Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT KETUHANAN

Hal ini di ajukan untuk memenuhi tugas sebagai ganti UAS pada mata kuliah “ILMU
FILSAFAT”
Dosen pengampu : Abun Buniaga S.Ag M.Ag

Disusun oleh :
Asep Jaenudin

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AZ-


ZAHRA TASIKMALAYA 2022

Jl. Karang nunnggal no.92 Cibalong kabupaten Tasikmalaya


KATA PENGANTAR
Seraya mengucapkan syukur dan puji kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya, sehingga kita dalam keadaan sehat dan khususnya
saya penyusun bisa menyelesaikan makalah dengan judul”filsafat ketuhanan”.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis bertujuan untuk menjelaskan
atau memaparkan poin-poin didalam makalah ini sesuai dengan pengetahuan yang saya peroleh,
Baik dari buku maupun sumber-sumber yang lainnya. Semoga semuanya dapat memberikan
manfaat bagi kita.
Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata didalam makalah ini, penulis mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengucapkan terimakasih banyak atas perhatiannya.

Tasikmalaya, 03 februari 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................3
B. POKOK MASALAH............................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. PEMIKIRAN PARA TOKOH FILSAFAT TENTANG TUHAN.......................................5
B. ISTILAH-ISTILAH TENTANG FILSAFAT KETUHANAN............................................6
C. SIFAT DAN HAKIKAT TUHAN DALAM ISLAM..........................................................7
D. HUBUNGAN KONSEPSI TUHAN DENGAN ILMU FILSAFAT....................................8
E. ANALISIS............................................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seorang anak kecil akan bertanya kepada ibunya mengenai keberadaan Tuhan dengan
pertanyaan yang bervariasi. Mulai dari pertanyaan “Tuhan itu apa ?”, “Tuhan itu bagaimana ?”,
“Tuhan itu ada dimana ?”, hingga pertanyaan “Apakah Tuhan itu sayang kepada umatnya atau
tidak ?”.

Keberadaan Tuhan telah diakui hampir seluruh umat manusia. Bahkan tidak hanya
pertanyaan di atas, pertanyaan lain mengenai siapakah pencipta alam semesta ini, siapa yang
membuat matahari dapat selalu bercahaya, langit dengan bulan dan bintang yang tidak jatuh
sekalipun tidak terdapat tiang penyangga, siapa yang membuat planet-planet tetap berjalan
teratur sesuai dengan jalurnya tanpa ada insiden tabrakan, dan masih banyak pertanyaan lain
yang pada ujungnya bermuara pada satu jawaban, yaitu Tuhan Dzat Yang Maha Kuasa. Dzat
yang kekuatannya melebihi kekuatan manusia terhebat di dunia.

Studi mengenai ke-Tuhan-an pun membantah kepercayaan para pengikut kelompok


atheisme (golongan/kelompok yang tidak percaya dengan adanya Tuhan). Berbagai hal yang
terjadi di dunia ini sudah menjadi
barang pasti merupakan campur tangan Tuhan. Sepintar dan sehebat apapun akal manusia belum
mampu dan tidak akan mampu menyaingi kehebatan Tuhan.

Namun, keberadaan Tuhan yang ghaib, tidak mampu dilihat secara kasat mata, membuat
sebagian besar manusia hanya sekedar percaya. Berpikir sebentar dan apabila tidak mendapatkan
jawaban memuaskan mengenai keberadaan Tuhan, manusia akan dengan cepat melupakannya.
Hanya bermodal percaya adanya Tuhan sudah cukup bagi manusia awam, tanpa perlu pusing-
pusing mencari jawabannya.

Dalam sejarah, tentu sudah banyak para ilmuwan yang mencoba mencari kebenaran dan
eksistensi Tuhan. Mulai dari dzat-nya, sifat-sifatnya, sampai hakikatnya. Dalam islam sendiri

3
ilmu mengenai ketuhanan dibahas dalam cabang ilmu tersendiri yaitu ilmu tauhid. Semua itu
tidaklah lepas dari pemikiran-pemikiran para ilmuwan mengenai Tuhan.

Pemakalah memilih tema mengenai filsafat tentang ke-Tuhan-an adalah berdasarkan


beberapa pertanyaan diatas yang membutuhkan jawaban yang jelas. Yang salah satunya melalui
pemikiran para pemikir filsafat/filsuf-filsuf dan melalui ilmu filsafat mengenai ke-Tuhan-an.

