Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

“LETUSAN GUNUNG API”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Veranti S. Maweikere 17061045


2. Gabriella V.M.E David 17061090
3. Rinda A. Laheba 17061114
4. Bella A.M Hanok 17061153
5. Cien S. Sambode 17061056
6. Arya G. Bawole 17061060

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


2020

1|Page
DAFTAR ISI

BAB 1.........................................................................................................................................4
(PENDAHULUAN)..................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................4
Tujuan Penulisan....................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
(TINJAUAN TEORI)...............................................................................................................5
Konsep.......................................................................................................................................5
Pengertian...............................................................................................................................5
Penyebab.................................................................................................................................5
Klasifikasi...............................................................................................................................7
Bahaya sekunder.....................................................................................................................8
Pengenalan kajian resiko bencana..........................................................................................8
Kajian resiko bencana.............................................................................................................9
Upaya Penanggulangan...........................................................................................................9
Pengurangan resiko................................................................................................................9
Peringatan dini........................................................................................................................9
Konsep Pre-Hospital..............................................................................................................10
Tahap Tanggap Bencana......................................................................................................10
Tahap upaya awal (Initial Action)........................................................................................11
Tahap rencana operasi..........................................................................................................11
Tahap operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat.........................................................11
Konsep Tanggap Darurat Saat Terjadi Bencana................................................................12
Manajemen Bencana..............................................................................................................12
1. Mitigation......................................................................................................................12
2. Preparedness..................................................................................................................13
3. Response.......................................................................................................................14
4. Recovery.......................................................................................................................15
Konsep upaya pemulihan pasca bencana............................................................................17
BAB 3.......................................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................................19

2|Page
Kesimpulan...........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................20

3|Page
BAB 1

(PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau
lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km dibawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat dia meletus.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya,
gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimana gunung berapi mampu istirahat dalam waktu
610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh karena itu, sulit untuk
menentukan keadaan istirahat atau telah mati.
Gunung meletus terjadi akibat endapan magma didalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah
gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyebar dengan
keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah
sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta
benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan habis mempengaruhi
putaran iklim dibumi. Tidak semua gunung berapi sering meletus, gunung berapi yang
sering meletus disebut gunung berapi aktif.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui manajemen letusan gunung berapi

Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui konsep dari letusan gunung api.


 Untuk mengetahi Upaya penanggulangan dari letusan gunung api.
 Untuk mengetahui konsep Pre-hospital dari letusan gunung api
 Untuk mengetahui konsep tanggap darurat saat terjadi bencana letusan gunung api.
 Untuk mengetahui manajemen bencana dari letusan gunung api.
 Untuk mengetahui konsep upaya pemulihan pasca bencana.

4|Page
BAB II

(TINJAUAN TEORI)

A. Konsep
1. Pengertian
Gunung api merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang
erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan
leleran. Erupsi lelehan menghasilkan lidah lava, kubah lava, aliran piroklastika.
Erupsi letusan menghasilkan jatuhan piroklastika yang terdiri dari batuan
berukuran besar ( kerikil ) sampai berukuran halus. Batuan halus dapat jatuh pada
jarak mencapai ratusan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya
hembusan angin. Aliran piroklastika terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan
bebatuan. Aliran ini dapat bergerak dari gunung api secara cepat dan
menghasilkan gas yang sangat panas.
Letusan gunung api juga mengakibatkan tercemarnya udara yang mengandung
sulfur dioksida, nitrogen dioksida serta beberapa partikel debu yang berpotensi
meracuni makhluk hidup di sekitar. Material yang dikeluarkan gunung api
berpotensi menyebabkan timbulnya penyakit yang disebut dengan ISPA (infeksi
saluran pernapasan atas). Lahar panas akibat letusan gunung api juga dapat
mengakibatkan hutan di sekitar kawasan rusak terbakar dan ekosistem yang ada di
dalam hutan otomatis akan terancam.

2. Penyebab
Letusan gunung merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Peristiwa
ini berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Aktifitas magma
yang mempunyai suhu yang sangat tinggi di dalam perut bumi berusaha keluar
sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi.
Magma yang keluar dari perut gunung berapi adalah gunung yang sedang meletus
atau vulkanisme. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan
magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan
bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Jenis dan bentuk gunung api bermacam-

5|Page
macam karena derajat kekentalan dan kedalaman magma terbentuknya gunung api
berbeda-beda. Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan
seperti inilah gunung api terbentuk. Hasil letusan gunung berapi berupa: gas
vulkanik, lava dan aliran pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi,
abu letusan, awan panas. Letusannya yang membawa abu dan batu dapat
menyembur dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya
bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai ribuan
kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki
fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan gunungapi.
Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua factor tersebut
sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan
kejadian gunungapi. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk
selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas
yang timbul dari unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan
Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian
mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya.
Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma
dipermukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi,
dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900
km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada
bagian atas mantel, sekitar 7-35 km di bawah muka bumi, material-material
tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran
konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan
70-120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng
tektonik.
Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel.
Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut
juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana
mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur,
walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km,
berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih
6|Page
tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak
benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat
jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfer.

3. Klasifikasi

Gunung berapi diklasifikasikan menjadi empat sumber erupsi, yaitu:

1. Letusan pusat
Erupsi melalui kawah utama.
2. Letusan sekunder
Erupsi kemiringan tubuh anda.
3. Retak erupsi
Erupsi yang muncul pada retakan/patahan dapat meluas hingga beberapa
kilometer.
4. Erupsi eksentrik
Erupsi lateral, tetapi magma yang keluar tidak datang dari kawah pusat yang
menyimpang kesamping, tetapi dari dapur magma melalui kawahnya.

Berdasarkan tingkat fragmentasi dan permukaan yang tinggi dan rendah, serta
kekuatan erupsi dan ketinggian pilar asap, gunung berapi dibagi menjadi beberapa
jenis letusan, yaitu:

1. Tipe Hawaii
Letusan eksplosif magma basaltik atau dekat basal. Secara umum, dalam bentuk
serpihan lava pijar dan, sering, secara bersamaan, diikuti oleh lava lava, yang
terjadi di parit atau kawah sederhana.

2. Tipe strombolian
Letusan itu hampir sama dengan Hawaii dalam bentuk ledakan lahar pijar magma
superfisial. Biasanya terjadi di gunung berapi aktif di tepi benua atau pusat benua.

3. Tipe plinean
Erupsi ini sangat dipengaruhi oleh magma viskositas tinggi atau magma asam,
komposisi magma andesit dengan sifat rhyolitic. Bahan yang diserap adalah dalam
bentuk sejumlah besar batu apung.

4. Tipe subplinian
Letusan magma (rhyolitic) gunung berapi yang eksplosif. Tahap erupsi efusif
menghasilkan kubah lava rhyolitic. Erupsi subplineal dapat menyebabkan
pembentukan inflamasi.

7|Page
5. Tipe ultra-plinean
Letusan yang sangat eksplosif menghasilkan endapan batuan yang lebih besar
daripada plinian biasa.

6. Tipe vulkanik
Erupsi magmatik terdiri dari andesit basaltik dalam dasit. Secara umum, bom
vulkanik atau potongan di dekat kawah dan sering disertai dengan bom kerak atau
permukaan retak. Bahan yang diserap tidak hanya berasal dari magma, tetapi
dicampur dengan batuan lateral berbentuk litik.

7. Tipe surtseyan dan tipe freatoplinian


Kedua jenis ini adalah letusan yang terjadi di pulau-pulau vulkanik, gunung berapi
bawah laut atau gunung berapi yang memiliki kawah. Surtseyan adalah letusan
interaksi antara magma basaltik dan air permukaan atau air tanah. Erupsi ini disebut
phreatomagmatic. Jenis-jenis Freatoplin memiliki proses peristiwa yang sama dengan
Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air memiliki komposisi rhyolitic.

4. Bahaya sekunder

 Lahar dingin yang menyebabkan kerusakan lahan dan pemukiman


 Gangguan aktivitas pada masyarakat
 Penurunan ekonomi pada masyarakat di daerah bencana
 Kematian hewan maupun tumbuhan

5. Pengenalan kajian resiko bencana

 Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan


pencegahan,mitigasi,kesiapsiagaan serta peringatan dini
 Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara,seperti kegiatan search and rescue
(SAR),bantuan darurat dan pengungsian
 Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan,rehabilitasi,dan
rekonstruksi.

8|Page
6. Kajian resiko bencana

 Identifikasi tata guna lahan kawasan rawan bencana gunung merapi.


 Identifikasi daerah rawan bencana.
 Identifikasi seberapa luas kawasan pemukiman din sekitar daerah zona rawan bencana
gunung merapi.
 Identifikasi tingkat resiko erupasi gunung merapi terhadap pemukiman penduduk.

B. Upaya Penanggulangan

1. Pengurangan resiko

• Tutup rapat jendela, Pintu, dan lubang angin rumah.


• Lindungi kendaraan bermotor atau peralatan mesin lainnya dan matikan
mesinnya.
• Masukan hewan peliharaan dan persediaan makanan ke tempat lebih aman
• Kumpulkan keluarga, ambil tas yang sudah di siapkan , dan segera mengungsi
• Kenakan pakaian yang melindungi tubuh, seperti baju panjang, topi, dan
lainnya.
• Gunakan kacamata atau apapun untuk mencegah debu masuk mata.
• Jangan memakai lensa kotak.
• Pakai masker atau kain untuk menutup mulut dan hidung
• Menutup wajah dengan kedua belah tangan saat abu letusan gunung turun
• Dengarkan instruksi pihak berwenang dan ikuti rute mengungsi yang
ditetapkan.
• Hindari lokasi rawan letusan ( Lereng Gunung, Lembah, Sungai Kering,
Aliran lahar )
• Usahakan masuk ke ruang lindung darurat/ Bungker
• Siapkan diri menghadapi bencana susulan

2. Peringatan dini

Peringatan dini dari letusan gunung berapi penting nih kita ketahui untuk kita
selalu bersiap siaga dalam keadaan apaun. Mau tahu dong pasti, apa sih peringatan
dini dari letusan gunung berapi? Ini dia nih, sistem peringatan dini yang pertama.
Kamu bisa download aplikasi Magma Indonesia, pantau informasi peringatan dini

9|Page
gunung berapi dengan aplikasi ini. Kamu bisa banget download di playstore.
Bahkan kamu bisa mengecek melalui websitenya langsung. Perhatikan dan kenali
tanda-tanda alam di sekitar wilayah gunung berapi, seperti:
• Sering merasakan gempa tremor atau gempa lokal itu biasanya disebut gempa
vulkanik.
• Terdengar gemuruh, getaran atau dentuman di sekitar lereng gunung tersebut.
• Banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tersebut dapat mendekteksi
suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar.
• Meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi.
• Sumber mata air di sekitar gunung berapi mengering.
• Tanaman di wilayah sekitar gunung berapi layu dan mati kering.

C. Konsep Pre-Hospital

1. Tahapan Tanggap Bencana

 Pantau informasi
Biasanya saat terjadi erupsi terdapat bunyi sirine tanda peringatan. Setelah itu cari
informasi lewat media baik televisi atau radio. Radio dengan baterai lebih
disarankan karena saat listrik padam, Anda masih bisa mengandalkan radio.
Memantau informasi lewat media berguna untuk menentukan langkah selanjutny
 Masuk ke dalam rumah atau tempat yang aman
Masuk ke dalam rumah atau tempat yang aman jika Anda berada di luar ruangan,
kecuali ada instruksi untuk evakuasi. Tutup semua jendela dan pintu agar abu
vulkanik tidak masuk. Jika masih memiliki waktu, amankan kendaraan juga
hewan ternak jika ada.
 Jangan abaikan instruksi darurat
Perhatikan instruksi darurat saat terjadi letusan. Instruksi ini akan mengarahkan
Anda harus dievakuasi ke tempat lain atau dapat tetap berada di tempat karena
efek tak begitu besar. Korban letusan biasanya banyak berjatuhan akibat tidak
mengindahkan instruksi darurat.
 Pergi ke tempat tinggi
Jika sedang berada di tempat terbuka, pergi ke tempat tinggi karena letusan besar
sering diikuti aliran lava, lumpur juga banjir. Walau sudah berada di tempat
tinggi, tetap waspada dan lindungi diri Anda dari piroklastika atau muntahan
bebatuan hingga gas dari erupsi. Jika terjebak pada piroklastika, berjongkok dan
10 | P a g e
jangan menghadap gunung. Lindungi kepala dengan tangan, jaket, tas atau apapun
yang Anda temukan.
 Lindungi Pernapasan
Erupsi biasanya disertai abu vulkanik dan gas beracun, maka Anda perlu
mengenakan masker atau penutup hidung agar tak mengganggu pernapasan.
Selain itu, perlu juga mengenakan kacamata pelindung serta baju dan celana
panjang.

2. Tahap upaya awal (Initial Action)

 Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana


 Pemahaman tentang kerentanan masyarakat (fisik, sosial, lingkungan)
 Analisis kemungkinan dampak bencana
 Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana
 Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
 Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia

3. Tahap rencana operasi


Rencana operasi bencana terdapat potensi bencana, yang merupakan peningkatan
eskalasi ancaman yang penentunya didasarkan hasil pemantauan yang akurat oleh
instansi yang berwenang dan juga mempertimbangkan kondisi nyata/dampak yang
terjadi dimasyarakat. Penetapan status siaga darurat bencana dilakukan oleh
pemerintah/pemerintah daerah atas usulan kepala BNPB/BPBD.

4. Tahap operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat


Dilakukan rencana operasi (operational plan) yang merupakan
operasionalisasi/aktivasi dari rencana kedaruratan atau rencana kontinjensi yang
telah disusun sebelumnya. Untuk pemilihan darurat, yang pertama kali harus
dipikirkan oleh penolong adalah penilaian TRIAGE bencana yang bertujuan
untuk memberikan pertolongan dalam kondisi korban bencana dan diharapkan
banyak penderita yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Inti penilaian
TRIAGE dalam bencana memiliki 4 kode warna :
- hitam (penderita sudah tidak dapat ditolong/meninggal)
- merah (penderita mengalamii kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan
yang lebih kompleks)

11 | P a g e
- kuning (kondisi penderita tidak kritis namun memerlukan tindakan medis
lanjutan)
- hijau (penanganan penderita yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar).
Penderita tidak memiliki cedera serius sehingga dapat dibebaskan dari TKP agar
tidak menambah korban yang lebih banyak. Penderita memiliki hidup lebih
banyak harus diselamatkan terlabih dahulu.

D. Konsep Tanggap Darurat Saat Terjadi Bencana

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sesegera mungkin pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi :
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan
prasarana dan sarana.

E. Manajemen Bencana

1. Mitigation : Pengurangan-Pencegahan

Menurut Arie Priambodo, (2009;17) Mitigation merupakan tahapan atau langkah


memperingan risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Dalam mitigasi terdapat dua
bagian penting, yakni pengurangan dan pencegahan terjadinya bencana. George
D. Haddow dan Jane A. Bullock dalam A.B. Susanto (2006;11) mengatakan
bahwa :
“Proses mitigasi melibatkan pencegahan bencana agar jangan sampai terjadi
bencana dan juga pengurangan dampak buruk akibat bencana yang sudah terjadi
pada tahap minimal. Kebijakan mitigasi dalam manajemen bencana ini adalah
sebuah kebijakan yang bersifat jangka panjang.”
Contoh :

12 | P a g e
BPBD Kab.Sleman melakukan upaya pengurangan resiko dan dampak dari erupsi
Merapi dengan melakukan pembuatan talud banjir, pembuatan kantong lahar atau
dam, pemasangan Early Warning System (EWS) atau dikenal dengan sistem
peringatan dini dan pemasangan rambu-rambu jalur evakuasi.

