Ruang/kamar : UGD
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Usia : 53 tahun
Agama : Kristen
Suku : Sunda
Alergi : ?
Tanda
Takikardia, dispnea pada istirahat atau kerja.
1. Sirkulasi
Gejala
riwayat IM sebelumnya ,penyakit arteri koroner ,GJK,masalah TD ,
DM
Tanda
-TD dapat normal atau naik / turun ;perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri
-nadi dapat normal ; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat;tidak terratur(disritmia)mungkin terjadi.
-Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
-Fraksi;dicurigai ferikarditis
1. Integritas ego
gejala
menyangkal gejala penting,takut mati,perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit
/perawataan yang “tak perlu”,kuatir tentang keluarga,pekerjaan dan keuangan
tanda
menolak,menyangkal,cemas,kurang kontak mata,gelisah ,marah,prilaku menyerang,focus
pada diri sendiri/nyeri
1. Eliminasi
bunyi usus normal/menurun
1. Makanan /cairan
gejala;mual,kehilangan nafsu makan ,bersendawa,nyeri ulu hati /terbakar
tanda;penurunan trugor kulit,kulit kering /berkeringat,muntah,perubahan berat badan
1. Hygiene
gejala/tanda;kesulitan melakukan perawatan diri
1. neorusensori
gejala : pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun
tanda : perubahan mental dan kelemahan
1. nyeri /ketidaknyamanan
gejala : nyeri dada yang timbul mendadak ( dapat /tdk berhubungan dengan aktifitas),
tidak hilang dengan istirahaat atau nitrogliserin, lokasi nyeri dada tipikal pada anterior,
substernal,prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. tak tertentu lokasinya
seperti evigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher, kualitas nyeri ‘crushing’ ,
menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat, intensitas nyeri biasanya 10
pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami, Ctt :
nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi dengan DM operasi,hipertensi dan
lansia
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis merintih, meregang,
menggeliat, menarik diri, kehilanagan kontak mata, respon otonumnya : perubahan
frekuensi/irama jantung, TD, pernafasan, warna kulit /kelembaban dan kesadaran
1. Pernafasan
Gejala : depsnea dengan /tanpa kerja, depsnea nocturnal, batuk produktif/tdk produktif,
riwayat merikok, penyaakit pernafasan kronis
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, pucat/sianosis, bunyi nafas bersih/ krekels,
whezzing, sputum bersih, merah muda kental
1. Interaksi sosial
Gejala : stress saat ini ( kerja, keungan, keluarga), kesulitan koping dengan stressor yang
ada atau penyakit, hospitalisasi
Tanda : kesulitan istirahan dengan tenang, respon emosi meningkat, menarik diri dari
keluarga
1. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : riwayat keluaargaa penyakit jantung, IM, DM, Stroke, Hipertensi, penyakit
veskuler perifer, riwayat penggunaan tembakau.
1. C. PEMERIKSAAN SISTEMIK
1. Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran
Kualitatif : coma
Kuantitatif`
Respon motorik : 2
Respon bicara : 1
Respon mata : 0 +
` 3
1. Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
N : 120 X/menit
RR : 28 X/menit
Suhu : 360C
1. Pemeriksaan fisik
2. Inspeksi
Terpasang bed side monitor, lemah, keluar keringat dingin, konfusi dan agitasi, haluaran
urine sedikit. megap-megap (gasping), tdk sadarkan diri
1. Palpasi
Nadi teraba cepat, nadi teraba lemah,
1. Perkusi
1. Auskultasi
Suara paru krekels, bunyi jantung S3,
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Electrocardiogram (ECG)
2. Sonogram
3. Scan jantung
4. CVP
5. Kateterisasi jantung
6. Roentagen dada
7. Enzim hepar
8. Elektrolit oksimetri nadi
9. AGD
10. Kreatinin
11. Albumin/ transforin serum
12. HSD
Bunyi Jantung
Bising jantung
Intensitas bising
Pungtum maksimum
Penjalarannya
Tinggi nada
Kualitas
9. Ketrampilan melakukan DC shock
Adalah suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang
elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia ventricular dan
supraventrikuler.
Renjatan, listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta
menghilangkan atritmia.Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan system purkinje
mengambil alih irama jantung.
Indikasi:
§ Kardioversi darurat,
1. Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi, hipoperfusi
sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia miokard.
2. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan lidokain
atau amiodaron.Kardioversi elektif.Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia
supraventrikuler, fluter atrial, dan fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus
dengan digitalis, propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah
angka embolisme.
Kontraindikasi:
a) Intoksikasi digitalis.
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron, Stimulasi cepat
atrium dengan pemacu temporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
e) Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin profilaktik.
f) Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat
menghentikan takiaritmia.
Evaluasi Pasien:
Persiapan Pasien:
a) Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien, termasuk komplikasi potensialnya dan
dapatkan izin tertulis.
b) Berikan antikoagulan profilaktik, dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi dengan riwayat
embolisme, stenosis mitral, gagal jantung kongestif, atau pembesaran atrium kiri.
c) Hentikan digitalis, 24 jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada pasien tua. Digoxin
bekerja selama 2-5 hari.
e) Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi. Rawat pasien dengan monitor
EKG, untuk evaluasi irama dan evaluasi EKG 12 lead.
a) Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop, modus sinkronisasi tombol
seleksi tingkat energi, pedal elektroda dan jelly elektroda.
Penatalaksanaan Kardioversi.
a) Letakkan pasien terlentang di atas lempeng resusitasi jantung.
e) Berikan obat sedative perlahan, pantau frekuensi jantung, respirasi dan tekanan darah.
f) Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi, bantalan kasa larutan garam tidak
dipakai karena menyebabkan lengkungan arus.
i) Pastikan tidak ada kontak operator, orang lain dan pasien terhadap bahan
konduktor(logam, air, ventrikulator).
j) Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan tekanan mantap 11,25 kg
pada pedal elktroda.
k) Periksa nadi pasien, EKG, dan jalan napas segera setelah renjatan listrik kardioversi.
Reaksi kardiovaskuler setelah renjatan listrik tampak vagal dengan bradikardia disusul
takikardia 30 detik reaksi simpatis. Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat
menunjukkan kerusakan miokard akibat renjatan atau interaksi obat denga renjatan listrik.
l) 12. Bila renjatan gagal, tingkatkan dosis energi secara bertahap 100, 200, 300, 360
joules sampai aritmia dikonversi atau sampai 360mjoules gagal. Biarkan 2 menit di antara
renjatan listrik untuk supraventrikular takikardia, karena lambat berkonversi.
Komplikasi kardioversi.
a) Luka baker kulit. Kontak elektroda tidak memadai atau renjatan berulang
e) Pembesaran jantung.
g) Embolisasi sistemik, sekitar 0,8% lebih tinggi pada atrium kiri besar, stenosis mitral,
CHF, atau emboli sebelumnya.
i) Pneumonia aspirasi.
Letakkan dua jari di atas laring (jakun), jangan gunakan ibu jari.Geserkan jari penolong ke
samping. Hentikan di sela-sela antara laring dan otot leher. Rasakan nadi. Tekan selama 5-10
detik, hindari penekanan yang terlalu keras pada arteri.
Buka jalan nafas, kemudian berikan 2 tiupan yang masing2 waktunya 1,5 sampai 2 detik.
Pastikan kita menarik nafas yang dalam sebelum memberikan tiupan nafas.Lanjutkan sampai
4 kali putaran dari 15 tekanan dan 2 ventilasi.
1. RJP dengan 2 penolong pada orang dewasa.
Penderita harus lurus dan terlentang, pada permukaan yang datar & padat. Jika memakai baju
buka bajunya sehingga kita dapat melihat tulang dadanya. Penolong pertama berlutut pada
ujung kepala penderita. Penolong kedua berlutut pada sisi kanan dada penderita.
Lalu lakukan penekanan dada :
Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.Penekanan dilakukan dengan
menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan
yang lain.Caramelakukan penekanan dada :
a) Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada
orang dewasa).
b) Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih
tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku.
c) Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat
tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang.Gunakan berat badan saat kita berikan
tekanan.
e) Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.
g) Ingat bahwa tekanan yang efektif dilakukan hanya akan mencapai 25%-30% dari
sirkulasi darah normal.
Hitungan saat melakukan penekanan sebanyak 15 kali dengan tidak terlalu cepat, karena satu
kali penekanan harus menggunakan waktu kurang dari detik. Setelah penekanan seperti
diatas lakukan 2 kali tiupan masing-masing selama 1,5 sampai 2 detik.
Pemantauan
Pemantauan merupakan tanggungjawab penolong yang melakukan tiupan (ventilasi). Setelah
satu menit melakukan RJP, periksa nadi penderita. Periksa 3 sampai 5 detik pada arteri
karotis.
v Bila nadi tdk teraba dan pernapasan tidak ada teruskan RJP
v Dalamnya kompresi 3-5 m, laju penekanan dada 80-100 kali per menit.
b) minimal 60 mmHg
c) Intubasi jika PaO2 < 60 mmHg pada FIO2 (konsentrasi oksigen inspirasi) maksimal
dengan masker muka atau PaCO2 > 55 mmHg (tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang
terlarut dalam darah) Semua pasien harus mendapat suplemen oksigen untuk meyakinkan
oksigenasi yang adekuat
1. Hilangkan agitasi, dapat diberikan Diphenhydramin HCL 50 mg per oral atau intra
muskular : 3-4 x/hari.