Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Internasional Penelitian Pendidikan dan Ilmu Sosial ISSN

2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018

PENGARUH TEACHERPRENEURSHIP, KEPRIBADIAN MULTIKULTURAL,


PENGEMBANGAN PROFESIONAL TERUS MENERUS, DAN PROFESIONALISME
Abad 21 TERHADAP GURU

SMK Fahmi Ulin Ni'mah, Prof. Dr. Siswandari, M dan


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

ABSTRAK
Guru sebagai tenaga profesional memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan diri untuk
memenuhi tuntutan tantangan abad 21. Abad 21 menuntut pemanfaatan TIK dan penguasaan
keterampilan khusus harus dihadapi oleh guru dengan kompetensi dan profesionalisme yang sesuai
karena kualitas pengajaran bergantung pada kualitas guru. Teacherpreneurship dan kepribadian
multikultural merupakan karakter yang dibutuhkan oleh guru profesional di abad 21.
Teacherpreneurship mengacu pada guru yang memiliki karakter wirausaha dan mampu menghadapi
berbagai tuntutan zaman sedangkan kepribadian multikultural adalah karakter guru yang berpikiran
terbuka dan mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teacherpreneurship dan kepribadian multikultural
terhadap profesionalisme abad 21 melalui pengembangan profesional berkelanjutan guru sekolah
menengah kejuruan bisnis dan manajemen. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
analisis Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM-PLS). Sampel penelitian ini adalah
159 guru SMK bisnis dan manajemen di Surakarta, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variasi variabel profesionalisme abad 21 dapat dijelaskan oleh variabel teacherpreneurship,
kepribadian multikultural, dan pengembangan profesional berkelanjutan. Guru menunjukkan bahwa
mereka menggunakan berbagai jenis media atau model pembelajaran, melibatkan siswa dalam
pembelajaran, mengembangkan kelas yang inovatif, dan memberikan upaya terbaik untuk karir
mereka. Oleh karena itu, guru harus mengembangkan teacherpreneurship dan kepribadian
multikulturalnya melalui komunitas profesional seperti Organisasi Guru (MGMP) untuk
berkolaborasi menjadi guru profesional abad 21.

KATA KUNCI: teacherpreneurship, kepribadian multikultural, pengembangan profesional


berkelanjutan, profesionalisme abad 21

1. PENDAHULUAN
Profesionalisme abad 21 merupakan tuntutan bagi guru sebagai profesional yang harus menguasai
keterampilan dan tujuan pendidikan abad 21 baik untuk pengembangan karirnya maupun bagi
siswanya . Hal ini karena lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan partisipasi dan efisiensi
dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif di pasar global, menentukan cara dan
materi yang tepat untuk diajarkan kepada siswa dan memberikan pengalaman belajar yang
bermanfaat dalam menghadapi dunia kerja yang produktif (Sharabi, 2013; Mindebele). 2001).
Kualifikasi profesionalisme guru selalu berubah mengikuti perubahan global, sehingga kompetensi
guru harus menyesuaikan dengan perkembangan seperti peningkatan kualitas kerja, penggunaan
teknologi pendidikan modern, perubahan kurikulum, efisiensi kerja, dan penilaian guru yang
sistematis (Bancotovska, 2015).
http://ijessr.com Halaman 44
Jurnal Internasional Penelitian Pendidikan dan Ilmu Sosial ISSN
2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018

Di abad ini, guru harus menyadari bahwa siswa memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Mereka harus mampu menciptakan kelas yang efektif, mengembangkan keterampilan abad
21 siswa, dan menjaga hubungan baik dengan siswa dan pemangku kepentingan di dunia pendidikan.
Trilling & Fadel (2009) menjelaskan bahwa di abad 21, seseorang harus menguasai tiga keterampilan
inti yaitu keterampilan hidup dan karir, keterampilan belajar dan inovasi, serta keterampilan media
informasi dan teknologi. Pendidikan membutuhkan guru yang memiliki motivasi kuat untuk
mengembangkan diri, terutama dalam hal inovasi pendidikan yang dapat menciptakan pembelajaran
kreatif, pembelajaran modern. Jika guru memiliki sikap positif terhadap inovasi, mereka dapat
menyesuaikan diri dengan tantangan pendidikan sebagai kebutuhan, sehingga praktik pembelajaran di
sekolah akan lebih berkembang (Cvetkovie & Stanojevic, 2017).

Tuntutan ini ditanggapi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam
kurikulum terbaru, kurikulum 2013, edisi revisi 2017 dimana pembelajaran harus mampu
memberikan Peningkatan Pendidikan Karakter (PPK), literasi, dan keterampilan 4C (kritis). berpikir
dan pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi). Tidak hanya harus memiliki skill
4C, di abad ini juga harus bisa menguasai skill 3R. Hal ini dijelaskan oleh Scot (2015) bahwa P21
harus mampu mengembangkan personal skill siswa yaitu inisiatif, kreativitas, dan 3R – resiliensi,
tanggung jawab, dan berani mengambil risiko. Oleh karena itu, guru harus mengembangkan diri
secara individu, berpartisipasi dalam program-program pembangunan dari pemerintah, Lembaga
Pelatihan Guru (LPTK), dan berkolaborasi dengan rekan sejawat. Kebijakan pemerintah untuk
menciptakan guru profesional abad 21 juga telah dilakukan melalui Continuing Professional
Development (CPD).

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
menjelaskan bahwa PKB terdiri dari 3 kegiatan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya
inovatif. Kegiatan ini dilakukan dan diwajibkan bagi semua guru dan bagi guru PNS untuk
mendapatkan nilai kredit untuk penilaian kompetensinya dan untuk menunjang karirnya. Karya-karya
inovatif dan ilmiah yang dihasilkan guru melalui PKB akan mengembangkan kemampuannya dalam
menulis, berpikir kreatif, kritis dan kolaboratif dengan teman sejawat, serta mempresentasikan
karyanya
dalam kegiatan publikasi ilmiah. Berbagai jenis pengembangan profesional dapat digunakan untuk
meningkatkan karir mereka dan mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi saat mengembangkan karir
(Anatolievna & Evgenievna, 2016). Wong (2014) menjelaskan bahwa melalui kemampuan menulis,
guru dapat merefleksikan keterampilan berpikir kritis, memiliki pendekatan pembelajaran yang tepat,
mengembangkan keterampilan kolaboratif dengan tim, dan mentransfernya kepada siswanya. Inovasi
dapat diciptakan melalui penguasaan informasi dan teknologi, oleh karena itu guru didorong untuk
memanfaatkan TIK. Selain mengembangkan profesionalisme guru, PKB merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru di Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh United
Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan bahwa kualitas
guru di Indonesia menduduki peringkat ke-14 dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik (Pahrudin,
2015).
Selain itu, berita dari media elektronik www.jawapos.com pada 27 April 2016 menyebutkan bahwa
kompetensi guru di Indonesia masih rendah. Uji Kompetensi Guru (UKG) yang telah

http://ijessr.com Page 45
International Journal of Education and Social Science Research
ISSN 2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018

dilakukan menunjukkan bahwa ada 192 dari 1,6 juta guru atau hanya 0,012% yang mendapat nilai di
atas 90. Sisanya mendapatkan kurang dari 90 dan nilai rata-rata UKG dari 1,6 juta guru hanya 56
yang mendekati nilai minimum dari 55. Data penelitian awal juga menunjukkan bahwa kemampuan
guru dalam pemanfaatan TIK masih rendah, di bawah 50% untuk guru produktif dan 60% untuk guru
normatif dan adaptif. Ini menjadi masalah yang ironis ketika pemerintah dan Lembaga Keguruan
(LPTK) telah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan profesionalisme guru. Selain faktor
pengembangan profesional berkelanjutan, faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru antara
lain minat, bakat, pengalaman mengajar, pendidikan dan pelatihan, lesson study, supervisi dan
kepemimpinan kepala sekolah (Darmawan 2017) dan pengembangan profesional (Tong & Razniak,
2017). Namun, di abad 21, faktor terpenting yang dimiliki oleh guru adalah teacherpreneurship dan
kepribadian multikultural (Wibowo, 2011; dan Lee & Ciftci, 2014).

Teacherpreneurs adalah guru profesional yang tidak hanya mumpuni dalam memberikan
pembelajaran di kelas tetapi juga dalam mengembangkan pendidikan melalui kewirausahaan. Berry
(2013) menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan sistem pendidikan yang
berkualitas harus dibuktikan dengan adanya teacherpreneurship yang membentuk kesadaran guru
terhadap pembelajaran siswa, bagaimana keahlian mereka dapat menyebar secara efektif kepada
rekan dan administrator mereka, dan mereka partisipasi dalam pengambilan kebijakan sebagai penulis
sekaligus pencipta karya-karya inovatif. Teacherpreneurs digambarkan sebagai guru yang penuh ide
yang peduli dengan siswa, keluarga, dan masyarakatnya dan tahu bagaimana melakukan semua peran.
Teacherpreneurs adalah guru yang menanamkan sikap seorang pendidik sebagai fasilitator, motivator,
dan inovator dengan mengadopsi sikap positif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Seorang
wirausahawan harus memiliki kompetensi yang baik di bidangnya dan kreatif dalam
mengembangkan, mengemas, menyampaikan dan memasarkan produknya. Sikap-sikap tersebut dapat
dikemas oleh guru dalam proses pembelajaran dengan memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya,
kreativitas dalam melakukan pembelajaran, inovasi dan efektifitas dalam menerapkan metode
pembelajaran agar peserta didik mampu memahami pembelajaran secara bermakna dan penuh
inspirasi (Prihadi & Sofyan , 2016; Prihaswati & Astuti, 2016; Oplatka, 2014; dan Tiernan, 2016).
Keahlian guru tidak dapat berkembang bila tidak memiliki sikap terbuka terhadap kehidupan
masyarakat global. Hilangnya batas negara melalui pemanfaatan TIK membuat informasi mudah
didapat dari berbagai negara. Hal ini membuka peluang bagi guru untuk meningkatkan
profesionalismenya melalui kerjasama dan komunikasi dengan dunia internasional. Karakter
mendasar yang dibutuhkan dalam dunia internasional adalah kepribadian multikultural.

Seseorang yang memiliki kepribadian multikultural memiliki empati terhadap budaya, keterbukaan
pikiran, stabilitas emosi, orientasi tindakan, dan fleksibilitas. Karakter-karakter ini dibutuhkan oleh
semua profesional di abad ke-21. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kortman
(2016); Ponterotto (2010); Caliskan & Isik (2016), yang kesemuanya menunjukkan bahwa
kepribadian multikultural mampu memberikan pengaruh positif terhadap profesionalisme dan
kesiapan seorang pekerja di era global. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian empiris yang
menganalisis hubungan antara kepribadian multikultural yang dimiliki guru dengan
profesionalismenya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

ilmu .
pengetahuan ISSN 2581-5148
Vol. 1, Nomor 05;2018

dan tuntutan zaman. Kepribadian multikultural akan memperkuat kompetensi pedagogik guru dalam
pembelajaran karena melalui karakteristik kepribadian multikultural, mereka akan menyadari bahwa
siswa memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda, menghargai bahwa setiap individu
memiliki keunikannya sendiri sehingga pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran multikultural
yang dapat diterima oleh masyarakat. semua siswa, menghargai setiap siswa sehingga konsep
pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat terwujud. Berdasarkan pemaparan tersebut, artikel ini
akan membahas tentang pengaruh teacherpreneurship, multicultural personality, dan continuous
professional development (CPD) terhadap profesionalisme guru SMK bisnis dan manajemen abad 21
di Kota Surakarta, Indonesia.

2. BAHAN DAN METODE


Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif-kuantitatif yang terdiri dari empat variabel penelitian.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel eksogen teacherpreneurship (X1) dan kepribadian
multikultural (X2), sedangkan variabel endogen terdiri dari variabel pengembangan profesional
berkelanjutan (Y1) dan variabel profesionalisme abad 21 (Y2). Setiap variabel dijabarkan dalam
definisi operasional untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Dimensi Teachpreneurship:
Percaya diri, Berorientasi pada prestasi. Pengambil risiko, Kepemimpinan, Orisinalitas (Kreatif dan
inovatif). Kepribadian Multikultural: Empati budaya, berpikiran terbuka, Stabilitas emosi, inisiatif
sosial, fleksibilitas. Pengembangan Profesional Berkelanjutan: Pengembangan diri, publikasi ilmiah,
karya inovatif. Profesionalisme guru abad 21 : Penguasaan kurikulum, Penguasaan konseptual dan
praktis landasan pendidikan dan IPA, Terampil menggunakan teknik pembelajaran dan penilaian
multimetode, Kemampuan memotivasi peserta didik dengan iptek.

Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM) dengan metode
Partial Least Square (PLS-SEM). Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan
menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi individu yang disebut
variabel penelitian (Riduwan, 2014). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
proportional random sampling yang menghasilkan 159 guru sebagai sampel penelitian yang terdiri
dari 39 guru SMKN 1 Surakarta, 52 guru SMKN 3 Surakarta, 36 guru SMK Batik 1, dan 32 SMK
batik 2 dengan jumlah populasi. dari 263 guru dari empat sekolah. Jumlah sampel memenuhi ukuran
sampel dengan estimasi kemungkinan maksimum (ML) dalam analisis SEM. Penelitian ini
menggunakan indikator refleksif dengan fit-test yang terdiri dari kriteria Loading Factor (LF), T-
Statistic, Composite Reliability, Average Variance Extracted (AVE), Discriminant Validity, dan
Cross Loading (CL).

3. HASIL
Data penelitian adalah data tentang teacherpreneurship, kepribadian multikultural, pengembangan
profesional berkelanjutan (PKB), dan profesionalisme guru SMK bisnis dan manajemen abad 21 di
Surakarta. Sebelum dilakukan analisis data, langkah yang dilakukan adalah evaluasi model
pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model) untuk menguji hipotesis.
http://ijessr.com Halaman 47
Jurnal Internasional Penelitian Pendidikan dan Ilmu Sosial ISSN
2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018

3.1 Hasil evaluasi model penilaian (outer model)


Evaluasi model pengukuran digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian.
Hasil uji validitas konstruk ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.

Gambar 1. Hasil Estimasi Model Algoritma PLS

Hasil uji validitas konstruk menunjukkan bahwa nilai loading factor semua indikator berada di atas
0,7 yang artinya semua indikator valid dalam mengukur konstruk penelitian. Sedangkan penilaian
reliabilitas konstruk diukur dengan reliabel komposit, nilai Cronbach's alpha, average variance extract
(AVE) dan dengan membandingkan nilai akar AVE dengan korelasi konstruk yang saling
berhubungan

Tabel 1 Hasil Kesesuaian Reliabilitas Konstruk Berdasarkan Validitas Konvergen


Konstruksi Cronb Komposi AVE
ach si
eurship
Alfa
Keand
alan

(TP) 0,94 0,958 0,82


5 1

Multikultu 0,92 0,942 0,76


r l 2 6
Personalit
y (MP)
http://ijessr.com Page 48
International Journal of Education and Social Science Research
ISSN 2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018
Continuin 0,89 0,935 0,82
g 4 7
Profession
al
Developm
ent (CPD)

Professiona 0,95 0,964 0,87


li sm (PG) 0 0
abad 21

Data menunjukkan bahwa semua konstruk penelitian memiliki nilai Crobach's alpha dan composite
reliability lebih besar dari 0,7 dan nilai AVE lebih besar dari 0,5 yang berarti bahwa semua konstruk
memenuhi persyaratan fit dari konstruk penelitian.

Tabel 2 Nilai Akar AVE dengan Korelasi Konstruk Interkoneksi


MP PG CPD TP

MP 0,875

PG 0,709 0,933

CPD 0,729 0,910 0,910

TP 0,466 0,755 0,700 0,906

Hasil cross loading factor juga menunjukkan bahwa semua konstruk penelitian fit, dan hasil nilai akar
AVE dibandingkan dengan korelasi konstruk yang saling berhubungan menunjukkan bahwa setiap
konstruk melebihi korelasi antara satu konstruk dengan konstruk lainnya. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa model PLS telah memenuhi syarat validitas diskriminan.

3.2 Hasil Evaluasi Model Struktural (Inner Model)


Pada tahap ini, analisis evaluasi model struktural dijelaskan melalui uji prediktif relevansi (Q2) dan
indeks goodness of fit (GoF).

Tabel 3. Nilai Model Q2


SSO SSE Q² (=1-
SSE/SSO)

MP 795.000 795.000
http://ijessr.com Page 49
International Journal of Education and Social Science Research
ISSN 2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018
PG 636.000 188.825 0.703

CPD 477.000 217.455 0,544

TP 795.000 795.000

Sumber: Hasil pengujian SEM dengan Smart PLS 3.0

Nilai model Q2 menunjukkan bahwa nilai variabel endogen, PG (profesionalisme abad 21), dan
variabel CPD adalah 0,703 dan 0,544 . Ini berarti bahwa model PLS memiliki relevansi prediktif
yang kuat.

Tabel 4. Hasil Uji Goodness of Fit Model


Saturat Estimasi
ed Model
Model

SRMR 0,060 0,060

d_ULS 0,557 0,557

d_G1 0,930 0,930

d_G2 0,545 0,545

Chi-Square 483.812 483.812

NFI 0.856 0.856

Sumber: Hasil Uji SEM dengan Smart PLS 3.0

Hasil Kebaikan Uji fit model yang dilihat dari nilai SRMR menunjukkan bahwa model PLS telah
memenuhi kriteria goodness of fit yaitu 0,060. Nilai SRMR di bawah 0,10 termasuk dalam kriteria
model PLS yang fit sehingga layak digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis
dengan PLS SEM dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai probabilitasnya. Kriteria yang digunakan
adalah alpha 5% dengan nilai statistik 1,96 yang berarti hipotesis diterima apabila nilai p < 0,05 dan
nilai t-statistik > 1,96. Nilai t-statistik dan nilai p ditunjukkan oleh koefisien jalur keluaran dengan
smart PLS 3.0. untuk melihat pengaruh semua variabel eksogen terhadap variabel endogen yang
dapat dilihat dari nilai adjusted R square karena model memiliki lebih dari dua variabel eksogen.
http://ijessr.com Halaman 50
Jurnal Internasional Penelitian Pendidikan dan Ilmu Sosial ISSN
2581-5148
Vol. 1, Nomor 05;2018

Kekuatan model PLStermasuk dalam kategori sedang jika R square sebesar 0,50; dan termasuk dalam
kategori lemah jika sama dengan 0,25. Nilai Adjusted R square dalam penelitian ini adalah 0,859. Hal
ini menunjukkan bahwa model dengan variabel profesionalisme abad 21 memiliki daya prediksi
dalam kategori kuat dengan varians variabel yang dapat dijelaskan oleh variabel teacherpreneurship,
kepribadian multikultural, dan Continuing Professional Development (CPD).

4. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teacherpreneurship, kepribadian multikultural, dan
pengembangan profesional berkelanjutan berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme abad 21
sebesar 85,9% dan bernilai positif. Hasil uji parsial pada masing-masing variabel eksogen
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung dari teacherpeneurship terhadap profesionalisme
guru abad 21. Nilai koefisien jalur pada variabel ini sebesar 0,242, dan koefisien korelasi sebesar
0,214. Artinya secara parsial variabel teacherpreneurship berpengaruh positif terhadap
profesionalisme guru abad 21 sebesar 21,4%.

Teachpreneurship merupakan karakter penting bagi guru dalam pembelajaran abad 21. Indikator
teacherpreneurship adalah percaya diri, berorientasi pada prestasi, pengambil risiko, kepemimpinan
dan orisinalitas (kreatif dan inovatif). Karakter teacherpreneurship menunjukkan bahwa karakter
teacherpreneur mempengaruhi profesionalisme guru SMK bisnis dan manajemen abad 21. Rasa
percaya diri guru ditunjukkan dengan rasa bangga terhadap profesinya dan keyakinan akan
pencapaian karir. Guru yang memiliki karakter teacherpreneur juga ditunjukkan dengan
kreativitasnya dalam memberikan pembelajaran terbaik bagi peserta didik, berusaha menggali ide-ide
baru dalam memajukan dunia pendidikan. Indikator kepemimpinan menunjukkan seorang guru yang
mampu memimpin tanpa meninggalkan siswa di sekolah. Teacherpreneurship juga tampak pada
kemampuan guru dalam memanfaatkan TIK baik dalam pembelajaran maupun dalam menyelesaikan
tugas sehari-hari, sehingga guru dapat memberikan pembelajaran dengan pemanfaatan TIK. Guru
dapat memanfaatkan TIK seperti media sosial dapat berinteraksi dengan siswa, menggunakannya
untuk diskusi, penggunaan internet dan media sosial juga dapat meningkatkan keberhasilan akademik
siswa jika menggunakannya secara bijak di lingkungan kelas, selain itu guru juga dapat berkolaborasi
dengan rekan (Tezer, Taspolat, Kaya, & Sapanca, 2017).

Sekolah yang telah dipelajari telah memberikan kesempatan kepada gurunya untuk mengembangkan
teacherpreneurship, namun memerlukan perhatian lebih kepada semua guru. Salah satu strategi untuk
mengembangkan teacherpreneurship adalah dengan melibatkan guru dalam lokakarya, pemilihan
guru berprestasi, pelatihan dan memfasilitasi guru yang akan membuat karya-karya inovatif.

Uji parsial variabel pengembangan profesional berkelanjutan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
langsung terhadap profesionalisme guru abad 21. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien

http://ijessr.com 0,514
dan ISSN 2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018

nilai koefisien korelasi sebagian sebesar 0,932. Artinya, variabel pengembangan profesional
berkelanjutan (PKB) berpengaruh positif terhadap profesionalisme guru abad 21 sebesar 93,2% dan
sisanya sebesar 6,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Identifikasi pengaruh pengembangan profesional berkelanjutan (PKB) terhadap profesionalisme guru


abad 21 juga dijelaskan dalam penelitian Trisoni (2011) bahwa peningkatan profesionalisme harus
disesuaikan dengan perkembangan abad 21, dapat dilakukan dengan berbasis kompetensi. program
pelatihan terpadu, pemberdayaan MGMP, simposium guru, membaca dan menulis jurnal atau karya
ilmiah, mengikuti pertemuan ilmiah, melakukan penelitian, magang, mengikuti berita aktual,
berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi dan berkolaborasi dengan teman sebaya.
Pengembangan profesional berkelanjutan mampu mengembangkan keterampilan guru abad 21
keterampilan komunikasi interaktif, keterampilan interpersonal, keterampilan literasi teknologi dan
keterampilan bahasa (Ming, et al., 2014).

Pada hasil lain menunjukkan bahwa, pengaruh variabel kepribadian multikultural terhadap
profesionalisme guru abad 21 ditunjukkan dengan nilai koefisien garis sebesar 0,460 dan nilai
koefisien korelasi parsial sebesar 0,049. Nilai t hitung > t tabel (2,843 > 1,96) dengan taraf
signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya variabel kepribadian multikultural berpengaruh positif signifikan
terhadap profesionalisme abad 21 sebesar 4,9%. Nilai pengaruh kepribadian multikultural terhadap
profesionalisme guru abad 21 tidak terlalu besar yaitu kurang dari 10%. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Hladik, Hrbackova & Vavrova (2012) yang
menjelaskan tentang guru yang memiliki kepribadian multikultural mampu memberikan
pembelajaran yang menyesuaikan dengan konteks pendidikan karakter dan mendukung kompetensi
pedagogik guru, misalnya menghargai hak orang lain, kemampuan berkomunikasi secara efektif dan
tepat dalam berbagai karakter. Kemampuan memberikan pembelajaran yang menginternalisasikan
pendidikan karakter menjadi salah satu tuntutan pembelajaran abad 21. Pengaruh kepribadian
multikultural terhadap profesionalisme abad 21 berkaitan dengan kemampuan tuntutan pembelajaran
abad 21, penguasaan bahasa asing dan kemampuan memanfaatkan TIK, kemampuan ini
mempengaruhi kinerja dan profesionalisme guru dalam mencapai kualitas pembelajaran yang baik.

Analisis teoritis dan empiris dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi di mana
profesionalisme abad 21 membutuhkan karakter guru sebagai teacherpreneurs (Berry, 2013),
kepribadian multikultural (Hladik, hrbackova & vavrova, 2012: 341), serta berkelanjutan.
pengembangan profesional (Indrawati & Octorio, 2016). Semua variabel eksogen ini secara simultan
mempengaruhi profesionalisme guru abad 21 dengan indikator yang membentuk konstruk masing-
masing variabel valid dan reliabel.

Teachpreneurship adalah karakter seorang guru yang memiliki rasa percaya diri, berorientasi pada
prestasi, berani mengambil risiko, serta memiliki jiwa kepemimpinan dan orisinalitas yaitu kreativitas
dan inovasi. Karakter tersebut sama dengan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur, namun seorang
teacherpreneur akan mengembangkan kewirausahaannya

http://ijessr.com Page 52
International Journal of Education and Social Science Research
ISSN 2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018

kemampuan di bidang pendidikan dan berperan utama sebagai guru profesional di bidang pendidikan.
Karya-karya yang dikembangkan oleh teacherpreneuer seperti media pembelajaran, bahan ajar, buku,
dan sistem pendidikan virtual merupakan hasil kerjasama dengan rekan sejawatnya. Mereka
mengembangkan pendidikan dan berperan aktif dalam pengambilan kebijakan di bidang pendidikan,
namun tidak melupakan tugas utamanya sebagai pendidik untuk melaksanakan pembelajaran. Sesuai
dengan kerangka P21 pembelajaran abad 21 (2016), pendidikan abad 21 dapat dikembangkan oleh
guru, pakar pendidikan, dan pemimpin bisnis yang dapat membawa siswa lebih dekat dengan proses
pembelajaran dan memberikan kesiapan diri dengan komunitas global dan digital dengan
mengembangkan keterampilan, pengetahuan, keahlian, sistem penilaian, kurikulum dan
pembelajaran, pengembangan profesional, dan lingkungan belajar. Inilah profesionalisme abad 21
yang harus dimiliki guru.

Tidak hanya teacherpreneurship, kepribadian multikultural yang dimiliki oleh guru juga akan
membuat mereka mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan tuntutan dunia
pendidikan. Indikator kepribadian multikultural terdiri dari empati budaya, keterbukaan pikiran,
fleksibilitas, dan stabilitas emosi. Pekerti & Thomas (2016) menjelaskan bahwa kepribadian
multikultural bermanfaat bagi guru dalam berorganisasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawatnya,
komunitas guru, dan masyarakat luas. Caliskan & Isik (2016) menjelaskan hal yang sama bahwa
kelompok masyarakat dan kelompok kerja yang memiliki kepribadian multikultural akan lebih siap
menghadapi perubahan baik internal maupun eksternal seperti perkembangan teknologi, sistem
kinerja, struktur organisasi dengan mengembangkan kapasitas, dan kemandirian. kemampuan untuk
beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Jika saling terkait, seorang teacherpreneur yang memiliki kepribadian multikultural akan
menggunakan kemampuannya untuk mendapatkan prestasi yang dibutuhkan untuk menghadapi abad
ke-21. Keterbukaan pikiran, keluwesan, dan kestabilan emosi memungkinkan guru untuk menerima
masukan, konsepsi dalam hal pendidikan, dan teknologi secara kritis dan mampu berkolaborasi
dengan orang lain dengan saling menghargai. Didukung dengan percaya diri, berani mengambil
resiko, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang menjadi salah satu karakter seorang guru mendorong
mereka untuk terus mengembangkan profesionalisme dengan memanfaatkan program yang dibuat
oleh pemerintah. Kepribadian multikultural membuat seseorang memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan teknologi dengan baik. Liu, Baker & Milman (2014)
menggambarkan seorang guru yang memiliki kepribadian multikultural sebagai guru yang mampu
mengajar menggunakan TIK, memiliki komunikasi yang baik, dan memberikan pengalaman belajar
kepada siswa secara tatap muka, virtual, atau menggunakan blended learning. Tidak hanya dalam
pembelajaran, dengan kepribadian multikultural dan teacherpreneurship dengan kreativitas, seorang
guru akan berusaha meraih prestasi dengan membuat karya tulis ilmiah, menerbitkan, dan
menghasilkan karya-karya inovatif dalam pengembangan profesional berkelanjutan yang akan
meningkatkan profesionalisme abad 21.

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah dengan meningkatkan teacherpreneurship dan kepribadian
multikultural serta Continuing Professional Development (CPD), guru dapat meningkatkan
profesionalisme abad 21. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, dan Lembaga
Pelatihan Guru (LPTK) dapat menyelenggarakan pelatihan atau workshop tentang teacherpreneurship
dan kepribadian multikultural. Sedangkan guru yang telah memahami dan mengembangkan

http://ijessr.com Page 53
International Journal of Education and Social Science Research
ISSN 2581-5148
Vol. 1, Nomor 05; 2018

teacherpreneurship dan kepribadian multikultural dapat membentuk komunitas untuk


memperkenalkan dan menggambarkan karakter dan kemampuan kepada rekan-rekan mereka.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa guru yang memiliki teacherpreneurship,
berkepribadian multikultural dan melakukan Continuing Professional Development (CPD) memiliki
profesionalisme yang sesuai dengan abad 21. Peningkatan teacherpreneurship, kepribadian
multikultural dan pengembangan profesional berkelanjutan akan meningkatkan profesionalisme guru
SMK abad 21. Profesionalisme guru abad 21 dipengaruhi oleh teacherpreneurship dan kepribadian
multikultural baik secara langsung maupun melalui pengembangan profesional berkelanjutan yang
signifikan secara statistik.

Dengan demikian, hasil penelitian ini menemukan bahwa peningkatan teacherpreneurship dan
kepribadian mutikultural guru akan mempengaruhi peningkatan kemauan guru dalam melakukan
pengembangan profesional berkelanjutan. Faktor karakter teacherpreneur perlu dikembangkan pada
diri guru baik untuk mencapai profesionalisme maupun dalam mengembangkan kegiatan dalam
pengembangan profesional berkelanjutan. Selain itu, kepribadian multikultural juga mempengaruhi
profesionalisme guru abad 21 baik secara langsung maupun melalui pengembangan profesional
berkelanjutan. Dapat disiratkan bahwa untuk meningkatkan profesionalisme guru abad 21 harus
memperhatikan dan mengembangkan karakter teacherpreneur dan kepribadian multikultural yang
dimilikinya dengan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan.

Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dapat melakukan penelitian tentang
pengembangan teacherpreneurship dan kepribadian multikultural pada guru. Mereka juga dapat
melakukan penelitian dengan metode penelitian yang berbeda sehingga dapat menemukan hasil
penelitian yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH


Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang didanai sepenuhnya oleh
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada para guru sebagai responden penelitian ini.

REFERENSI
Berry, Barnet. (2013). Teacherpreneurs: Merek Kepemimpinan Guru yang Berani untuk Pengajaran
dan Pembelajaran Abad ke-21. Sains, 340, 309-310.
Caliskan, S. & Isik, I. (2016). Apakah Anda Siap untuk Perubahan Global? Kepribadian Multikultural
dan Kesiapan untuk Perubahan Organisasi. Jurnal Manajemen Perubahan Organisasi, 29 (3), 404-423.
Darmawan, IPA (2017). Faktor yang Mempengaruhi Profesionalitas Guru. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Agama Kristen dan Call for Papers. Ungaran: Sekolah Tinggi Teologi Simpson.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.

http://ijessr.com Page 54
International Journal of Education and Social Science Research
ISSN 2581-5148
Vol. 1, No. 05; 2018

Hladik, J., Hrbackova, K., & Vavrova, S. (2012). Individual Importance of Multicultural Competence
in Relation to Components of Students' Self-Regulated Learning. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 341 – 349.
Indrawati, CDS, & Octoria, D. (2016). Continuous Professional Development to Improve the
Teachers Competencies. Proceeding of the 2nd International Conference on Teacher Training and
Education, Sebelas Maret University, 2 (1), 656-663.
Kortmann, A. (2016). The relationship between multicultural competence, foreign language mastery
and job performance. Master Thesis: Radboud Universiteit Nijmegen.
Lee, J., & Ciftci, A. (2014). Asian international students' socio-cultural adaptation: Influence of
multicultural personality, assertiveness, academic self-efficacy, and social support. International
Journal of Intercultural Relations, 38, 97– 105.
Liu, LB, Baker, LL, & Milman, NB (2014). Technological innovation in twenty-first century
multicultural teacher preparation. Journal for Multicultural Education, 8 (1), 54-67. Mindebele, CBS
& Zanele FH (2001). Computer Literacy among Practical Arts Teachers in Swaziland Vocational
Schools. Journal of Vocational Education and Training, 53 (2), 340-352. Oplatka, I. (2014).
Understanding Teacher Entrepreneurship in the Globalized Society Some Lessons from Self-Starter
Israeli School Teachers in Road Safety Education. Journal of Enterprising Communities: People and
Places in the Global Economy, 8 (1), 20-33.
Pahrudin. (2015). Peningkatan Kinerja dan Pengembangan Profesionalitas Guru sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi &
Bisnis Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Surakarta: Faculty of Teacher Training and
Education, Universitas Sebelas Maret.
Pekerti, AA, & Thomas, DD (2016). N-Culturals: modelling the multicultural identity. Cross Cultural
& Strategic Management, 23 (1), 101-127.
Ponterotto, JG (2010). Multicultural Personality: An Evolving Theory of Optimal Functioning in
Culturally Heterogeneous Societies. The Counselling Psychologist, 38 (5), 714-758. Prihadi, W. R &
Sofyan, H. (2016). Pengembangan Model Teacherpreneur pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 6, (2), 230-240.
Prihastuti. (2011). Education Resilience Profile Based on the Resilience Quotient Test. Jurnal
Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan, 15 (2), 200-214.
Prihaswati, M., & Astuti, AP (2016). Teacherpreneur Programme, Membentuk Calon Guru Era
MEA. Proceeding of the 4th University Research Colloquium 2016. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Riduwan. (2014). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Scott, CL (2015). The Futures of Learning 2: What Kind of Learning for the 21st century ? Education
Research and Foresight, Working Paper Series, 14, 1-14.
Sharabi, M. (2013). Managing and Improving Service Quality in Higher Education. International
Journal of Quality and Service Sciences, 5 (3), 309-320.
Tiernan, P. (2016). Enterprise education in initial teacher education in Ireland. Education + Training,
58 (7/8), 815-831.

http://ijessr.com Page 55
International Journal of Education and Social Science Research
ISSN 2581-5148
Vol. 1, No. 05; 2018

Tong, W., & Razniak, A. (2017). Building professional capital within a 21st century learning
framework. Journal of Professional Capital and Community, 2 (1), 36-49.
Wibowo, A. (2011). Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wong, LN (2014).
Career advancement or teacher development? Teachers' perceptions of writing. International Journal
of Educational Management, 28 (3), 306-308.
Cvetković, BN, & Stanojević, D. (2017). Educational Needs of Teacher for Introduction and
Application of Innovative Models in Educational Work to Improve Teaching. International Journal of
Cognitive Research in Science, Engineering and Education (IJCRSEE), 5(1), 49–56.
https://doi.org/10.5937/IJCRSEE1701049N

Tezer, M., Taspolat, A., & Sapanea, HF (2017). The Impact of Using Social Media on Academic
Achievement and Attitudes of Prospective Teachers. International Journal of Cognitive Research in
Science, Engineering and Education (IJCRSEE), 5(2), 75-82. doi:10.5937/IJCRSEE1702075T
Anatolievna, PI, & Evgenevna, RE (2016). Feature Career Structure of The Image at Different Stages
of Professional Development. International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering
and Education (IJCRSEE), 4(2), 31-40. doi:10.5937/IJCRSEE1702075T Bancotovska, SN (2016).
The Attitudes and Opinions of Teachers to Their Competences. International Journal of Cognitive
Research in Science, Engineering and Education (IJCRSEE), 3(1), 99-104.
Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century Skills Learning for Life in Our Times. Jossey-Bass.
https://doi.org/10.1145/1719292.1730970

Ming, TS, Sim, LY, Mahmud, N., Kee, LL, Zabidi, NA, & Ismail, K. (2014). Enhancing 21st century
learning skills via digital storytelling: Voices of Malaysian teachers and undergraduates. Procedia -
Social and Behavioral Sciences,118, 489 – 494.

http://ijessr.com Page 56

Anda mungkin juga menyukai