Anda di halaman 1dari 11

PERISTIWA PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI

PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN


Pengakuan Kedaulatan RIS sesuai hasil sidang KMB

Terbentuk 15 negara yg tergabung dalam BFO & RI

Tuntutan untuk kembali ke NKRI

Terbentuk NKRI

Peralihan sistem Pemerintahan Indonesia dari sistem


presidentil menjadi sistem Kabinet Parlementer

Demokrasi Liberal (1950 1959 )


Terjadinya Pemilu I Th. 1955
Kabinet Parlementer mengalami jatuh bangun sebanyak 7 kali
Pergolakan politik menimbulkan aksi pemberontakan PRRI/Premesta
Konstituante gagal menyusun UUD yang baru
Kebijakan Pemerintah berkaitan dg kehidupan ekonomi masyarakat Ind.
Pasca pengakuan kedaulatan.
A. Indonesia Kembali menjadi Negara Kesatuan

1. Pembentukan Negara Boneka


Gagasan pembentukan negara Boneka dilakukan oleh Dr. H.J Van Mook.
Dalam rangka menanamkan pengaruhnya di Indonesia.
Tujuan pembentukan negara-negara boneka yaitu untuk mempersiapkan
Indonesia menjadi negara Federal.
15-25 Juli 1946 Van Mook menyelenggarakan Konferensi di Malino
(Sulsel) disebut Konferensi Malino; membahas ttg rencana
pembentukan negara-negara bagian dari suatu negara.
9 Maret 1948 Van Mook membentuk pemerintahan federal sementara
sampai terbentuknya Negara Indonesia Serikat.
27 Mei 1948 Van Mook menyelenggarakan Konferensi Federal di
Bandung menghasilkan Bijeenkomst voor Federaal Overleg ( BFO )
atau Badan Permusyawaratan Federal diketuai Sultan Hamid II.
Negara-negara boneka sadar bahwa dukungan belanda hanyalah upaya
untuk menguasai Indonesia kembali oleh karena itu, pada 19-22 Juli
1949 diadakan perundingan antara Indonesia dan Negara-negara
Bagian yang disebut Konferensi Inter Indonesia, menghasilkan :
a. Negara Indonesia Serikat diganti RIS berdasar Demokrasi dan
Federalisme (serikat).
b. RIS akan dikepalai Presiden dibantu Menteri yg bertanggung
jawab kepada Presiden; Soekarno-Hatta sbg Presiden dan Wakil
Presiden.
c. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan baik dari RI maupun
Kerajaan Belanda.
d. Angkatan Perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional; Presiden
RIS adalah Panglima tertinggi angkatan perang RIS
Konferensi dilanjutkan 30 Juli 1949 di Jakarta oleh Muh. Hatta
membahas pelaksanaan persetujuan dan sepakat diselenggarakan
KMB ( Konferensi Meja Bundar ).
2. Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).

KMB dilaksanakan di Den Haag (Belanda) 23 Agustus 2 November 1949.


Delegasi Indonesia : Drs. Moh. Hatta, Moh. Roem, Dr. J. Leimena,
Prof. Dr. Mr. Supomo, Mr. Ali Sastroamidjojo,
Mr. Sujono Hadinoto, Ir. Juanda, Dr. Sukiman
Dr. Soemitro Djojohadikusmo, Mr. Sumardi
Mr. A.G. Pringgodigdo, Kol. T.B. Simatupang.
Delegasi Belanda : dipimpin J.H. Maarseven.
Delegasi UNCI : H.M. Cochran, Herremans, T.H.K. Critchley dan
Romanos.
Hasil KMB :
a. Belanda menyerahkan kedaulatan secara penuh dan tanpa syarat
kepada RIS.
b. Pelaksanaan kedaulatan dilaksanakan paling lambat 30 Des. 1949.
c. Masalah Irian Barat ditunda dan akan diadakan perundingan dalam
waktu 1 th setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS.
d. RIS Belanda terikat dalam suatu Uni Indonesia-Belanda yang di
kepalai Ratu Belanda.
e. Kapal-kapal perang akan ditarik dari Indonesia dan beberapa kapal
korvet akan diserahkan pada RIS.
f. Tentara Belanda akan ditarik dari Indonesia dan KNIL digabung dlm
Angkatan Perang RIS.
Hasil KMB disahkan KNIP 14 Desember 1949 Soekarno terpilih sbg Presiden
RIS, sedangkan presiden RI dipilih Mr. Asaat, Moh. Hatta sbg Perdana
Menteri dan Ketua DPR Mr. Sartono.
Pelantikan dilakukan 17 Desember 1949 di Jogyakarta.

3. Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Meskipun telah dibentuk negara RIS, namun rakyat negara-negara bagian
sebetulnya ingin bersatu dengan RI.
untuk menampung aspirasi rakyat negara bagian; 8 Maret 1950 pemerintah
mengeluarkan UU Darurat No. 11 th 1950 yang isinya : Mengatur tentang
tata cara perubahan susunan kenegaraan RIS .
5 April 1950 negara yg tergabung dalam RIS tinggal 3 negara bagian : Neg.
Sumatra Timur (NST), Neg. Indonesia Timur (NIT), Neg. RI.
untuk mewujudkan NKRI sesuai cita-cita proklamasi Soekarno mengadakan
pendekatan dg NST dan NIT.
15 Agustus 1950 dilaksanakan rapat gabungan antara RI-RIS.
17 Agustus 1950 terbentuklah negara NKRI dg menggunakan UUDS 1950.
B. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Indonesia Pasca-
Pengakuan Kedaulatan

1. Nasionalisasi de Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia


Nasionalisasi Bank ini dilakukan pada masa Kabinet Sukiman (April
1951 Februari 1952. Kebijakan ini untuk mengatasi krisis keuangan.
Ada beberapa hal diterapkanyan kebijakan ini antara lain :
a. Bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan akibat
ketentuan Hasil KMB 1949.
b. Sumber devisa hanya mengandalkan ekspor hasil perkebunan
sehingga sulit mencukupi kebutuhan anggaran belanja negara.
c. Perusahaan-perusahaan swasta besar dan Bank umumnya dikuasai
orang-orang Belanda
d. Situasi dan kondisi politik belum stabil.
Undang undang Nasionalisasi de Javansche Bank No. 24 th. 1951, 5
Desember 1951; pemerintah juga menghentikan presiden Bank yang
lama Dr. Howink dg Mr. Syafrudin Prawiranegara dg Kepres. RI No.
123 pada 12 Juli 1951 dan nama Bank diganti menjadi Bank Indonesia
(BI).

2. Sistem Ekonomi Gerakan Banteng.


Sistem ekonomi gerakan Banteng merupakan gagasan Dr. Soemitro
Djojohadikusumo, Menteri Perdagangan masa Kabinet Natsir
( September 1950 April 1951 ); sistem ini untuk perbaikan dan
perubahan struktur ekonomi peninggalan Belanda ke arah ekonomi
nasional melalui gerakan konfrontasi ekonomi.
Tujuannya melindungi para pengusaha pribumi dari persaingan non
pribumi.
Setelah kabinet Natsir jatuh, sistem ini dilanjutkan oleh Kaninet
Sukiman dg Menteri keuangan Jusuf Wibisono dg kebijakannya
pemberian kredit pada pengusaha pribumi. ( Kebijakan ini gagal )
3. Rencana Soemitro
Pada periode yg sama, Kabinet Natsir mengeluarkan kebijakan di bidang
industri (industrialisasi); Kebijakan ini dikenal dengan Rencana Soemitro.
Sasaran kebijakan ini pada industri dasar, seperti : pabrik semen, pabrik
pemintalan, pabrik karung, peningkatan produksi pangan, perbaikan sarana
prasarana pertanian dan penanaman modal asing.

4. Sisten Ali Baba


Pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus 1954 Agustus 1955) dg
Menteri Perekonomian Mr. Iskaq Tjokroadisurjo memperkenalkan sistem
ekonomi baru yaitu sistem Ali-Baba artinya kerjasama antara pengusaha
pribumi dengan pengusaha Cina.
Langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan sistem ini adalah :
a. Keharusan pengusaha asing untuk memberikan pelatihan dan memberikan
tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia untuk menduduki
jabatan-jabatan staf.
b. Mendirikan perusahaan-perusahaan Negara.
c. Menyediakan kredit dan lisensi baru bagi perusahaan swasta nasional.
d. Memberikan perlindungan bagi perusahaan swasta nasional agar mampu
bersaing dengan perusahaan asing.
Sistem ini tidak berjalan dengan baik namun sebaliknya pengusaha pribumi
hanya dijadikan alat pengusaha Cina untuk mendapatkan kredit dari
Pemerintah.
5. Pembentukan Dewan Perancang Nasional ( Depernas )
Dewan ini betugas menyiapkan rancangan undang-undang pembangunan nasional
yang berencana serta menilai pelaksanaan pembangunan tersebut.
Dewan ini dilantik 15 Agustus 1959 dengan 50 anggota diketuai oleh Muh.
Yamin; berhasil menyusun RUU Pembangunan Nasional Sementara Berencana
periode 1961 1969.
Pada th. 1963 Depernas diganti Badan Perancang Pembangunan Nasional
(Bappenas) diketuai Presiden Soekarno.
Tugas Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang dan
jangka pendek, mengawasi pelaksanaan pembangunan dan menilai hasil kerja
mandataris MPRS.

6. Deklarasi Ekonomi (Dekon) dan peraturan 26 Mei 1963.


Untuk mengatasi persoalan ekonomi nasional, 28 Mei 1963 pemerintah
mengeluarkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) sbg pelaksanaannya 26 Mei 1963
dikeluarkan serangkaian peraturan dibidang ekspor-impor, harga dll (14
peraturan); dalam pelaksanaannya tidak mencapai tujuan, inflasi terus
meningkat; kemudian pemerintah mengeluarkan 3 peraturan dibidang ekonomi
(17 April 1964) untuk mengatasi kesulitan ekonomi

Anda mungkin juga menyukai