1
Hukum Peraturan/Putusan Negara Hukum
Fungsi:
Memberikan
Kepastian Hukum
Fungsi: Fungsi:
1. Ketertiban Penegakan Hukum
2. Melindungi
3. Keadilan Legal Drafting
Legislative Drafting
2
Istilah Yang Lazim Digunakan
3
Pengertian Legislative Drafting:
Legislative Drafting:
is both a science and an art. It is a science in so far as
certain rules can be laid down which are of universal
application to all kinds of measures that come up for
drafting and in so far as a certain set of rules is always
abserved by all drafts men for the purpose of securing
method in their drafts.
(L.M. Bakshi, 1872)
4
Ruang Lingkup Legislative Drafting
5
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PER. P-UU-AN
6
Norma Agama
Jenis Norma Norma Sosial
Norma Hukum
Menentukan Sikap/
N.H. Primer Hub. Antar Pribadi
Norma - Jangan mencuri
Hukum - Membayar pajak
N.H. Sekunder Rumusan Sanksi
7
Jenis Norma Hukum
8
Norma Hukum Einmahlig dan Norma Hukum Dauerhaftig.
Norma hukum einmahlig adalah norma yang berlaku sekali
selesai, sedangkan norma hukum dauerhaftig adalah norma
hukum yang berlaku terus-menerus.
Norma Hukum Tunggal dan Norma Hukum Berpasangan.
Norma hukum tunggal adalah norma hukum yang berdiri
sendiri atau suatu norma hukum yang tidak diikuti norma
hukum lain. Isi norma hukum ini hanya merupakan suatu
suruhan (das Sollen) untuk bertindak atau bertingkah laku,
sedangkan norma hukum berpasangan terdiri dari beberapa
norma, norma hukum primer dan norma hukum sekunder.
Norma hukum sekunder merupakan cara penanggulangan
kalau norma hukum primer ternyata tidak dilaksanakan.
9
Sumber Kewenangan Bertindak/Berbuat
1. ATRIBUSI: Diperoleh langsung dari Undang-
Undang (asli). Misalnya: Ps. 18 (7) Amandemen
Kedua UUD 45 _: UU No. 23/2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
2. DELEGASI: Pelimpahan tugas, wewenang dan
tanggung jawab dari atasan ke bawahan.
3. MANDAT: Pelimpahan mandat ke pada bawahan/yg
ditunjuk, sdg yg bertang.jwb ada pd pemberi mandat.
4. FREIS ERMESSION: Kebebasan/ Keleluasaan
bertindak atas inisatif sendiri.
10
Bentuk-Bentuk Perbuatan
1. Perbuatan nyata
2. Perbuatan Hukum: PERATURAN
- P.H. Perdata
- P.H. Publik KEPUTUSAN
3. Peradilan (semu).
PENETAPAN
11
Sahnya Keputusan
FORMIL MATERIAL
12
SUMBER WEWENANG
. PRESIDEN
MENGATUR/BERTINDAK
Ps. 5 (1) Ps.5 (2) Ps. 22(1) Ps. 4 (1) Ps. V(AP)
PENPRES
PENPRES
UU PERPU
PERPRES
PERPRES
PERPRES
PP
KERPRES KERPRES
KERPRES
MPR - UUD
- TAP MPR
DPR + PRESIDEN UU
PRESIDEN - PERPU
- PP
- KEPRES
MA YURISPRUDENSI
PRODUK
15
Tertulis & berlaku umum:
a. Peraturan Perundang-undangan
b. Peraturan Kebijakan
- Lingkup Administrasi Negara
- Lingkup Mahkamah Agung
- Lingkup Legislatif
Tidak Tertulis:
a. Hukum Adat
b. Hukum Keagamaan
c. Hukum Yurispudensi
d. Hukum Kebiasaan.
16
Negara Hukum
17
Arti Penting Peraturan Perundang-undangan
18
Fungsi Peraturan Perundang-undangan
bagi Administrasi Negara
19
Tujuan Peraturan Perundang-undangan
pengayoman;
kemanusiaan;
kebangsaan;
kekeluargaan;
kenusantaraan;
bhinneka tunggal ika;
keadilan;
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
22
Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(yang Baik):
23
Pertimbangan Filosofis
Pertimbangan Yuridis
2. SYARAT PEMBENTUKAN Pertimbangan Politis
PERATURAN PERUNDANG- Pertimbangan Sosiologis
UNDANGAN YANG BAIK
Pertimbangan Ekologis
Pertimbangan Ekonomis
Pertimbangan Kultural
24
Kewenangan
Berlaku Ke Depan/Tdk Berlaku Surut
Peraturan Baru Kesampingkan yang
4. ASAS TERTIB PERATURAN Lama
PERUNDANG-UNDANGAN Tata Urutan Peraturan Perundang-
YANG BAIK undangan
Persamaan & Tidak Memihak
Kepastian, Kepatutan, & Keadilan
Kepentingan Umum
25
PERSYARATAN PEMBENTUKAN PERATURAN
26
Tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Evaluasi Perencanaan
Perancangan
Sosialisasi RUU /Perumusan
UU
Pembahasan
Pengundangan
Penetapan
27
Materi Muatan Undang-Undang Dasar
28
Materi muatan Undang-Undang:
29
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang sama dengan materi muatan
Undang-Undang.
30
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh
materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.
Materi muatan Peraturan Desa/yang setingkat
adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan
urusan desa atau yang setingkat serta penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.
31
Landasan Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan:
Landasan Filosofis:
- Pemikiran terdalam yang harus terkandung dalam
peraturan perundang-undangan.
- Pandangan hidup yang mengarahkan pembuatan
peraturan perundang-undangan, yaitu nilai-nilai
Proklamasi dan Pancasila.
Landasan Yuridis:
- Ketentuan hukum yang harus diacu dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan yang dibedakan
menjadi:
32
a. Landasan Yuridis formal yaitu ketentuan yang
menunjuk kewenangan pembuatan.
b. Landasan Yuridis Material yaitu ketentuan hukum
yang menentukan isi peraturan perundang-undangan.
Contoh:
Pasal 18 UUD’45 : Pemerintahan Daerah
Pasal 23 (2) UUD’45 : Pajak
Pasal 28 UUD’45 : Berserikat, berkumpul,
mengeluarkan pikiran, dsb
33
Landasan Politis: Keputusan-keputusan politik yang berisi
arahan-arahan/kebijakan-kebijakan pembangunan. Misalnya:
Kebijakan debirokratisasi, liberalisasi, moneter, dsb.
Landasan Sosiologis: Situasi dan kondisi masyarakat di mana
peraturan perundang-undangan itu akan ditetapkan. Landasan ini
berkatian dengan efektivitas pelaksanaannya. Jadi landasan yang
dipikirkan untuk pelaksanaan peraturan perundang-undangan
setelah dibuat.
Landasan Ekologis: Pertimbangan keselamatan dan kelestarian
lingkungan hidup dan ekosistemnya.
Landasan Ekonomis: Pertimbangan ekonomi mikro dan makro.
Dan sebagainya (sesuai dengan materi peraturan yg diaturnya).
34
Asas Berlakunya Peraturan P-UU-an
35
Mulai Berlakunya Peraturan Per-UU-an
36
Bentuk Bagian Dalam dan Ragam Bahasa
Peraturan Perundang-undangan
• Bentuk Dalam, meliputi:
- Pilihan Sistematika yang baku bagi penuangan
ketentuan-ketentuan;
- Adanya definisi (pengertian umum)
- Menghindari penggunaan kata-kata yang mengandung
arti ganda.
- Pilihan untuk memasukkan hal-hal yang erat berkaitan
dengan satu Bab, satu Pasal, satu Paragraf, atau satu
Bagian.
• Ragam Bahasa, meliputi:
Perlunya penggunaan bahasa hukum yang sudah baku
(baik pada struktur kalimat, peristilahan, dan tanda baca).
37
Bentuk Bagian Luar
Peraturan Perundang-undangan
39
C. Bagian Batang Tubuh, berisi:
• Semua substansi Peraturan Perundang-undangan yang dirumuskan
dalam pasal-pasal
• Secara umum terdiri dari; Ketentuan Umum, Materi Pokok yang
diatur, Ketentuan Pidana (jika diperlukan), Ketentuan Peralihan (jika
diperlukan), dan Ketentuan Penutup.
40
Penyusunan Naskah Akademik:
42
BAB II. PERTIMBANGAN DASAR PENGATURAN
DALAM …..(UU, PP, PERPRES, PERDA, dst.)
43
BAB III. ASPEK TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN
44
3. Tentang Dasar Hukum
Sebutkan dasar hukumnya, baik formal
maupun material yang digunakan.
Dasar Hukum. Material …….sesuai dengan
isi/materi yang diatur.
45
4. Pemuatan Sanksi Pidana.
Perlu dijelaskan, pidana harus dimuat dalam UU, kecuali
UU menguasakannya/mendelegasikan kepada peraturan
lebih rendah.
Perlu dijelaskan: pidana kurungan dari Perda paling lama
6 bulan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
46
BAB IV. ISI MUATAN PERATURAN
Dalam bab ini, perlu dijelskan peraturan yang akan dibuat itu
memuat materi apa saja. Biasanya isi muatan peraturan
peraturan perundang-undangan terdiri dari:
1. Ketentuan Umum: memuat pengertian-pengertian ada ketentuan
umum ini, naskah akademik sudah harus memerinci apa saja yang
perlu didefinisikan /diberi pengertian.
2. Materi yang akan diatur.
N.A. harus memerinci segi-segi apa saja yang diatur: contoh yang
perlu diatur adalah sebagai berikut:
47
- Pelaksanaan Otonomi
- Isi rumah tangga
- Aspek keuangan Nantinya menjadi
- Susunan organisasi bab-bab dalam
Pemda Kab/Kota. rancangan
- Dekonsentrasinya
48
4. Ketentuan Peralihan
Naskah akademik juga perlu menjelaskan bagaimana
peraturan yang dibuat itu akan berlaku nanti, kapan akan
efektif.
Jadi dapat meliputi
a. Ketentuan penerapan.
b. Cara-cara penerapan.
5. Lain-lain…
Misalnya tentang pedoman teknis penyusunan yang akan
digunakan dst.
49
Contoh NASKAH AKADEMIK
Sistematika TENTANG
PERIZINAN
BAB I. PENDAHULUAN
1. Umum
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan
4. Ruang Lingkup
5. Tata Urutan
6. Referensi
7. Pengertian-pengertian
50
BAB II. LANDASAN PEMIKIRAN
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Hukum
3. Landasan Politis Perizinan
4. Landasan Sejarah
5. Landasan Ekonomi
6. Landasan Ekologi
7. Prinsip-prinsip pembinaan dan pengertian perizinan
51