Anda di halaman 1dari 5

Nama : Denito Ranggawan PPKN

Hilmi Muchlis (Demokrasi di


Indonesia)
Kelas : XI MIPA 2

“Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1950”

Pelaksanaan Lama Periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950

Bentuk Negara : Serikat (Federasi)

Bentuk Pemerintahan : Republik

System Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)

Konstitusi : Konstitusi RIS

Presidan & Wapres : Ir. Soekarno (Presiden RIS)

(27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Assaat : Drs. Moh Hatta (pemangku sementara jabatan presiden RI)

(27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Dalam perjalannya, Belanda berusaha memecah-belah bangsa indonesia dengan cara


membentuk negara Sumatera Timur, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, & Negara
Jawa Timur. Bahkan Belanda melakukan Agresi Militer I pada tahun 1947 (pendudukan
terhadap ibukota jakarta) dan Agresi Militer II atas kota Yogyakarta pada tahun 1948. Untuk
menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RI, PBB turun tangan dengan menyelenggarakann
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus -2 November
1949.

Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst voor
Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin olah
Van Harseveen.

Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan


persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan
kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).
KMB menghasilkan 3 buah persetujuan pokok, yaitu :

a. didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat

b. penyerahan kedaulatan kpada Republik Indonesia Serikat selambat-lambatnya pada

tanggal 30 Desember 1949.

c. dididrikannya uni antara RIS dengan kerajaan Belanda

Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam


Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. yang terdiri atas Mukadimah berisi 4 alinea,
Batang Tubuh yg berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran. Piagam Konstitusi RIS
ditandatangani oleh para Pimpinan Negara/Daerah dari 16 Negara/Daerah Bagian RIS, yaitu :

Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian Renville.

Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat

Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur

R. A. A. Tjakraningrat dari Negara Madura

Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar

Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka

K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung

Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar

Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah

. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur

. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara

. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur

. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan

. Radja Mohammad dari Riau

. Abdul Malik dari Negara Sumatra Selatan

. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatra Timur


Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia yang
berideologi pancasila dan ber UUD 1945, karena :

Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi dalam 16
negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan. Mengenai bentuk negara
dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yg berbunyi: 'Republik Indonesia Serikat
yang merdeka dan berdaulat adalah negara hukum yang demokratis dan berbentuk federasi'.
Dengan berubah menjadi negara serikat, maka di dalam RIS terdapat beberapa negara bagian
dan masing-masing memiliki kekuasaan pemarintahan di wilayah negara bagiannya.

Negara bagian itu adalah :

· Republik Indonesia

· Negara Indonesia Timur

· Negara Jawa Timur

· Negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta

· Negara Madura

· Negara Sumatera Timur

· Negara Sumatera Selatan

Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung
dalam federasi, yaitu:

· Jawa Tengah

· Kalimantan Barat

· Dayak Besar

· Daerah Banjar

· Kalimantan Tenggara

· Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)


Sistem pemerintahan yg digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS adalah
sistem parlementer, sebagaimana diatur dlm pasal 118 ayat 1 & 2 Konstitusi RIS. Pada ayat
(1) ditegaskan bahwa 'Presiden tidak dapat diganggu gugat'. Artinya presiden tidak dapat
dimintai pertanggungb jawaban atas tugas-tugas pemerintahan, karena presiden adalah kepala
negara, bukan kepala pemerintahan. Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa, 'Menteri-
menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama sama untuk
seluruhnya maupun masing-masing untuk dirinya sendiri'. Dengan demikian, yang
melaksanakan & bertanggung jawab terhadap tugas tugas pemerintahan adalah menteri-
menteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dengan sistem
pemerintahan parlementer, dimana pemerintah bertanggung jawab terhadap parlemen (DPR).

Berikut lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS :

a. Presiden

b. Menteri – menteri

c. Senat

d. DPR

e. MA

f. Dewan Pengawas Keuangan

Selain bertindak secara khusus, sebagai bagian dari pemerintahan dalam fungsi
administratif/protokoler, presiden , menurut konstitusi , antara lain :

Menjalankan pemerintahan federal [pasal 117];

Mendengarkan pertimbangan dari Senat [pasal 123 (1) dan (4);

Memberi keterangan pada Senat [pasal 124];

Mengesahkan atau memveto UU yang telah disetujui oleh DPR dan Senat [pasal 138 (2)];

Mengeluarkan peraturan darurat ( UU Darurat ) dalam keadaan mendesak [pasal 139];

Mengeluarkan peraturan pemerintah [pasal 141];

Memegang urusan hubungan luar negeri [pasal 174, 176, 177];

Menyatakan perang dengan persetujuan DPR dan Senat [pasal 183];

Menyatakan keadaan bahaya [pasal 184 (1)];

Mengusulkan rancangan konstitusi federal kepada konstituante [pasal 187 (1) dan
(2)], dan mengumumkan konstitusi tersebut [pasal 189 (2) dan (3)] serta mengumumkan
perubahan konstitusi [pasal 191 (1) dan (2)].
Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangat
pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan negara
Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of independence bangsa
Indonesia, katetapan MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam pemyimpangan
mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila. Inilah yang kemudian
yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi
sumber segala penyelewengan didalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.

RI dan RIS mencapai kesepakatan pada 19 Mei 1950 untuk kembali ke bentuk negara
kesatuan. Pada 15 Agustus 1950 , di hadapan sidang DPR dan Senat, diproklamasikan
berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia menggantikan negara federasi Republik
Indonesia Serikat. Konstitusi RIS diubah menjadi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia (yang selanjutnya dikenal sebagai UUDS 1950) berdasarkan UU RIS No.
7 Tahun 1950. Pada hari itu juga, Pemangku Jabatan Presiden RI, Assaat, menyerahkan
secara resmi kekuasaan pemerintahan RI kepada Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai