Anda di halaman 1dari 5

UTS PLKH LEGAL DRAFTING

Oleh :

[Muhamad Adira Gatha]

NPM: [2020510047]

Dosen Pengajar:
Dr. Saiful Anam, SH., MH.

Fakultas Hukum
1. Uraikan perbedaan Peraturan (Regeling), Keputusan (Beschikking) dan Putusan (Vonnis)?
2. Jelaskan perbedaan norma hukum dengan norma lainnya ?
3. Jelaskan perbedaan norma hukum menurut Hans Kelsen dengan norma hukum menurut
Hans Nawiasky ?
4. Bagaimana tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia apabila mengacu
kepada teori Hans Nawiasky (theorie vom stufenaufbau der rechtsordnung) ? Jelaskan
5. Jelaskan Prinsip dalam hierarki peraturan perundang-undangan ?

Jawaban

1. Perbedaan peraturan, keputusan, dan putusan


No Peraturan ( Regeling) Keputusan(Beschikking) Putusan (vonis)
1 Peraturan (Regeling) adalah Keputusan(Beschikking)adalah Putusan (Vonnis) adalah
aturan hukum yang ditentukan keputusan yang dikeluarkan keputusan yang diberikan oleh
oleh pemerintah dan dibuat oleh pejabat yang memiliki hakim setelah rangkaian acara
legislatif yang memiliki wewenang untuk mengambil persidangan.
kekuasaan untuk membuat keputusan dalam kasus-kasus
peraturan. tertentu.
2 Peraturan biasanya bersifat Keputusan bersifat konkret dan Putusan umumnya terkait
umum dan abstrak, ditujukan spesifik, ditujukan untuk dengan penyelesaian sengketa
untuk mengatur kelas-kelas menyelesaikan masalah atau hukum dan menentukan hak
permasalahan atau jenis-jenis sengketa yang ada. dan kewajiban para pihak yang
situasi tertentu. terlibat.
3 Peraturan dapat berupa peraturan Keputusan dapat dikeluarkan Putusan pengadilan mencakup
pemerintah, peraturan presiden, oleh pengadilan, badan pertimbangan hukum yang
atau peraturan daerah, tergantung arbitrase, atau otoritas lebih mendalam dan
pada tingkatan pemerintah yang administratif, tergantung pada berdasarkan pada interpretasi
mengeluarkannya jenis permasalahan yang hukum yang berlaku.
ditangani
4 CAontoh peraturan adalah Contoh keputusan adalah Contoh putusan adalah putusan
Penyelenggaraan Perlindungan keputusan pengadilan tentang pengadilan tentang gugatan
dan Pengelolaan Lingkungan perceraian, keputusan badan perdata, putusan pengadilan
Hidup. arbitrase tentang sengketa pidana tentang pembebasan
bisnis, atau keputusan otoritas atau vonis terhadap terdakwa,
administratif tentang sengketa atau putusan MK tentang
pajak. pembubaran partai politik

2. Perbedaan norma hukum dengan norma lainnya


No Norma Hukum Norma Lainnya
1 Suatu norma itu bersifat heteronom, dalam arti Norma lainnya bersifat otonom, dalam arti norma
bahwa norma hukum itu datangnya dari luar itu datangnya dari dalam diri seseorang, contohnya
diri seseorang. Contohnya dalam hal membayar apabila seseorang akan menghormati orang tua atau
pajak, maka kewajiban itu datangnya bukan seseorang, maka hal itui dilakukan karena
dari diri seseorang, tetapi paksaan itu datang kehendak dan keyakinan seseorang tersebut
dari Negara, sehingga seseorang harus
memenuhi kewajiban tersebut senang atau
tidak senang
2 Suatu norma hukum itu dapat dilekati dengan norma lainnya tidak dapat dilekati oleh sanksi
sanksi pidana Maupun sanksi pemaksa secara pidana maupun sanksi pemaksa secara fisik.
fisik
3 Dalam norma hukum sanksi pidana atau sanksi Pelanggaran norma-norma lainna sanksi itu
pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara datangnya dari diri sendiri, misalnya adanya
(misalnya. Polisi, jaksa, hakim) perasaan bersalah, perasaan berdosa, atau maka
para pelanggarannya akan dikucilkan dari
masyarakatnya.
4 Norma hukum diatur oleh undang-undang, Norma lainnya dapat berasal dari berbagai sumber,
peraturan pemerintah, putusan pengadilan, dan seperti adat, agama, kebiasaan, atau nilai-nilai
peraturan-peraturan lainnya yang ditetapkan sosial dan budaya. Sumber-sumber ini mungkin
oleh lembaga-lembaga yang berwenang. tidak memiliki dasar hukum yang formal, tetapi
tetap berpengaruh dalam tatanan masyarakat.

3. perbedaan norma hukum menurut Hans Kelsen dengan norma hukum menurut Hans
Nawiasky
Norma hukum menurut Hans Kelsen:
- Norma hukum berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata
susunan);
- Norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih
tinggi;
- Norma yang tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi;
- Demikian seterusnya sampai pada norma yang tidak dapat ditelusuri dan bersifat
hipotesis dan fiktif (Grundnorm);
- Norma dasar merupakan norma tertinggi dalam sistem norma dan tidak lagi dibentuk
oleh norma yang lebih tinggi.

Fungsi norma hukum menurut Hans Kelsen: mempertahankan ketertiban sosial dan
menjamin kepastian hukum dalam masyarakat. Norma hukum dianggap sebagai alat
pengaturan sosial yang mengatur perilaku manusia dan menyelesaikan konflik-konflik.

Norma Hukum Menurut Hans Nawiasky:

Berpendapat bahwa selain norma berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, norma hukum dari
suatu negara juga berkelompok-kelompok, dan pengelompokan norma hukum dalam suatu
negara terdiri dari 4 (empat) kelompok besar yaitu :

1. Kolompok I : Staatfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara)

2. Kelompok II : Staatgrundgesetz (Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara)

3. Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-Undang formal)

4. Kelompok IV :Verordnung & Autonome Satzung (Aturan pelaksana & aturan otonom)

Fungsi norma hukum menurut Hans Nawiasky: mempengaruhi tingkah laku manusia
dengan menegakkan nilai-nilai sosial dan moral dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa
norma hukum memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan tindakan individu.

4. Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia apabila mengacu kepada teori


Hans Nawiasky (theorie vom stufenaufbau der rechtsordnung):
Teori Hans Nawiasky tentang tata urutan peraturan perundang-undangan, yang dikenal
sebagai “theorie vom stufenaufbau der rechtsordnung” atau “teori struktur bertingkat dari
tatanan hukum,” dikelompokan menjadi 4: Kolompok I : Staatfundamentalnorm (Norma
Fundamental Negara), Kelompok II : Staatgrundgesetz (Aturan Dasar Negara/Aturan
Pokok Negara), Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-Undang formal), Kelompok IV
:Verordnung & Autonome Satzung (Aturan pelaksana & aturan otonom)
Tata urutan peraturan di Indonesia apabila mengacu pada teori Hans Nawiasky:
1) pancasila sebagai Staatfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara) karena sebagai
identitas negara yang mencerminkan cita-cita, nilai nilai bangsa indonesia.
2) UUD 1945 sebagai Staatgrundgesetz (Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara)
UUD menjadi dasar bagi semua peraturan perundang-undangan yang ada dan harus
sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UUD.
3) Undang-Undang sebagai Formell Gesetz (Undang-Undang formal), karena peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) dan disahkan oleh Presiden. UU memiliki kekuatan
mengikat secara umum dan berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
4) Peraturan-peraturan lain seperti peraturan pemerintah, peraturan menteri, perda sebagai
Verordnung & Autonome Satzung (Aturan pelaksana & aturan otonom)

5. Prinsip dalam hierarki peraturan perundang-undangan


1) Lex superiori derogat legi inferiori: peraturan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Asas ini berlaku pada dua peraturan
yang hierarkinya tidak sederajat dan saling bertentangan.
2) Lex specialis derogat legi generali: peraturan yang lebih khusus mengesampingkan
peraturan yang lebih umum. Asas ini berlaku pada dua peraturan yang hierarkinya
sederajat dengan materi yang sama.
3) Lex posteriori derogat legi priori: peraturan yang baru mengesampingkan peraturan
lama. Asas ini berlaku saat ada dua peraturan yang hierarkinya sederajat dengan tujuan
mencegah ketidakpastian hukum.
4) Peraturan hanya bisa dihapus dengan peraturan yang kedudukannya sederajat atau lebih
tinggi

Anda mungkin juga menyukai