Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah perkaitan antara badan dan ruh. Badan
dan ruh masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung
adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan bahwa kedia substansi (unsure asal
sesuatu yang ada) dua-duanya adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk. Maka
keduanya adalah yang diciptakan oleh Allah SWT.[1]
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk Allah yang
lain. Struktur manusia terdiri atas unsure jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (psikologis).
Pada struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar
yang memiliki kecenderungan berkembang yang mana pada perspektif psikologi disebut
potensialitas atau disposisi, dan menurut aliran psikologi behaviorisme disebut Prepotence
reflexes (kemampuan dasar yang secara otomatis dapat berkembang).[2]
Anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pengertian
tersebut berbeda apabila anak didi sudah bukan lagi anak-anak, maka usaha untuk
menumbuhkembangkannya sesuai kebutuhan peserta didik, tentu saja hal ini tidak bisa
diperlakukan sebagaimana perlakuan pendidik kepada peserta didik (anak didik) yang masih
anak-anak. Maka dalam hal ini dibutuhkan pendidik yang benar-benar dewasa dalam sikap
maupun kemampuannya.[3]
Dengan demikian peserta didik adalah orang yang memerlukan pengetahuan, ilmu,
bimbingan dan oengarahan. Islam berpandangan bahwa hakikat ilmu berasal dari Allah,
sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu
berasal dari Allah, maka membawa konsekuensi perlunya seorang peserta didik mendekatkan
diri kepada Allah atau memnghiasi menghiasi diri dengan akhlak yang disukai Allah, dan
sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.[4]
Artinya :
“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui”.
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fithrah) yang dapat dikembangkan
dan berkembang secara dinamis. Di sini tugas pendidik adalah membantu mengembangkan
dan mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan,
tanpa melepaskan tugas kemanusiaannya; baik secara vertikal maupun horizontal. Ibarat
sebidah sawah, peserta didik adalah orang yang berhak bercocok tanam dan memanfaatkan
sawahnya (potensi). Sementara pendidik (termasuk orang tua) hanya bertugas menyirami dan
mengontrol tanaman agar tumbuh subur sebagaimana mestinya, sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku.[11]
Menurut Pemakalah peserta didik adalah manusia yang menjadi mitra dari kegiatan
pendidikan. Pemahaman tentang peserta didik seperti ini, di dasarkan pada tujuan pendidikan
Islam yaitu mewujudkan manusia sempurna serta utuh (insan kamil), yang untuk
mencapainya manusia harus berusaha terus menerus melalui berbagai kegiatan pendidikan
hingga akhir hayatnya, baik itu melalui pendidikan yang diselenggarakan secara formal
maupun non formal. Seluruh pendekatan peserta didik sebelumnya perlu dipahami secara
mendalam oleh setiap pendidik atau komponen yang terlibat dalam proses kependidikan
Islam. Wacana ini dimaksudkan untuk memformat tugas-tugas kependidikan yang dinamis
bagi tercapainya tujuan yang diinginkan.
B. Sifat Peserta Didik
Dalam tinjauan Psikologi disebutkan bahwa setiap individu memiliki sifat bawaan
(heredity) dan sifat yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Sifat bawaan merupakan sifat
yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial
psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan,
merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-masing memperngaruhi
kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri.
[12]
Untuk terwujudnya kegiatan pembelajaran yang baik, serta terjalin kerjasama antara guru
sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik sekaligus sebagai mitra didik, setiap peserta
didik dituntut mengerti, memahami, memiliki dan dapat merealisasikan sifat – sifat berikut ini
:
1. Bersikap tawadhu’ atau rendah hati[13]. Hendaklah pelajar tidak takabur atas ilmu dan tidak
menguasai orang yang mengajar, melainkan menyerahkan kepada pengajar kendali urusannya
secara keseluruhan dalam setiap perincian. Juga pelajar harus menurut nasehat pengajar dan
seyogyanya pelajar merendahkan diri kepada pengajarnya, mencari pahala dan kemuliaan
dengan melayaninya[14]
2. Peserta didik hendaknya berhias dengan moral yang baik seperti berkata benar, ikhlas, taqwa,
rendah hati, zuhud menerima apa yang ditentukan Tuhan serta menjauhi sifat – sifat tercela.
3. Bersungguh – sungguh dan tekun belajar
4. Sifat saling mencintai dan persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara siswa sehingga
merupakan anak – anak yang sebapak[15]
5. Peserta didik harus penuh semangat dan kegiatan, serta menghadapi tugasnya dengan penuh
kegaerahan dan minat.
6. Senantiasa memiliki ketabahan dalam mencari ilmu pengetahuan[16]
7. Bersifat wara’ dan menjaga agar setiap kebutuhan dan keluarga, makan, minum, pakaian
tempat tinggal dan lain-lain, selalu dari bahan dan diperoleh lewat cara yang halal[17]
Berkenaan dengan sifat, Imam Al-Ghazali merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus
dimiliki peserta didik :
a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah
b. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi sebaliknya
c. Menjadi pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran
d. Mempelajari ilmu-ilmu yang perpuji baik ilmu umum maupun agama
e. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi[18]
PENUTUP
Peserta didik merupakan unsur terpenting bagi terlaksanya kegiatan pendidikan. Sebab ia
merupakan obyek dan sekaligus subyek dan mitra pendidikan, sehingga sehebat dan
selengkap apapun unsur – unsur lainnya, jika peserta didik tidak ada atau tidak dipedulikan,
maka dapat dipastikan kegiatan pendidikan tidak dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.
Diantara sifat – sifat yang harus dimiliki bagi peserta didik adalah bersikap tawadhu’
atau rendah hati, berhias dengan moral dan akhlaq yang baik, bersungguh – sungguh dan
tekun belajar, saling mempererat tali persaudaraan, memiliki sifat tabah, dan wira’.
Tugas dan tanggung jawab peserta didik diantaranya sebelum belajar hendaknya
membersihkan hati dari sifat tercela, bersedia mencari ilmu walaupun meninggalkan keluarga,
tempat jauh, bertekhad mencari ilmu sepanjang hayat, menjaga pikiran dari pertentangan
aliran, mempelajari ilmu terpuji dan mendalam,
Peserta didik dalam mencari ilmu harus memiliki etika yang baik diantaranya niat karena
Allah, sopan – santun pada guru, ber akhlaq yang baik terhadap guru maupun temannya
DAFTAR PUSTAKA
[6] Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islami (Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu, Memanusiakan
Manusia). 2006. Remadja Rosdyakarya. Bandung. Hlm.165
[7] Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. 2000. Rineka Cipta. Jakarta.
Hlm. 51