Anda di halaman 1dari 4

Konsep Pendidikan yang tepat untuk pemuda Kota Bandung

Fahmi Ihsan Margolang

Pendidikan tentu menjadi perbincangan yang begitu penting, karena berkaitan dengan
perkembangan dari proses majunya suatu daearah, terkhusus di Kota Bandung yang
kita cintai ini, sebuah penelitian terkait problematika pendidikan di Indonesia, ternyata
masih banyak yang kemudian menjadi permasalahan yang harus mampu kita cari
solusi secara bersama1, dan salah satu permasalah yang dijelaskan pada jurnal
penelitian tersebut, adanya unsur yang hilangnya rasa nyaman dalam belajar, padahal
pada hakikatnya pendidikan harus mampu memberikan rasa merdeka pada
masyarakat, seperti contohnya, kurikulum yang hari ini diadopsi oleh pendidikan kita,
masih banyak yang menggunakan komunikasi satu arah yang mana hal ini, membuat
para peserta didik tersebut meresa jenuh, hingga hilanganya rasa kenayaman dalam
proses belajar tersebut.
Menjadi seorang pendidik tentu banyak hal yang harus kita perhatikan, dari objek
tranfer of knowledge tersebut atau dari kondisi pada lingkuangannya, saya sebagai
seorang guru dta, yakni lembaga pendidikan yang dinaungi oleh kementrian agama,
saya perhatikan masih banyak pola yang tidak cocok dengan peserta didik tersebut,
terkhusus dilingkungan tempat saya mengajar, tepatnya di MDTA Ilaa Khairi Ummah,
komuniksai satu arah dari guru, yang tidak memberikan ruang bagi peserta didik untuk
aktif bertanya atau berdiskusi, karena pada dasarnya saya perhatikan pola yang
dipakai, hanya ceramah dan tidak adanya evaluasi yang dilakukan oleh guru tersebut
dalam melihat perkembangan pendidikan anak tersebut,
Pendidikan yang kita fahami sebagai pelatihan atau bentuk upaya dalam memberikan
pendidikan serta edukasi, sebagaimana yang dijelaskan oleh lailan dkk, didalam Jurnal
bimbingan konsling bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan potensi dari
peserta didik, dan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang terjadi 2, baik itu
dari lingkungan atau pribadi dari peserta didik tersebut.
Mengenai konsep pendidikan, saya sangat setuju dengan konsep yang ditawarkan
Bobbi de porter dalam bukunya Quantum Teaching, adapaun konsep yang ditawarkan
beliau adalah TANDUR singkatan dari
(Tumbuhkan;alami;namai;demontrasikan;ulangi;dan rayakan), konsep ini adalah
menumbuhkan kesadaran secara merdeka, tanpa adanya unsur penekanan atau

1
afrita angrayni, “Problematika Pendidikan Di Indonesia,” Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |2, 2019,
1–10, https://core.ac.uk/download/pdf/229361428.pdf.
2
Laila Maharani and Tika Ningsih, “Layanan Konseling Kelompok Tekhnik Assertive Training Dalam Menangani
Konsep Diri Negatif Pada Peserta Didik,” KONSELI : Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal) 2, no. 1 (2015): 23–
28, https://doi.org/10.24042/kons.v2i1.1453.
pemaksaan kepada peserta didik.3, mereka diberikan kesempatan untuk dapat
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan dapat menghasilkan dampak yang baik
atau buruk terhadap mereka, seperti pada halnya ketika kita ingin menyampaikan
tentang pacaran kepada mereka, tidaklah perlu kita katakan bahwa pacaran tersebut
haram, melainkan kita coba untuk menanyakan, bagaiamana sudut pandang mereka
tentang kegiatan tersebut, diiringi dengan penjelasan kita, hingga ketika kita rasa
mereka sudah memahami hal tersebut, maka kita dapat menyampaikan kesimpulannya
diiringi dengan memberikan apresiasi kepada peserta didik yang mencoba memberikan
tanggapannya.
Islam memiliki konsep yang tidak kalah hebat, memiliki banyak rujukan orang yang luar
biasa, yang berhasil menyebarkan pengetahuannya serta agamanya, salah satunya
adalah lukman yang menasihati anaknya, bahkan Allah abadikan didalam Qur'an, Surat
Lukman ayat 13 sebagi berikut yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah,adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Jika kita
perhatikan dari aspek bahasa, bahwa kalimat yang lukman gunakan memanggil
anaknya dengan kalimat Yabunnaya yang dasar katanya adalah ‫ ابن‬yang artinya adalah
anak, namun konteks bahasa yang digunakan berbeda yang mengartikan dengan
panggilan lemah lembut dan penuh sayang, 4 maka disini kita dapat melihat bahwa
metode yang lukman gunakan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya dengan
cara kasih sayang dan penuh keikhlasan,
Kita juga bisa melihat bagaimana komunikasi yang Ibrahim gunakan ketika diperintakan
oleh Allah untuk menyembelih anaknya Ismail, dia tidak dengan begitu saja melakukan
hal tersebut, namun dia meminta pandangan kepada anaknya terhadap perintah Allah
yang disampaikan kepadanya, disini kita dapat melihat, bahwa metode yang Ibrahim
gunakan bukan sistem otoriter, melainkan dia menggunakan konsep diskusi yang
efektif, hingga anaknya dapat menerimanya dengan ikhlas tanpa unsur paksaan atau
tekanan. Seseorang yang mendidik juga dapat dikatakan sebagai murobbi, yang mana
tujuanya tidak lain, mendekatkan diri kepada jalan yang benar, dia harus mampu lebih
baik kedekatanya serta kebih tulus kepada Allah Swt, mampu menjaga adab serta
akhlaknya, karena sangat tidak pantas dan tak layak bagi kita yang meminta orang
melakukan sesuatu yang kitapun tidak mengerjakannya, bahkan Allah tegaskan
didalam Surah As Saff ayat ayat 3 yang artinya : "Sangatlah dibenci Allah orang-orang
yang mengatakan, namun ia tidak mengerjkannya", Oleh karena itu seorang pendidik
atau guru harus mampu menjaga dirinya, adapun menjaga diri dari kebodohan dan
kesombongan.
Dalam sebuah proses pendidikan, yang aktif berperan bukan hanya seorang guru,
namun murid juga harus memiliki kriteria yang pantas untuk menerima suatu
pengetahuan, sebagaimana yang dijelaskan oleh syeik Al Zarnuji didalam kitabnya

3
Bobby de porter, Quantum Teaching, ed. Sari Meutia, 1st ed. (New York: Dell Publishng, 1992).
4
Abdan Rahim and Kabupaten Paser Kalimantan, “Pendidikan Islam Dalam Surah Luqman” 12, no. 1 (2018): 51–74.
Ta'lim muta'alim, menerangkan bahwa tidak sedikit dari para penuntut ilmu yang
bersungguh-sungguh dalam belajar namun mereka tidak mendapatkan hikmah dari
pengetahuannya, beliau menerangkan hal tersebut akibat adanya kesalahan dalam
proses mencari ilmu5. Syeikh Al Zarnuji menerangkan bahwa sebelum menuntut ilmu,
seorang murid terlebih dahulu harus mampu meluruskan niatnya, yang mana tujuanya
benar untuk mencari ridho Allah, kemudian memuliakan guru serta ilmu tersebut, dan
diiringi dengan sifat wara' atau rendah hati, tidak memiliki rasa sombong terhadap
pengetahuan yang ia miliki, dan tentunya seorang murid harus memilki karakter yang
optimis dalam belajar, tidak mudah menyerah dan selalu semangat.
Pelatihan tentunya memiliki tujuan serta harapan yang dilakukan oleh seorang pendidik,
tak lain adanya peningkatan suatu kemanfaatan dari apa yang dimiliki sebelummnya,
artinya adanya pemindahan dari yang buruk kepada yang baik, dan yang baik menjadi
lebih baik lagi hingga seterusnya, oleh karea itulah pentingnya mengkonsep suatu
pelatihan agar apa yang kiranya diharapkan dapat tercapai.
Kota Bandung yang memiliki kekhasan terkhusus pada anak mudanya, saya amati
sangat suka berdiskusi dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat
menyampaikan padangan serta pendapat mereka, maka konsep pendidikan yang
cocok adalah konsep yang ditawarkan oleh bobby potter yakni konsep Tandur, yang
memberikan mereka peluang untuk dapat berdiskusi dan aktif pada saat belajar.

Refrensi :
angrayni, afrita. “Problematika Pendidikan Di Indonesia.” Fakultas Ushuluddin Dan
Dakwah IAIN Ambon |2, 2019, 1–10.
https://core.ac.uk/download/pdf/229361428.pdf.
Bobby de porter. Quantum Teaching. Edited by Sari Meutia. 1st ed. New York: Dell
Publishng, 1992.
Maharani, Laila, and Tika Ningsih. “Layanan Konseling Kelompok Tekhnik Assertive
Training Dalam Menangani Konsep Diri Negatif Pada Peserta Didik.” KONSELI :
Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal) 2, no. 1 (2015): 23–28.
https://doi.org/10.24042/kons.v2i1.1453.
Rahim, Abdan, and Kabupaten Paser Kalimantan. “Pendidikan Islam Dalam Surah
Luqman” 12, no. 1 (2018): 51–74.
Syeikh Al Zarnuji. Ta’lim Al-Muta’allim. Edited by Husein Abdullah. Pertama. Surabaya:
Mutiara Ilmu, 2009.

5
Syeikh Al Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim, ed. Husein Abdullah, pertama (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009).

Anda mungkin juga menyukai