Anda di halaman 1dari 12

catatan ilmu perundang2 an

tgl 8 feb 2022

- undang-undang (“UU”) adalah termasuk salah satu jenis peraturan perundang-undangan.


pengertian undang-undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden (Pasal 1 angka 3 UU
12/2011).
- peraturan perundang2 an : sesuatu yg berkaitan dg produk hukum yg bersifat mengatur.
- uu : salah satu produk dari peraturan perundang2
- ilmu perundang2 : suatu ilmu yg mempelajari tentang produk hukum yg bersifat mengatur
produk hukum ada yg bersifat mengatur, menetapkan, perikatan, memutuskan.
- bentuk produk hukum yg bersifat perikatan : traktat (kalau dibuat antarnegara), perjanjian
(antar individu) , kontrak (antar individu, negara).
- bentuk produk hukum yg bersifat penetapan : keputusan kepala daerah
- ada masalah dg keputusan : pengadilan TUN
- ada masalah peraturan : MA, MK
- putusan : produk hukum yg dibuat oleh hakim yg sifatnya memutuskan perkara konkrit kasus
yg melibatkan para pihak.
- bentuk produk hukum yg bersifat putusan : putusan (vonis). ex: putusan yg dibuat hakim
- bentuk produk hukum yg bersifat mengatur : peraturan
- beda peraturan dg keputusan :
1. keputusan : sifatnya individu tertentu, konkrit, final (sekali berlaku)
ex : A ditetapkan sbg mahasiswa S1 FH UB. produknya adalah : keputusan
2. peraturan : sifatnya umum, berlaku terus menerus, abstrak (perbuatannya tidak tertentu)
ex : setiap orang dilarang mencuri selama peraturannya tidak diubah. abstrak : jenis
barang yg dicuri tidak disebutkan.
3. Perikatan : Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara
dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan pihak lain
berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi. perikatan menimbulkan suatu hubungan
hukum yang dapat bersifat sepihak dan relatif. Hubungan hukum dalam perikatan disebut
relatif karena hubungan tersebut hanya dapat dipertahankan dan dimintai
pertanggungjawabannya terhadap orang-orang tertentu. Orang tertentu yang dimaksud
adalah para pihak yang terikat karena persetujuan atau ketentuan undang-undang.
Perjanjian : Dalam perjanjian, hal yang terjadi adalah suatu perbuatan hukum. Perbuatan
hukum kemudian menimbulkan hubungan hukum/perikatan. Namun, hubungan tersebut
umumnya bersifat timbal balik karena dalam perjanjian masing-masing pihak memiliki
hak dan kewajibannya masing-masing sehingga tidak hanya meletakkan hak disatu pihak
atas prestasi yang menjadi kewajiban pihak lainnya.
4. Vonis : putusan hakim (pada sidang pengadilan) yang berkaitan dengan persengketaan di
antara pihak yang maju ke pengadilan;

 Nilai : sesutu yang dianggap berguna/tidak berguna, baik/tidak baik, menyenangkan/tidak


menyenangkan, adil/tidak adil.
 Norma : aturan yang berisi perintah dan.atau larangan . misal : jangan mencuri

Tanggal 15 feb 2022


- Norma : produk inti dari perundang-undangan, mengandung hal apa yang harusnya
dilakukan
- Norma yang ada di masyarakat :
1. Norma hukum : HETERONOM (memaksa dari pihak luar, bisa dipaksakan
penegakannya)
2. Norma agama : OTONOM (mengikat sesuai kesadaran diri orang)
3. Norma kesopanan : hubungan invidu ke masyarakat, tergantung kita dan masyarakat (ada
daya paksa dari masyarakat), relatif untuk menentukan ukuran sopan
4. Norma kesusilaan : menjaga agar nilai kesusilaan tetap terjaga,

- Jenis norma peraturan perunndang-undangan (semua norma hukum dan dimuat dalam
rumusan pasal atau pasal dan ayat) :
1. Norma tingkah laku (gedrags nomen):
2. Norma kewenangan (bevoegdheids normen)
3. Norma penetapan (bepalende normen)
- Ada 4 norma tingkah laku (ditujukan u/ pemerintah atau masyarakat) :
1. Larangan (verbod) : jangan melakukan sesuatu, ketentuan ini digunakan kata “dilarang”
2. Perintah (gebod) : HARUS MELAKUKAN SESUATU. Ktentuan ini menggunakan kata
“wajib” dan “harus”
3. Izin : boleh melakukan sesuatu/toestemming. Ketentuan ini digunakan kata “dapat”
4. Pembebasa suatu perintah/vriistelling : digunakan kata “kecuali” (apabila dirumuskan
dalam pasal tanpa ayat) atau “dalam hal” (apabila dirumuskan dalam pasal yang memiliki
ayat)

Note : “harus” mengacu pada akibat dan menunjukan kondisi, sedangkan “wajib” dikenakan
sanksi.

- Norma hukum primer dan sekunder


1. Primer : norma hukum yg berisi perbuatan
2. Sekunder : norma hukum yg berisi akibat dari perbuatan (misalnya sanksi)

- Ciri-ciri norma hukum (bedanya):


1. Norma hukum peraturan : abstrak, umum, berlaku terus menerus.
2. Norma hukum keputusan : individual, konkrit

- Norma kewenangan :
1. Berwenang / gebonden bevoegdheid
2. Tidak berwenang / onbevoegdheid
3. Dapat tetapi tidak perlu melakukan / kan maar niet hoetf – discretionarie bevoegheid :
menteri dapat menolak permohonan izin usaha di bidang pengangkutan.
Kata yg digunakan adalah “dapat”

- Norma penetapan
Misalnya : kapan mulai berlakunya suatu peraturan perundang-undangan, penentuan tempat
kedudukan suatu lembaga, dsb.

 Dalam proses pembentukan UU diperlukan :


1. Alur atau proses : Penyerapan aspirasi masyarakat, Persetujuan dari presiden (DPD KE DPR
– PRESIDEN)
2. Substansi : Ruu harus mengakomodasi suatu kejelasan konsep
Ex : UU koperasi yg dinyatakan batal oleh MK

 Jenis norma hukum :


1. Norma tingkah laku
2. Norma kewenangan
3. Norma penetapan

 Norma hukum peraturan cirinya :


1. Sifatnya Abstrak : norma hukum yg perbuatan yg diatur did alamanya tidak tertentu atau
tidak spesifik
Ex : setiap orang dilarang mencuri.
Abstrak : mencurinya tidak spesifik (barang yg dicuri tidak dijelaskan)
Perbuatan : mencuri
Yg spesifik : norma hukum keputusan
2. Sifatnya Umum (common) : norma hukum berlaku untuk semua orang dan tidak berlaku
untuk orang tertentu
Ex : setiap orang dilarang mencuri, maka berlaku untuk semua orang
3. Durhafteh atau berlaku terus menerus : norma hukum berlaku tidak ditentukan waktunya,
tapi kalau sudah dicabut atau diubah ya tidak berlaku
Ex : misal di UU berbunyi “setiap orang dilarang mencuri”, maka akan berlaku terus menerus
dan hanya akan berakhir kalau dicabut atau diubah

 Norma hukum keputusan cirinya :


1. Sifatnya Konkrit : tertentu
Ex : joko diangkat sebagai kepala sekolah SDN 1 Dau Kabupaten Malang
Konkrit karena spesifik, karena kepala SDN 1 Dau Kabupaten Malang hanya ada 1
2. Sifatnya individu tertentu / individual: berlaku hanya pada individu yg ditentukan
Ex : Joko diangkat sebagai kepala sekolah SDN 1 dau Kabupaten Malang, maka keputusan
tersebut hanya berlaku ada Joko saja.
3. Final (sekali berlaku)/enmaleg : keputusan hanya sekali berlaku. Normanya ditentukan batas
waktu berlaku
Ex : Andi diangkat sebagai PNS, maka normanya akan berakhir jika Andi pensiun (sampai
akhir jabatan).

