Anda di halaman 1dari 13

1. .

Askep Lansia dengan Syok Kardiogenik secara umum


1. A. PENGKAJIAN
Perawat yang mengkaji : Perawat W

Unit : Rawat inap

Ruang/kamar : UGD

Tanggal masuk RS : 1 November 2010

Tanggal/waktu pengkajian : 1 November 2010

Cara pengkajian : autoanamnesa : klien

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 11 November 1962

Usia : 53 tahun

Agama : Kristen

Suku : Sunda

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : Tamat S1 Bisnis

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan bahasa betawi

Pekerjaan : Direktur PT. Karya Persada Indah

Alamat : Jl. A. Yani V/ no. 27, Jakarta

Diagnosa medik : Syok Kardiogenik

1. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. A
Alamat : Jl. A. Yani v/ no.27, Jakarta
Hubungan dengan klien : Istri klien

1. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU


Penyakit yang pernah diderita : ?

Alergi : ?

1. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG


Alasan masuk RS : datang ke UGD dengan kondisi lemah, keluar
keringat dingin, nadi teraba cepat, pasien tampak konfusi dan agitasi.

1. TINDAKAN/TERAPI YANG SUDAH DITERIMA


 Telah mendapat terapi dobutamine 20 mcg
 Terpasang bed side monitor
Keluhan utama : pasien tampak megap-megap dan nafas berhenti

1. B. PENGKAJIAN PERPOLA GORDON


1. aktivitas/istirahat
 Gejala
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat pola hidup menetap, olahraga tak teratur.

 Tanda
Takikardia, dispnea pada istirahat atau kerja.

1. Sirkulasi
 Gejala
riwayat IM sebelumnya ,penyakit arteri koroner ,GJK,masalah TD ,

DM

 Tanda
-TD dapat normal atau naik / turun ;perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri

-nadi dapat normal ; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat;tidak terratur(disritmia)mungkin terjadi.

-BJ ekstra(S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung /penurunan kontraktilitas/complain


ventrikel

-Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
-Fraksi;dicurigai ferikarditis

-Irama jantung dapat teratur atau tak teratur

-Edema,edema perifer,krekels ,mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.

-Pucat /sianosis pada kulit,kuku,dan membrane mukosa

1. Integritas ego
 gejala
menyangkal gejala penting,takut mati,perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit
/perawataan yang “tak perlu”,kuatir tentang keluarga,pekerjaan dan keuangan

 tanda
menolak,menyangkal,cemas,kurang kontak mata,gelisah ,marah,prilaku menyerang,focus
pada diri sendiri/nyeri

1. Eliminasi
 bunyi usus normal/menurun
1. Makanan /cairan
 gejala;mual,kehilangan nafsu makan ,bersendawa,nyeri ulu hati /terbakar
 tanda;penurunan trugor kulit,kulit kering /berkeringat,muntah,perubahan berat badan
1. Hygiene
 gejala/tanda;kesulitan melakukan perawatan diri
1. neorusensori
 gejala : pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun
 tanda : perubahan mental dan kelemahan
1. nyeri /ketidaknyamanan
 gejala : nyeri dada yang timbul mendadak ( dapat /tdk berhubungan dengan aktifitas),
tidak hilang dengan istirahaat atau nitrogliserin, lokasi nyeri dada tipikal pada anterior,
substernal,prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. tak tertentu lokasinya
seperti evigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher, kualitas nyeri ‘crushing’ ,
menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat, intensitas nyeri biasanya 10
pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami, Ctt :
nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi dengan DM operasi,hipertensi dan
lansia
 Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis merintih, meregang,
menggeliat, menarik diri, kehilanagan kontak mata, respon otonumnya : perubahan
frekuensi/irama jantung, TD, pernafasan, warna kulit /kelembaban dan kesadaran
1. Pernafasan
 Gejala : depsnea dengan /tanpa kerja, depsnea nocturnal, batuk produktif/tdk produktif,
riwayat merikok, penyaakit pernafasan kronis

Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, pucat/sianosis, bunyi nafas bersih/ krekels,
whezzing, sputum bersih, merah muda kental
1. Interaksi sosial
 Gejala : stress saat ini ( kerja, keungan, keluarga), kesulitan koping dengan stressor yang
ada atau penyakit, hospitalisasi
 Tanda : kesulitan istirahan dengan tenang, respon emosi meningkat, menarik diri dari
keluarga
1. Penyuluhan/Pembelajaran
 Gejala : riwayat keluaargaa penyakit jantung, IM, DM, Stroke, Hipertensi, penyakit
veskuler perifer, riwayat penggunaan tembakau.
1. C. PEMERIKSAAN SISTEMIK
1. Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran

Kualitatif : coma

Kuantitatif`

Respon motorik : 2

Respon bicara : 1

Respon mata : 0 +

` 3

Kesimpulan : klien tidak sadar

1. Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg

N : 120 X/menit

RR : 28 X/menit

Suhu : 360C
1. Pemeriksaan fisik
2. Inspeksi
Terpasang bed side monitor, lemah, keluar keringat dingin, konfusi dan agitasi, haluaran
urine sedikit. megap-megap (gasping), tdk sadarkan diri
1. Palpasi
Nadi teraba cepat, nadi teraba lemah,

1. Perkusi

1. Auskultasi
Suara paru krekels, bunyi jantung S3,

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Electrocardiogram (ECG)
2. Sonogram
3. Scan jantung
4. CVP
5. Kateterisasi jantung
6. Roentagen dada
7. Enzim hepar
8. Elektrolit oksimetri nadi
9. AGD
10. Kreatinin
11. Albumin/ transforin serum
12. HSD

1. 8. Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler


Pemeriksaan Jantung

1. Inspeksi : asimetri dada


2. thrill, pulmonary tapping (detak pulmonal) pada PH, anak kurus.Palpasi : perabaan
halus dengan ujung jari atau telapak tangan
3. Perkusi penting pada orang dewasa , pada anak dan bayi tidak memberikan informasi
yang akurat
4. Auskultasi : harus sabar dan cermat
Pada neonatus auskultasi berulang-ulang

Menggunakan stetoskop sendiri

Bunyi Jantung

Bunyi jantung berhubungan dengan pembukaan dan penutupan katup jantung.


Terdapat 4 bunyi jantung : BJ I, II, III, IV.

BJ I penutupan katup mitral dan trikuspid

Normal : mitral mendahului trikuspid

Karakteistik : bersamaan dengan iktus kordis, bersamaan dengan denyut karotis,


terdengapaling keras di apex (pada bayi dan anak kecil BJ I tunggal), frekuensijantung
lambat jrak BJ I dan II, lebih pendek pada jarak BJ II dan I.

BJII akibat penutupan katup aorta dan katup pulmonal

BJ III Bernada rendah, harus didengar dengan sisi sungkup stetoskop..

BJ IV terjadi bersamaan dengan kontraksi atrium

Bising jantung

Penetapan bising jantung pada bayi dan anak sangat penting.

Bising jantung harus dideskripsi :

Waktu terdengar bising pada siklus jantung

Bentuk (kontour) bising jantung

Intensitas bising

Pungtum maksimum

Penjalarannya

Tinggi nada

Kualitas
9. Ketrampilan melakukan DC shock
Adalah suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang
elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia ventricular dan
supraventrikuler.

Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS).

Renjatan, listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta
menghilangkan atritmia.Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan system purkinje
mengambil alih irama jantung.
Indikasi:
§ Kardioversi darurat,

1. Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi, hipoperfusi
sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia miokard.
2. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan lidokain
atau amiodaron.Kardioversi elektif.Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia
supraventrikuler, fluter atrial, dan fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus
dengan digitalis, propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah
angka embolisme.

Kontraindikasi:

a) Intoksikasi digitalis.

Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron, Stimulasi cepat
atrium dengan pemacu temporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.

b) Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer Pace


Maker (TPM).

c) Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.

d) Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.

e) Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin profilaktik.
f) Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat
menghentikan takiaritmia.
Evaluasi Pasien:

Evaluasi tentang hipertiroidisme, intake, digitalis, hipoksemia, stress psikologik, anemia,


hipokalemia, hiperkalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, atau gangguan metabolic
autonom lain yang menyebabkan aritmia.

Persiapan Pasien:

a) Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien, termasuk komplikasi potensialnya dan
dapatkan izin tertulis.

b) Berikan antikoagulan profilaktik, dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi dengan riwayat
embolisme, stenosis mitral, gagal jantung kongestif, atau pembesaran atrium kiri.

c) Hentikan digitalis, 24 jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada pasien tua. Digoxin
bekerja selama 2-5 hari.

d) Berikan kuinidin(300 mg tiap 6 jam) selama 2 hari sebelum kardioversi, menurunkan


40% pemulihan ke irama sinus, tetapi kadang pencetus VT atau VF.

e) Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi. Rawat pasien dengan monitor
EKG, untuk evaluasi irama dan evaluasi EKG 12 lead.

f) Letakkan lempeng resusitasi jantung di bawah dada pasien.


Persiapan Alat:

a) Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop, modus sinkronisasi tombol
seleksi tingkat energi, pedal elektroda dan jelly elektroda.

b) Obat sedasi: amnesia atau anastesi selama kardioversi dengan diazepam(valium),


pentothal atau brevithal.

c) Resusitasi: Lempeng dipunggung, section, oksigen, intubasi set(ETT, lavingoskope,


guidel, jelly, spatel) ambubag dan obat atropine serta antiaritmia.

Penatalaksanaan Kardioversi.
a) Letakkan pasien terlentang di atas lempeng resusitasi jantung.

b) Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien.

c) Nyalakan tombol kardioversi dan sinkronisasi.

d) Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar.

e) Berikan obat sedative perlahan, pantau frekuensi jantung, respirasi dan tekanan darah.

f) Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi, bantalan kasa larutan garam tidak
dipakai karena menyebabkan lengkungan arus.

g) Tipe kardioverter anteroapikal, elektroda pertama diletakkan di bawah klavikula kanan


tepat lateral sternum dan elektroda kedua diletakkan di bawah putting susu anterior aksilaris.

h) Pilih tingkatan energi 100 joule.

i) Pastikan tidak ada kontak operator, orang lain dan pasien terhadap bahan
konduktor(logam, air, ventrikulator).

j) Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan tekanan mantap 11,25 kg
pada pedal elktroda.

k) Periksa nadi pasien, EKG, dan jalan napas segera setelah renjatan listrik kardioversi.
Reaksi kardiovaskuler setelah renjatan listrik tampak vagal dengan bradikardia disusul
takikardia 30 detik reaksi simpatis. Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat
menunjukkan kerusakan miokard akibat renjatan atau interaksi obat denga renjatan listrik.

l) 12. Bila renjatan gagal, tingkatkan dosis energi secara bertahap 100, 200, 300, 360
joules sampai aritmia dikonversi atau sampai 360mjoules gagal. Biarkan 2 menit di antara
renjatan listrik untuk supraventrikular takikardia, karena lambat berkonversi.
Komplikasi kardioversi.

a) Luka baker kulit. Kontak elektroda tidak memadai atau renjatan berulang

b) dapat timbul luka baker derajat I-II.

c) Aritmia. Irama qtrioventrikuler, VES, VT dan VF dapat timbul setelah renjatan.


Kerusakan otot jantung. Perubahan gelombang T dan ST terjadi sekitar 1%
d) dan peningkatan CKMB sekitar 9% pasien.

e) Pembesaran jantung.

f) Edema paru. Diduga paralisis atrial kiri.

g) Embolisasi sistemik, sekitar 0,8% lebih tinggi pada atrium kiri besar, stenosis mitral,
CHF, atau emboli sebelumnya.

h) Hipotensi. Singkat dan berakhir beberapa jam.

i) Pneumonia aspirasi.

1. 10. Ketrampilan Melakukan RJP


Langkah-langkah sebelum melakukan RJP:

v Sebelum kita melakukan RJP pada penderita kita harus :

v Pastikan bahwa penderita tidak sadar

v Pastikan bahwa penderita tidak bernapas

v Pastikan bahwa nadi tidak teraba

v Untuk penderita yang tidak sadar, cari denyutan nadi karotis :

Letakkan dua jari di atas laring (jakun), jangan gunakan ibu jari.Geserkan jari penolong ke
samping. Hentikan di sela-sela antara laring dan otot leher. Rasakan nadi. Tekan selama 5-10
detik, hindari penekanan yang terlalu keras pada arteri.

