Anda di halaman 1dari 26

NAMA : YAYAN HIDAYAT

NIM : 2019006012

UTS : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1). Bagi seorang guru, memahami psikologi pendidikan adalah suatu keharusan


karena berkaitan langsung dengan proses perkembangan jiwa peserta didiknya.
Salah satau indikator seseorang guru dikatakan profesional jika ia dapat
memahami kondisi siswanya baik secara pisik terlebih secara mental

2). a.Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum


pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku
dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang
mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian
terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan
tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian,
kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan
keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat
kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-
karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada
setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya,
baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang
dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya
menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan
berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian
psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
(1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
(2) pengalaman belajar siswa;
(3) hasil belajar (learning outcomes), dan
(4) standarisasi kemampuan siswa
b. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari
sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran,
seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt,
teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan
dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah
prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng
Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2.Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3.Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan
berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil
sambilan.
6.Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual
namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
8.Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar
dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
9.Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering
mengejar t.ujuan-tujuan lain.
10Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
11.Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
12.Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan
guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian
psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama
setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat
kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah
tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi
seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes
(DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi
kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Jadi, secara umum dapat kita ketahui bahwa bakat itu hampir sama
dengan intelegensi namun bakat merupakan kecerdasan khusus pada aspek
dan bidang-bidang tertentu sedangkan intelengsi merupakan kecerdasan khusus
yang tentu dimiliki oleh semua orang dengan tingkat yang berbeda beda.
4). Spearman berpendapat bahwa faktor “g” itu tergantung kepada dasar,
sedangkan faktor s dipengaruhi oleh pengalaman (lingkungan). Kedua factor ini,
baik factor “g” maupun factor “s” bekerja bersama-sama sebagai suatu kesatuan.
Semua factor yang spesifik akan bersama-sama membentuk single common
factor “g” factor.

5). Thurstone (1921), inteligensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri,


membayangkan beragam respon, dan kesadaran untuk memodifikasi
penyesuaian diri.

6). Seseorang dikatakan belajar ketika di dalam dirinya terdapat keinginan atau


tujuan untuk bisa melakukan suatu hal, sehingga mengakibatkan perbuatan
dirinya menjdi sebuah kegiatan yang dinamakan belajar.

7). a.William Jame]


William James mengemukakan bahwa aliran atau paham yang dianut
menitikberatkan pada kebenaran yang membuktikan dirinya sebagai yang benar
dengan memperhatikan kegunaannya secara praktis. Penilaian dan
pertimbangan individu tergantung kepada akibatnya, kepada kerjanya, dan
kepada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan tersebut.
Pertimbangan yang telah dibuat dianggap benar jika bermanfaat bagi pelakunya,
jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup lainnya.
Aliran filsafat yang dicetuskan oleh William James ini disebut sebagai aliran
filsafat pragmatisme.[8] William James merumuskan pragmatisme sebagai sikap
memalingkan diri dari segala sesuatu, prinsip-prinsip, kategori-kategori,
keniscayaan-keniscayaan awal yang tidak penting, untuk kemudian beralih pada
segala sesuatu, hasil-hasil, konsekuensi-konsekuensi, serta fakta-fakta baru
yang lebih penting. Pragmatisme bersifat kritis terhadap semua sistem-sistem
filsafat lama yang dianggap telah membuat kesalahan seperti mencari sesuatu
yang puncak, mutlak, dan esensi-esensi abadi. Para penganut pragmatisme
menekankan pada pentingnya sains empiris, dunia yang berubah dan masalah-
masalahnya, serta alam sebagai seluruh realitas inklusif diluar keyakinan ilmiah
tidak dianggap penting.[9] William James menjelaskan secara eksplisit bahwa
kepentingan dan tujuan individu adalah salah satu elemen penting dalam filsafat
pragmatisnya. James memahami prinsip objektivitas (realitas), kebenaran, dan
realitas merupakan gagasan transendental yang sudah harus disingkirkan
karena sudah tidak sesuai dengan syarat-syarat yang absolut, universal, abadi
dan sama sekali tidak mengikuti dinamika kehidupan manusia itu sendiri. [10]
b.John Dewey
John Dewey, menjelaskan bahwa pendidikan berarti perkembangan,
perkembangan yang dimaksud adalah sejak lahir hingga menjelang kematian.
Pendidikan juga berarti sebagai bentuk kehidupan manusia. Bagi Dewey, proses
pendidikan itu tidak mempunyai tujuan diluar dirinya, tetapi terdapat dalam
pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu, reorganisasi,
rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman hidup manusia. Pendidikan juga
dapat dianggap sebagai organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali
pengalaman hidup, dan juga perubahan pengalaman hidup sendiri. [11] Teori John
Dewey tentang pendidikan tidak dapat lepas dari minatnya terhadap bidang
filsafat. Filsafat menurut Dewey merupakan sebuah aliran untuk memecahkan
masalah kehidupan, sedangkan pendidikan berisi metode pelatihan manusia
untuk menyelesaikan masalah kehidupan. Filsafat dan pendidikan tidak dapat
dipisahkan serta merupakan dasar dari teori-teori pendidikan yang ada sekarang.
[12]
 Teori yang dibuat oleh Dewey untuk dunia pendidikan sering disebut dengan
progresivisme. Menurut John Dewey, progresivisme merupakan sebuah aliran
filsafat yang berorientasi ke masa yang akan datang yang memposisikan
manusia (peserta didik) sebagai salah satu subjek pendidikan yang memiliki
bekal dan potensi dalam pengembangan dirinya dan memiliki kemampuan untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi selama hidupnya. John Dewey
juga memandang bahwa sekolah sebagai lingkungan masyarakat yang kecil,
dimana hal itu menjadi cerminan daripada sekolah tersebut. Sekolah dianggap
menjadi salah satu bentuk kehati-hatian dalam pengelolaan terhadap
masyarakat.[13]
c.Edward Lee Thorndike
Edward Lee Thorndike. Landasan teori Thorndike awal mula diletakkan
dalam eksperimen yang dilakukannya pada binatang. Penelitiannya dirancang
untuk menentukan apakah binatang tersebut dapat memecahkan masalah
dengan jalan berfikir ataukah melalui suatu proses yang lebih mendasar sifatnya.
Menurut Thorndike, diperlukan penelitian karena tidak cukup tersedia data
objektif untuk menguji bagaimana proses belajar manusia. [14] Teori yang
dikemukakan oleh Thorndike disebut dengan teori koneksionisme. Menurut
Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus
yang dimaksud adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Respon yang dimaksud adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika
belajar yang dapat berupa pikiran, perasaan, dan gerakan atau tindakan.
Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkret yaitu
yang dapat diamati, sedangkan yang dikatakan tidak konkret yaitu yang tidak
dapat diamati secara langsung.[15] Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya
asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum seperti hukum
kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat. [16]

8). BAB II
TEORI TENTANG MEDIA POWER POINT DAN
MOTIVASI BELAJAR

A. Media Power Point


1. Pengertian Media Power Point
Microsoft Office Power Point adalah sebuah program komputer
untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft, disamping Microsoft
word dan excel yang telah dikenal banyak orang (Rusman dkk, 2013: 300).
Program power point merupakan salah satu software yang dirancang
khusus untuk mampu menampilkan program multimedia menarik, mudah
dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena
tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data
(Rusman dkk, 2013: 301).
Microsoft Office Power Point menyediakan fasilitas slide untuk
menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan pada
peserta didik. Dengan fasilitas animasi, suatu slide dapat dimodifikasi
dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas : front picture,
sound, dan effect dapat dipakai untuk membuat suatu slide yang bagus.
Sehingga, mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa.
Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual,
auditif, maupun kinestetik (Rusman dkk, 2013: 297).
Hujair AH. Sanaky (2009: 127-128) mengemukakan bahwa media
power point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu
program aplikasi dibawah Microsoft Office program komputer dan
tampilan ke layar menggunakan bantuan LCD proyektor.
Menurut Mardi dkk (2007: 69) Microsoft Power Point adalah salah
satu program aplikasi dari Microsoft yang dapat digunakan untuk
melakukan presentasi, baik untuk melakukan sebuah rapat maupun
perencanaan kegiatan lain termasuk digunakan sebagai media
pembelajaran di sekolah.
Menurut Rusman dkk (2013: 295) Microsoft Power Point
merupakan program aplikasi presentasi yang populer dan paling banyak
digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi, baik
pembelajaran, presentasi produk, meeting, seminar, lokakarya dan
sebagainya.
Menurut Sukiman (2011: 213) Microsoft Power Point merupakan
salah satu produk unggulan Microsoft Corporation dalam program
aplikasi presentasi yang paling banyak digunakan saat ini. Hal ini
dikarenakan banyak kelebihan di dalamnya dengan kemudahan yang
disediakan. Pemanfaatan media presentasi ini dapat digunakan oleh
pendidik untuk mempresentasikan materi pembelajaran ataupun tugas-
tugas yang akan diberikan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa power
point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu
program aplikasi dibawah Microsoft Office, yang mudah dan sering
digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah.
2. Sejarah Microsoft Power Point
Microsoft Power Point adalah sebuah program komputer untuk
presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Microsoft Office, meliputi
Microsoft Office Power Point, Microsoft Word, Excel, Access dan
beberapa program lainnya (Rusman dkk, 2013: 300).