B. POKOK MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
berikut :

1. Bagaimanakah pemikiran para tokoh filsafat mengenai Tuhan ?


2. Apa sajakah istilah-istilah yang menyangkut dengan filsafat ketuhanan ?
3. Bagaimanakah sifat, dan hakikat Tuhan dalam islam ?
4. Bagaimana hubungan dan kensep Tuhan dengan ilmu, terutama ilmu filsafat ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMIKIRAN PARA TOKOH FILSAFAT TENTANG TUHAN

Berikut adalah pemikiran dan pendapat beberapa tokoh filsafat tentang Tuhan :

1. Ludwig Wittgenstein

Tuhan adalah dzat transedental yang eksistensi-Nya melampaui seluruh matra materi
duniawi, Dia adalah mystic yang tidak pernah dapat diekspresikan dengan bahasa duniawi.
Namun demikian, percaya akan adanya Tuhan itu berarti memahami berbagai persoalan makna
kehidupan. Beriman kepada Tuhan juga berarti memandang berbagai fakta duniawi ini bukanlah
akhir dari segalanya, dan beriman kepada Tuhan juga berarti memandang bahwa hidup ini
sungguh mempunyai suatu maksud dan tujuan yang bermakna.

2. Al-Kindi

Tuhan adalah wujud yang hak. Ia ada dari semula dan ada untuk selama-lamanya. Tuhan
adalah wujud yang sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain. Wujudnya tidak berakhir dan
tidak ada wujud selain daripada-Nya. Tidak berserikat Dia. Mustahil Ia tidak ada.

Sementara dalam versi lain, Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya
tidak ada kemudian menjadi ada. Ia selalu mustahil tiada ada. Ia selalu ada dan akan selalu ada.
Oleh karenanya Tuhan adalah wujud sempurna yang yang tidak didahului oleh wujud lain, tidak
berakhir wujud-Nya dan tidak ada wujud kecuali dengan-Nya.

3. Al-Farabi

Tuhan Allah adalah wujud yang sempurna dan yang ada tanpa sebab suatu sebab, karena
kalau ada sebab bagi-Nya berarti ia tidak sempurna, sebab tergantung kepada-Nya. Ia adalah
wujud yang paling mulia dan yang paling dulu adanya. Karena itu Tuhan adalah zat yang azali
(tanpa permulaan) dan yang selalu ada. Zatnya itu sendiri sudah cukup menjadi sebab bagi
keabadian wujud-Nya. Wujud-Nya tidak terdiri dari hule (matter ; benda) dan form (shurah),

5
yaitu dua bagian yang terdapat pada makhluk. Kalau sekiranya ia terdiri dari dua perkara
tersebut, tentunya akan terdapat susunan (bagian-bagian) pada Zat-Nya.

4. Aristoteles

Tuhan sebagai ‘Aktualitas Abadi’ yang menyebabkan perubahan dan


merupakan ‘Aktualitas Murni’ (Actus Purus) bukan benda material, karena jika penggerak
pertama sebagai benda material berarti dia sebagai subjek yang berubah, padahal dia
adalah ‘Penyebab Awal’ yang tidak terciptakan dan bersifat abadi.

B. ISTILAH-ISTILAH TENTANG FILSAFAT KETUHANAN

Berikut ini adalah beberapa istilah yang menyangkut tentang filsafat ketuhanan :

1. Teodise

Adalah pembenaran ajaran agama tentang kekuasaan dan aturan Tuhan yang menyangkut
masalah penderitaan dan adanya kejahatan dalam berbagai bentuk.

2. Theisma

Theisma mempercayai bahwa Theus (penamaan Tuhan dalam bahasa Yunani) itu ialah
awal dan akhir dari segala-galanya.

3. Henotheism

Masing-masing dewa memiliki kekuasaannya sendiri-sendiri, misalnya Dewa Matahari


kekuasaannya panas. Dewa hujan kekuasaannya air. Ketika musim kemarau orang memuja
Dewa Hujan. Untuk mengambil hatinya, dikatakanlah bahwa Dia-lah yang paling berkuasa,
bahkan satu-satunya Dewa. Ketika musim hujan yang panjang, orang memrlukan Dewa
Matahari. Dikatakan pula bahwa Dia-lah yang paling berkuasa, bahkan satu-satunya Dewa.

4. Ketuhanan Maha Tiga (Trinitheisma)

istilah tersebut terkenal dalam agama Hindu dengan Trimurti, dalam agama nasrani
Trinitas atau Tritunggal. Trimurti lahir dari Politheisma. Dari sekian banyak dewa, suatu ketika
muncul tiga dewa yang dipandang paling berkuasa atau paling diperlukan. Dalam agama Hindu
Purana muncullah Brahman (Dewa yang mencipta), Wisynu (Dewa yang memelihara

6
ciptaan Brahman), dan Syiwa (Dewa yang merusak, melenyapkan apa yang dicipta Brahman dan
dipelihara oleh Wisynu).