 Kalau ada sengketa dibawa ke :


Jika Peraturan : Ke MA atau MK
Jika Keputusan : ke PTUN

 Norma berpasangan :
1. Primer : norma yg mengatur perbuatan
2. Sekunder : norma yang mengatur sanksi
Hubungan anatar norma hukum primer dan sekunder : hubungan pertanggungjawaban, apabila
dilanggar (primer) maka akan mendapatkan sanksi (sekunder)
Mengenai peletakannya : terserah yg membuat
Ex : kuhp : diletakkan sekundernya dulu, baru primer
“dikenakan pidana penjara 5 tahun (sekunder)........barangsiapa yang mencuri (primer)

TGL 15 MARET
 Ruang lingkun hukum positif :
1. Tertulis dan berlaku umum
a. Peraturan perundang-undangan
b. Peraturan kebijakan : lingkup administrasi negara, lingkup MA, lingkup legislatif
2. Tertulis dan berlaku khusus : ketetapan / keputusan (beschikking)
3. Tidak tertulis : hukum adat, hukum keagamaan, hukum yurisprudensi, hukum kebiasaan
 Arti penting peraturan perundang-undangan :
1. Bagi administasi negara : peraturan perundang-undagan memberikan landasan atau dasar
bertindak sekaligus jaminan bahwa perbuatan administasi negara tidak akan dituntut oleh
masyarakat
2. Bagi warga negara : peraturan perudang-undagan berfungsi memberi perlindungan akan hak
dari tidakan tidak sewenang-wenang oleh administrasi negara

 Fungsi peraturan perundang-undangan bagi asministrasi negara :


- Sarana membatasi kekuasaan (fungsi normatif)
- Sarana menggunakan kekuasaan (fungsi instrumental)
- Sarana perlindungan hukum bagi masyarakat (fungsi jaminan)

 Tujuan peraturan perundang2 an :


- Primer : mengedepankan nilai dan norma yag ada dalam mastyarakat (kodifikasi)
- Sekunder : memberi arah kepada perubahan dalam masyarakat (modifikasi)

 Nilai : sesutu yang dianggap berguna/tidak berguna, baik/tidak baik, menyenangkan/tidak


menyenangkan, adil/tidak adil.
 Norma : aturan yang berisi perintah dan.atau larangan . misal : jangan mencuri

 Peraturan perundang-undangan :
 Peraturan kebijakan : sifatnya menjalankan saja, menjalankan peraturan perundang-undangan
 Teori Hierarki perundang2 an :
1. Das Dappete Recgtsantiz – Adolf Merkl (teori dua wajah) : Mendasarkan uu yg diatasnya,
mengikuti pertautran yg ada di atasnya
2. Sufentheorie-Hans Kelsen (teori jenjang norma hukum) : norma hukum itu berjenjang-
jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata susunan). Artinya, norma yang lebih
rendah berlaku dan bersumber pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi
bersumber pada norma yang lebih tinggi lagi dst sampai bersifat hipotesis dan fiktif yaitu
norma dasar

 Menurut Hanz kelsen :


1. Grund norm : hukum dasarnya
2. Norm (norma) : bisa PP, dll
Kelemahan : normanya belum jelas

 Menurut Nawiazki :
1. Staatsfundamentalnorm (Norma fundamental)
2. Staatsgrundgeset (aturan dasar negara/aturan pokok negara)
3. Formell gesetz (undang2 “formal”)
4. Verordnung & Autonome Satzung (aturan pelakasana dan aturan otonom)

Menurut Prof Hamid Natamini

PRODUK HUKUM DAERAH (Permendagri 80/2015)


Produk hukum daerah bersifat
a. peraturan, dan
b. penetapan.

Produk hukum daerah yang bersifat mengatur berbentuk:


a. Perda atau nama lainnya,
b. Perkada;
c. Peraturan Bersama Kepala Daerah; dan
d. Peraturan DPRD.

JENIS, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang undangan
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi, dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan
Perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.

MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAN PERATURAN DAERAH


KABUPATEN/KOTA
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi
a. materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah;
b. materi muatan dalam rangka penyelenggaraan tugas pembantuan;
c. materi muatan dalam rangka menampung kondisi khusus daerah; dan/atau
d. materi muatan dalam rangka penyelenggaraan penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundangundangan yang lebih tinggi.

