Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN ISU ISU KRITIS PENDIDIKAN

MATERI : TANTANGAN GURU DALAM MENGHADAPI ERA


REVOLUSI 4.0 DI BIDANG PENDIDIKAN”

Oleh :

Sri Mures Walef (2324007)


Nikmatulaili (22324002)

Dosen Pengampu
Dr Syahril,M.Pd.,ph.d
Dr. Rifma, M.Pd

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
“TANTANGAN GURU DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI 4.0 DI BIDANG
PENDIDIKAN”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan di era revolusi 4.o telah merubah segalanya dalam kehidupan manusia,
dan dunia dihadapkan dengan adanya teknologi yang baru, yang harus dihadapi di zaman
sekarang ini. Perubahan tersebut telah membawa perubahan dari berbagai bidang, salah satu
diantaranya adalah membawa perubahan di bidang pendidikan. Di era revolusi 4.0
pendidikan harus memanfaatkan secara maksimal teknologi digital (cyber system) dalam
proses pembelajarannya. Revolusi 4.0 selain membawa perubahan dari berbagai bidang,
perubahan revolusi ini juga membawa pengaruh dampak terhadap perbahan perilaku di dunia
pendidikan terutama pada siswa. Hal ini bisa di lihat dari perilaku siswa baik di sekolah
maupun di lingkungan masyarakatnya.
Disamping itu dengan adanya perubahan revolusi 4.0 juga menjadikan tantangan
berat bagi pendidik, dimana perubahan tersebut mengharuskan guru harus berpikir bagaimana
perubahan dalam cara belajar, berpikir kritis, dan dapat mengembangkan inovasi serta
kreatifitas peserta didik. Kemampuan berpikir tingkat tinggi harus dikembangkan oleh
peserta didik di era revolusi 4.0. maka dari itu di era revolusi 4.0 diperlukannya pendidik
yang mempunyai sumber daya yang unggul, berwawasan luas, profesional guna dapat
mencetak generasi yang kreatif, inovatif dan kompetitif.Guru tugasnya tidak hanya mendidik
anak bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dari berbagai aspek, baik aspek spiritual,
emosional, intelektual, fisikal dan aspek lainna namun guru di abad 21 ini harus dapat
menjadi guru yang berperan sebagai fasiitator, motivator dan inspirator, tentunya guru harus
memilkik kecakapan yang berkaitan dengan abad 21 tersebut. Dalam menghadapi pendidikan
di era 4.0, hal ini menjadikan tantangan tersendiri bagi pendidik atau guru, disini guru harus
dituntut agar berperan aktif di sekolah, guru harus bisa menguasai kompetensinya sebagai
seorang pendidikan, guru dituntut agar bisa menja guru yang keratif, berpikir kritis, dapat
berkolaborasi, dapat berkomunikasi, inovasi, problem solving dan guru dituntut agar bisa
mengoperasikan IT.
Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005, bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, meltih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Menurut (Susanto, 2020:37) guru dapat
diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam semua aspek. Baik spiritua, emosional, intelektual, dan lainnya. Namun pada
kenyataannya banyak ditemui di lapangan yang masih memprihatinkan terjadi pada dunia
pendidikan terkait dengan kamajuan guru. Dimana guru zaman sekarang masih banyak yang
masih belum bisa mneguasai IT sebagai sumber belajar dalam pembelajaran, sehingga guru
masih menggunakan cara yang lama, sedangkan murid sudah lebih cepat mengauasai IT,
sehingga sering terjadi ketidaksingkronan materi antara guru dan murid. Karena murud bisa
mengakses ilmu pengetahuan dari berbagai sumber dengan internet sedangkan guru hanya
melalui satu sumber saja yaitu dengan buku. Karena untuk menjadi guru di abad 21 sangatlah
berbeda dengan guru di abad ke 20 an. Di era revolusi 4.0 mengarah pada teknologi digital,
karena guru tidak lagi dilihat eksistensinya dengan kharismanya saja (Sugiyanto,2006)
namun guru harus mampu berkomunikasi dan beradaptasi untuk mengikuti arah zaman. [2]

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut “ bagaimana pemahaman guru serta penguasaan guru terhadap IT dalam
pembelajaran di era revolusi”

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah “ untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan
penguasaan guru terhadap IT dalam pembelajaran di era revolusi 4.0”

D. Manfaat
Teoritis
Penelitian ini dapat menjadikan wawasan dan pengetahuan terkait tentang
pentingnya IT bagi guru yang dapat diterapkan dalam proses pembelajarannya di era revolusi
4.0
Praktis
a. Bagi penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan IT di
implementasikan pada saat pembelajaran berlangsung oleh guru dan murid.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan bagi guru, bahwa pentingnya akan IT
terutama dalam bidang pendidikan
c. Bagi pembaca
Penelitian ini dapat dijadikan motivasi, tidak hanya bagi kalangan guru dan murid
saja, melainkan bagi masyarakat lainnya, terutama bagi pembaca, bahwa pentingnya IT bagi
kehidupan di zaman revolusi 4.0.

BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Pendidikan era 4.0
Pendidikan 4.0 adalah istilah yang digunakan oleh para ahli pendidikan guna
mengintegrasikan teknologi cyber dalam kegiatan pembelajarannya. Pendidikan 4.0
merupakan respon terhadap kebutuhan revolusi industry 4.0 dimana mesin dan manusia di
selaraskan untuk memperoleh solusi, memecahkan masalah dan menemukan inovasi baru
pada kehidupan di zaman sekarang. Pendidikan pada era industry 4.0 perlu dipandang sebagai
pengembangan kompetensi yang terdiri dari tiga komponen besar, yakni kompetensi berpikir,
bertindak, dan hidup di dunia (Greenstein, 2012). Komponen berpikir meliputi berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi komunikasi,
kolaborasi, literasi digital, dan literasi teknologi.[1] Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0
adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi industri dengan penyesuaian kurikulum
baru sesuai situasi saat ini. Kurikulum tersebut mampu membuka jendela dunia melalui
genggaman contohnya memanfaatkan internet of things (IOT).
2. Guru di era revolusi industri 4.0
Saat ini kita dihadapkan pada perubahan zaman yaitu zaman revolusi industri,
dimana perubahan tersebut menuntut kita akan penggunaan sistem teknologi dan tentunya
akan berdampak bagi kehidupan manusia dari berbagai bidang, terutama halnya di bidang
pendidikan, dalam hal ini kita dituntut juga supaya bisa berkreatif, mempunyai pemikiran
yang kritis, dapat menguasai teknologi dan mempunya kemampuan literasi digital, terutama
hal ini gurulah yang menjadi agen yang dapat dan mampu mempersiapkan peserta didiknya
agar kelak dapat menghadapi tantangan global di masa yang akan datang. Guru tidak hanya
bisa untuk mengelola kelas saja tetapi guru harus mengikuti perkembangan zaman dengan
teknologi, supaya dapat meningkatan kualitas pembelajaran. Di era 4.0 dunia ditekankan pada
ekonomi digital, sehingga pendidikan dan pembelajaran mengalami perubahan. Hal ini guru
mendapatkan tantangan untuk mengubah cara pandang dan metode dalam pembalajaran
(king, et al., 2010). [4]
Sehingga guru dapat memberikan pembelajaran kepada siswa dengan menarik,
menyenangkan dan bersabat. Guru pada era pendidikan 4.0 ini jika tidak memiliki kualitas,
kompetensi dan kualifikasi yang mumpuni, maka akan tergantikan salah satu fungsinya yaitu
dalam mentransfer ilmu pengetahuan (Almeida: 2019). Guru harus cepat menanggapi
perubahan ini. Dengan kata lain, guru memiliki tugas lebih dari sekedar mengajar, namun
juga mengelola siswa. Di era revolusi bukan hanya peserta didik saja yang dapat menguasai
teknologi, tetapi dosen pun juga harus mampu mempunyai keterampilan diteknologi abad 21
ini. Karena guru atau dosen tidak mungkin dapat melatih keterampilan teknologi jika guru
atau dosen belum mampu menguasai teknologi tersebut.

3. Peran guru di era revolusi industri


Pada era revolusi industri 4.0 yang sangat mengarah pada teknologi, menyebabkan
sejumlah profesi tergantikan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence). Karena dengan
perubahan secara cepat, maka guru harus berperan lebih fleksibel, lebih kreatif dan lebih
menyenangkan, dan lebih banyak berkolaborasi terhadap siswanya.
Dalam proses pembelajaran peran guru juga harus bisa melakukan
pendekatan terhadap peserta didik dilapangan, diantaranya:
Pendekatan pertama yang bisa dilakukan adalah pendekatan Modeling (Yunus,
2018:153). Pendekatan Modeling menekankan pada pemberian contoh atau model karakter
yang harus dilakukan oleh siswa. Guru menjadi orang yang paling banyak dicontoh
perilakunya oleh siswa. Apa yang dilakukan guru sepertinya menjadi apa yang akan
dilakukan siswanya. Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan teladan yang baik untuk
siswa-siswanya. [5]
Pendekatan kedua adalah Action Learning (belajar berbuat) yang menekankan pada
pengembangan kemampuan siswa dalam berbuat. Para siswa tidak hanya berbuat aktif dalam
kelas tapi juga berbuat aktif dalam masyarakat. Pembelajaran dimulai dengan permasalahan
dan isu yang bermakna bagi siswa. Setelah siswa mengidentifikasi permasalahan, mereka
diminta untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang ada, menganalisis informasi yang penting,
merencanakan strategi untuk melakukan perbuatan, dan melakukan perbuatan yang bisa
mempengaruhi perubahan sosial.
Pada revolusi industri ini guru di tuntut agar mampu untuk memumpuni dalam
mengajar artinya guru merupakan pilar pendidikan yang sangat vital perannya, karena
keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada peran strategis guru itu sendiri. Disamping
itu guru harus mencetak generasi muda yang mampu menghadapi revolusi industri 4.0,
dimana peran manusia telah mengalami disrupsi, artinya peran manusia akan tergantikan
dengan mesin dan kecerdasan buatan. Untuk itu guru dituntut memiliki karater abad 21
dengan cara guru harus mempunyai semangat yang tinggi, mempunyai kemauan untuk
berubah, guru harus mampu mengembangkan media pembelajaran yang efektif dan guru
harus mengusai teknologi yang berkembang sampai saat ini.

4. Profesional guru di era 4.0


Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan ”Pendidikan
Nasional berfungsi untuk menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi
dalam diri anak didik yang sedang mengalami proses pendidikan”. [6]
Kompetensi Profesionalisme menunjuk kepada para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan stategi-srategi
yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Profesi pada
hakikatnya adalah ”suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan).
Yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau
pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu” Profesi
diartikan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dimana keahlian tersebut harus
diperoleh melalui pendidikan tertentu dengan jenjang waktu yang relatif lama dan kontinyu.
Sedangkan ”Profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai
kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan
sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan itu.
Profesionalisme guru adalah kualitas kemampuan seorang guru dalam menampilkan dan
menerapkan keahlian ilmu yang dimiliki dan pengalamannya sehingga dapat mengantisipasi
dinamika kurikulum agar relevan dengan perkembangan zaman.
Menurut A. Samana dalam bukunya profesionalisme keguruan, menjelaskan ciri-ciri
jabatan profesional [6]:
a. Secara de facto para pelakunya dituntut untuk cakap dalam pekerjaan sesuai dengan
tugas khusus dan jenis jabatannya (cenderung spesialisasi).
b. Kecakapan atau keahlian seorang profesional sebenarnya bukan hasil dari pembiasaan
atau latihan rutin yang terkondisi, akan tetapi lebih dilandasi oleh dasar dan wawasan
keilmuan yang komprehensip. Maka di sini memerlukan beberapa pendidikan atau
jabatan prajabatan.
c. Memiliki wawasan sosial yang luas sehingga dalam pilihan jabatan kerjanya didasari
oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya untuk
berkarya sebaikbaiknya. Hal ini untuk menyempurnakan profesional dirinya serta
karyanya.
d. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat atau negara sebagai
tolak ukur yang dikembangkan oleh organisasi profesi. Khusus bagi jabatan guru syarat
yang harus dipenuhi adalah ketentuan kepegawaian pada umumnya, aturan persyaratan
kepegawaian khusus untuk guru (PP. No. 38, Th. 1992), aturan persyaratan
pengembangan karir guru (surat edaran bersama Mendikbud dan Kepala BAKN, No.
57686/MPK/1989 dan No. 38/SE/1989), kode etik guru (PGRI, 1989), dan jabatan
kompetensi guru yang disebarluaskan Depdikbud sejak tahun 1980.
B.J. Candler dalam buku Piet A. Sahertian mengemukakan bahwa guru sebagai
suatu profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan pribadi.
b. Mempunyai status yang tinggi.
c. Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan mendidik).
d. Memiliki kegiatan intelektual.
e. Memiliki hak untuk memperoleh standar kualifikasi profesional.
f. Mempunyai kode etik yang ditentukan oleh organisasi profesi.
Dalam UU Guru dan Dosen pasal (7) ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan
dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional
sebagai berikut :
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
c. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya.
d. Mematuhi kode etik profesi
e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksankan tugas
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan
h. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya i. Memiliki
organisasi profesi yang berbadan hukum
5. Tantangan guru di era revolusi industri 4.0
Tantangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan tantangan
merupakan hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah artinya sebuah hal yang membuat kita semakin tekad dalam melakukan
sesuatu dan mendapatkan hasil. Dunia pendidikan mulai disibukkan untuk menyiapkan
generasi yang mampu bertahan dalam kompetisi di era industri 4.0, karena institusi maupun
lembaga pendidikan dituntut untuk dapat memiliki guru kompetensi yang kuat dan memiliki
soft skill, membekali para peserta didik dengan ketrampilan abad 21.
Tantangan terbesar pada umumnya yang dihadapi oleh para guru adalah
1. hal-hal yang berkaitan dengan IT.
2. Kurangnya kemauan dan profesionalisme dalam dirinya (sulit mengubah pola pikir, tidak
kreatif, kurangnya kemampuan/keterampilan IT.
3. Guru harus menjembatani dan mengarahkan budaya luar yang masuk.
4. guru dituntut untuk mampu melahirkan generasi penerus yang berkompeten, berakhlak,
berkarakter, disiplin, kreatif, mandiri, dan berani agar dapat menghadapi era disrupsi.[7]

B. Faktor Penyebab
Adapun yang menjadikan penyebab dari tantangan yang dihadapi oleh guru antara
lain :
1. Adanya perubahan zaman ke zaman revolusi industri 4.0, yang mengharuskan guru
mampu menguasai IT terutama dalam kegiatan pembelajarannya.
2. Kurang memahami tujuan yang hendak di capai oleh guru, takut adanya kritikan, takut
berbuat salah terkait dengan IT, selalu menjadi orang yang pasif dan tidak mau menerima
rangsangan dari luar terkait dengan informasi dan teknologi.
3. Banyak budaya dari luar yang bisa merusak dan mengubah karakter anak bangsa melalui
IT, sehingga anak dengan mudah dapat mengaksesnya dan karena Era Revolusi Industri
4.0 ini pasti membawa pergeseran sosial, baik positif maupun negatif
4. Tuntuntan perubahan zaman, sehingga Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era yang
menuntut perubahan secara cepat.Era ini ditandai dengan adanya sistem cyber-fisik,
komputasi awan, Internet of Things (IoT) yang semuanya terkait dengan kecerdasan
buatan (Artificial Intelligence) dan big data.
C. Solusi
Dari penyebab uraian diatas maka dapat diambil langkah pemecahan dari penyebab
masalah tersebut yaitu dengan berbagai solusinya, adappun solusi tersebit di pengaruhi oleh
faktor pendukung dan penghambat. Menurut (Mayer dalam Kirkley, 2003) mendefinisikan
pemilihan solusi sebagai suatu proses banyak langkah siswa dengan menemukan hubungan
antara pengalaman (skema) dan pengetahuan masa lalunya dengan masalah yang sekarang
dihadapinya dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya. [8]
1. Faktor pendukung
a. Guru diharuskan mampu menguasai IT, oleh sebab itu pemerintah telah memasang
jaringan internet di seluruh indonesia, sehingga guru dapat mudah mengakses ilmu
pengetahuan melalui jaringan internet tersebut. Seingga guru menjadi lebih kompetitif,
siap meningkatan kualitas, inovasi dan pelayanan bagi pendidikan. Guru bisa mengikuti
pelatihan pelatihan melalui kelompok kerjanya
b. Pemerintah memperhatikan kesejahteraann guru, sehingga dapat menjadikan guru yang
profesional.
c. Informasi dari luar mudah diterima dengan adanya : radio, televisi, hand phone, dll
d. Adanya kerjasama Telkomsel sebagai salah satu pihak enabler Industry 4.0 juga sudah
siap mendukung terlaksananya hal tersebut di Indonesia. Mereka akan menyediakan
sistem IoT, melalui program Telkomsel Innovation Center (TINC)
2. Faktor penghambat
a. Tidak semua jaringan internet dapat diakses sampai kepelosok desa, karena banya
ditemui dilapangan, guru dan peserta didik sangat kesusahan dalam mengakses ke
internet. Selain itu banyak tambahan pengeluaran biaya, karena mengakses internet
memerlukan paket data, dan untuk memperoleh paket data tentunya harus membelinyan
dengan mengeluarkan biaya.
b. Banyak dijumpai, bahwa terdapatnya guru yang masih belum terinput datanya untuk
mendapatkan kesejahteraan, terutama guru yang berada di pelosok desa.
c. Kurangnya peran serta orang tua terhadap anaknya dalam memanfaatkan IT, karena
waktu yang paling banyak adalah waktu di rumah bersama keluarga, bila dibandingkan
dengan waktu di sekolah dengan guru.
d. Tidak semua jaringan dapat diakses, banyak terjadi kebocoran data.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan zaman telah merubah segalanya bagi kehidupan manusia, perubahan dari
berbadai bidang, salah satunya di bidang pendidikan. Hal ini yang menjadikan pendidika
harus bekerja lebih ekstra, karena guru tidak hanya bisa mengajar memberikan materi saja,
melainkan guru di tuntut agar mampu menguasai terkait dengan IT, selain itu guru juga harus
berperan aktif dengan memantau penggunaan IT yang dilakukan oleh para peserta didiknya,
namun seharusnya tidak hanya guru sja yang berperan aktif tentunya harus ada peran serta
masyarakat dan orang tua. Dan pemerintah juga telah berperan dalam memasang jaringan
internet agar, dalam memperoleh ilmu pengetahuan dapat di akses dengan mudah di seluruh
wilayah indonesia.
B. Saran
Dengan berkembangnya zaman yang memuntut manusia agar mengikuti perubahana
ke arah teknologi, terutama di bidang di berbagai bidang hendaknya masyarakat lebih bijak
lagi dalam penggunaanya, dan pemerintah hendaknya membuat kebijakan terkait dengan
aturan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (disingkat UU ITE) atau Undang-
undang nomor 11 tahun 2008 adalah UU yang mengatur tentang informasi serta transaksi
elektronik, atau teknologi informasi secara umum.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Alpisah.2020” TANTANGAN GURU PADA PEMBELAJARAN ABAD 21”. Jurnal Penelitian Dan
Pengkajian Ilmu Pendidikan HL 1-11
[2] Abdul Latif. 2020.” Tantangan Guru dan Masalah Sosial Di Era Digital” Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan. Vol. 4. No. 3 hl 613 -621
[3] Tuti Marjan Fuadi1. 2019.” Era Indrustri 4.0: Peran Guru Dan Pendidikan”. SEMDI UNAYA-2019,
979-988. http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/semdiunaya

[4] METHA LUBIS.2019.” PERAN GURU PADA ERA PENDIDIKAN 4.0”. Jurnal Pendidikan, Hukum, dan
Bisnis. Vol. 4 No. 2 Tahun hl 68-73
[5] Rabiatul Nita. 2021.” PERAN GURU DI ERA 4.0 DALAM PENDIDIKAN”. Profesi Keguruan. Vol 1 No
2 hl 1-12
[6] Irjus Indrawan. 2019.” PROFESIONALISME GURU DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0”. Jurnal Al-
Afkar. Vol. VII, No. 2 hl 57-80
[7] Alfiandra Suranta Kaban. “TANTANGAN DALAM MENJADI PENDIDIK DI ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0” hl 1-6 https://osf.io/mb3n6/download
[8] Nur Rokhmad , Elma Abadiyah , Emilinia Indah Permatasari, Ni’matus Sholihah. 2020. “ Solusi
terhadap permasalahan internal dan eksternal pada seksi pendidikan diniyah dan pondok
pesantren di kantor kementerian agama kabupaten mojokerto” jurnal API Administrasi
Pendidikan Islam Volume 2, Number 2 hl 157-170

Anda mungkin juga menyukai