Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fisty Miranda Scarletya Ardya Puteri

NIM : 1910112106

Kelas : Ilmu Perundang-undangan 2.5

BAB 3

NORMA HUKUM DALAM NEGARA

A. Hierarki Norma Hukum


Teori Jenjang Norma Hukum (Stuentheorie) Hans Kelsen berpendapat bahwa norma-
norma hukum itu berjenjang dan berlapirs-lapis dalam suatu hierarki. Dalam artian, norma
hukum yang lebih rendah berlaku berdasar pada norma hukum yang diatasnya begitu
seterusnya sampai tidak bisa ditelusuri lagi dan bersiat hipotesis yaitu Norma Dasar
(Grundnorm).
Norma Dasar merupakan norma tertinggi dalam hierarki horma hukum, norma dasar
tidak bisa dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi yang berarti norma dasar itu lebih
dahulu ditetapkan oleh masyarakat. Morma dasar adalah gantungan bagi norma-norma
yang ada dibawahnya, sehingga norma itu bisa dikatakan dengan pre-supposed.

B. Struktur Norma dan Struktur Lembaga


Benyamin Akzin mengemukakan bahwa pembentukan norma hukum public dan
hukum priat itu berbeda. Apabila dilihat dari Struktur Norma (Norm Structure) hukum
public itu berada diatas hukum privat, sedangkan apabila dilihat dari struktur lembaga
(Institutional Structure) maka lembaga Negara (Public Authorities) terletak diatas
masyarakat (Population).
Dalam hal pembentukannya, norma hukum public itu dibentuk oleh lembaga-lembaga
Negara (penguas Negara, wakil rakyat) sedangkan norma-norma dalam hukum privat
biasanya selalu sesuai kehndak/keinginan masayarkat karna hukum privat ini dibentuk
oleh masyarakat yang berangkutan dengan perjanjian atau transaksi yang bersifat perdata.
C. Hierarki Norma Hukum Negara
Menurut Hans Nawiasky dalam bukunya yang berjudul ‘Algemeine Rectslehre’ sesuai
dengan teori Hans Kelse bahwa norma hukum itu berjenjang dan berlapis lapis dan norma
hukum yang dibawah mengikuti aturan norma hukum yang lebih tinggi dan pada sampai
suatu norma tertinggi yaitu norma dasar.
Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa norma hukum suatu Negara itu juga
berkelompk-kelompok dan pengelompokan norma hukum dalam suatu Negara itu terdiri
dari empat kelompok besar, yaitu:
Kelompok I : Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara)
Kelompok II : Staatsgrundgesetz (Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara)
Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-undang Formal)
Kelompok IV : Verordnung & Autonome Satzung (Aturan Pelaksana & Aturan
Otonom)

D. Norma Fundamental Negara (Staatsfundamentalnorm)


Norma Fundamental Negara merupakan norma tertinggi dalam suatu Negara, ini
merupakan norma yang tidak bisa dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi, tetapi
bersifat pre-supposed atau ‘ditetapkan terlebih dahulu’ oleh masyarakat dalam suatu
Negara dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma hukum
dibawahnya.

E. Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz)


Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz) merupakan kelompok
norma dibawah Norma Fundamental Negara. Norma-norma dari kelompok Aturan Dasar
Negara/Aturan Pokok Negara ini merupakan aturan-aturan yang masih bersifat pokok dan
merupakan aturan-aturan umum yang masih bersifat garis besar, sehingga masih
merupakan norma hukum tunggal.

F. Undang-undang Formal (Formell Gesetz)


Kelompok norma hukum yang berada dibawah Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok
Negara (Staatsgrundgesetz) adalah Undang-undang Formal (Formell Gesetz). Berbeda
dengan kelompok-kelompok norma sebelumnya, norma-norma dalam suatu undang-
undang sudah konret dan terperinsi serta sudah bisa dapat langsung berlaku di masyarakat.
Norma-norma hukum dalam undnag-undang ini tidak hanya bersifat norma hukum tunggal
melainkan berpasangan, sehingga terdapat norma hukum sekunder disamping norma
hukum primernya. Dengan demikian dalam suatu undang-undang sudah dapat
dicantumkan norma-norma yang bersifat sanksi, baik itu sanksi pidana maupun sanksi
pemaksa. Norma hukum Undang-undang ini dbentuk oleh lembaga Negara legislative.

G. Aturan Pelaksana & Aturan Otonom (Verordnung & Autonome Satzung)


Kelompok hukum yang terakhir adalah peraturan pelaksana (Verordnung) dan aturan
otonom (Autonome Satzung). Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom ini merupakan
peraturan-peraturan yang terletak di bawah undang-undang yang berfungsi
menyelenggarakan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang. Peraturan pelaksanaan
bersumber dari kewenangan delegasi sedangkan peraturan otonom bersumber dari
kewenangan atribusi.

Anda mungkin juga menyukai