Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL TESIS

HUBUNGAN MANAJEMEN INOVASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA


SEKOLAH TERHADAP KREATIVITAS GURU DI KELAS
Di Ajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Menyusun Tesis Magister
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Muhamad Budi
(2086108010025)

Program Studi Pendidikan Agama Islam


IAIN Laa Roiba Bogor
2022

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara manajemen inovasi dan gaya
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kreativitas guru dikelas. Jenis penelitian kuantitatif
dengan metode deskriptif korelasional. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
deskripsi dan inferensial dengan jenis korelasi. Instrument yang di gunakan berupa kuesioner
dengan beberapa sekolah dikecamatan ciampea. Subjek penelitian terdiri dari seluruh guru di
kecamatan ciampea khususnya Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Keysword: manajemen inovasi, gaya kepemimpinan, pembelajaran, dan kreativitas guru
Pendahuluan
Latar belakang
Perputaran zaman yang tidak dapat dihentikan berimplikasi pada selalu terjadinya
pembaharuan system yang meyesuaikan dengan perubahan zaman. Perubahan-perubahan
tersebut pun mendorong lembaga pendidikan melakukan pembaharuan dalam system
pendidikannya agar dapat terus bersaing dan eksis walaupun tuntutan zaman selalu berubah.
Berdasarkan hasil survey evaluasi system pendidikan di dunia yaitu PISA untuk
mengukur kinerja siswa kelas pendidikan menengah, Indonesia pada tahun 2018 berada pada
urutan ke 74 dari 79 negara. Ada 3 poin utama yang diukur dalam PISA yaitu literasi,
matematika dan sains. Hasil studi PISA 2018 menunjukkan skor rata-rata siswa Indonesia dalam
literasi 371, skor 379 dalam matematika dan skor 389 dalam bidang sains (Kemendikbud, 2019).
Berdasarkan hasil studi PISA 2018 ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia
masih sangat rendah. Kualitas pendidikan ditentukan oleh bagaimana proses pendidikan
dilaksanakan terutama dalam lembaga pendidikan yaitu sekolah. Hal ini tidak lepas dari peran
kepala sekolah dapat mengembangkan sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas
professionalitas guru (Yusup, 2018). Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus
dimulai dari guru (Lailatussaadah, 2015).
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan
dengan melalui kinerja pada tingkat institusional dan instruksional. Kedudukan guru dalam
pendidikan sebagai tenaga professional sekaligus sebagai agen pembelajaran seperti yang tertera
dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Melihat peran guru yang sangat penting
menuntut guru harus mampu meningkatkan mutu kinerja dan profesionalismenya dalam
menyelenggarakan pendidikan yang disesuaikan seiring perubahan zaman dan tuntutan yang
muncul terhadap lembaga pendidikan.
Sebagai tenaga professional guru merupakan agen pembelajaran dalam meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia. Oleh sebab itu guru dituntut memiliki dan menguasai 4
kompetensi (pedagogic, professional, social, dan komunikasi) dengan baik. Menjadi seorang
guru yang professional bukanlah hal yang mudah, guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran ketika menyampaikan materi pembelajaran. Salah satu ciri
guru yang professional adalah yang memiliki prestasi dan kreativitas yang meyakinkan.
Kreativitas adalah suatu proses dari kemampuan seseorang dalam melahirkan sebuah
solusi dari masalah yang dihadapi, melalui gagasan, proses, metode atau produk yang baru yang
efektif serta bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, sukesi, diskontinuitas dan diferensiasi
yang berdaya guna dalam berbagai bidang. Menurut Craft (2003) Pengembangan kreativitas
dalam pendidikan dapat didorong oleh tiga aspek diantaranya: pengajar yang menyediakan
praktik kreatif dan inovatif, dengan menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas peserta
didik dan oleh etos kerja guru yang mempertahankan sikap terbuka terhadap peserta didik dan
mampu melakukan refleksi (Fitriyani et al., 2021). Dengan kata lain guru yang kreatif adalah
guru yang dapat mengembangkan desain imajinatif dengan melakukan perencanaan bagaimana
proses pembelajaran yang akan terjadi dan bagaimana peserta didik terlibat dalam proses
pembelajaran (Supriatna, Nana; Maulidah, 2020). Oleh karena itu dibutuhkan guru yang kreatif,
guru yang mempunyai karakteristik dapat bekerja pada tekanan yang berat dan pesaingan yang
tinggi dan diharapkan mampu menghadapi pekerjaan atau tuntutan yang bervariatif. Dengan
banyaknya guru yang kreatif, lembaga pendidikan dapat memperoleh ide-ide yang kreatif serta
terobosan-terobosan baru yang mungkin belum terpikirkan oleh pimpinan, sehingga dalam
menjalankan tugas atau program nya pun menjadi lebih lancar.
Dikarenakan kemampuan berpikir kreatif guru dalam pembelajaran sangat menunjang
dalam peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan. Oleh
sebab itu guru dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dan beragam saat ada di kelas.
Kreativitas guru dalam mengajar di kelas dapat dinilai dari bagaimana guru berpikir kreatif dan
bagaimana guru bersikap kreatif. Salah satu alternative dalam meningkatkan kreativitas guru
dengan memberikan manajemen inovasi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan kreatifitas guru saat proses Kegiatan Belajar Mengajar.
Lembaga pendidikan harus terus berinovasi agar dapat menyesuaikan dirinya dengan
perubahan dan tuntutan zaman. Sebuah lembaga pendidikan dituntut untuk selalu menghasilkan
lulusan atau program yang terus menerus membaik dari sebelumnya secara efektif dan efisien
yang dapat bermanfaat tidak hanya bagi lembaga pendidikan itu sendiri namun juga bagi
masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuahh strategi yang efektif, yang salah satu caranya
dengan berinovasi.
Inovasi bukanlah sebuah tujuan dari suatu lembaga melainkan inovasi adalah sebuah
proses terus-menerus yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan konsumen yang bersifat
dinamis. Inovasi merupakan kerja nyata yang harus dikelola, karena inovasi merupakan sebuah
proses yang jalannya tergantung pada kendali manusia. Dalam sebuah instansi yang memiliki
kendali atas jalannya inovasi adalah pemimpin instansi.
Seorang pemimpin yang selalu berinovasi maka dia termasuk kedalam pemimpin yang
inovatif. Seorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perubahan, perbaikan, dalam
menyajikan sesuatu yang baru dan unik serta berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Sikap
inovatif merupakan sikap penting yang harus dimiliki oleh seoramg pemimpin dalam
kepemimpinannya dalam suatu lembaga pendidikan. sikap kreatif dan inovatif adalah sebuah
kemampuan dalam mengubah sumber daya yang kurang produktif menuju sumber daya yang
produktif, sehingga memberikan nilai lebih baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebuah
inovasi berangkat dari sebuah gagasan dan ide-ide baru yang nantinya akan ditransformasikan
kedalam bentuk produk atau program secara nyata. Inovasi dapat diperoleh melalui kegiatan
kreatif sumber daya manusia atau para guru. Karena inovasi merupakan suatu fenomena yang
dapat dikendalikan maka inovasi harus dapat dikelola dengan baik, sehingga diperlukan
manajemen inovasi.
Manajemen inovasi merupakan implementasi dari perubahan-perubahan pada proses
manajerial atau stuktur organisasi yang menyesuaikan dengan perubahan situasi kondisi dan
tuntutan zaman, misalnya perubahan jadwal kerja yang fleksibel atau desain organisasi. Sebuah
gagasan yang baru tidak akan bisa muncul jika tidak ada dukungan dari pimpinan. Dalam
menimplementasikan sebuah gagasan yang baru dibutuhkan persetujuan dan keputusan pimpinan
yang memiliki otoritas dan kekuasaan yang lebih dalam pengambilan keputusan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan nasional haruslah berlandaskan pada pancasila dan
undang-undang dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai keagamaan, kebudayaan Indonesia, dan
juga harus tanggap terhadap perubahan dan tuntutan zaman, Sebagaimana yang tercantum dalam
UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 2. Pendidikan abad 21 tidak dapat terlepas dari revolusi
industry 4.0. Dengan zaman yang terus berkembang dan berubah membuat tugas guru di era
revolusi industry 4.0 ini tidak hanya sekedar mentransfer ilmu yang ia miliki kepada siswa tetapi
juga kepada bagaimana guru mampu mengembangkan proses pentransferan ilmu menjadi lebih
kreatif dan inovatif sesuai dengan tantangan pembelajaran pada abad 21 (Fitriyani et al., 2021).
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, serta dapat memberikan ruang bagi anak untuk prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Hal
ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 22
Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang didalamnya
menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan peran
guru yang kreatif dan inovatif yang dapat mempresentasikan materi pembelajaran dengan cara
yang beragam, unik, dan mudah dipahami oleh peserta didik, sehingga dapat membuat siswanya
tertarik dalam setiap materi yang akan diberikan.

Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
a) Bagaimana realitas manajemen inovasi di MTs. Tarbiyatul Falah?
b) Bagaimana realitas kreativitas guru di MTs. Tarbiyatul Falah?
c) Apakah terdapat hubungan antara manajemen inovasi terhadap kreativitas guru di MTs.
Tarbiyatul Falah?
d) Seberapa besar hubungan antara manajemen inovasi terhadap kreativitas guru di MTs.
Tarbiyatul Falah?
Tujuan Penelitian:
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
a) Untuk mengetahui realitas manajemen inovasi di MTs. Tarbiyatul Falah
b) Untuk mengetahui realitas kreativitas guru di MTs.Tarbiyatul Falah
c) Untuk mengetahui hubungan antara manajemen inovasi terhadap kreativitas guru di MTs.
Tarbiyatul Falah
d) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang terjalin antara manajemen inovasi terhadap
kreativitas guru di MTs.Tarbiyatul Falah

Hipotesis Penelitian:
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitiannya, yaitu:
a) Manajemen inovasi di MTs. Tarbiyatul Falah berkategori baik
b) Kreativitas guru di MTs. Tarbiyatul Falah berkategori baik
c) Hubungan manajemen inovasi terhadap kreativitas guru di kelas berkategori cukup baik
d) Tingkat besaran hubungan manajemen inovasi terhadap kreativitas guru di MTs. Tarbiyatul
Falah berkategori sedang.

Tinjauan Pustaka
a. Manajemen Inovasi
Inovasi adalah pembaharuan atau penemuan sesuatu yang baru, sebuah inovasi
dapat bersumber dari hasil invention atau discovery. Invention adalah penemuan sesuatu
yang benar-benar baru. Sedangkan discovery adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya
telah ada sebelumnya namun tidak terlalu dikenal, diketahui, dan disadari oleh banyak
orang. Inovasi digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang akan diamati
hasilnya sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok. Jadi pembaharuan yang
dilakukan oleh inovasi terjadi bukan terjadi begitu saja namun karena sudah direncanakan
terlebih dahulu dan dikehendaki proses tersebut.
Menurut Donal P. Ely (1982) menyebutkan bahwa inovasi adalah sebuah ide
untuk memecahkan berbagai permasalahan social dengan cara yang baru. Menurut
Zaltman, Duncan (1977) inovasi adalah sebuah ide/gagasan baru untuk menyelesaikan
suatu permasalahan namun ide/gagasan baru itu belum tentu dapat diterima oleh
masyarakat sehingga perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat agar ide/gagasan baru
tersebut dapat diterima sehingga memberikan nilai manfaat bagi masyarakat. Huberman
(1973) menyebutkan jika proses inovasi berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya
manusia untuk menciptakan hal baru yang ditunjukkan untuk menciptakan jalan baru
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Matthew (1964)
menjelaskan bahwa inovasi merupakan sebuah kegiatan yang disengaja untuk membuat
perubahan dengan jalan yang baru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sutirna,
2018)
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan
sebuah kegiatan yang telah direncanakan atau disengaja dengan memanfaatkan sumber
daya manusia yang ada agar memperoleh sebuah ide/gagasan baru sebagai jalan/cara
untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Sebuah inovasi dilakukan tentunya memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai
oleh pemimpin untuk organisasi. Menurut Anwar HM (2018) Tujuan dari inovasi
pendidikan diantaranya usaha untuk merubahh proses pembelajaran, situasi belajar dalam
hal ini menyangkut kurikulum, peningkatan fasilitas, peningkatan profesionalisme guru,
system administrasi dan manajemen pendidikan secara keseluruhan serta hubungannya
dengan kebijakan pemerintah (Makasihu et al., 2021).
Menurut Ibrahim (1998), inovasi pendidikan merupakan suatu ide/gagasan baru
bagi sekelompok orang, baik berupa hasil dari invensi atau diskaveri yang digunakan
untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan masalah di dunia pendidikan (Sutirna, 2018).
Berikut contoh-contoh inovasi pendidikan pada setiap komponen pendidikan atau
komponen social sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, diantaranya:
1. Pembinaan personalia, seperti peningkatan mutu guru, peraturan tata tertib peserta
didik, dan system kenaikan pangkat
2. Banyaknya personal dan wilayah kerja, yaitu perbandingan ratio guru dan siswa pada
satu sekolah seperti sekolah dasar di Amerika Serikat dengan ratio guru 1 : 27 siswa.
3. Fasilitas fisik/sarana dan prasarana, inovasi pendidikan yang sesuai dengan
komponen ini yaitu perubahan pola tempat duduk, perubahan peraturan dinding
ruangan, perlengkapan laboratorium, penggunaan cctv, dan sebagainya.
4. Penggunaan waktu, contohnya seperti peraturan waktu belajar per catur wulan dan
per semester.
5. Perubahan rumusan tujuan
6. Prosedur, contohnya penggunaan kurikulum baru, strategi dalam membuat persiapan
pembelajaran, pengajaran individual, dan pengejaran kelompok
7. Peran yang diperlukan, berupa kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan
jalannya pencapaian tujuan organisasi, contohnya peran guru sebagai pemakai media,
peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, dan peran guru sebagai anggota
team teaching.
8. Pengetahuan dan perasaan, contohnya inovasi dalam meningkatkan pengetahuan
pendidikan, pengetahuan dalam keterampilan pendekatan kepada siswa, peningkatan
rasa kesabaran, dan rasa cinta kepada pekerjaannya.
9. Mekanisme kerja
10. Hubungan dengan system yang lain, seperti menjalin hubungan dengan
perusahan/organisasi untuk menunjang program dan kegiatan di sekolah
11. Pola strategi (Sutirna, 2018).
Dalam pelaksanaan inovasi pendidikan dilakukan secara bertahap, dimulai dari
munculnya ide/gagasan baru hingga dilakukan percobaan yang hasilnya akan diinfokan
pada masyarakat inovasi diharapkan memberi kontribusi dalam peningkatan mutu
pendidikan.
Everett M. Rogers, menyebutkan karakteristik inovasi, sebagai berikut: (Nadia, 2019)
1. Keunggulan relative
2. Konfirmanilitas
3. Kompleksitas
4. Trialabilitas
5. Dapat diamati
Manajemen inovasi merupakan upaya dalam mengelola inovasi dalam lembaga
pendidikan (sekolah) agar dapat menghasilkan output yang unggul, dan dapat bersaing
dengan lembaga pendidikan lain. Penerapan manajemen inovasi dalam lembaga
pendidikan sangatlah diperlukan agar tidak ada ide-ide atau konsep baru yang up to date
terbuang atau tidak terpakai akibat terlambat atau terlalu cepat dalam mengintroduksinya
ke peserta didik. sebuah inovasi dapat terealisasikan dengan baik jika dikelola dengan
menggunakan system yang baik, terstruktur secara sistematis, efisien, dan berkelanjutan.
Keberhasilan dalam penerapan manajemen inovasi di indicatori oleh dua hal
berikut: 1) technical resources, yang terdiri dari manusia, peralatan, pengetahuan, dan
finansial; dan 2) capabilities (kapabilitas/kemampuan organisasi untuk mengelola sumber
daya pada poin pertama) dan Kegagalan dalam pelaksanaan manajemen inovasi
dipengaruhi oleh individu yang kurang kompeten dan kurang peduli. Selain itu juga
inovasi juga didukung oleh factor lingkungan, struktur organisasi, budaya, dan iklim
kerja selian itu juga tidak jarang organisasi gagal dalam melakukan inovasi dikarenakan
memiliki pandangan yang kaku terhadap perubahan (Rahayu Lestari, 2019).
Dalam organisasi inovasi proses lebih menekankan kepada cara atau tahapan
terbaik dalam melakukan sesuatu, sedangkan inovasi produk lebih menekankan kepada
penciptaan ide-ide baru atau perbaikan produk atau jasa sehingga menjadi lebih baik.
Terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi suatu organisasi menjadi organisasi
yang inovatif, diantaranya dukungan manajemen yang baik sehingga mewujudkan iklim
dan budaya yang kreatif, strategi yang focus kepada target/pasar, pemberdayaan anggota
organisasi, kerjasama antar perusahaan misalnya dalam hal intensitas R&D, ukuran
organisasi, usia organisasi, system yang intensif, gaya kepemimpinan, manajemen
pengetahuan, lingkungan, dan sebagainya.
Jadi berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam penerapan manajemen inovasi di
organisasi dapat diukur melalui technical resources, capabilities, lingkungan kerja,
struktur organisasi, budaya organisasi, iklim kerja, adaptasi, strategi yang focus keada
target, dan gaya kepemimpinan.

b. kreativitas guru
Kreativitas merupakan sebuah bentuk kecenderungan yang membuat seseorang
melakukan sebuah kegiatan untuk menciptaka sesuatun yang sebelumnya tidak ada
(Yusuf & Nurihsan, 2010). Menurut Hellriegel dan Slocum (2011) kreativitas adalah cara
dalam menggambarkan, menghasilkan, dan menemukan ide-ide baru/konsep baru yang
bernilai manfaat untuk orang lain. Untuk memperoleh sebuah ide dan gagasan yang baru
dan segar, seseorang harus menggunakan imajinasinya (Shadiq, 2011).
Calquit et all (2011) menyebutkan bahwa kreativitas merupakan tindakan-
tindakan inovatif dalam memecahkan masalah dan penggunaan ide-ide baru dalam
bekerja. Jadi indicator dari kreativitas: 1) senang mempelajari hal-hal baru, 2) berupaya
menemukan peluang atau cara baru yang lebih baik dalam bekerja, 3) keyakinan dalam
bekerja, dan 4) keterbukaan dalam menemukan ide-ide baru.
Menurut Lin (2011) menyebutkan bahwa guru yang kreatif adalah guru yang
memiliki tujuan maksudnya dalam mengembangkan kemampuan dasar, mendorong
pencapaian pengetahuan tertentu, menstimulus keingintahuan dan eksplorasi,
membangun motivasi, mendorong rasa percaya diri dan mengambil resiko, focus pada
penguasaan ilmu yang diberikan dan pengembangan kompetensi, mendukung pandangan
positif, memberikan keseimbangan dan kesempatan memilih dan menemukan,
mengembangkan pengelolaan diri yaitu kemampuan dan keterampilan metakognitif,
menyelenggarakan pembelajaran dengan berbagai teknik dan strategi untuk memfasilitasi
lahirnya tampilan kreatif (Elaborasi), membangun lingkungan yang kondusif terhadap
tumbuhnya kreatifitas, dan mendorong imajinasi dan fantasi.
Riyadhel et all (2019) kreativitas adalah kegiatan dalam mewujudkan ide-ide baru
dalam bekerja dan memecahkan masalah dengan melalui tindakan-tindakan yang inovatif
dengan konsep yang unik dan pendekatan yang baru serta menggunakan teknologi dan
sumber daya lainnya yang unik.
Plucker (2004) menyebutkan bahwa kreativitas merupakan sebuah interaksi antara
bakat, proses,dan lingkungan, dimana seseorang atau kelompok akan menghasilkan suatu
gagasan atau produk yang baru (orisinal) serta bernilai manfaat dilihat dalam suatu
konteks social tertentu (Gunawan Wibowo, 2016). Guru kreatif adalah guru yang
fleksibel, dimana mereka mampu melakukan berbagai pendeketan untuk memecahkan
masalah dengan solusi yang baik. Guru akan memfokuskan dirinya pada permasalahan,
memberikan solusi, mengevaluasi, dan memilihkan solusi terbaik untuk siswa-siswanya.
Selian itu juga membimbing murid-muridnya untuk mendapatkan solusi terbaik dari
permasalahan yang sedang dihadapi (Shadiq, 2011).
Menurut William guru yang kreatif dalam mengajar ada 5, yaitu:
1. Kelancaran, yaitu kelancaran dalam memberikan gagasan, jawaban, ide, solusi untuk
menyelesaikan masalah, memberikan berbagai macam cara untuk melakukan
berbagai hal yang dikeluarkan dari pemikiran seseorang.
2. Fleksibilitas, yaitu kemampuan guru dalam menggunakan permacam pendekatan
dalam menangani suatu masalah, dengan cara/ jalan yang berbeda, dan mampu
mengubah cara pendekatan dan pola pemikiran.
3. Orisinalitas, yaitu kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan unik yang
mungkin terlihat “aneh” bagi sebagian orang untuk mengungkapkan dirinya dan
mampu mengkombinasikan segala hal.
4. Elaborasi/perincian, yaitu kemampuan dalam mengembangkan dan merincikan
sesuatu gagasan/ide agar tampak lebih menarik.
5. Evaluasi, yaitu kemampuan dalam menentukan landasan tersendiri dalam penilaian
dan menentukan sesuatu hal benar atau tidaknya, mampu mengambil keputusan pada
situasi terbuka/bebas, dan mampu melakukan apa yang dicetuskannya (Monawati. &
Fauzi., 2018).
Berdasarkan pengertian diatas tentang kreativitas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kreativitas guru adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
memecahkan sebuah masalah dengan ide-ide baru, konsep baru, pendekatan baru yang
bersifat original, imajinasi, fantasi, fleksibel, elaborasi, kelancaran, evaluasi serta
menggunakan teknologi dan sumber daya lainnya dan memiliki manfaat bagi orang lain.
Rhenald Kasali mengelompokkan guru kedalam dua tipe, yaitu guru kurikulum
dan guru inspiratif. Guru inspiratif adalah guru yang mengajak murid-muridnya untuk
melihat sesuatu hal dari luar (Thingking out of the box) mengelola dan mencampurkannya
di dalam kemudian membawa kembali hasil/produknya keluar untuk masyarakat luas
(Shadiq, 2011).
Kreativitas dalam mengajar merupkan bentuk usaha guru dalam memunculkan
sesuatu yang orisinal atau hasil dari kombinasi-kombinasi yang berbeda dengan
sebelumnya dalam kegiatan pembelajaran. Kreativitas guru di kelas dalam mengajar
dapat berupa penggunaan media ajar yang selalu berbeda-beda setiap harinya,
penggunaan variasi dalam gaya mengajar, kemampuan dalam mengelola kelas agar selalu
asik sehingga dapat melahirkan iklim kelas yang kondusif sehinga proses pembelajaran
berjalan dengan efisien dan efektif (Andhika, 2020).
Ciri-ciri Guru Yang Kreatif:
1. Terbuka terhadap pengalaman baru
2. Fleksibel dalam berpikir
3. Kebebasan dalam berekspresi
4. Mempunyai minat yang tinggi terhadap aktivitas kreatif
5. Memiliki rasa percaya diri dengan ide dan gagasannya sendiri
6. Kebebasan dalam penilaian.
Menurut National Advisory Committes UK (1999), kreativitas memiliki empat
karakteristik yang saling berkesinambungan, diantaranya:
1. Berpikir dan bertindak secara imajinatif
2. Mempunyai tujuan yang jelas dari seluruh aktivitas imajinatif
3. Melahirkan sesuatu yang orisinal dari suatu proses tertentu
4. Memberikan nilai tambah/manfaat dari hasil tersebut untuk orang lain (Shadiq, 2011).

c. Hubungan manajemen inovasi terdapat kreativitas guru


Menjadi seorang guru yang professional bukanlah hal yang mudah, guru harus lebih
dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran ketika menyampaikan
materi pembelajaran. Salah satu ciri guru yang professional adalah yang memiliki prestasi
dan kreativitas yang meyakinkan.
Kreativitas adalah terminology baru di sekolah. Namun sejatinya kreativitas menjadi
salah satu batu sendi dalam aktivitas pembelajaran di sekolah. Tanpa kreativitas proses
pembelajaran di kelas hanyalah sebatas indoktrinasi pengetahuan oleh guru kepada
peserta didik (Gunawan Wibowo, 2016). Untuk menjadikan dan menciptakan
pembelajaran yang kreatif di kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki jiwa kreatif itu
sendiri. Karena guru yang kreatif akan menumbuhkan peserta didik yang kreatif pula.
Seperti yang dikemukakan oleh Plucker bahwa kreativitas dibangun oleh tiga item yaitu
bakat, proses, dan lingkungan. Sekolah harus mampu menciptakan suasana atau iklim
sekolah dan interaksi yang mendukung tumbuh kembangnya jiwa kreatif pada guru.
selain itu sekolah haruslah mampu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh guru
untuk meningkatkan jiwa kreatifnya. Sehingga harapan dari orang tua siswa yang
menginginkan anaknya menjadi pribadi yang cerdas dan kreatif dapat terwujud.
Kreativitas sangat dibutuhkan oleh sebuah lembaga pendidikan untuk melakukan
sebuah inovasi. Karena proses inovasi diawali oleh adanya ide-ide dan gagasan baru,
yang mana ide-ide ini dapat timbul dari pemikiran para guru. ide-ide atau gagasan baru
dari seorang guru tidak dapat datang begitu saja, karena diperlukan imajinasi yang tinggi
agar seorang guru dapat memperoleh ide-ide dan gagasan yang baru dan segar. oleh
sebab itu dibutuhkan pemimpin yang kreatif dan inovatif pula, sehingga kreativitas dan
imajinasi dari para garu dapat difasilitasi, dikembangkan, dan dikelola dengan baik
sehingga dapat menghasilkan inovasi yang berguna bagi lembaga pendidikan itu sendiri
serta masyarakat. Dalam meningkatkan keprofesionalan guru bisa melalui inovasi
pendidikan. Inovasi dalam dunia pendidikan muncul karena terdapat kekhawatiran dalam
penyelenggaraan pendidikan, salah satunya kekhawatiran guru tentang proses belajar
mengajar yang kurang maksimal (Makasihu et al., 2021).
Untuk menghilangkan rasa kehkawatiran guru dalam proses belajar mengajar,
berikut terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam menjalankan
manajemen inovasi dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran (Supriadi, 2017),
yaitu:
1. Sering meupdate informasi pembelajaran baik melalui media cetak, buku, maupun
lewat internet
2. Meningkatkan jenjang pendidikan guru
3. Melakukan pembelajaran secara e-learning dan total quality service.
Inovasi merupakan kerja nyata atau proses yang dapat dan harus dikelola dan
dikendalikan, sehingga dibutuhkan manajemen inovasi untuk membimbing,
mengarahkan, mengatur, dan mengelola ide-ide hasil kreativitas dan inovasi para guru
yang mungkin akan semakin banyak. Keberadaan ide-ide tersebut harus diatur dan ditata
secara sistematis, terstruktur, efisien dan berkelanjutan agar sesuai dengan
pengembangan usaha.
Berikut upaya kepala sekolah dalam manajemen inovasi untuk merawat
kreativitas guru:
1. Penilaian dilakukan bukan untuk membandingkan kemampuan satu orang dengan
orang lainnnya. Karena hal itu dapat menurunkan rasa ingin tahu dan jiwa eksploratif
untuk menciptakan hal-hal baru. Namun bukan berarti juga membandingkan dan
kompetesi membahayakan bagi semua orang, hal ini tergantung kepada cara pandang
setiap orang dalam mengartikannya.
Begetto mengingatkan bahwa jika sebuah kompetesi hanya didukung oleh motivasi
eksternal saja seperti melalui rewards tertentu hanya akan mereduksi kreativitas guru.
2. Tekanan yang diberikan kepala sekolah secara mental atau emosional hanya akan
meningkatkan kecemasan dan kekhawatiran guru sehingga dapat mengurangi
kemampuan guru dalam mengekspresikan kemampuan dan kreativitasnya secara
penuh dan bebas.
3. Untuk merawat kekreativitasan guru, seorang kepala sekolah harus senantiasa
memberikan feedback dan dorongan dalam berbagai bentuk bagi guru yang
bersangkutan agar mampu mencapai tingkat kemampuan tingginya.
4. Kepala sekolah harus peduli, terbuka dalam menerika masukan-masukan, tertarik
untuk mendengarkan gagasan atau ide-de baru yang diberikan oleh para guru, serta
melihat dan memahami bagaimana konsep cara berpikir dan gagasannya sehingga
guru merasa keberadaannya dihargai dan ide-idenya diterima dan didengarkan dengan
baik oleh kepala sekolah (Gunawan Wibowo, 2016).
Inilah pentingnya manajemen inovasi di sekolah yang difungsikan untuk memfasilitasi
dan menata gagasan/ide-ide baru dan kreatif dari para guru sehingga dalam konteks social
juga dapat dipahami dan diterima oleh orang lain sebagai sesuatu yang bermanfaat.
Penelitian terdahulu
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan
acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut ataupun penelitian dengan objek yang berbeda.
Hasil penelitian terdahulu digunakan untuk membantu kita dalam melihat persepsi, perbandingan
ataupun hasil yang mungkin mempengaruhi dalam analisis penelitian ini. Penelitian terdahulu
yang relevan digunakan untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
akan dilaksanakan. Berikut beberapa penelitian terdahulu.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Septiya Ningrum dengan judul penelitian
hubungan manajemen inovasi dengan kreativitas pegawai kantor wilayah kementrian agama
provinsi jawa timur. Dengan rumusan masalah, yaitu: 1) bagaimana penerapan manajemen
inovasi di kantor wilayah kementrian agama provinsi jawa timur?; 2) bagaimana penerapan
kreativitas pegawai di kantor wilayah kementrian agama provinsi jawa timur?; 3) adakah
hubungan manajemen inovasi dengan kreativitas pegawai di kantor wilayah kementerian agama
provinsi jawa timur?; dan 4) seberapa besar intensitas hubungan antara manajemen inovasi
dengan kreativitas pegawai di kantor wilayah kementrian agama provinsi jawa timur?
Hasil penelitian: 1) inovasi merupakan salah satu budaya di kantor wilayahh kementerian
agama provinsi jawa timur yang mesti dilakukan sebagai upaya dalam menyempurnakan yang
sudah ada dan mengkreasi hal yang baru yang lebih baik. Karena inovasi akan mempercepat
kerja dan proses untuk mencapai tujuan; 2) kantor wilayah kementerian agama provinsi jawa
timur membuka peluang dan mengharuskan pegawai untuk kreatif dalam mengembangkan
pelayanan roda masyarakat. Kemudian mengkombinasikan ide-ide yang dikembangkan oleh
masing-masing pegawai dan memahami pemikiran yang kreatif oleh setiap pegawai di dalam
instansi untuk meningkatkan potensi pemikiran baru yang saling melengkapi; 3) kreativitas
sangat penting dalam proses inovasi karena kreativitas mendorong inovasi untuk membantu
lembaga menjalankan tugasnya. Yang mana inovasi haruslah dikelola oleh pimpinan yang
disebut manajemen inovasi. Dalam mengembangkan tugas ataupun usaha kelembagaan
merupakan hasil dari kegiatan inovasi. Jadi, suatu kreativitas dapat mendorong suatu inovasi
baru dalam suatu instansi; dan 4) terdapat hubungan yang signifkan antara manajemen inovasi
dengan kreativitas pegawai di kantor wilayah kementerian agama provinsi jawa timur. Dengan
diperoleh hasil korelasi spearman sebesar 0,772 dengan sig. (2-tailed) sama dengan 0,00 yang
menunjukkan terdapat hubungan yang kuat, signifikan dan searah. Jadi semakin besar
manajemen inovasi yang dilakukan oleh pemimpin maka semakin tinggi pula nilai kreativitas
para pegawainya.
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan ada pada
variabel terikat dan variabel tidak terikat yang digunakan namun perbedaan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan ada pada subjek dan tempat yang diteliti, jika
penelitian terdahulu subjek yang diteliti adalah pegawai di kantor wilayah kementerian agama
provinsi jawa timur sedangkan subjek dari penelitian ini adalah guru di sekolah (Septiya, 2018).
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dudun Supriadi dengan judul penelitian
implementasikan manajemen inovasi dan kreativitas guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran dikelas. Dengan rumusan masalah, yaitu: bagaimana mengimplementasikan
manajemen inovasi dan kreativitas guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran?
Hasil penelitian: untuk menginformasikan bahwa manajemen inovasi dan kreativitas guru
dalam meningkatkan mutu pembelajaran dapat berjalan dengan baik karena setiap guru selalu
memiliki usaha yang tepat dalam mentransferkan ilmunya sesuai karakter murid dan waktu
mengajar. Hambatan berasal dari kurangnya media pendukung pembelajaran, baik itu pendukung
bagi kemajuan guru-gurunya maupun siswanya sehingga bisa menghambat mutu pembelajaran di
sekolah ini. Upaya yang dilakukan guru dalam menerapkan manajemen inovasi dan kreativitas
guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran adalah dengan menerapkan system pembelajaran
e-learning , penerapan TQS, dan sering mengupdate informasi pembelajaran yang sesuai dengan
mata pembelajaran masing-masing baik itu melalui media cetak, buku ataupun lewat internet.
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan ada pada
variabel tidak terikat (manajemen inovasi) namun perbedaan yang ada pada penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangkan penelitian terdahulu menggunakan jenis
penelitian kualitatif. Dan variabel terikat pada penelitian terdahulu adalah mutu pembelajaran
sedangkan variabel terikat pada penelitin ini adalah kreativitas guru (Supriadi, 2017).
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Amenda Intan Sari dan Etty Suprianti dengan
judul penelitian impelementasi manajemen inovasi dan kreativitas guru dalam meningkatkan
mutu pembelajaran untuk mewujudkan generasi yang unggul. Dengan rumusan masalah, yaitu:
bagaimana mengimplementasikan manajemen inovasi dan kreativitas guru dalam meningkatkan
mutu pembelajaran untuk mewujudkan generasi yang unggul.
Hasil penelitian: untuk menginformasikan bahwa implementasi manajemen inovasi dan
kreatifitas guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran untuk mewujudkan generasi yang
unggul berjalan dengan baik. Melalui pendekatan tersebut diharapkan mampu mengasilkan
output yang unggul karena setiap guru selalu memiliki usaha yang tepat dalam mentransferkan
ilmunya sesuai karakter murid dan waktu mengajar.
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan peneiltian yang sedang dilakukan ada pada
variabel tidak terikat yaitu manajemen inovasi dan perbedaan yang ada pada penelitian ini
terletak pada jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, sedangkan penelitian yang
terdahulu menggunakan jenis penelitian kualitatif. Serta variabel terikat pada penelitian
terdahulu adalah mutu pembelajaran sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah
kreativitas guru (Sari & Suprianti, 2020).
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusup dan Marzani dengan judul
penelitian inovasi manajemen pendidikan: pemikiran, lingkungan, budaya, dan perilaku (studi di
SMAN Titian Teras Abdurrahman Sayoeti Jambi). Dengan rumusan masalah, yaitu: bagaimana
konsep dasar inovasi manajemen dalam pendidikan, inovasi manajemen pendidikan, dan
kebijakan kepala sekolah sebagai leader dalam pengelola pendidikan di SMAN Titian Teras
Abdurrahman Sayoeti jambi?
Hasil penelitian: inovasi manajemen pendidikan yang sudah dilakukan SMAN Titian
Teras Abdurrahman Sayoeti Jambi adalah 1) sudah mempunyai system informasi manajemen
(SIM) yang aktif); 2) pengelolaan fasilitas sarana dan prasarana telah dilakukan dengan baik
sehingga terinventsarisir dengan baik; 3) lingkungan pembelajar sudah kondusif; 4) dalam
meningkatkan wawasan bagi tenaga pendidik, kepala sekolah mengeluarkan kebijakan studi
banding ke SMAN 1 Surabaya, SMAN 1 Probolinggo, dan SMAN 3 Malang; dan 5) kepala
sekolah memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengembangkan potensi dan
profesionalitasnya melalui pelatihan, worshop, dan IHT (In House Training) yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi jambi melalui pemerintah kabupaten Muaro jambi.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada pada objek yang diteliti
yaitu manajemen inovasi dan perbedaan pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif sedangkan penelitian terdahulu menggunakan jenis penelitian kualitatif (Yusup,
2018).
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Aji Sofanudin dengan judul penelitian
manajemen inovasi pendidikan berorientasi mutu pada MI Wahid Hasyim Yogyakarta. Dengan
rumusan masalah, yaitu: bagaimana manajemen inovasi pendidikan dengan berorientasi mutu di
MI Wahid Hasyim Yogayakarta?
Hasil penelitian: inovasi yang dilaksanakan di MI Wahid Hasyim Yogyakarta
diantaranya: 1) kurikulum; 2) sumber daya manusia; dan 3) inovasi pembelajaran. Persamaan
dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada pada objek yang diteliti yaitu manajemen
inovasi di dalam pendidikan dan perbedaaan yang ada pada penelitian ini terletak pada jenis
penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif sedangkan penelitian terdahulu menggunakan jenis
penelitian kualitatif (Sofanudin, 2016).

Kerangka berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori hubungan dengan
berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Usman & Akbar, 2006).
kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila variabel yang diteliti
berjumlah 2 variabel atau lebih. Kerangka berpikir yang baik adalah kerangka berpikir yang
mengemukakan hubungan antara variabel yang diteliti secara teoritis.
Berdasarkan deskripsi kerangka berpikir diatas, maka dapat disimpulkan pada gambar dibawah
sebagai berikut:

Regulasi:

1. UU No. 20 Tahun 2003


pasal 1 ayat 2 tentang
landasan penyelenggaran
Indicator Manajemen Inovasi: Indicator Kreativitas Guru:
1. technical resources 1. Orisinalitas
2. capabilities 2. Fleksibilitas
3. budaya organisasi 3. Kelancaran
4. iklim kerja 4. Elaborasi
5. adaptasi 5. Imajinatif
6. gaya kepemimpinan.

Rendahnya
\kreativitas guru
dalam mengajar Kualitas Guru

Mutu
pembelajaran

Mutu Pendidikan

Metodologi Penelitian
a. Jenis penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan
untuk menghitung data yang dikumpulkan dalam bentuk angka yang dapat diolah dengan
teknik statistic. Tipe penelitian kuantitatif telah menekankan syarat-syarat tertentu yaitu
data yang di kumpulkan haruslah berupa angka yang ditunjukkan sebagai lembang dari
suatu peristiwa atau fenomena yang diteliti lalu dianalisisnya angka-angka tersebut
dengan menggunakan teknik statistic. Penelitian ini sering mencoba menetapkan hukum
atau prinsip umum (universal) dan mengasumsikan realitas social secara objektif diluar
kondisi pribadi seseorang.
b. Metode penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian korelasional, yaitu metode yang digunakan
untuk melihat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Dalam metode ini hanya melihat
dan mempelajari relasi/hubungan yang terjalin diantara dua variabel atau lebih tanpa
mencoba mempengaruhi variabel-variabel tersebut. Tujuan korelasional yaitu untuk
membantu menjelaskan dan meramalkan suatu hal. Oleh karena itu, metode korelasional
kadang-kadang berbentuk seperti metode penelitian deskriptif karena hanya menjelaskan
dan menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik analisis
inferensial jenis korelasi dalam menghitung data yang telah dikumpulkan.
c. Subjek dan obyek penelitian
Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa Subjek penelitian merupakan batasan
penelitian dengan menentukannya melalui benda, hal atau orang untuk melekatnya
variabel penelitian (Rahmadi, 2011).Subjek dari penelitian ini adalahh para guru di MTs.
Tarbiyatul Falah. Objek penelitian adalah benda yang dapat mewakili dalam populasi
penelitian. Dan objek dari penelitian ini memuat penerapan manajemen inovasi di MTs.
Tarbiyatul Falah dan kreativitas guru MTs. Tarbiyatul Falah ketika di kelas.
d. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Tarbiyatul Falah Desa Cinangka Kecamantan Ciampea
Kabupaten Bogor
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal
e. Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan objek dan subjek dalam penelitian. Wilayah generalisasi
dalam populasi terdrii atas subjek dan objek yang sudah memiliki karakteristik dan
jumlah kuantitas tertentu untuk dipelajari. Dalam penelitian ini populasinya adalah
seluruh guru di MTs Tarbiyatul Falah yang berjumlah 20 guru.
Sampel adalah bagian terkecil dari keseluruhan jumlah dan karakteristik yang dimiliki
dalam populasi. Sebuah sampel harus betul-betul representative karakteristik dari
populasi agar kesimpulan yang dibuat tidak salah. Dalam penentuan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan non probability teknik sampling sampel
jenuh, yaitu jumlah sampel yang didapatkan karena semua populasi (N) dijadikan sampel.
Sehingga jumlah sampel dari penelitian ini berjumlah 24 orang.
Kriteria responden, diantaranya:
 Berjenis laki-laki dan perempuan
 Mengajar di Sekolah Menengah Pertama
 Umur dari 20-60 tahun
 Telah mendapatkan gelar S1 atau sedang meraih gelar S1
 Lama bekerja:
a. 1 bulan - 1 tahun b. 2-3 tahun c. 4-5 tahun d. 6 tahun keatas
f. Sumber data
Sumber data primer adalah sumber data yang didapatkan ketika sumber
data/responden yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan peneliti
biasanya memberikan secara langsung kuesioner atau bertanya secara langsung kepada
responden untuk mendapatkan data. dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh
melalui pemberian kuesioner atau angket kepada guru-guru di MTs. Tarbiyatul Falah.
Jenis kuesioner yang digunakan tertutup dengan menggunakan skala likert dalam
pembuatan pernyataan dan berjumlah 4 butir jawaban (sangat setuju, setuju, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju)
g. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari suatu penelitian adalahh untuk menperoleh suatu data agar dapat
membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Teknik pengumpulan data juga dapat
mempengaruhi kualitas dari hasil penelitian, jika teknik pengumpulan data tidak
dilakukan dengan tepat maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang telah ditetapkan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Kuesioner ini berisikan pertanyaan yang berkenaan tentang manajemen inovasi dan
kreativitas guru untuk memperoleh data. butir-butir pernyataan akan disebar kepada
responden yaitu guru di MTs. Tarbiyatul Falah yang berjumlah 24 orang. Tujuan peneliti
menggunakan kuesioner adalah untuk memperoleh data yang lebih relevan dan
mengumpulkan data/informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi.
h. Instrument penelitian
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel kreativitas guru
dan variebal manajemen inovasi dalam penelitian ini dengan menggunakan angket atau
kuesioner.
Untuk variabel kreativitas guru, instrumen ini berkaitan dengan perilaku atau sikap
kreativitas guru di MTs. Tarbiyatul Falah Kecamatan Ciampea Kabupaten bogor yang
meliputi: orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, elaborasi, dan imajinatif.
Instrument ini menggunakan model likert dengan alternative jawaban berjumlah 4
pilihan, adapun cara pengisiannya cukup dengan memerikan tanda ceklis (√) pada kolom
yang tersedia dengaan keterangan sebagai berikut:

Positif Negative

S = Sering 4 point S = Sering 1 point

KD = Kadang- 3 point KD = Kadang- 2 point


kadang kadang

P = Pernah 2 point P = Pernah 3 point

TP = Tidak Pernah 1 point TP = Tidak Pernah 4 point


Table instrument variabel Kreativitas Guru.

No Dimensi Indikator Pernyataan Jumlah


Positif Negative
1 Berpikir Orisinalitas, 1, 2, 3, 4 4
Kreatif kemampuan guru
dalam membuat
sesuatu yang baru
dan unik
Fleksibilitas, 5, 6, 7, 8, 11 7
kemampuan guru 9, 10
dalam melakukan
pendekatan sesuai
dengan tingkat
kemampuan siswa.
Melihat masalah dari
sudut pandang yang
berbeda-beda
Kelancaran, 12, 13, 14, 6
kemampuan guru 15, 16, 17
menghasilkan
gagasan, pertanyaan
dan jawaban yang
lebih bervariasi.
Elaborasi, 18, 19, 20 12
kemampuan guru
untuk mengemas
pembelajaran
sehingga lebih
menarik
2. Sikap Imajinatif, 21, 22, 23, 6
Kreatif kemampuan guru 24, 25, 26
mengaitkan materi
dengan kehidupan
sehari-hari atau
menciptakan contoh-
contoh soal maupun
materi
Jumlah keseluruhan butir pernyataan 26 butir

Variabel Manajemen Inovasi, instrument ini berkaitan dengan manajemen inovasi


di MTs. Tarbiyatul Falah yang indicatornya meliputi: Technical resources, capabilities,
budaya organisasi, iklim kerja, adaptasi dengan perubahan, dan gaya kepemimpinan.
Instrument ini menggunakan model likert dengan alternative jawaban berjumlah 4
pilihan, adapun cara pengisiannya cukup dengan memerikan tanda ceklis (√) pada kolom
yang tersedia dengaan keterangan sebagai berikut:

Positif Negative

SS = Sangat Setuju 4 point SS = Sangat Setuju 1 point

S = Setuju 3 point S = Setuju 2 point

TS = Tidak Setuju 2 point TS = Tidak Setuju 3 point

STS = Sangat Tidak 1 point STS = sangat Tidak 4 point


Setuju Setuju

Table instrument manajemen inovasi.

N Indikator Definisi Operasional Pernyataan jumlah


o Positif Negartive
1 Technical Terdiri atas manusia, 1, 2, 3, 4 5, 6 6
resources peralatan, pengetahuan
dan finansial
2 Capabilities Kemampuan atau 7, 8, 9, 10 4
kapabilitas kepala
sekolah untuk
memberdayakan SDM
untuk mencapai tujuan.
Kemampuan sekolah
untuk menyesuaikan
diri dengan kondisi
linngkungan
3 Budaya Kerangka kerja yang 11, 12, 13, 14 5
organisasi menjadi pedoman 15
tingkah laku sehahri-
hari, membuat
keputusan untuk para
guru, dan mengarahkan
tindakan para guru
untuk mencapai tujuan
organisasi
4 Iklim kerja Suasana psikologi 16, 17, 18, 19, 22 7
(kenyamanan, rasa 20, 21
tenang, bahagia,
tekanan, dan cemas)
yang dapat
mempengaruhi
perilaku anggota
organisasi. Terbentuk
dari hasil tindakan
organisasi dan
interaksi diantara
anggota sekolah
5 Adaptasi Penyesuian dari 23, 24, 25, 27, 30 8
dengan individu dan kelompok 26, 28, 29
perubahan terhadap norma-norma,
proses perubahan,
perubahan zaman,
maupun kondisi yang
sengaja diciptakan
6 Gaya Pola perilaku dan 32, 34 31, 33 4
kepemimpina strategi yang sering
n diterapkan oleh
seorang pemimpin
Jumlah keseluruhan butir pernyataan 34 butir

i. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur valid atau tidak validnya suatu kuesioner.
Pengujian ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor pada butir-butir item dengan skor
totalnya kemudian diolah dengan bantuan SPSS dengan taraf signifikansi 0,05. Caranya
dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table.
1. Jika r hitung > r table = Valid atau signifikan < 0,05 maka butir item tersebut valid
2. Jika r hitung < r table = tidak valid atau signifikan > 0,05 berartu butir item tersebut
tidak valid
Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian (X)

Indicator R hitung R tabel keterangan


Orisinal
ORS 2 0,511 0,497 Valid
ORS 3 0,672 0,497 Valid
ORS 4 0,781 0,497 Valid
Fleksibel
FLS 5 0,602 0,497 Valid
FLS 8 0,602 0,497 Valid
Kelancaran
KLC 12 0,700 0,497 Valid
KLC 15 0,691 0,497 Valid
KLC 16 0,702 0,497 Valid
KLC 17 0,560 0,497 Valid
Elaborasi
ELB 18 0,858 0,497 Valid
ELB 19 0,717 0,497 Valid
ELB 20 0,798 0,497 Valid
Imajinatif
IMJ 23 0,846 0,497 Valid
IMJ 24 0,603 0,497 Valid
IMJ 25 0,535 0,497 Valid

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian (Y)

Indicator R hitung R tabel Keterangan


Technical resources
TR 4 0,746 0,497 Valid
capabilities
KPB 7 0,518 0,497 Valid
KPB 8 0,626 0,497 Valid
KPB 9 0,638 0,497 Valid
KPB 10 0,542 0,497 Valid
Budaya Organisasi
BO 11 0,609 0,497 Valid
BO 12 0,568 0,497 Valid
BO 13 0,533 0,497 Valid
BO 14 0,808 0,497 Valid
Iklim Kerja
IK 17 0,869 0,497 Valid
IK 18 0,878 0,497 Valid
IK 20 0,537 0,497 Valid
IK 21 0,718 0,497 Valid
Adaptasi Dengan Perubahan
ADP 25 0,754 0,497 Valid
ADP 29 0,754 0,497 Valid
ADP 30 0,51 0,497 Valid
Gaya Kepemimpinan

GK 34 0,606 0,497 Valid

j. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi kuesioner yang merupakan
indicator dari variabel. Suatu indicator dapat dinyatakan reliable apabila jawaban
responden terhadap pertanyaaan/pernyataan tersebut stabil dari waktu ke waktu.
Pengambilan keputusan reliable untuk suatu variabel jika nilai Cronback’s alpha > 0,6.
(Sujarweni, 2016).
Table hasil Uji Reliabilitas Penelitian (X)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.867 26

Berdasarkan table reliability statistics diatas, cronbach’s alpha diatas adalah 0,867 > 0,6
berarti variabel kreativitas guru (X) adalah reliable dengan jumlah item pertanyaan 12
yang valid dari 26 item pertanyaan.

Tabel hasil uji reliabilitas penelitian (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.786 34
Berdasarkan table reliability statistics diatas, cronbach’s alpha diatas adalah 0,786 > 0,6
berarti variabel Manajemen inovasi (Y) adalah reliable dengan jumlah item pertanyaan 17
yang valid dari 34 item pertanyaan.

k. Teknik Analisis Data


LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN KREATIVITAS GURU

A. IDENTITAS PRIBADI
Nama :
Usia : tahun
Gender : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Lama Bekerja : a. 1 bulan -1 tahun b. 2-3 tahun
c. 4-5 tahun d. 6 tahun keatas

B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah setiap butir pernyataan/pertanyaan dan alternative jawaban dengan baik
2. Isilah semua butir pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewatkan
3. Pilihlah alternative yang sesuai dengan pendapat dan keadaan anda yang sebenarnya
4. Beri tanda (√) pada alternative jawaban yang dipilih
5. Alternative jawaban adalah:
S : Sering
KD : Kadang-kadang
P : Pernah
TP : Tidak Pernah

No pernyataan Jawaban
S KD P TP
Orisinalitas
1. Anda memulai pembelajaran dengan melakukan tebak
kata untuk menjelaskan materi yang akan dipelajari
dengan menarik secara acak dua murid ke depan kelas
2. anda menggunakan metode STEAM (science,
technology, engineering, art, and math) dalam
pembelajaran dengan memfokuskan pada pemecahan
masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk
meransang kemampuan bernalar siswa
3. Anda membuat siswa penasaran dengan materi yang
akan diajarkan dengan membuata judul pembelajaran
yang unik, missal ketika akan mempelajari bagian-bagian
dalam mata, anda memberikan judul “ada apa
dimatamu”
Fleksibilitas
4. Anda mampu mengubah cara pendekatan pada peserta
didik
5. Anda mencari berbagai macam penyelesaian masalah
dari arah yang berbeda-beda
kelancaran
6. Anda memanfaatkan media belajar yang lain
(alterantive) yang tersedia jika media belajar yang
sebenarnya belum dapat digunakan
7. Anda mencampurkan proses pembelajaran di dalam
kelas dengan proses pembelajaran di luar kelas atau
dilingkungan sekitar
8. Anda memberikan video pembahasan kepada siswa
ketika anda absen di kelas
9. Anda memotivasi siswa untuk mentransformasikan
materia yang telah dia dapat kedalam cara belajar atau
gaya belajarnya sendiri
Elaborasi
10. Anda membuat diri anda menarik menggunakan metode
peran dengan memperankan seseoarang atau hal dalam
materi yang diajarkan
11. Anda menggunakan media atau alat yang berbeda-beda
dalam mengejelaskan materi setiap harinya
12 Anda mengajar dengan pendekatan active learning
dengan mengkolaboraskan berbagai mata pembelajaran
dalam satu materi
Imajinatif
13. Anda membawa contoh nyata ketika mengajar, misalnya
saat menjelaskan bentuk tabung anda membawa bentuk
tabung yang sebenarnya
14. Anda mempersilahkan siswa berimajinasi dalam
mengambarkan atau memberikan contoh dalam materi
yang diajarkan tanpa melihat contoh di buku
15. Anda memerintahkan siswa mengunggah hasil karya
prakteknya dalam bentuk laporan, video, tulisan, dan
foto di internet
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN INOVASI PERSPEKTIF GURU

A. IDENTITAS PRIBADI
Nama :
Usia : tahun
Gender : 1. Pria 2. Perempuan
Lama Bekerja : a. 1 bulan -1 tahun b. 2-3 tahun
c. 4-5 tahun d. 6 tahun keatas

B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah setiap butir pernyataan/pertanyaan dan alternative jawaban dengan baik
2. Isilah semua butir pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewatkan
3. Pilihlah alternative yang sesuai dengan pendapat dan keadaan anda yang sebenarnya
4. Beri tanda (√) pada alternative jawaban yang dipilih
5. Alternative jawaban adalah:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pertanyaan Jawaban
SS S TS STS
Technical resources
1. Kepala sekolah menyediakan dana untuk pemenuhan
sarana dan prasarana
Kapabilitas
2. Kepala sekolah memberdayakan sumber daya manusia
dengan tepat
3. Kepala sekolah memberikan program kepada para guru
untuk meningkatkan kompetensi professional
4. Kepala sekolah mendukung peningkatan professional guru
dengan mengadakan pelatihan
5. Kepala sekolah selalu memantau pencapaian guru dalam
bekerja
Budaya organisasi
6. Kepala sekolah menerapkan budaya organisasi kreatif
untuk menuntut guru untuk berinovasi dan berinisiatif
dalam bekerja.
7. Kepala sekolah membangun rasa kekeluargaan dengan
stakeholder
8. Kepala sekolah memberikan pesan yang konsisten kepada
para guru mengenai hal yang dipandang berharga dan
penting
9. Terdapat kerengganggan antara perilaku kepala sekolah
dan para guru dengan penetapan nilai atau aturan yang
telah disepakati.
Iklim kerja
10. Kepala sekolah mendahulukan kepentingan bersama dan
kepentingan sekolah dari pada kepentingan pribadi
11. Guru mendapatkan perlakuan yang adil dari kepala sekolah
tanpa membeda-bedakan guru yang baru dengan guru yang
lama
12. Kepala sekolah dan guru saling menghargai satu sama lain
13. Kepala sekolah dan guru bekerja sama dalam membangun
suasana kerja yang tenang dan nyaman
Adaptif Terhadap Perubahan
14. Kepala sekolah selalu memiliki strategi perencanaan
pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman
15. Kepala sekolah memberikan kepercayaan sepenuhnya
kepada guru dalam keefektifan pembelajaran melalui
daring
16. Kepala sekolah jarang memberikan umpan balik atau
masukan dan penguatan terhadap para guru
Gaya Kepemimpinan
17. Kepala sekolah terbuka dalam menerima saran ketika
menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan para guru
DAFTAR PUSTAKA

Andhika, M. R. (2020). Kreativitas Guru Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Di Min 8
Aceh Barat. Jurnal Eduscience, 7(1), 28–33. https://doi.org/10.36987/jes.v7i1.1771
Fitriyani, Y., Supriatna, N., & Sari, M. Z. (2021). Pengembangan Kreativitas Guru dalam
Pembelajaran Kreatif pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan:
Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan
Pembelajaran, 7(1), 97. https://doi.org/10.33394/jk.v7i1.3462
Gunawan Wibowo, T. (2016). Menjadi Guru Kreatif (Pertama). Media Maxima.
kemendikbud. (2019). https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-
2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas
Lailatussaadah. (2015). Upaya peningkatan kinerja guru. Intelektualita, 3, 15–25.
Makasihu, D. D., Luneto, B., & Otaya, L. G. (2021). Inovasi-Inovasi Terhadap Pendidikan
Agama Islam. Al-Bahtsu, 6(1), 10–15.
Monawati., M., & Fauzi., F. (2018). Hubungan Kreativitas Mengajar Guru Dengan Prestasi
Belajar Siswa. Jurnal Pesona Dasar, 6(2), 33–43. https://doi.org/10.24815/pear.v6i2.12195
Nadia, D. (2019). Kreativitas Guru Kelas Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Di
SD Negeri 92 Desa Bandu Agung Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur.
Rahayu Lestari, E. (2019). Manajemen Inovasi: Upaya Meraih Keunggulan Kompetitif (1st ed.).
UB Press.
Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. Antasari Press.
http://idr.uin-antasari.ac.id/10670/1/PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN.pdf
Sari, A. I., & Suprianti, E. (2020). Implementasi Manajemen Inovasi Dan Kreatifitas Guru
Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Untuk Mewujudkan Generasi Yang ….
Prosiding Seminar …, 140–149.
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/3796
Septiya, D. N. (2018). Hubungan Manajemen Inovasi dengan kreativitas pegawai di Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. http://digilib.uinsby.ac.id/25942/
Shadiq, B. (2011). Rahasia Mengajar Dengan Kreatif, Inspiratif, Dan Cerdas. Logka Galileo.
Sofanudin, A. (2016). Manajemen Inovasi Pendidikan Berorientasi Mutu Pada MI Wahid
Hasyim Yogyakarta. Cendekia: Journal of Education and Society, 14(2), 301.
https://doi.org/10.21154/cendekia.v14i2.820
Sujarweni, V. W. (2016). Kupas Tuntas, Penelitian Akuntansi dengan SPSS. Pustaka Baru Press.
Supriadi, D. (2017). Implementasi Manajemen Inovasi dan Kreatifitas Guru dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Indonesian Journal of Education Management and
Administration Review, 1(2), 125–132.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/ijemar/article/view/944/840
Supriatna, Nana; Maulidah, N. (2020). Pedagogi Kreatif Menumbuhkan Kreativitas dalam
Pembelajaran Sejarah dan IPS.
Sutirna. (2018). Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran (1st ed.). Deepublish.
Usman, H., & Akbar, P. S. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara.
Yusuf, S., & Nurihsan, A. juntika. (2010). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Remaja
Rosdakarya. http://library.iainmataram.ac.id//index.php?p=show_detail&id=7720%0A
Yusup, M. M. (2018). Lingkungan , Budaya , Dan Perilaku ( Studi di SMAN Titian Teras
Abdurrahman Sayoeti Jambi ). Nur El-Islam, 5.

Anda mungkin juga menyukai