5. Monotheisma Murni

Tuhan itu esa dalam jumlah, sifat dan perbuatan. Tuhan memiliki sifat satu-satunya, tidak
ada duanya. Tiap sifat yang ditemukan pada alam, bukan sifat Tuhan. Tiap bentuk atau rupa yang
ditemukan dalam alam (termasuk dalam alam imajinasi pikiran manusia), bukan bentuk atau
rupa Tuhan.

C. SIFAT DAN HAKIKAT TUHAN DALAM ISLAM

Keberadaan Tuhan telah diyakini oleh sebagian besar umat manusia. Namun masih
terdapat sekelompok kecil dari mereka yang merasa Tuhan itu tidak ada. Dalam islam, bukti-
bukti mengenai eksistensi Tuhan telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Diantaranya :

 Surat An-naziat 27-33

“Kamukah yang lebih sulit menciptakannya atau langit yang dibangunnya ?” (27)

“Ditinggikan-Nya dan diatur-Nya dengan sebaik-baiknya.”(28)

“Dan dijadikan-Nya malam gelap-gulita dan siang terang cuaca.”(29)

“Dan bumi sesudah itu dikembangkan-Nya”(30)

“Dikeluarkan-Nya dari situ airnya dan padang rumputnya”(31)

“Dan gunung-gunung diletakkan-Nya dengan teguh.”(32)

“Keperluan untukmu dan binatang ternakmu”(33)

 Surat Al-Ikhlash 1-4 :

“Katakanlah : Allah itu Esa.”(1)

“Allah itu tempat untuk meminta.”(2)

“Tiada beranak dan tiada diperanakkan (beribu-bapak)”(3)

“Dan tiada seorang pun yang serupa dengan dia.”(4)

7
 Al-An’am ayat 3 :

“Dan Dia Allah Penguasa di langit dan di bumi, mengetahui rahasiamu dan yang kamu
terangkan, dan mengetahui apa yang kamu usahakan.”(3)

Al-Farabi, sebelum membicarakan tentang hakikat Tuhan dan sifat-sifat-Nya, ia terlebih


dahulu membagi wujud yang ada menjadi dua bagian, yaitu :

1. Wajibul wujud lighairihi. Yaitu wujud yang nyata karena lainnya. Contohnya adalah
wujud cahaya yang tidak akan ada kalau sekiranya tidak ada matahari.
2. Wajibul wujud li dzatihi. Yaitu wujud yang apabila diperkirakan tidak ada, maka akan
timbul kemuslihatan sama sekali. Kalau ia tidak ada, maka yang lima pun tidak akan ada
sama sekali. Ia adalah sebab Yang Pertama bagi semua wujud. Wujud Yang Wajib
tersebut dinamakan Tuhan (Allah).

Wujud Tuhan adalah wujud yang paling sempurna., karena wujud yang sempurna itu,
maka wujud tersebut tidak mungkin terdapat sama sekali pada selain Tuhan, seperti halnya
dengan sesuatu yang sempurna indahnya ialah apabila tidak terdapat keindahan semacam itu
pada lainnya atau dengan kata lain Ia menyendiri dengan keindahan-Nya itu. Karena itu Tuhan
adalah Esa dan tidak ada sekutu-Nya.

Sifat-sifat Tuhan telah banyak disebutkan dalam cabang ilmu tersendiri yaitu ilmu
tauhid/ilmu Kalam. Terdapat 3 sifat bagi Allah, yaitu : sifat wajib bagi Allah berjumlah 20, sifat
Mustahil bagi Allah berjumlah 20, dan sifat jaiz bagi Allah hanya 1. Sifat tersebut dalam filsafat
dikemukakan oleh Sanusi dengan sebutan Hukum Budi Yang Tiga.

D. HUBUNGAN KONSEPSI TUHAN DENGAN ILMU FILSAFAT

Dalam islam, konsep ilmu tidak dapat dipisahkan dari konsep Tuhan, karena semua
‘ilmuberasal dari-Nya. Ilmu-Nya adalah absolute dan menyeluruh, mencakup yang tampak
maupun yang tersembunyi. Tuhan mengetahui segalanya, tidak ada yang tidak diketahui-Nya di
dunia ini. Dia adalah awal dan akhir dari segala pengetahuan.

8
Filsafat dan agama memiliki ‘permainan’ yang berbeda dalam hal ketuhanan. Dalam
perspektif filsafat, Tuhan merupakan ‘something to be argued about’, sedangkan dalam
perspektif agama Tuhan merupakan ‘something to be sacrificed form’ yang tergambar di dalam
segenap aktivitas masyarakat.

Fungsi filsafat dalam kaitannya dengan distingsi Ketuhanan adalah sebagai alat analisis
konseptual yang terkandung di dalam hal ihwal Ketuhanan. Melalui filsafat orang akan mengerti
bahwa kata Tuhan tidak hanya memiliki satu arti, melainkan bermacam-macam arti. Sebagai
contoh, ‘Allah-nya orang Arab sebelum Islam berbeda dengan ‘Allah-nya islam. Perbedaan itu
antara lain karena Allah-nya orang orang Arab memiliki persekutuan dan anak yang semuanya
minta dilayani dalam bentuk sajian dan ketundukan dari manusia, sedangkan ‘Allah-nya’ Islam,
sebagaimana yang terekam singkat dalam al-Qur’an Surat al-ikhlash berada dalam pengertian
paham monotheisme murni, karena Tuhan dalam Islam dipahamkan sebagai Dzat Tunggal yang
tidak sebanding dengan apapun, Dzat yang tidak memerlukan persekutuan, Dzat yang tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan, Dia adalah awal dan akhir dari segala harapan.

E. ANALISIS

Tuhan adalah penguasa segala hal, tidak hanya alam semesta yang bersifat dhohir, tetapi
juga hal yang bersifat ghaib, seperti halnya hati. Jika terdapat pertanyaan mengenai dimanakah
tempat yang tidak dapat diketahui oleh siapapun, maka jawabannya adalah tidak ada. Karena
Tuhan (Allah) akan selalu mengawasi makhluk-Nya.

Filsafat ketuhanan seperti menjawab pertanyaan manusia mengenai Tuhannya. Filsafat


ketuhanan juga memberi semacam gambaran dan bukti-bukti, tidak sebatas bahwa Tuhan itu ada,
tetapi juga bukti bahwa eksistensi Tuhan tidak luput dari kehidupan. Beberapa tokoh filsafat pun
menjelaskan hingga pada sifat-sifat dan hakikatnya.

Namun, sebagaimana suatu hal pasti mempunyai kekurangan, ilmu yang bersangkutan
dengan Tuhan pun tidak dapat dipelajari oleh semua orang dengan sukses sebagai tujuannya.
Atau dapat memahami tanpa mengganggu keimanan seseorang. Filsafat mengajak manusia untuk
berpikir, filsafat ketuhanan berarti berpikir mengenai ketuhanan. Tidak sedikit manusia yang

9
justru menjadi aneh, bahkan bisa dikatakan ‘gila’ setelah akalnya tidak mampu menemukan
jawaban memuaskan atas pertanyaannya tentang Tuhan.

Sebagaimana pula dzat Allah yang agung, berbeda dengan makhluknya, dan maha
segala-galanya, maka semakin manusia berpikir tentang Tuhan, bagaimana wujudnya,
bagaimana bentuknya, dimana tempatnya, maka semakin manusia itu tidak mampu
memikirkannya. Karena akal manusia tidak akan mampu mencapai atau membayangkan
bagaimana Tuhan.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

A. Pemikiran para tokoh filsafat tentang Tuhan disampaikan antara lain oleh Ludwig
Wittgenstein, Al-Kindi, Al-Farabi, dan Aristoteles. Masing-masing mengemukakan
pendapatnya tentang Tuhan.
B. Dalam filsafat ketuhanan muncul pula berbagai istilah-istilah mengenai ketuhanan,
diantaranya : Teodise, Theisma, Henotheism, Ketuhanan Maha Tiga (Trinitheisma), dan
Monotheisma Murni.
C. Sifat dan Hakikat Tuhan dalam islam telah tercantum dalam Al-Quran, selain itu salah
satu filsuf, Al-Farabi mengemukakan teori wujud yang terbagi menjadi dua, yaitu wajibul
wujud lidzatihi dan wajibul wujud lighairihi. Sifat Tuhan juga dijelaskan dalam cabang
ilmu tersendiri yaitu ilmu tauhid.
D. Segala ilmu berasal dari Allah. Termasuk ilmu filsafat. Ilmu filsafat mempunyai
hubungan dengan Tuhan karena Tuhan termasuk salah satu objek yang dikaji dalam bab
metafisika. Salah satu fungsi filsafat dalam Ketuhanan adalah sebagai analisis konseptual.

10
DAFTAR PUSTAKA
Bernadien, Win Ushuluddin.2004.Ludwig Wittgenstein : Pemikiran Ketuhanan dan Implikasinya
Terhadap Kehidupan Keagamaan di Era Modern. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Gazalba, Sidi. 1977. Sistematika Filsafat, pengantar kepada: dunia filsafat, teori pengetahuan,
metafisika, teori nilai. Bulan Bintang: Jakarta.

Masruri, hadi dan Imron Rosyidi. 2007. Filsafat Sains Dalam Al-Qur’an : Melacak Kerangka
Dasar Integrasi Ilmu dan budaya. UIN Press: Malang.

Musa, M. Yusuf. 1991. Al-Qur’an dan Filsafat (Penuntun Mempelajari Filsafat Islam). PT. Tiara
Wacana Yogya: Yogyakarta.

Hanafi, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Bulan Bintang: Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai