Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN MATEMATIKA QUR’ANI

Nama Anggota :
1. Muhammad Hafiz B. Syafrudin 1900015019
2. Alfiyyah ‘Ainul Abdillah 1900015020
3. Dias Regita Prameswari 1900015021
4. Andrea Kusumastuti 1900015022
5. Anisa Sukma Linarta 1900015023

Program Studi Matematika


Fakultas Sains dan Teknologi Terapan
Universitas Ahmad Dahlan
Al Quran adalah petunjuk bagi manusia, dan tidak diperuntukkan hanya bagi orang beriman. Al-
quran juga merupakan sebuah kitab yang berisikan ilmu pengetahuan baik tentang agama
maupun keduniaan. Seiring perubahan zaman ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang
sangat cepat dalam berbagai bidang baik duniawi maupun agama salah satunya matematika.
Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Sedangkan matematis adalah
bersangkutan dengan matematika atau bersifat matematika sangat pasti dan tepat. Matematika
bukan hanya sekedar segala sesuatu yang berhubungan dengan angka dan bilangan seiring
dengan perubahan zaman banyak para pakar yang mengemukakan pengertian matematika sesuai
dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika
hanya perhitungan yang mencatat tambah kurang kali bagi tetapi ada pula yang melibatkan topik
topik aljabar, geometri, dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika
mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis. Ayat-ayat dalam Al Quran telah
memberikan kepada para ahli matematika bahan pemikiran dan dimensi baru yang mendorong
mereka untuk lebih dalam lagi memasuki dunia angka dan bilangan dan menemukan metode dan
teknik baru dalam mencari jawaban yang tepat terhadap problemnya. Mereka harus berusaha
keras untuk memasuki hakikat kebenaran dari al-quran serta berusaha memahami makna yang
terkandung di dalamnya di samping menemukan dan memperhitungkan alat-alat yang tepat
untuk menjelaskan ilmu tersebut.

Tuntunan Belajar
Abad 21 disebut sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, yang artinya kehidupan
manusia muali mengalami perubahan-perubahan fundamental yang berbeda dengan tata
kehidupan dalam abad sebelumnya. Hal ditandai dengan berkembangannya teknologi informasi
yang sangat pesat serta perkembangan otomasi dimana banyak pekerjaan yang mulai digantikan
dengan mesin, baik mesin produksi maupun mesin komputer. Memasuki abad 21 kemajuan
teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang
pendidikan. Pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar untuk
melalui sejumlah tantangan dan agar dapat bertahan. Pendidikan abad 21 bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia
dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui
pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas yaitu pribadi
yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.
Meskipun sudah berjalan selama satu dekade, dunia pendidikan telah mengalami pergeseran, dan
bahkan perubahan yang bersifat mendasar pada tataran filsafat, arah serta tujuannya. Sesuai
dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan
pada pembelajaran abad 21 yaitu :

1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru/dosen sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan
mental (softskills);
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
Dengan karakteristik-karakteristik generasi digital antara lain kita dituntut untuk :
1. Independen yaitu generasi ini hidup dan tumbuh dalam kebebasan digital, kebebasan
untuk mengekspresikan diri dengan mudah tanpa batasan jarak dan waktu dan ini
memiliki beberapa implikasi pada kehidupan nyata mereka di mana mereka meminta
kebebasan yang mereka dapatkan dari kehidupan digital mereka;
2. Menyenangkan, yaitu kecenderungan menjalani hidup mereka dengan cara
menyenangkan serta memiliki persepsi bahwa tidak ada kesulitan yang ada adalah
tantangan,;
3. Ekspresif, Generasi seperti ini suka mengekspresikan diri dan hampir semua preferensi
mereka ditujukkan melalui media sosial mereka;
4. Instan, karakter-karakter generasi digital yang juga membutuhkan kecepatan dalam
segala hal yang membuat mereka kurang sabar;
5. Eksploratif, mereka suka mengeksplorasi pengalaman mereka, belajar dengan melakukan
dengan dukungan teknologi yang tersedia dan mereka menghindari diajarkan dalam hal
teknologi;
6. haring, Generasi ini adalah produsen pasokan informasi terbesar di dunia digital terutama
internet;
7. Interaktif, yaitu jenis komunikasi mereka pilih adalah yang responsif (feedback yang
cepat) serta lebih memilih panggilan video, konferensi video, oborolan teman dan
pertemuan online dan
8. Kolaborasi, yaitu produk teknologi dapat dengan mudah digunakan, diduplikasi atau
diproduksi oleh individu yang berbeda dan inilah yang disukai generasi digital. Dengan
demikian pembelajaran abad 21 memiliki tantangan tersendiri dalam menghadapi
karakteristik generasi digital
Disamping itu terdapat tantangan dalam pendidikan abad 21 adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-
Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam
konteks pemecahan masalah;
2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills),
mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
3. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills), mampu
mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan
yang inovatif;
4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications
Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
5. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills), mampu menjalani aktivitas
pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi, dan
6. Kemampuan informasi dan literasi media, mampu memahami dan menggunakan berbagai
media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas
kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Ada beberapa layanan yang disediakan oleh Pustekkom dalam rangka mendukung pembelajaran
abad 21 yaitu Jardiknas, TV Edukasi, Suara Edukasi, Radio Edukasi, Mobile Edukasi, dan
KIHAJAR. Layanan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia
sehingga dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang terampil TIK sebagai generasi emas
Indonesia 2045.

Cara Allah Mendidik Manusia


Di dalam Al Qur’an, ALLAH SWT memberikan (secara implisit) petunjuk tentang
bagaimana kita seharusnya belajar agar kita menjadi orang berilmu dan membawa kita kepada
kebenaran yang hakiki, serta terhindar dari tindak kebathilan. Dari semua ayat Al Qur’an
terdapat 4 cara yang penting untuk menguasai ilmu pengetahuan,yaitu :

Al tadzakkur berasal dari kata dzakara yang berarti mengingat

Al tafakkur berasal dari kata fakara yang berarti kekuatan atau daya yang mengantarkan kepada
ilmu.
Al tadabbur berasal dari kata dabara yang berarti melihat sesuatu di balik apa yang terlihat.

Al ta’aqqul berasal dari kata aqala yang berarti mengikat atau menawan. Menurut Hodri (2013),
kata aqala juga mempunyai arti mengetahui sesuai dengan kenyataan dan mampu membedakan
Dari uraian di atas diketahui bahwa pembelajaran matematika Qur’ani adalah
pembelajaran matematika yang lebih mendorong anak menggunakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills). Siswa didorong untuk berjibaku
(struggeling), mengerahkan daya pikirnya gunamengembangkan potensi yang dimilikinya.

Relevansi Dengan Tuntutan Abad Ke-21


“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan
di zamanmu” (Ali Bin Abi Thalib).”
Saat ini kita sudah memasuki abad ke-21. Artinya kita hidup di era yang kental dengan
nuansa TIK, dan globalisasi. Tantangan hidup mereka tentu akan beda dengan tantangan -
tantangan dahulu. Karena itu, ada baiknya kita mengenal karakteristik abad ke-21 dengan
globalisasinya. Di abad ke-21 ini TIK berkembang begitu pesat dan mewarnai hampir seluruh
aspek kehidupan manusia. Hampir tidak ada satu sisi kehidupan pun yang lepas dari pengaruh
TIK. Bahkan, hal-hal yang dulunya bersifat privasi dan sakral sekarang terbuka begitu
gamblangnya dengan TIK. Dalam bidang Pendidikan, kemajuan TIK telah mendorong
perubahan sudut pandang guru tentang bagaimana pembelajaran harus diselenggarakan.
Pembelajaran matematika yang bersifat procedural tampaknya sudah tidak pantas lagi dijadikan
fokus. Setiap siswa, bahkan yang masih di jenjang sekolah dasar sekalipun, sudah terbiasa
dengan alat-alat TIK misalnya handphone yang sudah tersedia aplikasi-aplikasi untuk
menjalankan prosedur matematis. Anak-anak hanya tinggal memasukkan soal dan kemudian
pada aplikasi tersebut akan menampilkan jawaban serta penjelasannya bahkan kadang juga
memuat berbagai teorema yang digunakan. Misal

Dari contoh di atas terlihat bahwa sesulit apapun soal latihan yang diberikan, aplikasi
zaman sekarang dapat menjawabnya. Di dalam mathematical literacy in practice model,kegiatan
berpikir dan bertindak matematis orang yang memiliki literasi matematika harus melakukan
kegiatan formulate, employ,interpret, dan evaluate (OECD,2016). Beberapa keterampilan
berpikir dan bertindak yang diperlukan pada abad ke-21 masih perlu dikembangkan lebih jauh.
Pembelajaran matematika yang ada masih perlu mendorong tumbuh kembangnya keterampilan
berpikir yang diperlukan untuk hidup di abad ke-21. Mengingat tantangan di era global pada
abad ke-21 ini kemampuan berpikir yang dituntut adalah 4Cs (Critical Thinking, Creative
Thinking, Collaboration, and Communication Skills). Maka pembelajaran matematika qur’ani
adalah pembelajaran matematika yang tidak hanya sekedar memahamkan konsep, tetapi juga
membekali siswa untuk menguasai 4Cs. Sehubungan dengan itu, di dalam melaksanakan
pembelajaran matematika, guru bisa saja mengajarkan 4Cs melalui infusing, immersing, atau
mixed diantara keduanya.

Pembelajaran Matematika Selama Ini


As’ari (2017) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia, bahkan juga
di dunia, dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam praktik berikut:

Pertama, pembelajaran untuk Mahir Mengoperasikan Matematika, (Procedural


Fluency) Kecepatan memberikan reaksi yang benar/tepat terhadap input yang diberikan. tindak
proses belajar mengajar yang mengemuka adalah guru melakukan ceramah, siswa
mendengarkan, dan diakhiri dengan latihan soal yang mirip dan banyak.
Kedua, pembelajaran untuk Menguasai Konsep Matematika (Conceptual
Understanding) Pemahaman konsep matematika dengan baik. Luaran yang ingin dicapai adalah
siswa
mampu mengungkapkan konsep matematika yang dipelajarinya dengan menggunakan kata-kata
mereka sendiri, dan mampu memberikan contoh serta bukan contoh dari konsep dimaksud.
Ketiga, pembelajaran untuk Mengembangkan Literasi Matematis (Mathematical
Literacy) Matematika sebagai kegiatan manusia, dan karena itu fokus dari pembelajarannya
adalah membantu siswa literate terhadap masalah yang ada di sekitarnya. sehingga dengan
pengalaman tersebut siswa diharapkan lebih menghayati kehadiran matematika dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Dengan kemampuan literasi tersebut, mereka selanjutnya diharapkan mampu
memecahkan masalah keseharian dengan pendekatan matematis. Tahap-tahap Pembelajaran
Matematika Pembelajaran matematika setidaknya memuat kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Membaca, Mengamati, Berpikir => Tanya Jawab => Percobaan => Diskusi => Pemberian
Tugas/Pembiasaaan => Pemecahan Masalah => Refleksi

Pembelajaran Matematika Qur’ani


Pembelajaran Matematika Qur’ani adalah pembelajaran yang bersandar pada prinsip
belajar dalam Al Qur’an, yaitu menggunakan daya pikir sehinga harus mampu mengembangkan
empat keterampilan berpikir yang diperlukan dalam hidup di era global, yaitu berpikir kritis,
kreatif, kolaboratif, dan komunikatif (4Cs) dengan fokus lebih mengarah kepada pengembangan
4Cs yang dapat dikembangkan dengan ilmu matematika. Strategi pembelajaran berbasis Al-
Qur’an ini hanyalah salah satu alternatif yang diharapan dapat dikembangkan oleh guru atau
orang yang konsen dalam bidang pembelajaran. Menurut Abrami, Bernard, Borokhovski, Wade,
Surkes, Tamim & Zhang (2008) ada empat cara untuk mengembangkan keterampilan berpikir,
yakni:
Generalapproach, yaitu diadakan pelajaran khusus tentang 4Cs sehingga siswa dapat
memahami makna dari 4Cs lengkap dengan indikator-indikatornya.
Infusionapproach, yaitu sambil membelajarkan matematika, guru menjelaskan prinsip
4Cs dan semua pembahasan matematika selanjutnya disesuaikan dengan prinsip 4Cs.
Immersionapproach, yaitu guru sama sekali tidak menjelaskan tentang 4Cs, tetapi
semua perilaku guru telah memodelkan penerapan 4Cs dan siswa dituntut menyesuaikan diri dan
Mixedapproach, yaitu campuran antara infuseddan immersed, pemodelan dari guru
adalah yang utama dimana guru harus terlebih dahulu menerapkan 4Cs dalam kehidupan sehari-
harinya, terutama ketika di kelas dan di sekolah. Dengan cara begitu, siswa melihat model nyata
dari penerapan 4Cs, dan memiliki rujukan untuk menirunya.
Di sini, guru harus bisa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa
dengan tidak hanya berfokus pada ketepatan jawaban siswa semata tetapi juga harus mengetahui
bagaimana siswanya berpikir, dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa tersebut. Untuk itu, tugas yang akan dikerjakan siswa harus dipilih
dengan baik As’ari (2014). Dalam pelaksanaan penugasan tersebut, guru juga harus
menggunakan prinsip “Man Jadda Wajada” artinya siapa yang sungguh-sungguh akan menuai
hasil harus ditegakkan. Maka dari itu, terdapat startegi pembelajaran matematika Qur’ani yang
dapat dilakukan seperti:
 Selalu menyebut nama Alllah sebelum pembelajaran dimulai
 Penggunaan istilah, dengan menuansai istilah matematika dengan unsur-unsur islam
 Ilustasi visual, Alat-alat media belajar dapat menggunakan gambar atau potret islam
 Menyisipkan ayat-ayat atau hadits yang relevan
 Penulusuran sejarah, dengan mengaitkan sejaran perkembangan ilmu pengetahuan oleh
sarjana muslin
 Jaringan topic, dengan mengaitkan matematika dengan topic-topik disiplin ilmu lainnya
 Symbol ayat-ayat kauniah (ayat-ayat semesta). Syamimi dalam Qur’anic Commentary
menyatakan bahwa pembelajaran Qur’ani adalah pembelajaran yang memasukkan nilai-
nilai islam dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Maka dari itu Kelebihan pembelajaran matematika Qur’ani ini antara lain mengajarkan ilmu
berhitung secara mudah, pelajaran matematika menjadi lebih menarik, kaya khasanah penemuan
konsep dan rumus-rumus matematika dasar, semakin memahami konsep matematika di setiap
ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits, semakin mencintai Al-Qur’an dan Al-Hadits, dapat membentuk
karakter siswa sesuai dengan akhlak al-karimah. Selain kelebihan, tentunya juga ada kekurangan
dalam pembelajaran matematika Qur’ani ini, yaitu pembelajaran tidak dapat dibimbing oleh
pengajar yang tidak bisa membaca dan menulis Al-Qur’an sulit diterima oleh siswa yang tidak
bisa baca tulis Al-Qur’an.
Penutup
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika Qur’ani
merupakan pembelajaran yang bersandar pada prinsip belajar dalam Al Qur’an, yaitu
menggunakan daya pikir sehinga harus mampu mengembangkan empat keterampilan berpikir
yang diperlukan dalam hidup di era global, yaitu sesuai dengan perkembangan era evolusi
industri 4.0 dibutuhkan kompetensi berbasis 4C yang meliputi critical thinking (berpikir kritis),
collaboration (kerjasama), communication (komunikasi), dan creativity (kreativitas). Kompetensi
tersebut diperoleh agar individu dapat bertahan dalam menghadapi tantangan global pada abad
21 ini. Pendidikan abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat
bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia dengan kedudukan yang terhormat dan setara
dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari
sumber daya manusia yang berkualitas yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya. Sehingga, dibutuhkan model, strategi,
metode yang inovatif untuk mengajarkan matematika agar siswa tidak merasa bosan dan enggan
belajar. Allah swt. mendidik untuk menguasai ilmu pengetahuan dengan cara Al tadzakkur, Al
tafakkur, Al tadabbur, dan Al ta’aqqul . Selain itu, dalam mempelajari Matematika Qur’ani
dibutuhkan juga Literasi Matematika, yaitu kemampuan individu untuk merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks seperti fakta, prinsip,
operasi, dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari pada masa lalu dan masa sekarang.
Literasi matematika ini membantu individu untuk mengakui peran matematika di dunia dan
untuk membuat penilaian dan keputusan yang dibutuhkan seseorang secara konstruktif, terlibat
dan reflektif. Al-Qur’an sebagaimana wataknya yang universal dapat dijadikan sumber segala
ilmu pengetahuan dan tidak tidak sebatas ilmu pendidikan yang sejenis dengan ilmu tarbiyah,
ilmu hukum dengan ilmu syariah dan lainnya. Matematika merupakan salah satu ilmu yang tak
terlepas dari alam dan agama, semua kebenarannya bisa kita lihat dalam Al-qur’an. Model
pembelajaran matematika di Indonesia saat ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam
praktik, yakni Procedural Fluency, Conceptual Understanding dan Mathematical Literacy.
Ternyata ada beberapa bahasan atau materi yang ada dalam matematika dijelaskan dengan ayat-
ayat Al-qur’an baik secara tersurat ataupun tersirat. Misalnya bahasan himpunan yang dijelaskan
di QS. An-Nur ayat 45. Statistika dalam QS. Maryam ayat 94. Estimasi atau Taksiran dalam QS.
Ash-Shaffat ayat 174. Pembelajaran matematika yang qur’ani adalah pembelajaran yang
mengembangkan daya pikir siswa. Strategi pembelajaran matematika berbasis Al-Qur’an ini
hanyalah salah satu alternatif yang diharapkan dapat dikembangkan oleh guru atau orang yang
konsen di bidang pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai