Teori Jenjang Norma Hukum (Stuentheorie) Hans Kelsen berpendapat bahwa norma- norma hukum itu berjenjang dan berlapirs-lapis dalam suatu hierarki. Dalam artian, norma hukum yang lebih rendah berlaku berdasar pada norma hukum yang diatasnya begitu seterusnya sampai tidak bisa ditelusuri lagi dan bersiat hipotesis yaitu Norma Dasar (Grundnorm). Norma Dasar merupakan norma tertinggi dalam hierarki horma hukum, norma dasar tidak bisa dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi yang berarti norma dasar itu lebih dahulu ditetapkan oleh masyarakat. Morma dasar adalah gantungan bagi norma-norma yang ada dibawahnya, sehingga norma itu bisa dikatakan dengan pre-supposed.
B. Struktur Norma dan Struktur Lembaga
Benyamin Akzin mengemukakan bahwa pembentukan norma hukum public dan hukum priat itu berbeda. Apabila dilihat dari Struktur Norma (Norm Structure) hukum public itu berada diatas hukum privat, sedangkan apabila dilihat dari struktur lembaga (Institutional Structure) maka lembaga Negara (Public Authorities) terletak diatas masyarakat (Population). Dalam hal pembentukannya, norma hukum public itu dibentuk oleh lembaga-lembaga Negara (penguas Negara, wakil rakyat) sedangkan norma-norma dalam hukum privat biasanya selalu sesuai kehndak/keinginan masayarkat karna hukum privat ini dibentuk oleh masyarakat yang berangkutan dengan perjanjian atau transaksi yang bersifat perdata. C. Hierarki Norma Hukum Negara Menurut Hans Nawiasky dalam bukunya yang berjudul ‘Algemeine Rectslehre’ sesuai dengan teori Hans Kelse bahwa norma hukum itu berjenjang dan berlapis lapis dan norma hukum yang dibawah mengikuti aturan norma hukum yang lebih tinggi dan pada sampai suatu norma tertinggi yaitu norma dasar. Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa norma hukum suatu Negara itu juga berkelompk-kelompok dan pengelompokan norma hukum dalam suatu Negara itu terdiri dari empat kelompok besar, yaitu: Kelompok I : Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara) Kelompok II : Staatsgrundgesetz (Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara) Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-undang Formal) Kelompok IV : Verordnung & Autonome Satzung (Aturan Pelaksana & Aturan Otonom)
D. Norma Fundamental Negara (Staatsfundamentalnorm)
Norma Fundamental Negara merupakan norma tertinggi dalam suatu Negara, ini merupakan norma yang tidak bisa dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi, tetapi bersifat pre-supposed atau ‘ditetapkan terlebih dahulu’ oleh masyarakat dalam suatu Negara dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma hukum dibawahnya.
E. Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz)
Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz) merupakan kelompok norma dibawah Norma Fundamental Negara. Norma-norma dari kelompok Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara ini merupakan aturan-aturan yang masih bersifat pokok dan merupakan aturan-aturan umum yang masih bersifat garis besar, sehingga masih merupakan norma hukum tunggal.
F. Undang-undang Formal (Formell Gesetz)
Kelompok norma hukum yang berada dibawah Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz) adalah Undang-undang Formal (Formell Gesetz). Berbeda dengan kelompok-kelompok norma sebelumnya, norma-norma dalam suatu undang- undang sudah konret dan terperinsi serta sudah bisa dapat langsung berlaku di masyarakat. Norma-norma hukum dalam undnag-undang ini tidak hanya bersifat norma hukum tunggal melainkan berpasangan, sehingga terdapat norma hukum sekunder disamping norma hukum primernya. Dengan demikian dalam suatu undang-undang sudah dapat dicantumkan norma-norma yang bersifat sanksi, baik itu sanksi pidana maupun sanksi pemaksa. Norma hukum Undang-undang ini dbentuk oleh lembaga Negara legislative.
G. Aturan Pelaksana & Aturan Otonom (Verordnung & Autonome Satzung)
Kelompok hukum yang terakhir adalah peraturan pelaksana (Verordnung) dan aturan otonom (Autonome Satzung). Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom ini merupakan peraturan-peraturan yang terletak di bawah undang-undang yang berfungsi menyelenggarakan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang. Peraturan pelaksanaan bersumber dari kewenangan delegasi sedangkan peraturan otonom bersumber dari kewenangan atribusi.