RJP untuk orang dewasa

1. RJP dengan satu penolong pada orang dewasa


Lakukan penekanan dada dengan perbandingan 2 x tiupan diikuti 30 x penekanan dada.

Buka jalan nafas, kemudian berikan 2 tiupan yang masing2 waktunya 1,5 sampai 2 detik.
Pastikan kita menarik nafas yang dalam sebelum memberikan tiupan nafas.Lanjutkan sampai
4 kali putaran dari 15 tekanan dan 2 ventilasi.
1. RJP dengan 2 penolong pada orang dewasa.
Penderita harus lurus dan terlentang, pada permukaan yang datar & padat. Jika memakai baju
buka bajunya sehingga kita dapat melihat tulang dadanya. Penolong pertama berlutut pada
ujung kepala penderita. Penolong kedua berlutut pada sisi kanan dada penderita.
Lalu lakukan penekanan dada :

Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.Penekanan dilakukan dengan
menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan
yang lain.Caramelakukan penekanan dada :
a) Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada
orang dewasa).

b) Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih
tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku.

c) Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat
tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang.Gunakan berat badan saat kita berikan
tekanan.

d) Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada

e) Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.

f) Jangan melepaskan tangan dari atas dada penderita.

g) Ingat bahwa tekanan yang efektif dilakukan hanya akan mencapai 25%-30% dari
sirkulasi darah normal.

Hitungan saat melakukan penekanan sebanyak 15 kali dengan tidak terlalu cepat, karena satu
kali penekanan harus menggunakan waktu kurang dari detik. Setelah penekanan seperti
diatas lakukan 2 kali tiupan masing-masing selama 1,5 sampai 2 detik.

Pemantauan
Pemantauan merupakan tanggungjawab penolong yang melakukan tiupan (ventilasi). Setelah
satu menit melakukan RJP, periksa nadi penderita. Periksa 3 sampai 5 detik pada arteri
karotis.

v Bila nadi tdk teraba dan pernapasan tidak ada teruskan RJP

v Bila nadi teraba,pernapasan tidak ada berikan pernapasan buatan.


v Bila nadi teraba dan penderita bernapas adekuat, hentikan RJP, pantau pernapasan dan
nadi penderita.

Ringkasan RJP pada orang dewasa:

v Dalamnya kompresi 3-5 m, laju penekanan dada 80-100 kali per menit.

v Lama ventilasi : 1,5-2 detik

v Lokasi mencari nadi : arteri karotis

v RJP sendiri : 30 penekanan– 2 tiupan

v RJP berdua : 30 penekanan-2 tiupan


Tanda-tanda keberhasilan RJP:

 Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).


 Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan
cahaya).
 Denyut jantung kembali terdengar reflek pernapasan spontan dapat terlihat
 Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.
 Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
 Penderita berusaha untuk menelan
 Penderita menggeliat atau memberontak

1. 11. Ketrampilan Pemberian Posisi Syok Kardiogenik


1. Pasien diletakkan dalam posisi berbaring mendatar.
2. Pastikan jalan nafas tetap adekuat dan yakinkan ventilasi yang adekuat, bila tidak
sadar sebaiknya diakukan intubasi.
3. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
4. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PaO2 70-120 mmHg.

a) PaO2 (tekanan yang ditimbulkan oleh O2 yang terlarut dalam darah)

b) minimal 60 mmHg
c) Intubasi jika PaO2 < 60 mmHg pada FIO2 (konsentrasi oksigen inspirasi) maksimal
dengan masker muka atau PaCO2 > 55 mmHg (tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang
terlarut dalam darah) Semua pasien harus mendapat suplemen oksigen untuk meyakinkan
oksigenasi yang adekuat

1. Terapi terhadap gangguan elektrolit, terutama Kalium


2. Koreksi asidosis metabolik dengan Bikarbonas Natrikus sesuai dosis.
3. Pasang Folley catheter, ukur urine output 24 jam. Pertahankan produksi urine > 0,5
ml/kg BB/jam.
4. Lakukan monitor EKG dan rontgen thoraks.
5. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperberat syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin.

1. Hilangkan agitasi, dapat diberikan Diphenhydramin HCL 50 mg per oral atau intra
muskular : 3-4 x/hari.

Anda mungkin juga menyukai