan supaya

digerakkan hatinya untuk menjalankan ajaran atau syariat

Agama Islam ini dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

Dalam Tafsir Al-Maraghi yang dikarang oleh Syaikh Ahmad

Mustafa Al-Maraghi mengatakan bahwa setidaknya manusia

diberikan lima macam potensi, diantaranya potensi insting,

indera, akal, hati dan agama. Berbeda dengan Syaikh Wahbah

Zuhaily, dalam menentukan lima macam potensi akal dan hati

menjadi satu kesatuan, dan potensi hidayah ma’unah/ taufiq

menjadi posisi terakhir karena yang menjadikan manusia hatinya

tergerak untuk melakukan sesuatu, beramal sholeh dan berbuat

kebaikan karena pertolongan Allah Subhanahu wa ta’ala.


Secara umum manusia diberikan potensi oleh Allah SWT

berupa potensi jasmani dan rohani, atau lahiriah dan bathiniah.

26

Potensi yang sifatnya lahir yaitu berupa panca indera, anggota

badan, dan akal fikiran. Sedangkan yang sifatnya bathin berupa

hati, hawa nafsu.

D. Kelemahan-Kelemahan Manusia

Manusia Selain diberikan oleh Allah kelebihan dibandingkan

makhluk yang lainnya, ia diberikan kelemahan-kelamahan.

Diantara kelemahan yang dimiliki manusia yaitu:

1. Kelemahan Fisik manusia

Fisik manusia Allah berikan memiliki kelemahan yaitu tidak

bisa seperti hewan. Manusia hanya bisa hidup di daratan, tidak

bisa hidup di lautan maupun udara kecuali dengan akalnya.

Pandangan manusia terbatas hanya radius berapa puluh meter.

Sedangkan mata elang, bisa mencapai radius ratusan meter

bahkan ribuan meter.

2. Kelemahan hawa nafsu.

Allah berikan hawa nafsu dalam diri manusia yang

cenderung membawanya kepada keburukan. Allah Berfirman

dalam Al Qur’an:

‫س‬
‫ف‬
‫ن الن‬

ِ
‫إ‬

‫ي‬
‫س‬
ِ
‫ف‬
‫ئن‬

‫رِ‬

‫اأب‬

‫م‬

‫أ‬
‫ل وَ‬

‫س ِب م ةٌ ار‬
‫ل‬
‫ِ‬
‫إ‬
‫ِ‬
‫ء‬

‫و‬

‫ر‬

‫م‬
‫ح‬
‫ِ‬
‫ار‬

‫لم‬

‫بِِ‬

‫نر‬
ِ
‫إ‬

ِِ‫ب‬
ٌ
‫م‬

‫ي‬
‫رح‬
ِ

ٌ
‫ر‬

‫و‬
‫غف‬

Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),

karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh

kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat

oleh Tuhanku, Sesungguhnya Tuhanku Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Yusuf : 53).

Dalam Al Qur’an juga disebutkan bahwa manusia diciptakan

dalam keadaan keluh kesah. Ketika ia mendapatkan kesulitan, ia

mengeluh dan ketika mendapatkan kesenangan dia

memungkirinya.

27

‫ال‬

‫سه‬
‫ذام‬
ِ
‫اإ‬
‫ً‬
‫ع‬

‫لو‬

‫ه‬

‫ق‬
‫ِ‬
‫ل‬

‫نخ‬
‫ا‬

‫س‬
‫لنِ‬

‫نا‬

‫ِ‬
‫إ‬

‫شر‬

‫ج‬
‫او‬
‫ً‬
‫ع‬

‫و‬
‫ز‬

‫ال‬

‫سه‬
‫ذام‬
ِ
‫إا‬
ً
‫ع‬

‫و‬
‫ن‬

‫م‬

ْ‫ي‬

Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh

kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan

berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan

ia amat kikir.” (Q.S. Al-Ma’arij: 19-20)

E. Karakter Manusia

Secara umum, manusia dibagi menjadi dua karakter yaitu

orang-orang yang memiliki karakter baik dan orang yang memiliki

karakter buruk. Orang yang berkarakter baik, maka dia termasuk

orang yang bertakwa, sedangkan orang yang berkarakter buruk

itulah orang yang fasik. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

‫فأ‬
‫لِ‬

‫م‬

‫ها ف‬

‫ج‬
‫و‬

‫ر‬

‫ه‬

‫او‬

‫ت‬

‫ق‬

‫و‬

‫اه‬

‫داق‬
‫أ‬
‫فل‬

‫ح‬
‫م‬
‫ن ز كا‬
‫ه‬

‫او‬

‫دق‬
‫بخ‬
‫ا‬

‫م‬

‫ن‬
‫س‬
‫د‬

‫اها‬

Artinya : "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan

kefasikan dan ketakwaannya". (Q.S. Asy-Syams: 8).

F. Kelebihan Manusia dengan Makhluk lain.

Selain kekurangan manusia, manusia diberi kelebihan oleh

Allah. Diantara kelebihan manusia yaitu:

1. Allah menjadikan manusia dalam sebaik-baik bentuk

‫ي‬
ِ‫و‬

‫ق‬
ِ‫ن ت‬

‫س‬
‫أح‬

‫ن ِف‬
‫ا‬

‫س‬
ِ‫لن‬

‫اا‬

‫ن‬

‫لق‬

‫دخ‬
‫لق‬

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At-Tin: 4)

Dalam Tafsir Al-Wajiz karangan Wahbah Zuhaily

mengajatakan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sempurna dan dihiasi dengan akal, lisan, dan kelebihannya

atas kebanyakan makhluk. Dan dalam kitab An-Nafahat AlMakkiyah karangan Muhammad bin Shalih
Asy-Syawi

mengatakan bahwa Firman-Nya: “Sungguh Kami telah

menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,”

28

yakni dalam bentuk ciptaan yang sempurna, bagian-bagian

tubuh yang saling sesuai, tegak berdiri dan tidak kekurangan

apa pun yang diperlukan secara lahir dan batin.

2. Allah berikan akal dan hati nurani untuk membedakannya

dengan hewan

G.Tujuan dan Fungsi Diciptakannya Manusia

Allah memiliki tujuan dalam menciptakan manusia. Diantara

tujuan-tujuan yang disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu:

1. Menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi


Manusia Allah jadikan pemimpin di muka bumi ini, karna

Allah berikan berbagai potensi kepada manusia, dari akal, hawa

nafsu dan hati. Seluruh potensi manusia akan bisa digunakan

untuk kemakmuran bumi dan isinya. Berapa banyak

pembangunan gedung bertingkat, jembatan yang bisa

menghubungkan daratan dan lautan, bumi yang bisa diambil

sumber daya alamnya karena kekuatan akal manusia. Bumi ini

menjadi lebih hidup karena manusia punya ambisi dan akal

yang dapat merubah dan mengembangkan alam semesta ini.

Dan bentuk manusia yang Allah jadikan berupa jasmani dan

rohni, yang lahir dan bathin, menjadikan manusia sebagai

makhluk yang sebaik-baik bentuk.

2. Untuk beribadah kepada Allah

Allah menjadikan manusia dan jin di alam semesta ini

dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah. Ibadah menurut

Ibnu Taimiyyah yaitu tunduk dan patuh dengan apa yang

diperintahkan oleh Allah dan menghindari dirinya dari apa yang

dilarang Allah baik perkataan maupun perbuatan yang nampak

dan tersembunyi. Para ulama membagi ibadah ke dalam

beberapa bagian, yaitu:

a. Ibadah qalbiyyah, yaitu ibadah yang dilakukan oleh hati,

seperti dzikir, husnuzhan, tawakkal, sabar dan lain

sebagainya

29

b. Ibadah qauliyyah, yaitu ibadah yang dilakukan oleh mulut

atau lisan yaitu perkataan yang baik, jujur, amanah dan lainlain.

c. Ibadah jismaniyyah, yaitu ibadah yang dilakukan oleh

anggota badannya. Seperti, shalat, bekerja, dan lain-lain.

d. Ibadah maliyah, yaitu ibadah yang dilakukan dengan

hartanya, seperti zakat, infaq, shadaqah.

e. Ibadah ijtima’iyyah, yaitu ibadah yang dilakukan sebagai


kepedulian sosial, seperti berqurban.

3. Untuk memakmurkan bumi

Allah menciptakan manusia untuk memakmurkan bumi

maksudnya yaitu agar bumi ini dapat terpelihara dengan baik,

dengan menjaga ekosistemnya, tidak mencemarinya dan

merusaknya. Karena berapa banyak bencana yang disebabkan

oleh tangan dan ulah manusia.

4. Menjadi umat terbaik yang melakukan amar ma’ruf nahyi

munkar

Anda mungkin juga menyukai