PENATAAN KEWENANGAN.......
KRITERIA PEMBAGIAN KEWENANGAN:
1. Eksternalitas; Siapa Kena Dampak Dia Yang Berwenang Mengurus
2. Akuntabilitas; Yang Berwenang Mengurus Adalah Unit Pemerintahan Yang Paling Dekat
Dengan Dampak Tersebut
3. Efisiensi; Bahwa Otonomi Harus Menciptakan Efisiensi Dengan Memperhatikan Economies
Of Scale. Untuk Itu Perlu Mempertimbangkan Catchment Area Pelayanan

Adanya Inter-Relasi Dan Inter-Dependensi Antar Tingkatan Pemerintahan Dalam


Melaksanakan Kewenangan Masing Masing
MATERI MUATAN MENGENAI KETENTUAN PIDANA
Materi muatan mengenal ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
a. Undang-Undang;
b. Peraturan Daerah Provinsi, atau
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

- Ketentuan pidana dalam perda berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (ima puluh juta rupiah).
- Perda juga dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain tersebut di atas
sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang undangan lainnya.

Tap MPR
dst
 materi muatan (isi dari peratutan perundang-undangan) sudah diatur dlm uu no 12 tahun 2011
 kenapa uu no 12 tahun 2011 hanya mengatur uud dan mpr : karena uu hierarkinya ada dibawah
uud dan tap mpr, maka tidak mungkin mengatur isinya dari uud dan tap mpr
 uud materi muatan isinya dilihat dalam ilmu hukum (konstitusi), di dalamnya materi muatan
konstitusi ada teori dari ahli yg pada dasarnya uud materi muatan berisi :
1. struktur ketatanegaraan (mpr,dpr, lembaga yudidial)
2. perlindungan HAM
3. memuat pembatasan kekuasaan
 dalam uud ada suatu paham konstitualisme : aliran yg mendasari pembentukan uud, maka rtidak
semua uud mencerminkan konstitusionalisme.
 Prinsip konstitusionalisme:
1. Pembatasan kekuasaan
2. Pembagian kekuasaan
3. Perlindungan ham
Yg menetapkan uud adalah mpr

Pasal 7 ayat 1 uu no 12 tahun 2011 : tap mpr


Tap mpr adalah tap mpr yg sudah ada, tidak ada lagi diventuk tap mpr setelah tahun 2003, beda
denagn uud dan uu yg bisa berubah2
Tap mpr hanya tap mpr dan tap mprs yg masih berlaku berdasarkan tap mpr no 1 tahun 2003

Uu
Uu adalah peraturan yg berisi ada di pasal 10 uu no 12 tahun 2011
uu dibuat oleh dpr dengan persetujuan presiden
peraturan pemerintah oengganti uu sam dengan muatan uu, bedanya yg membuat perpu adalah
presiden yg kemudian dimintakan persetujuan dpr pada persidangan berikutnya karena ada hal
yang genting, kekosongan hukum, ekonomi ambruk, kerusuhan,dsb dalam hal ikhwal kepentingan
yang memaksa.

Pp : hanya untuk menjalankan uu, tidak boleh ada pp kalau uu belum mengatur. Dibuat presiden
Perpres : bisa mandiri (tidak ada pp atau uu bisa dibuat perpres krn untuk menjalankan
pemerintahan sebagaimana mestinya). Tidak boleh bertentangan dengan pp. Yg membuat presiden

Perda : dibuat oleh dprd dengan persetujuan bersama kepala daerah (gubernur/wali kota/bupati)

Proses pembentukan peraturan per uu :

-Uu 12 tahun 2011, perubahannya 15 tahun 2018

- putusan mk yg mengubah uu 12 tahun 2011 karena tidak sesuai dg uud 1945

(dicari)

Yg mnguji uu 12 tahun 2011

Yg menguji uu mb3 (mpr,dpr,dpd)

Uu 1945 (pasal 20, 21, 22a)

Putusan mk yg menguji uu 11 tahun 2011 dan uu md3 (putusan no 92 tentang pengujian uu tsb)

Proses pembentukan peraturan per uu (ada 5 tahapan):

1. Tahap perencanaan (program legislasi nasional) : tahap untuk membuat planning atau rencana
peraturan apa saja yg mau dibuat dalam satu tahun. Isinya : memuat judul, ruang lingkup,
arah dan tujuan, sasaran.
- Kalau UU (program legislasi nasional) ada 2 tahap : perencanaan tahunan (program
legislasi nasional short list/ jangka pendek) dan perencanaan 5 tahunan (program legislasi
nasional jagka menengah/ long list)
- Kalau perda (program pembentukan perda) : program perencanaannya dilakukan dalam
bentuk program pembentukan perda/ propem perda
- Kalau PP dan Perpres (proksun/ program penyusunan)
2. Tahap penyusunan : ada 2 kegiatan besar yg dilakukan untuk uu/ perda yaitu :
1) Membat naskah akademik : yg wajib ada naskah akademik adalah uu (uu perubahan
wajib) dan perda baru (perda perubahan tidak wajib). Sistematika Naskah Akademik
Adalah Sebagai Berikut: Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan, Bab II
Kajian Teoretis Dan Praktik Empiris, Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan
Perundangundangan Terkait, Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis, Bab V
Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang,
Peraturan Daerah Provinsi, Atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, Bab VI Penutup
2) Membuat rangcangan peraturan uu/ perda : bisa perda, uu, atau pp. Ada beberapa
bagian/isinya (bentuk) : bagian pembukaan, bagian batang tubuh, penutup, lampiran
apabila diperlukan, penjelasan apabila diperlukan. Terdapat dalam lampiran kedua uu no
12 tahun 2011. Ada 284 cara pada lampiran kedua tersebut.
3. Tahapan Pembahasan
4. Tahapan pengesahan/penetapan
5. Pengundangan
Program legislasi nasional ada 2 dilihat dari jangkan waktunya :

1. Setahun
2. 5 tahun
Cara menentukan : proleknas pertama kali ditentukan pada masa awal jabatan dpr, jabatan dpr
kan 5 tahun, jd nanti proleknas dibuat 5 tahun kemudian dipecah atau diprioritaskan menjadi
setahunan. Satu tahun pertama apa, tahun kedua apa, dll. Yg menyusun maupun menetapkan
proleknas adalah dpr, pemerintah dan dpd (putusan mk no 92 tahun 2012). Isi dari proleknas
judul, ruang lingkup, tujuan, sasaran. Dalam perkembangannya ini bisa ada ruu yg belum
terpikirkan u/ masuk dalam prolegnas (kebutuhan diluar) misal ada uu diputus mk dan oleh
mk dinyatakan inkonstitusional bersyarat sehingga pemerintah dan dpr mengubah uu agar
sesuai putusan mk, sehingga kalau prolegnas ada ditengah tahun maka namanya daftar
kumulatif terbuka.

Undang-undang (UU) adalah salah satu bentuk dari apa yang disebut dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam hirarkhi peraturan perundang-undangan di Indonenesia UU menempati urutan
ketiga setelah Tap MPR. UU merupakan produk hukum bentukan bersama dari DPR dan Presiden
dan untuk UU tertentu melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).  Secara garis besar proses dan
tahapan pembentukan undang-undag terbagi dalam lima tahap, yaitu perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan dan pengundangan

yang disebut dengan adalah produk hukum yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Presiden, serta, untuk UU tertentu, melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Secara garis besar
proses pembentukan undang-undang terbagi menjadi 5 (lima) tahap, yakni perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan.

Masing-masing dari tahapan pembentukan UU tersebut berintikan sebagai berikut:

1. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait RUU tertentu)
menyusun daftar RUU yang akan disusun ke depan. Proses ini umumnya kenal dengan istilah
penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil pembahasan tersebut kemudian
dituangkan dalam Keputusan DPR.

Ada dua jenis Prolegnas, yakni yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun (Prolegnas Jangka
Menengah/ProlegJM) dan tahunan (Prolegnas Prioritas Tahunan/ProlegPT). Sebelum sebuah
RUU dapat masuk dalam Prolegnas tahunan, DPR dan/Pemerintah sudah harus menyusun
terlebih dahulu Naskah Akademik dan RUU tersebut.

Namun Prolegnas bukanlah satu-satunya acuan dalam perencanaan pembentukan UU.


Dimungkinkan adanya pembahasan atas RUU yang tidak terdapat dalam proleganas, baik
karena muncul keadaan tertentu yang perlu segera direspon.
Secara umum, ada 5 tahap yang dilalui dalam perencanaan Prolegnas:
- Tahapan Pembentukan UU
Pada tahap mengumpulkan masukan, Pemerintah, DPR, dan DPD secara terpisah membuat
daftar RUU, baik dari kementerian/lembaga, anggota DPR/DPD, fraksi, serta masyarakat.
hasil dari proses pengumpulan tersebut kemudian disaring/dipilih untuk kemudian
ditetapkan oleh masing-masing pihak (Presiden, DPR dan DPD -untuk proses di DPD belum
diatur). Tahap selanjutnya adalah pembahasan masing-masing usulan dalam forum bersama
antara Pemerintah, DPR dan DPD. Dalam tahap inilah seluruh masukan tersebut diseleksi
dan kemudian, setelah ada kesepakatan bersama, ditetapkan oleh DPR melalui Keputusan
DPR

2. Penyusunan
Tahap Penyusunan RUU merupakan tahap penyiapan sebelum sebuah RUU dibahas bersama
antara DPR dan Pemerintah. Tahap ini terdiri dari:
Tahapan Pembentukan UU
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya tehadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan peraturan sebagai solusi
terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. Penyusunan RUU adalah
pembuatan rancangan peraturan pasal demi pasal dengan mengikuti ketentuan dalam
lampiran II UU12/2011

- Harmonisasi, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi adalah suatu tahapan untuk:

1. Memastikan bahwa RUU yang disusun telah selaras dengan:

a. Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, dan UU lain

b. Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan

2. Menghasilkan kesepakatan terhadap substansi yang diatur dalam RUU.

3. Pembahasan
Pembahasan materi RUU antara DPR dan Presiden (juga dengan DPD, khusus untuk topik-
topik tertentu) melalui 2 tingkat pembicaraan. Tingkat 1 adalah pembicaraan dalam rapat
komisi, rapat gabungan komisi, rapat badan legislasi, rapat badan anggaran atau rapat
panitia khusus. Tingkat 2 adalah pembicaraan dalam rapat paripurna. Pengaturan sebelum
adanya putusan MK 92/2012 hanya “mengijinkan” DPD untuk ikut serta dalam pembahasan
tingkat 1, namun setelah putusan MK 92/2012, DPD ikut dalam pembahasan tingkat 2.
Namun peran DPD tidak sampai kepada ikut memberikan persetujuan terhadap suatu RUU.
Persetujuan bersama terhadap suatu RUU tetap menjadi kewenangan Presiden dan DPR.
Apa yang terjadi pada tahap pembahasan adalah “saling kritik” terhadap suatu RUU. Jika
RUU tersebut berasal dari Presiden, maka DPR dan DPD akan memberikan pendapat dan
masukannya. Jika RUU tersebut berasal dari DPR, maka Presiden dan DPD akan memberikan
pendapat dan masukannya. Jika RUU tersebut berasal dari DPD, maka Presiden dan DPR
akan memberikan masukan dan pendapatnya.

4. Pengesahan
Setelah ada persetujuan bersama antara DPR dan Presiden terkait RUU yang dibahas
bersama, Presiden mengesahkan RUU tersebut dengan cara membubuhkan tanda tangan
pada naskah RUU. Penandatanganan ini harus dilakukan oleh presiden dalam jangka waktu
maksimal 30 hari terhitung sejak tanggal RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan
Presiden. Jika presiden tidak menandatangani RUU tersebut sesuai waktu yang ditetapkan,
maka RUU tersebut otomatis menjadi UU dan wajib untuk diundangkan. Segera setelah
Presiden menandatangani sebuah RUU, Menteri Sekretaris negara memberikan nomor dan
tahun pada UU tersebut.

5. Pengundangan
Pengundangan adalah penempatan UU yang telah disahkan ke dalam Lembaran Negara (LN),
yakni untuk batang tubung UU, dan Tambahan Lembaran Negara (TLN)m yakni untuk
penjelasan UU dan lampirannya, jika ada. TLN.Sebelum sebuah UU ditempatkan dalam LN
dan TLN, Menteri Hukum dan HAM terlebih dahulu membubuhkan tanda tangan dan
memberikan nomor LN dan TLN pada naskah UU. Tujuan dari pengundangan ini adalah
untuk memastikan setiap orang mengetahui UU yang akan mengikat mereka.

Anda mungkin juga menyukai