Microsoft Power Point berjalan di atas komputer PC berbasis


sistem operasi Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh yang
menggunakan program operasi Apple Mac OS, meskipun pada awalnya
aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix. Aplikasi ini sangat
banyak digunakan, apalagi dikalangan perkantoran, para guru, siswa, dan
masyarakat umum (Rusman dkk, 2013: 301).

Aplikasi Microsoft Power Point ini pertama kali dikembangkan


oleh Bob Gaskins dan Dennis Austin sebagai presenter untuk perusahaan
bernama Forethought, Inc yang kemudian mereka mengubahnya menjadi
Power Point (Hendri Raharjo, 2017: 1).
Microsoft Power Point dimulai pada versi Microsoft Office System
2003, Microsoft mengganti nama dari sebelumnya Microsoft Power Point
menjadi Microsoft Office Power Point. Versi terbaru dari Power Point
adalah Microsoft Power Point 2013. Versi ini dirilis pada bulan Januari
2013, yang merupakan sebuah lompatan yang cukup jauh dari segi
antarmuka pengguna dan kemampuan grafik yang ditingkatkan. Selain
itu, dibandingkan format data sebelumnya yang merupakan data biner
dengan ekstensi *.ppt, versi ini menawarkan format data XML dengan
ekstensi

*.pptx (Hendri Raharjo, 2017: 2).


3. Kelebihan dan Kekurangan Media Power Point
Hujair AH. Sanaky (2009: 135-136) mengemukakan bahwa
aplikasi power point mempunyai keunggulan, diantaranya adalah :
a. Praktis, dapat digunakan untuk semua ukuran kelas.
b. Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respon dari
penerima pesan.
c. Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat.
d. Memiliki variasi teknik penyajian dengan berbagai kombinasi
warna atau animasi.
e. Dapat digunakan berulang-ulang.
f. Dapat dihentikan pada setiap sekuens belajar karena kontrol
sepenuhnya pada komunikator.
Menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 136) mengatakan bahwa selain
mempunyai kelebihan, power point juga memiliki kelemahan, diantaranya
adalah :
a. Pengadaan alat mahal dan tidak semua sekolah memiliki.
b. Memerlukan perangkat keras (komputer) dan LCD untuk
memproyeksikan pesan.
c. Memerlukan persiapan yang matang.
d. Diperlukan keterampilan khusus dan kerja yang sistematis untuk
menggunakannya.
e. Menuntut keterampilan khusus untuk menuangkan pesan atau ide
yang baik pada desain program komputer power point sehingga
mudah dicerna oleh penerima pesan.
f. Bagi pemberi pesan yang tidak memiliki keterampilan
menggunakan, memerlukan operator atau pembantu khusus.
4. Langkah-Langkah Penggunaan Media Power Point
Adapun hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan untuk membuat
media presentasi dengan Microsoft Power Point yang efektif menurut
Hamdan Husein (2012: 2) sebagai berikut.
a. Persiapan
1) Tentukan topik materi yang akan dipresentasikan.
2) Persempit topik materi menjadi beberapa pemikiran utama.
3) Buatlah kerangka utama materi yang akan dipresentasikan.
b. Langkah-langkah membuat media pembelajaran dengan Microsoft
Power Point.
1) Bukalah program Microsoft Power Point di komputer.
2) Mulailah dengan New file.
3) Pilih slide design yang diinginkan.
4) Inputlah judul utama materi presentasi yang akan disampaikan
pada slide pertama.
5) Inputlah sub judul materi di slide kedua (bila dipandang perlu
cantumkan kembali judul utamanya
6) Selanjutnya, inputlah point-point pokok materi setiap sub
secara berurut pada slide-slide berikutnya.
7) Anda dapat membuat atau memanfaatkan gambar sederhana
dengan menggunakan fasilitas shapes dan clip art yang telah
tersedia pada menu insert.
8) Melalui menu insert, anda dapat pula mengimput berbagai
macam ilustrasi (chart, picture, sound, movie). Untuk dapat
menginput picture, sound, movie anda harus lebih dahulu
menyiapkan file-nya di dalam komputer yang digunakan.
9) Tampilan template/background hendaknya sederhana, kontras
dengan objek (teks, gambar, dll), dan konsisten.
10) Jenis huruf (font) yang digunakan hendaknya tidak berkaki
(san serif) seperti Arial, Tahoma, Calibri, dan semacamnya.
Hindari menggunakan huruf berkaki (serif) seperti Times New
Roman, Century, Courier, atau jenis huruf rumit seperti Forte,
Algerian, Freestyle Script, dan semacamnya. Jenis huruf
hendaknya konsisten.
11) Hindari menggunakan huruf terlalu kecil. Besar huruf yang
disarankan minimal 18 pt (misalnya: 32 pt untuk judul, 28 pt
untuk sub judul, 22 pt sub sub judul, dst).
12) Bila menggunakan Bullet hendaknya tidak lebih dari 6 bh
dalam satu slide.
13) Warna yang digunakan hendaknya serasi dengan tetap
memperhatikan asas kontras. Berikan penonjolan warna pada
bagian yang dipentingkan. Hindari menggunakan lebih dari
tiga macam warna.
14) Gunakan Visualisasi (gambar, animasi, audio, grafik, video,
dll) untuk memperjelaskan fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur. Visualisasi lebih dari sekedar kata-kata (Kalau bisa
divisualisasikan kenapa harus dengan kata-kata). Namun,
penggunaan visualisasi yang berlebihan akan menjadi
distraktor.
15) Hindari menggunakan lebih dari 25 kata dalam satu slide.
b. Teknik Presentasi
1) Buat suasana yang santai dan rileks untuk pendengarmu,
misalnya dengan guyonan yang relevan, atau ambil perhatian
mereka dengan bahasa tubuh atau peristiwa yang dramatik.
2) Gunakan kata ganti "personal" (misalnya kita) dalam
memberikan presentasi.
3) Lakukan kontak mata dengan pendengar.
4) Presentasikan topik kamu dengan menggunakan suara yang
ramah/akrab, tapi beri variasi sebagai penekanan pada
beberapa kata.
5) Gunakan kata/kalimat transisi yang memberitahukan
pendengar bahwa kamu akan menuju ke pemikiran yang lain.
6) Berilah pertanyaan-pertanyaan kepada pendengar untuk
melibatkan mereka.
7) Ambil kesimpulan sesuai dengan pemikiran/argumentasi yang
sudah dipresentasikan.
8) Sisakan waktu untuk pertanyaan, dan mintalah masukkan pada:
isi presentasi (ide-ide berhubungan yang mungkin belum
disentuh).

B. MOTIVASI BELAJAR
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian
masing-masing. Dua kata tersebut adalah motivasi dan belajar. Dalam
pembahasan ini dua kata yang berbeda tersebut saling berhubungan
membentuk satu arti. Motivasi belajar merupakan dorongan individu agar
belajar dengan baik. Motivasi belajar sangat penting untuk mencapai
kesuksesan belajar. Lingkungan sekolah sangat perlu untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik di sekolah melalui program-program yang
ditawarkan oleh sekolah (Muh. Fathurrohman & Sulistyorini , 2012 : 140).
Motivasi berasal dari kata “motif”. Menurut M. Ngalim Purwanto
(2004 : 60) ialah “segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu”. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Motivasi menurut Moh. Uzber Usman dalam Muh. Fathurrohman
& Sulistyorini (2012 : 140) adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan
serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau
melakukan serangkaian kegiatan belajar.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2016: 73-74) motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 148) mengemukakan
bahwa Motivasi adalah sutau perubahan energi dari dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
Menurut Dimyanti & Mudjiono (2006: 80) “Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar”.
Menurut Kompri (2015: 4) motivasi merupakan suatu dorongan
dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu
sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Motivasi disini merupakan suatu
alat kejiwaan untuk bertindak sebagai daya gerak atau daya dorong untuk
melakukan pekerjaan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas maka dapat
penulis simpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam
individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai
dengan tujuan yang direncanakan. Banyak para ahli yang sudah
mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang
mereka masing-masing namun intinya sama yakni sebagai pendorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata
untuk mencapai tujuan tetentu.
Sedangkan belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku
yang terjadi pada seserorang. Berikut ini akan dijelaskan definisi belajar
yang dikemukakan oleh para ahli .
a. Slameto (2010: 3), berpendapat bahwa : “Belajar ialah suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Menurut Evelin Siregar dkk (2015: 4) belajar adalah proses
perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi
antara individu dengan individu, individu dengan lingkungan
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
c. Muhibbin Syah (2015: 92), mengemukakan bahwa “Belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
d. Muh. Fathurrohman & Sulistyorini (2012: 143) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut tidak hanya segi
kognitif, tetapi juga afektif bahkan psikomotorik
e. Menurut Abdillah dalam Kompri (2015: 218) belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah
laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas maka dapat
penulis simpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperluas pengetahuan, sikap, kemampuan dan
keterampilan yang diinginkannya. Dengan demikian, pola kegiatan belajar
yang dilakukan siswa merupakan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap pada diri seorang yang belajar yang dilalui melalui latihan dan
pengalaman.
Adapun yang dimaksud motivasi belajar adalah penggerak yang
ada dalam diri individu (siswa) yang menimbulkan kegiatan belajar dan
memberi arah kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki oleh siswa yang bersangkutan sebagai subyek belajar (Muh.
Fathurrohman & Sulistyorini, 2012 : 143).
Menurut Sardiman A.M. (2016: 75), dalam kegiatan belajar
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai”.
Menurut Hamzah B. Uno (2008: 26) motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada pelajar yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Sedangkan motivasi belajar menurut Amir Daien dalam Muh.
Fathurrohman & Sulistyorini (2012: 143) adalah “kekuatan-kekuatan atau
tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar
murid”. Tanpa motivasi siswa tidak akan tertarik dan serius dalam
melakukan kegiatan belajar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah segala sesuatu yang mendorong siswa tidak hanya akan belajar
dengan giat tetapi juga menikmatinya. Motivasi adalah syarat mutlak
untuk belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi akan mempengaruhi kegiatan individu untuk mencapai
segala sesuatu yang diinginkan dalam segala tindakan. Menurut Dimyati
dan Mudjino (2006: 151), menyatakan bahwa dalam belajar motivasi
memiliki beberapa fungsi, yaitu :
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar
c. Mengarahkan kegiatan belajar
d. Membesarkan semangat belajar
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja
Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar
Mengajar (2013: 161) mengemukakan bahwa fungsi motivasi itu meliputi
berikut ini :
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa
motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan
perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin
bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan.
Hal tersebut dipertegas oleh Sardiman A.M. dalam bukunya
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (2016: 85) yang menyebutkan
bahwa motivasi memiliki tiga fungsi, yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau


motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Menurut Winansih dalam Kompri (2015: 237) ada tiga fungsi
motivasi dalam belajar diantaranya:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus kerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisih perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Menurut Mardianto dalam Kompri (2015: 237 ) Motivasi berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Demikian pula
apabila seorang anak mengetahui bahwa rangkaian dari niat belajar yang
baik, dilakukan dengan baik pula maka ia akan mencapai prestasi yang
gemilang. Motivasi memberi alternatif yang tepat bahwa prestasi adalah
motivasi belajar bagi anak. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan
sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
3. Macam-Macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Akan tetapi khusus untuk motivasi belajar, para
ahli membedakan motivasi belajar ke dalam dua macam, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Sardiman (2016: 89-91) motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sumadi Suryabata dalam Kompri (2015: 6)
motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada
dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca tidak usah ada
yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk
dibacanya, orang yang rajin dan bertanggungjawab tidak usah
menanti komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.
Menurut Dalyono dalam Muh. Fathurrohman & Sulistyorini,
2012: 144) motivasi intrinsik adalah suatu kegiatan/aktivitas yang
dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Dorongan ini datang dari “hati sanubari”, umumnya karena kesadaran
akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat
apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari.
Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi
belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak
didik tidak akan termotivasi untuk belajar semata-mata untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan
karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi,
atau hadiah dan lain sebagainya (Syaiful Bahri Djamarah, 2011 : 150).
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya,
maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar,
motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri.
Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali
melakukan aktivias belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata
pelajaran yang dipelajari sekarang dibutuhkan dan sangat berguna kini
dan masa yang akan datang (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 150).
Adapun hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik
menurut Indrakusuma dalam Muh. Fathurrohman & Sulistyorini (2012
: 149) antara lain adalah :
1) Adanya kebutuhan, karena dengan adanya kebutuhan dalam
diri individu akan membuat individu yang bersangkutan untuk
berbuat dan berusaha.
2) Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri, dengan
mengetahui hasil prestasinya sendiri, apakah ada kemajuan atau
tidak, maka akan mendorong individu yang bersangkutan untuk
belajar lebih giat dan tekun lagi.
3) Adanya aspirasi atau cita-cita, dengan adanya cita-cita, maka
akan mendorong seseorang untuk belajar terus demi mewujudkan
cita-citanya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 151) motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
dari luar.
Muh. Fathurrohman & Sulistyorini (2012 : 149) mengemukakan
bahwa motivasi ektrinsik sebagai motivasi yang dihasilkan diluar
perbuatan itu sendiri misalnya dorongan yang datang dari orang tua,
guru, teman-teman dan anggota masyarakat yang berupa hadiah,
pujian, penghargaan maupun hukuman.
Menurut Sumadi Suryabata dalam Kompri (2015: 6) motivasi
ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya
perangasangan dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu
bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena
diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum ia dapat
melamar pekerjaan dan lain sebagainya.
Menurut Sardiman A.M. (2016: 90-91) motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
dari luar. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik bukan berarti
motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar.
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi
ekstrinsik menurut Indrakusuma dalam Muh. Fathurrohman &
Sulistyorini (2012 : 150) :
1) Ganjaran, Ganjaran dapat menjadikan pendorong bagi siswa
untuk belajar lebih baik.
2) Hukuman, Hukuman biarpun merupakan alat pendidikan yang
tidak menyenangkan, namun demikian dapat juga menjadi alat
motivasi, alat pendorong untuk membuat siswa lebih giat
belajar, agar siswa tersebut tidak lagi memperoleh hukuman.
3) Persaingan atau kompetensi, dengan adanya kompetensi maka
dengan sendirinya akan menjadi pendorong bagi siswa untuk
lebih giat belajar agar tidak kalah bersaing dengan teman-
temannya.
Dari uraian di atas, baik motivasi intrinsik maupun motivasi
eksrtinsik perlu digunakan dalam proses belajar mengajar. Motivasi sangat
diperlukan guna menumbuhkan semangat dalam belajar. Dengan motivasi,
siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan
dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Karena itu
motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para
siswa mau dan ingin belajar. Guru dapat melakukan hal tersebut dengan
mencari perhatian siswa ketika memulai pelajaran.
4. Faktor Penyebab Motivasi
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami
perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan
kematangan psikologis siswa.
Dimyanti dan Mudjiono dalam Kompri (2015: 231-232)
mengemukakan beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi dalam
belajar, yakni :
a. Cita-cita dan aspirasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi
belajar siswa baik intrisik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya
suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi
dengan kemampuan atau kecakapan dalam pencapaiannya.
Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa. Kondisi siswa yag meliputi kondisi jasmani dan
rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang
sakit akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang
siswa yang sehat akan mudah memusatkan perhatian dalam belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa
keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan
kehidupan bermasyarakat. Kondisi lingkungan sekolah yang sehat,
lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, akan
meningkatkan semangat motivasi belajar yang lebih kuat bagi para
siswa.
Menurut Sardiman (2016: 152) motivasi bisa ditumbuhkan sejak
awal mungkin, karena itu motivasi tidak lahir dengan sendirinya. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang tinggi diperlukan adanya motivasi belajar
yang tinggi dari diri sendiri, sehingga belajar dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Faktor tersebut adalah
faktor yang ada pada diri individu dan faktor yang ada di luar individu atau
dikenal dengan faktor sosial.
Dalam hal ini Amir Daien dalam Sardiman (2016: 153)
mengemukakan tiga hal yang mempengaruhi motivasi intrinsik, yaitu:
a. Adanya kebutuhan
Pada hakikatnya semua tindakan yang dilakukan manusia adalah
untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, kebutuhan dapat
dijadikan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa.
b. Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri
Dengan mengetahui kemajuan yang telah diperoleh, berupa
prestasi dirinya apakah sudah mengalami kemajuan atau sebaliknya
mengalami kemunduran, maka hal ini dapat dijadikan faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Siswa akan terus berusaha
meningkatkan intensitas belajarnya agar prestasinya juga terus
meningkat.
c. Adanya aspirasi atau cita-cita
Aspirasi atau cita-cita dalam belajar merupakan tujuan hidup
siswa, hal ini merupakan pendorong bagi seluruh kegiatan dan
pendorong bagi belajarnya.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
menurut Amir Daien Indrakusuma dalam Sardiman (2016: 153) yaitu:
a. Ganjaran
Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang bersifat positif.
Ganjaran diberikan kepada siswa yang telah menunjukan hasil-
hasil, baik dalam pendidikannya, kerajinannya, tingkah lakunya
maupun prestasi belajarnya.
b. Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak menyenangkan
dan alat pendidikan yang bersifat negatif. Namun dapat juga
menjadi alat untuk mendorong siswa agar giat belajar.
c. Persaingan atau kompetisi
Persaingan atau kompetisi digunakan sebagai alat mendorong
kegiatan belajar siswa. Persaingan baik individu aupun kelompok
dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan adanya persaingan,
maka secara otomatis seorang siswa atau sekelompok siswa akan
lebih giat dalam belajar.
5. Indikator Motivasi Belajar
Menurut Sardiman A.M (2016: 83) ciri-ciri seseorang yang
memiliki motivasi adalah sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
(misalnya masalah pembangunan, agama, ekonomi, keadilan,
pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan
kriminal, amoral, dan sebagainya)
d. Lebih senang belajar mandiri, misalnya siswa tidak pernah
mencontek.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). Jadi
dalam hal ini siswa suka hal-hal kreatif.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal soal
Adapun Hamzah B. Uno (2008: 23) mengklasifikasikan indikator
motivasi belajar sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.


b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiataan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan pendapat dari beberapa di atas, maka dapat diambil


kesimpulan secara umum mengenai indikator motivasi belajar yaitu:
a. adanya ketekunan dalam belajar;
b. ulet dalam menghadapi kesulitan;
c. adanya harapan dan cita-cita
d. menunjukkan minat dan ketajaman perhatian dalam belajar;
e. berprestasi dalam belajar,
f. lingkungan belajar yang kondusif, dan
g. mandiri dalam belajar.
6. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut Gage & Berliner (dalam Kompri, 2015: 235)
menyarankan sejumlah cara untuk meningkatkan motivasi siswa tanpa harus
melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran, yaitu:
a. Pergunakan pujian verbal;
b. Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana;
c. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk
mengadakan eksplorasi;
d. Merangsang hasrat siswa untuk belajar;
e. Menggunakan materi-materi yang sudah dikenal sebagai contoh
agar siswa lebih mudah dalam memahaminya;
f. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang
unik dan luar biasa, agar siswa lebih terlibat dalam pembelajaran;
g. Meminta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah
dipelajari sebelumnya;
h. Pergunakan simulasi dan permainan;
Sedangkan menurut Sardiman (2016: 92) ada beberapa bentuk dan
cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:
a. Memberi angka, angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai
kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang
dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
yang baik.
b. Hadiah, hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi. Dengan
memberi hadiah kepada siswa yang dapat melakukan kegiatan
belajar dengan baik akan membuat siswa tersebut merasa senang
dan akan termotivasi lagi untuk belajar yang lebih baik lagi.
c. Saingan/kompetisi, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong siswa. Hal ini berarti, dengan adanya kompetisi baik
individual maupun kelompok dapat mendorong siswa untuk belajar
lebih baik dari pada yang lain agar mendapat hasil belajar yang
maksimal.
d. Ego-involement, menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga ia bekerja keras mengerjakannya, merupakan salah satu
bentuk motivasi yang cukup penting. Penyelesaian tugas dengan
baik adalah simbol kebanggaan bagi siswa, untuk itu siswa akan
berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai hasil yang
maksimal.
e. Memberi ulangan, para siswa akan menjadi giat belajar jika
mengetahui akan diadakan ulangan. Oleh karena itu, memberi
ulangan juga merupakan sarana motivasi belajar siswa.
f. Mengetahui hasil, saat siswa mengetahui hasil belajarnya
meningkat, maka ada motivasi dalam diri siswa untuk terus belajar,
dengan harapan hasilnya akan terus meningkat.
g. Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, pemberian
pujiannya harus tepat. Pujian yang tepat akan memupuk suasana
yang menyenangkan dan mempertinggi gairah siswa dalam belajar.
h. Hukuman, sebagai reinforcement yang negatif. Tetapi apabila
diberikan secara tepat dan bijaksana biasa menjadi alat motivasi
bagi siswa.
i. Hasrat untuk belajar, berarti pada diri siswa itu memang ada
motivasi untuk belajar, sehingga tentu hasil yang diperoleh juga
akan lebih maksimal dibandingkan dengan siswa yang tidak
mempunyai hasrat untuk belajar.
j. Minat, motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul
karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau
minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan
berjalan lancar jika disertai dengan minat.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
cara untuk menumbuhkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa.
Cara-cara tersebut dapat dikembangkan dan diarahkan sesuai dengan
keadaan siswa sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal.

C. Urgensi Penggunaan Media Power Point dalam Meningkatkan


Motivasi Belajar
1. Pemanfaatan Media Power Point dalam Pembelajaran
Kemajuan teknologi modern adalah salah satu faktor yang turut
mempengaruhi pembaharuan yang pesat berlaku dalam dunia pendidikan.
Peranan teknologi semakin dirasakan oleh berbagai bidang termasuk
pendidikan. Dalam bidang pendidikan, pemerintah dan masyarakat umum
telah memberikan perhatian yang mendalam tentang kemajuan teknologi
modern, karena sangat disadari, peranan dan fungsi kemajuan teknologi
dalam memajukan dunia pendidikan. Teknologi dapat membantu
tercapainya tujuan pendidikan, sehingga proses pembelajaran akan lebih
menarik dan bermakna (Munir, 2012: 139).
Teknologi multimedia telah hadir dihadapan kita, tinggal
bagaimana memanfaatkannya secara optimal untuk memajukan dunia
pendidikan. Ada beberapa manfaat multimedia dalam proses belajar
mengajar. Multimedia dapat digunakan untuk membantu pendidik dalam
menjelaskan suatu konsep yang sulit dijelaskan tanpa bantuan
muultimedia. Pemanfaatan teknologi multimedia dapat membangkitkan
motivasi belajar peserta didik, karena adanya multimedia membuat
presentasi pembelajaran menjadi lebih menarik (Munir, 2012: 141).
Proses pembelajaran pada awalnya adalah dengan ceramah dari
pendidik dengan bantuan peralatan papan tulis, kapur, gambar, atau model.
Kemudian teknologi berkembang menjadikan pendidik bisa memberikan
materi pembelajaran dengan memanfaatkan multimedia, salah satunya
yaitu media presentasi atau dikenal dengan program Microsoft office
powerpoint (Munir, 2012: 162).
Microsoft office powerpoint merupakan program aplikasi prsentasi
yang populer dan paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai
kepentingan presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, meeting,
seminar, lokakarya dan sebagainya (Ruman dkk, 2013: 295).
Microsoft office powerpoint merupakan pengembangan dari versi
sebelumnya. Program ini menjadi lebih mudah untuk membuat dan
menggunakannya dengan fasilitas integrasi ke internet menjadi lebih
mudah dan cepat. Selain itu program Microsoft office powerpoint dapat
diintegrasikan dengan Microsoft office lainnya seperti Word, Excel, Access
dan sebagainya (Ruman dkk, 2013: 295).

Menurut Hendri (2017: 1) aplikasi Microsoft office powerpoint ini


pertama kali dikembangkan oleh Bob Gaskins dan Dennis Austin sebagai
presenter untuk perusahaan bernama Forethougt,Inc yang kemudian
mereka ubah namanya menjadi powerpoint. Pada tahun 1987,
powerpoint versi 1.0 dirilis, dan komputer yang didukungnya adalah Apple
Macintosh. Power Point kala itu masih menggunakan warna hitam/putih,
yang membuat teks dan grafik untuk transfaransi Over Head Proyektor
(OHP).

Pada umumnya, Microsoft office powerpoint digunakan untuk


presentasi dalam clasiccal learning, karena Microsoft office powerpoint
merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan
presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan
sebelumnya, bahwa Microsoft office powerpoint digunakan untuk
presentasi dalam classical learning disebut personal presentation.
Microsoft office powerpoint pada pola penyajian ini digunakan sebagai
alat bantu bagi guru menyanmpaikan materi dan kontrol pembelajaran
terletak pada guru (Rusman dkk, 2013: 301).

Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti


Microsoft office powerpoint yang dikembangkan oleh Microsoft inc”
Corel Presentation memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk
multimedia yang dinamis dan menarik. Perkembangan perangkat lunak
tersebut didukung oleh sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu
produk yang paling berpengaruh dalam penyajian presentasi digital saat ini
adalah perkembangan monitor, serta perkembangan proyektor digital yang
memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk berbagai
macam-macam kepentingan dalam berbagai situasi dan kondisi serta ukuran
ruang dan berbagai karakteristik audience (Rusman dkk, 2013: 297).
2. Peran Media Power Point dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Azhar Arsyad (2016: 29) menjelaskan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan dan
mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.
Dewasa ini peranan multimedia dalam proses pembelajaran telah
membawa dampak yang positif terhadap pemahaman siswa yang cepat dalam
memahami materi pelajaran. Selain itu, teknologi multimedia membantu
menyediakan cara yang unik untuk peserta didik agar lebih aktif dalam
pembelajaran, dan menjelaskan konten rekayasa dengan cara yang berbeda
dari metode tradisional (Munir, 2012 : 109).
Salah satu tekonogi multimedia yang banyak digunakan dalam proses
pembelajaran saat ini adalah Microsoft power point. Menurut Mardi dkk
(2007: 69) Microsoft Power Point adalah salah satu program aplikasi dari
Microsoft yang dapat digunakan untuk melakukan presentasi, baik untuk
melakukan sebuah rapat maupun perencanaan kegiatan lain termasuk
digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah.
Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik digunakan sebagai
alat presentasi adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video,
animasi, image, grafik, dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga
mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat
mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif, maupun kinestetik
(Rusman dkk, 2013: 297).
Pada penyajian ini Microsoft power point dapat dirancang khusus untuk
pembelajaran individual yang bersifat interaktif meskipun kadar interaktifnya
tidak terlalu tinggi, namun Microsoft power point mampu menampilkan
feedback yang sudah diprogram (Rusman dkk, 2013: 302).

Anda mungkin juga menyukai