1.Kabinet Presidensial
Kabinet Presidensial adalah kabinet pertama dibentuk di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan
pada 17 Agustus 1945. Kabinet pertama ini hanya formal dan tidak dapat melaksanakan roda
pembangunan dan pemerintahan.
Nama kabinet pertama ini yang juga sering dieja Kabinet Presidentiil. Dinamakan demikian karena
setelah kemerdekaan, Indonesia telah mengadopsi sistem presidensial di mana presiden berfungsi
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Kepala negara adalah orang yang memimpin negara dan sebagai simbol resmi negara Indonesia di dunia
yang memiliki tugas sebagai berikut:
-Memegang kekuasaan tertinggi dari Angkatan Udara / Angkatan Udara, Angkatan Darat / TNI dan
Angkatan Laut / Angkatan Laut.
-Menyatakan perang dengan bangsa lain, perdamaian dengan negara dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR lainnya.
-Buatlah kesepakatan mengenai kehidupan banyak orang, mempengaruhi beban keuangan negara dan
atau memerlukan revisi / pembentukan UU harus mendapat persetujuan parlemen.
-Menetapkan calon Hakim Agung yang diajukan oleh / Komisi Yudisial KY dengan persetujuan DPR.
-Membentuk Dewan Pertimbangan yang memiliki tugas memberikan saran dan pertimbangan kepada
Presiden diatur oleh hukum.
Tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan:
Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet, memegang
kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari. Tugas presiden sebagai
kepala pemerintahan adalah sebagai berikut:
-Menetapkan peraturan
-Megajukan RUU
Program Kabinet:
-Mencapai Koordinasi segala tenaga rakyat di dalam usaha menegakkan Negara Republik Indonesia serta
pembangunan masyarakat yang berdasarkan keadilan dan peri-kemanusiaan.
-Berusaha untuk memperbaiki kemakmuran rakyat di antaranya dengan jalan pembagian pangan.
-Mempersiapkan rakyat negara disegala lapangan politik, ketrentaman, ekonomi, dan sosial untuk
mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
-Tentang perusahaan dan perkebunan hendaklah diambil tindakan-tindakan oleh pemerintah seperlunya
sehingga memenuhi maksud sebagaimana termaksud dalam UUD pasal 33
4.kabinet Sutan Syahrir III
Kabinet Sjahrir Ketiga atau Kabinet Sjahrir III adalah kabinet ketiga yang dibentuk oleh Perdana Menteri
Sutan Sjahrir pada tanggal 2 Oktober 1946 dan bertugas hingga tanggal 27 Juni 1947.
Dwitunggal Soekarno-Hatta mendukung kebijakan kabinet Sjahrir III, khususnya untuk berunding dengan
Belanda. Antara lain menguasai sidang KNIP tanggal 25 Februari 1947 guna meratifikasi persetujuan
Linggarjati, melalui penambahan anggota sehingga berjumlah 500 orang lebih. Ahirnya meskipun melalui
jalan yang alot dan berbelit-belit akibat ulah Parlemen Belanda, Persetujuan Linggarjati ditanda tangani
juga pada tanggal 25 Maret 1947.
Masalah yang kemudian muncul adalah justru kegagalan dalam mengimplementasi perjanjian Linggarjati
itu. Visi dan Misi Belanda tidak cocok dengan pihak Indonesia. Lebih parah lagi adalah perpecahan dalam
kubu partai Sosialis. Artinya dukungan sayap kiri pada kabinet Sjahrir dan kebijakan Pemerintah,
berhenti. Kabinet Sjahrir ke III bubar.
5.Amir syarifuddin I
Program kerja:
Pada pukul 03.15, Presiden Soekarno menerima secara resmi penyerahan mandate kabinet Syahrir dan
sejak saat itu kekuasaan sepenuhnya terdapat ditangan Presiden. Pada malam itu datang kawat dari
pihak Belanda yang mengaharapkan jawaban pemerintah Indonesia paling lambat tanggal 27 Juni 1947.
Demikianlah pada malam itu dibentuk komisi untuk membantu presiden dalam menyusun jawaban atas
nota pemerintah Belanda. Panitia dibantu oleh Amir Sjarifuddin (Partai Sosialis), Sujono Hadinoto (PNI),
Harsono Cokroaminoto (Masyumi), Tambunan (Parkindo) dan Kasimo (PKRI).
Program Kabinet :
3. Mencapai koordinasi segala tenaga rakyat didalam usaha menegakkan Negara RI serta pembagunan
masyarakat yang berdasarkan keadilan dan perikemanusiaan.
4. Berusaha untuk memperbaiki kemakmuran rakyat diantaranya dengan jalan pembagian makanan.
2. Mempersiapkan rakyat negara disegala lapangan politik, ketrentaman, ekonomi, dan sosial untuk
mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
7.Moh Hatta I
Program Kabinet :
1. Pelaksanaan Persetujuan Renville tentang gencatan senjata dan prinsip-prinsip politik serta
melanjutkan perundingan dengan Belanda melalui komisi jasa-jasa.
2. Mempercepat pembentukan suatu Republik Indonesia Serikat yang demokratis dan berdaulat.
8.Moh Hatta II
Setelah penandatanganan Undang-Undang Dasar Sementara, Presiden Soekarno dihadapkan pada satu
masalah untuk menentukan pemegang tambuk pemerintahan karena ada beberapa pilihan yang
dianggap pantas semua, yaitu Anak Agung Gede Agung, Sultan Hamengku Buwono dan Mohammad
Hatta, karena Presiden Soekarno lebih menggunakan hati untuk penentuan ini maka pemerintahan
diserahkan kepada Mohammad Hatta. Kabinet Hatta II dibentuk pada tanggal 4 Agustus 1949 yang di
ketuai oleh Mohammad Hatta yang sekaligus menjabat sebagai perdana menteri. Program kabinet ini
tidak diumumkan, namun usaha-usaha dan kebijaksanaan pemerintah digerakan dan dijalankan sesuai
dengan kepentingan negara menurut situasi dan kondisi waktu itu.
9. Kabinet Susanto tirtoprodjo
Kabinet Susanto merupakan kabinet peralihan sewaktu pembentukan Republik Indonesia Serikat.
Kabinet ini hanya bertugas selama satu bulan dan dengan jumlah menteri yang cukup sedikit, karena
sifatnya yang sementara. Setelah Abdul Halim terpilih menjadi Perdana Menteri, maka kabinet ini
dibubarkan.