2. Preparedness : Perencanaan-Persiapan

Arie Priambodo, (2009;17) mengatakan bahwa Preparedness merupakan


kesiapsiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana. Ada dua bagian penting
dalam kesiapsiagaan, yakni adanya perencanaan yang matang dan persiapan yang
memadai sehubungan dengan tingkat risiko bencana.
Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar kesiapsiagaan menurut Drabek &
Hoetmar dikuti oleh Kusumasari (2010:26-27) :
• Kesiapsiagaan merupakan proses yang berkesinambungan
• Kesiapsiagaan mengurangi ketidaktahuan selama bencana
• Kesiapsiagaan merupakan kegiatan pendidikan
• Kesiapsiagaan didasarkan pada pengetahuan
• Kesiapsiagaan menyebabkan timbulnya tindakan yang tepat
• Resistensi terhadap kesiapsiagaan bencana diberikan
• Perencanaan yang sederhana merupakan sebuah tujuan yang jelas

Contoh :
Pemantauan di Gunung Merapi yang dilakukan oleh BPPTKG (Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi)
berkoordinasi dengan BPBD Kab. Sleman untuk diinformasikan kepada

13 | P a g e
masyarakat, pelatihan atau simulasi erupsi, pembentukan Desa Tanggap Bencana
(Destana), pembentukan Sekolah Siaga Bencana (SSB).

3. Response : Penyelamatan-Pertolongan

Arie Priambodo, (2009;18) mengatakan bahwa Response merupakan tindakan


tanggap bencana yang meliputi dua unsur terpenting, yakni tindakan
penyelamatan dan pertolongan. Pertama-tama, tindakan tanggap bencana tersebut
ditujukan untuk menyelamatkan dan menolong jiwa manusia baik secara personal,
kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Kedua, ditujukan untuk
menyelamatkan harta benda yang berhubungan dengan keberlangsungan hidup
personal,kelompok maupun masyarakat selanjutnya.
Sedangkan menurut Soehatman Ramli (2010;35) tanggap darurat (response)
adalah :
“Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana
dan sarana.”
Fungsi respons dalam manajemen bencana menurut Bevaola Kusumasar,
(2010;28) adalah tindakan yang diambil untuk membatasi cedera, hlangnya
nyawa, serta kerusakan harta benda dan lingkungan. Kegiatan respons dapat
dilakukan melalui kegiatan peringatan, evakuasi, dan penyediaan tempat
penampungan/shelter.

Contoh :
(Penyelamatan)

14 | P a g e
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Sleman telah menyusun
scenario rencana penanggulangan erupsi gunung api merapi dalam upaya
evakuasi. Selain itu, di Desa Tangguh Bencana juga memiliki dokumen draft
rencana kontijensi gunung api merapi dan rencana kontijensi penanganan ternak
untuk penanggulangan bencana erupsi merapi sebagai panduan apabila merapi
mengalami erupsi.

(Pertolongan)
BPBD Kab.Sleman mulai lakukan distribusi logistik di barak pengungsian dengan
terlebih dahulu melakukan pendataan jumlah pengungsi, menghitung kebutuhan
pengungsi, mendirikan posko darurat, dan penanganan korban bencana yang
diatur dalam SOP Barak dan Logistik.

4. Recovery : Pemulihan-Pengawasan

Arie Priambodo, (2009;18) mengungkapkan bahwa Recovery merupakan


tahap atau langkah pemulihan sehubungan dengan kerusakan atau akibat yang
ditimbulkan oleh bencana. Dalam tahap ini terdapat dua bagian, yakni pemulihan
dan pengawasan yang ditujukan untuk memulihkan keadaan ke kondisi semula
atau setidaknya menyesuaikan kondisi pasca bencana guna keberlangsungan hidup
selanjutnya.
Sullivan seperti dikutip Kusumasari (2010;30) memberikan definisi pemulihan
sebagai berikut :
“Pemulihan adalah kegiatan mengembalikan sistem infrastruktur kepada standar
operasi minimal dan panduan upaya jangka panjang yang dirancang untuk
mengembalikan kehidupan ke keadaan dan kondisi normal atau keadaan yang
lebih baik setelah bencana. Pemulihan dimulai sesaat setelah bencana terjadi.”

15 | P a g e
Sedangkan menurut Soehatman Ramli, (2010;38) setelah bencana terjadi dan
proses tanggap darurat terlewati, maka langkah berikutnya adalah rehabilitasi dan
rekonstruksi.
“Rehabilitasi merupakan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.”
“Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial, dan budaya tegaknya hokum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pasca bencana.”

Contoh :
Bidang rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kab.Sleman menyusun rencana aksi
(renaksi) rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan yang dilakukan oleh bidang
rehabilitasi dan rekonstruksi adalah pembuatan shelter bagi korban erupsi gunung
merapi, pembangunan hunian tetap, penggantian ternak, bantuan modal usaha, dan
bantuan sapi perah. Luas dari hunian tetap adalah 100 m², dengan anggaran tiap
hunian tetap adalah Rp.30.000.000. Di dalam hunian tetap sendiri terdapat
berbagai fasilitas, seperti : adanya tempat ibadah, balai warga,kandang komunal,
dan lapangan.

F. Konsep upaya pemulihan pasca bencana


Dalam kegiatan upaya pemulihan pasca bencana yang dikenal dengan kegiatan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sektor Perumahan
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada sektor perumahan yang pada awalnya
direncanakan akan merelokasikan pemukiman desa terdampak langsung menjadi jenis
bantuan yang berbeda, sedangkan bila kegiatan relokasi perumahan ini pada akhirnya

16 | P a g e
terlaksana akan sangat baik untuk masyarakat ke depannya. Selain itu, kebijakan
umum relokasi ditetapkan menjadi 3 kriteria, yaitu :
 Mandiri-Individu : apabila warga masyarakat mempunyai tanah sendiri.
 Mandiri-Berkelompok : apabila warga masyarakat secara berkelompok
mempunyai tanah yang berdekatan.
 Berbasis dusun dengan lahan yang disiapkan pemerintah : Dalam hal ini, bagi
kedua kriteria warga yang bersedia direlokasi tersebut, pemerintah
menyiapkan lahan untuk relokasi seluas 100 m²/KK ditambah dengan fasilitas
umum sebesar 50 m²/KK. Warga juga akan mendapatkan hak bantuan
pembangunan rumah senilai Rp.30 juta/KK.

2. Sektor Infrastruktur
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam sektor infrastruktur ini bertujuan untuk
menghubungkan kembali kegiatan yang terputus. Kegiatan ekonomi dan pendidikan
dapat dilakukan antar desa, memperhitungkan hal tersebut maka kegiatan utama yang
harus segera ditangani adalah pembersihan jalan yang tertutup dengan abu akibat
erupsi dan perbaikan jembatan sebagai penghubung. Selain itu, berkenaan dengan
fasilitas umum juga perlu diperhatikan juga antara lain adalah perbaikan sarana dan
prasarana air minum.

3. Sektor Sosial
Pada sektor sosial rehabilitasi dan rekonstruksi ini bertujuan untuk mengembalikan
kembali kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan sosial seperti :
trauma,pendidikan,agama, dan sejenisnya. Ada 2 jenis indicator yang ada di rencana
aksi :
 Penyediaan layanan trauma healing, layanan ini sangat dibutuhkan karena
berhubungan dengan kehidupan masyarakat kedepannya, agar kehidupan
dapat kembali seperti semula.
 Penyediaan layanan kesehatan umum dibantu oleh pihak organisasi dari luar,
pemerintah hanya memfasilitasi pada pemulihan dini, akan tetapi pada
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk penyediaan layanan kesehatan
umum, pemerintah memberikan bantuan dalam perbaikan Pustu (Puskesmas
Pembantu).

17 | P a g e
4. Sektor Ekonomi
Pada sektor ekonomi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sangat perlu diperhatikan,
ketika bencana erupsi terjadi maka bertepatan juga dengan menghilangnya kegiatan
ekonomi untuk sementara waktu, tentu hal ini perlu dipulihkan. Upaya rehabilitasi
dan rekonstruksi dilakukan agar jangan sampai masyarakat kehilangan mata
pencahariannya. Seperti yang sudah dijabarkan perencanaannya sebagai berikut :
 Revitalisasi kelompok tani, kebun, dan ternak. Hal ini bermaksud
mengembalikan mata pencaharian masyarakat yang mayoritas pekerjaannya
adalah petani dan peternak.
 Program diverifikasi/alternative usaha pertanian berupa bantuan pompa air
padi, pompa air jagung,hand sprayer jagung,dan hand sprayer padi. Bantuan
tersebut dikhususkan untuk daerah yang terkena dampak langsung. Sehingga
lahan pertanian mereka memerlukan pembersihan, karena lahan pertanian
tersebut tertutup abu erupsi, yang menghasilkan kerusakan pada lahan
pertanian.
 Penyediaan bibit tanaman cepat panen. Hal ini dimaksudkan untuk pengalihan
kegiatan berkebun dari tanaman biasanya menjadi tanaman yang cepat panen.
Hal ini untuk membantu mempercepat dan kembali memulihkan
perekonomian mereka.
 Bantuan modal usaha untuk pedagang dan industri kecil menengah. Ini
diberikan pemberdayaan IKM (Industri Kecil Menengah) melalui pelatihan
dan fasilitasi bantuan investasi mesin/peralatan produksi. BPBD hanya
memfasilitasi kemudian pihak Rekompak membantu dalam berjalannya
pelatihan.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Untuk mengetahui konsep dari letusan gunung api :


Gunung Meletus merupakan bencana alam yang sangat berbahaya.
 Untuk mengetahi Upaya penanggulangan dari letusan gunung api :
 Pengurangan resiko
18 | P a g e
 Peringatan dini
 Untuk mengetahui konsep Pre-hospital dari letusan gunung api :
 Pantau informasi
 Masuk ke dalam rumah atau tempat yang aman
 Jangan abaikan instruksi darurat
 Pergi ke tempat tinggi
 Lindungi pernapasan
 Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sesegera mungkin pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi :
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana
dan sarana.
 Untuk mengetahui manajemen bencana dari letusan gunung api :
Mitigation merupakan tahapan atau langka memperingan resiko yang di
timbulkan oleh bencana.
 Preparedness merupakan kesiapsiagaan dalam menghadapi terjadinya
bencana.
 Respons merupakan Tindakan tanggap bencana yang meliputi 2 unsur
terpenting, yakni Tindakan penyelamatan dan pertolongan.
 Recoveri merupakan tahap atau langka pemulihan sehubungan dengan
kerusakan atau akibat yang ditimbulkan oleh bencana.
 Untuk mengetahui konsep upaya pemulihan pasca bencana :
 Sector perumahan,
 Sector infrastruktur,
 Sector social,
 Sector ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Bnpb.(2017).Taman Nasional Gunung Merapi: Buku Informasi: Balai Taman Nasional


Gunung Merapi.

Eko.(2018).Buku tentsng Gunung Merapi.diakses di : https://books.google.co.id

http://eprints.ums.ac.id/21155/2/04._BAB_I.pdf

https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=221260

http://eprints.ums.ac.id/31033/2/BAB_I.pdf

19 | P a g e
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gunung_Api.pdf

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai