PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari segi bahasa, maka “filsafat” berasal dari kata Arab yang
berasal dari bahasa yunani kuno “philosophia” yang merupakan kata
majemuk. Philo berarti suka atau cinta, dan Sophia berarti kebijaksanaan.
Jadi arti menurit namanya saja: cinta kepada.kebijaksanaan.
Pertanyaan mendasar yang ingin kami utarakan adalah mengapa kita harus
berfilsafat? Dari pertanyaan itulah akhirnya perlu digali kebermanfaatan dari
belajar filsafat. Ada beberapa hal yang mendorong manusia berfilsafat, antara lain
adalah rasa kepuasan, ragu-ragu, bingung, mimpi, sempurna, kurang, ingin tahu
dan lain sebagainya. Bila pengetahuan diawali dengan ketidak tahuan lalu rasa
ingin tahu, kemudian kepastian diawali dengan keragu-raguan maka filsafat dapat
mencakup kedua hal tersebut.
Pada jaman kegelapan, rasa ingin tahu manusia dipenuhi dengan jawaban-
jawaban yang tidak rasional, berupa tahayul dan mitos-mitos. Ketidakpuasan
1
mereka itu akhirnya muncul sebagai lawan dari jawaban-jawaban yang sifatnya
tahayul dan mitos tersebut. Berawal dari itulah manusia kemudian mulai
menggunakan akalnya untuk memenuhi ketidakpuasaan atas jawaban tersebut.
Pemberdayaan akal tersebut mereka lakukan dengan cara merenung, kilas balik,
refleksi dan memprediksi segala yang ingin mereka ketahui. Perkembangan dari
pemahaman baru dalam memenuhi keingintahuan.
Alam semesta ini selalu berubah dalam keteraturan, keberadaannya
tentunya tentunya tidak dengan sendirinya ada melainkan ada yang menciptakan
dan mengatur. Siapakah yang mengatur dan siapakah yang mencipta, tidak lain
tidak bukan adalah Tuhan. Tentunya tidaklah mudah bagi manusia menyadari dan
mengenal siapakah Tuhan itu. Dahulu ada yang berpikir bahwa tuhan adalah air
kemudian berkembang bahwa Tuhan adalah sesuatu yang paling awal, abadi dan
tidak terbatas. Selanjutnya ada pemikiran bahwa segala sesuatu berasal dari satu,
yang paling tinggi, yaitu Tuhan yang satu yang menguasai seluruh alam semesta.
Perjalanan manusia dalam rangka memperoleh kebenaran hidup dan
kehidupan ini sampailah pada kesepahaman tentang suatu kebenaran. Pada
dimensi kebenaran ini munculah pemahaman untuk sepakat maupun untuk tidak
sepakat. Dari perbedaan ini munculah aliran-aliran filsafat. Hal tersebut akan
menjadi penting bagi kita untuk mengetahui aliran-aliran tersebut. Disamping
menambah pengetahuan, kita juga dapat memperoleh pemahaman untuk
mengetahui siapa kita dahulu, siapa kita sekarang, siapa kita yang akan datang,
dari mana kita datang, dimana kita sekarang dan akan kemana kita nantinya.
B. Rumusan Masalah
Berikut beberapa rumusan permasalahan yang didasarkan pada latar belakang di
atas:
1. Bagaimana hubungan filsafat dan Tuhan ?
2. Bagaimana pemikir barat mempercayai adanya Tuhan ?
3. Bagaimana argumen tentang tuhan dalam perspektif filsuf muslim ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
C. Studi tentang tabiat Tuhan dan kepercayaan
Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
Semua jawaban itu akan dijawab oleh para ahli dalam bidang yang
disebut teologi ; theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan
dengan Tuhan.Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung agama dan
kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban.
Descartes (1596-1650)
Rene Descartesmemikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang
merupakan “gabungan antara pietisme Katolik dan sains.” Descartes adalah
seorang filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran ide Tuhan. Tantangan
yang mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya, The Methode of
Doubt , bahkan menurutnya,"indera bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa dalam
bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita yang membayangkan".
4
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman,
yang pada akhirnya berguna untuk menemukan Tuhan. Tanpa iman manusia
cenderung menolak Tuhan. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar Aku sampai
pada Tuhan. Pertama adalah sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti
diakibatkan oleh penyebab pertama, yaitu Tuhan. Jalan yang kedua adalah secara
ontologis, yang diwarisinya dari Anselmus. Tuhan yang ada itu tidak mungkin
berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu entitas lain, maka Tuhan pasti ada
dan bereksistensi maka Tuhan yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah,
bahwa Dia ada dan dapat diandalkan dalam relasi dengan entitas lainnya itu.
5
berspekulasi saja. Kant mengakui bahwa Tuhan sebagai pemberi a priori dan
pengalaman itu sendiri tidak terdapat dalam baik pengalaman maupun a priori,
namun melampaui hal itu. Di sinilah iman diperlukan, sebab Tuhan pada
kenyataannya tidak bisa dibuktikan hanya dengan pengalaman inderawi semata.
Tuhan melampaui hal-hal rasio murni
Proses kreatifitas dan pembaruan dari satuan aktual-aktual terus terjadi, salah
satu partisipannya adalah Tuhan, namun Dia yang paling menonjol karena dia
adalah yang awali dan yang akhiri.
a. Yang awali : Allah memiliki dua peran sekaligus yaitu sebagai dasar
awali yangyk adanya tatanan dalam seluruh jagat raya dan sebagai dasar
munculnya kebaruan dalam perwujudan suatu peristiwa aktual.
b. Yang akhiri : Allah sebagai penyerta yang tanggap dan menyelamatkan.
Jadi, Tuhan (Allah) bagi Whitehead memiliki dua peran yang disebut di atas,
dengan begitu dia bisa mengendalikan setiap perubahan yang terjadi atas aktual-
aktual lain dan mengakhirinya dengan baik.
6
Mu’tazilah maupun al-Asy’ariyah. Pembuktian-pembuktian tersebut dibedakan
menjadi 2 dalil, yaitu :
7
Sekarang, jika kita mengambil sebagian dari jasad yang disebut tidak
terbatas, maka sisanya bias terbatas dan dan keseluruhannya tidak, atau sisanya
terbatas dan keseluruhannya juga tak terbatas. Jika keseluruhannya itu terbatas
dan kemudian kita tambahkan padanya apa yang telah terambil, hasilnya akan
menjadi jasad yang sama seperti sebelumnya, yakni yasad yang tak terbatas. Hal
tersebut akan diimplikasikan bahwa yang tak terbatas adalah lebih besar dari
yang tak terbatas, dan itu adalah rancu. Dan ini juga secara tidak langsung akan
berarti bahwa seluruhnya itu identik dengan bagian, hal mana adalah
kontradiktif. Karena itu sebuah jasad yang actual haruslah terbatas secara
niscaya. Alam semesta betul-betul ada (actual), karenanya ia harus terbatas,
dalam arti bahwa ia dicipta.
Jika “masa lalu” tanpa sebuah permulaan itu mungkin, ia tidak bias sampai pada
“saat ini”. Kaena hal tersebut akan mengatakan secara tidak langsung bahwa
yang tidak terbatas tidak bia menjadi actual, karena yang tidak terbatas tidak
bias “dilintasi” dan mengatakan bahwa yang tidak terbatas tidak bias
“dilintasi”. Karena itu, waktu adalah terbatas dan diciptakan.
(1) Argumen pertama, bersandar pada premis bahwa alam semesta adalah terbatas
dan diciptakan dalam waktu. Yang ditunjukkan bahwa alam semesta adalah
terbatas dari sudut jasad, waktu dan gerak, yang berarti bahwa ia haruslah
diciptakan, yaitu menurut hukum kausalitas.
8
(2) Argumen kedua, didasarkan pada ide Keesaan Tuhan, menunjukkan bahwa
segala sesuatu yang tersusun dan beragam tergantung secara mutlak pada Keesaan
Tuhan, adalah sebab terakhir dari setiap obyek inderawi memancar, dan ia yang
membawa setiap obyek tersebut menjadi wujud.
(3) Argumen ketiga, pada dasarnya bersandar pada ide bahwa sesuatutidak bisa
secara logika menjadi penyebab bagi dirinya ; dengan penyangkalan empat yang
menjadi sebab bagi dirinya sendiri :
9
dualitas atau bahkan kesenjangan tertentu antara esensi dan eksistensi mereka,
tidak seperti Tuhan yang esensi-Nya sama dengan eksistensi-Nya, sehingga
kesatuan sejati tercapai.
10
sedangkan Deisme berpandangan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam ini
kemudian membiarkannya secara mekanis berjalan sendiri tanpa ada campur
tangan Tuhan lagi.
11
kesadaran diri yang abadi (Conscious), Knowing (mengetahui dunia dan alam
semesta) dan World inclusive (memiliki sesuatu dan hadir dalam dunia atau
tampak pada alam semesta
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kita sebagai manusia seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan
tentangreferensi konsep ketuhanan dalam islam sehingga pemahaman kita tentang
konsepketuhanan dalam islam tidak terbatas terutama mengenai filsafat
ketuhanan, pemikiranmanusia tentang Tuhan. Tuhan menurut wahyu,dan dalil-
dalil pembuktian eksintensi Tuhan.Dan kita dikatakan sosok manusia yang
seutuhnya apabila ada keselarasan manusia dengan Tuhannya, maka dari itu kita
13
sebagai penerus pemuda bangsa dan negara mari kitapahamkan dalam keseharian
kita tentang pemahaman konsep dasar ketuhanan dalamislam.
Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan, untuk itu saran positif dan
kritik anda lah yang dapat menyempurnakan makalah ini sehingga akan lebih
berguna bagi para pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
15