Anda di halaman 1dari 21

Materi Ke-5:

Karakteristik Norma
Hukum
A. Tujuan Instruksional Umum
B. Tujuan Instruksional Khusus
C. Isi Kuliah:
Karakteristik Norma Hukum
 Dilihat dari segi alamat yang dituju / subyek
(adressat), yaitu :

 Norma Hukum Umum;


Norma hukum umum adalah norma hukum yang
ditujukan untuk orang banyak (addressatnya
umum) dan tidak tertentu. ‘Umum’ disini dapat
berarti bahwa suatu peraturan itu ditujukan
untuk semua orang, semua warga negara, untuk
seluruh propinsi, satu wilayah .
 Norma Hukum Individual;
Norma hukum individual adalah norma
hukum yang ditujukan atau di alamatkan
(addrestnya) pada seseorang , beberapa
orang atau banyak orang yang telah tertentu .
 Dilihat dari segi hal yang diatur perbuatannya /
tingkah lakunya (obyek):

 Norma Hukum Abstrak;


Norma hukum abstrak adalah suatu norma hukum
yang melihat pada perbuatan seseorang yang tidak
ada batasnya dalam arti tidak konkret .
Norma hukum abstrak ini merumuskan suatu
perbuatan itu secara abstrak, misalnya disebutkan
dengan kata ‘mencuri’, ‘membunuh’, ‘menebang
pohon’ dan lain sebagainya .
 Norma Hukum Konkret.
Norma hukum konkret adalah suatu norma
hukum yang melihat perbuatan seseorang
itu secara lebih nyata (konkret) , misalnya ,
mencuri perhiasan .
Kombinasi Norma Hukum

 Dari sifat –sifat norma hukum tersebut , kita


mendapatkan empat kombinasi dari paduan
norma-norma tersebut yaitu :
a . Norma hukum umum – abstrak .
Norma hukum yang umum dan abstrak
adalah suatu norma hukum yang di
tujukan untuk umum dan perbuatannya
masih bersifat abstrak Norma hukum
umum dan abstrak ini dirumuskan sebagai
berikut :
 Setiap warga negara dilarang mencuri .

 Setiap orang dilarang membunuh


sesamanya .
b . Norma hukum umum– konkret .
Norma hukum yang umum dan konkret
adalah suatu norma hukum yang di tujukan
umum dan perbuatannya sudah tertentu .
Norma hukum umum dan konkret ini di
rumuskan sebagai berikut :
 Setiap orang dilarang mencuri mobil yang di

parkir du depan toko sarinah .


 Setiap orang di larang membunuh si Badu

dengan sebuah parang .


c. Norma hukum indvidual – abstrak .
Norma hukum yang individual dan abstrak adalah
suatu norma hukum yang ditujukan untuk
seseorang atau orang-orang tertentu dan
perbuatannya bersifat abstrak .
 Norma hukum individual dan abstrak ini di
rumuskan sebagai berikut :
 Si Badu yang bertempat tinggal di JL .

Mangga No. 15 Jakarta di larang mncuri .


 Si Polan Bin Ali di larang membunuh .
d. Norma hukum individual – konkret .
 Norma hukum yang individual dan konkret adalah
suatu norma hukum yang ditujukan untuk seseorang
atau orang-orang tertentu dan perbuatanya bersifat
konkret .Norma hukum individual dan konkret ini
dirumuskan sebagai berikut :
 Saudara Syafei Bin Muhamad Syukri yang
bertempat tinggal di JL . Flamboyan No. 10
Jakarta diberi izin membangun rumah di atas
tanah yang terletak di samping tempat tinggalnya,
yaitu Jl. Flamboyan No. 12 Jakarta yang
merupakan miliknya .
Masa Berlakunya Norma

 Norma hukum yang berlaku sekali- selesai


(einmahlig)
 Norma hukum yang bersifat einmahlig atau
berlaku satu kali saja / sekali selesai adalah
norma hukum yang berlakunya hanya satu
kali saja dan setelah itu selesai, jadi sifatnya
hanya menetapkan saja, sehingga dengan
adanya penetepan itu norma hukum tersebut
selesai, contohnya ialah, keputusan
mengenai penetapan seseorang sebagai
pegawai negeri.
Norma hukum yang berlaku terus- menerus
(dauerhaftig) .
 Norma hukum yang berlaku terus – menerus(
dauerhaftig ) adalah norma hukum yang
berlakunya tidak di batasi oleh waktu , jadi
dapat berlaku kapan saja secara terus
menerus, sampai peraturan itu dicabut atau
diganti dengan peraturan yang baru,
misalnya, suatu peraturan yang mengatur
bahwa seseorang tidak boleh merusak
lingkungan di sekitarnya .
Jenis Norma
 Norma Hukum Tunggal adalah satu norma
hukum yang berdiri sendiri dan tidak di ikuti
oleh suatu norma hukum lainnya , jadi isinya
hanya merupakan suatu suruhan ( dasollen )
tentang bagai mana kita harus bertindak
atau bertingkah laku . contoh perumusan
suatu norma hukum tunggal adalah sebagai
berikut :
 “ Hendaknya kita berperikemanusiaan ” .
 “ Presiden memberi grasi , amnesti , abolisi ,
dan rehabilitasi ” pasal 14 1945 .
 Norma Hukum Yang Berpasangan adalah
suatu norma yang terdiri atas norma hukum
primer , dan norma hukum sekunder .
 Norma Hukum Primer adalah suatu norma
hukum yang berisi aturan / patokan
bagaimana cara kita harus berperilaku di
dalam masyarakat , yang biasanya di
rumuskan dengan kalimat sebagai berikut :
 “Hendak engkau tidak mencuri”.
 “ Hendaknya engkau tidak menhilangkan
nyawa orang lain ”.
 Norma Hukum Sekunder adalah suatu norma hukum
yang berisi tata cara penanggulanganya apabila suatu
norma hukum primer itu tidak di penuhi .
 Norma hukum sekunder ini memberikan pedoman bagi
para penegak hukum untuk bertindak apabila suatu
norma hukum primer itu tidak di patuhi , dan norma
hukum sekunder ini mengandung sanksi- sanksi bagi
seseorang yang tidak memenuhi suatu ketentuan dalam
norma hukum primer , dan biasanya di rumuskan
dengan kalimat sebagai berikut :
 “ …..apabila engkau mencuri dihukum ”.
 “…...apabila engkau membunuh dihukum setinggi-
tingginya 15 tahun penjara ”.
 Dari contoh tersebut biasanya kebanyakan orang
menyatakan bahwa hubungan antara norma hukum
primer dan norma hukum sekunder tersebut adalah
hubungan ‘ sebab – akibat ’( kausalitat ) , tetapi hal
ini tidaklah benar .
 Dalam hal ini hubungan antara norma hukum
primer dan norma hukum sekunder adalah
merupakan hubungan pertanggungjawaban
perbuatan ( zurechnung ), dimana seseorang yang
melakuakan suatu perbuatan yang di kenakan
pidana hanya dapat di jatuhi sanksi pidana sebatas
apa yang dapat di pertanggungjawabkan .
“Validity” dan “Efficacy”

 Suatu norma di anggap berlaku apabila norma


tersebut mempunyai ‘daya laku’ atau karena ia
mempunyai keabsahan (validity / Geltung) , dimana
berlakunya (validity) ini ada apabila norma itu
dibentuk oleh norma yang lebih tinggi atau oleh
lembaga yang berwenang membentuknya, misalnya,
suatu undang-undang adalah sah apabila ia dibentuk
oleh presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat berdasarkan suatu norma dalam
undang-undang dasar, atau suatu peraturan
pemerintah yang di bentuk oleh presiden
berdasarkan delegasi dari undang-undang .
 Sehubungan dengan berlakunya suatu norma karena
adanya daya laku (validity), kita dihadapkan pula pada
daya guna/bekerjanya ( efficacy ) dari norma tersebut .
Dalam haj ini kita melihat apakah suatu normayang ada
dan berlaku itu bekerja / berdaya guna secara efektif atau
tidak, atau dengan lain perkataan apakah norma itu ditaati
atau tidak.
 Dalam hubungannya antara berlakunya / absahnya
(validity) dari suatu norma selalu berhubungan dengan
daya gunanya/efektifnya (efficacy) norma itu . Suatu
norma itu mungkin berlaku dan absah karena dibentuk
oleh lembaga yang berwenang dan berdasarkan norma
yang lebih tinggi, tetapi walaupun demikian norma itu
tidak berdaya guna atau tidak bekerja secara efektif .
D. Alamat Situs
Latihan Soal Ke-5

Anda mungkin juga menyukai