Anda di halaman 1dari 10

8 - Hukum dan Sanksi

Hukum dianggap bekerja pada saat ada sanksi yang diterapkan


- Bekerja atau tidak suatu hukum seharusnya tidak diukur dari sanksi yang diterapkan
- Walaupun tidak ada sanksi, hukum tetap bekerja
- Efektivitas kaidah hukum terjadi ketika masyarakat berperilaku taat kepada norma
- Kesadaran hukum (internal) sanksi (eksternal)
- Sanksi → akibat dari setiap perilaku manusia
Sanksi dibagi menjadi 2 :
- Positif → akibat dari perilaku manusia yang taat kepada norma
- Negatif → akibat dari perilaku manusia yang tidak taat kepada norma
Tujuan sanksi → mendorong ketaatan
- Berat ringannya sanksi tidak menjamin tinggi rendahnya persentase ketaatan pada norma
- Tingkat probabilitas orang dikenai sanksi menentukan persentase ketaatan pada norma,
semakin tinggi tingkat probabilitas (kemungkinan) orang dikenai sanksi, semakin tinggi
persentase ketaatannya
Apakah sanksi merupakan hal esensial (sesuatu yang harus ada untuk membuat sesuatu menjadi
ada) dalam hukum?
- Esensial → hukum bersifat memaksa kemudian diwujudkan dalam bentuk sanksi hukum
- Penting tapi tidak esensial → tidak hanya kaidah hukum, semua kaidah bersifat memaksa
dengan caranya masing-masing dan memiliki sanksi tersendiri
● Normatif → menganalisis dari sudut pandang aturannya → hukum = kekuasaan
● Sosiologis → melihat pada kenyataan yang ada di masyarakat
Syarat :
a. Pesan harus disampaikan pada masyarakat (sosialisasi) → masyarakat
harus tau apa yang berlaku sebagai hukum
b. Isi dari pesan (kaidah yang disosialisasikan) harus dapat dipahami (logis)
dan dilaksanakan oleh masyarakat
c. Harus ada kecenderungan yang mendorong ketaatan (sanksi atau
kesadaran hukum)
*ada kemungkinan hukum berjalan tanpa sanksi, tapi tidak boleh ada sanksi tanpa hukum
10 - Penggolongan Hukum
- Objek yang akan digolongkan harus heterogen
- Saat mengklasifikasi harus memahami apa ukuran/kriteria yang kita pakai
- Tujuan : supaya bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang objek yang
digolongkan
- Hukum bersifat heterogen sehingga dapat dilakukan penggolongan terhadap
norma/kaidah
● Penggolongan berdasarkan sumber hukum (detail di bab 12) :
- Peraturan perundang-undangan
- Yurisprudensi
- Traktat (perjanjian antar negara)
- Doktrin
- Kebiasaan
● Penggolongan berdasarkan wilayah (teritorial) berlaku kaidah hukum :
- Nasional
a. Lokal → perda, pergub, perdes, dsb
b. Nasional → UU, perpres, per. pemerintah, dsb
- Internasional (ada hubungan lintas batas negara)
a. Regional → sifat lintas batas negara tapi masih dibatasi oleh regio atau
ruang lingkup tertentu.
Contoh : ASEAN
b. Global → lintas batas negara dan tidak dibatasi oleh area atau wilayah
tertentu
Contoh : G20
- Bilateral → mencakup 2 negara saja
- Multilateral → lebih dari 2 negara
● Penggolongan berdasarkan bentuk kaidah hukum :
- Hukum tertulis
Harus memenuhi 3 syarat, yaitu :
a. harus dirumuskan secara tegas dalam hukum yang tertulis
b. harus dibuat oleh pejabat (badan atau lembaga) yang berwenang untuk
menulis suatu hukum
c. sesuai dengan prosedur yang sah dan berlaku
Dibagi menjadi 2 :
a. Dikodifikasikan → penyusunan secara sistematis dan relatif lengkap
kedalam suatu kitab (kuhp, kuhper, kuhap, kuh dagang, hukum acara)
b. Tidak dikodifikasikan → tidak dirumuskan kedalam suatu kitab tetapi
tersebar dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Hukum tidak tertulis → diterima dan diakui juga mengikat masyarakat walaupun
tidak dituangkan dalam bentuk yang tertulis
Contoh : hukum adat, hukum kebiasaan
● Penggolongan berdasarkan waktu / masa berlaku
- Ius constitutum → berlaku di wilayah tertentu (hukum positif (tata hukum) →
hukum yang masih ada hingga saat ini dan masih berlaku)
- Ius constituendum → kaidah hukum yang diharapkan akan berlaku di masa
mendatang
Contoh : RUU, RUU KUHP
● Penggolongan berdasarkan isi kaidah hukum
- Hukum publik → mengatur hal yang bersifat publik (ketatanegaraan)
a. Hubungan pemerintah dengan masyarakat
b. Hubungan hukum antar lembaga negara
c. Hubungan badan atau lembaga negara dalam menjalankan tugas
* Melekat konsekuensi publik → inisiatif penegakan terhadap pelanggaran
dari kaidah hukum publik tidak hanya terletak pada pihak terkait tetapi
juga ada pada negara
- Hukum privat → mengatur hubungan yang bersifat perseorangan (individu)
Contoh :
a. Hubungan kekeluargaan
b. Pengurusan kekayaan pribadi
c. Hubungan antarindividu dalam masyarakat
d. Hubungan yang menyangkut anggota masyarakat dengan
pemerintah/negara dengan kedudukan sebagai individu
* inisiatif penegakan terhadap pelanggaran dari kaidah hukum privat hanya
terletak pada pihak yang terkait
● Penggolongan berdasarkan sifat dan kekuatan sanksi :
- Dwingenrecht (sifat memaksa mutlak) → hukum tidak dapat dikesampingkan
dalam keadaan apapun walaupun ada kesepakatan yang dibuat oleh pihak terkait
Contoh : 338 KUHP, 1152 KUHper
*Hukum publik
- Aanvullendrecht → kaidah yang dalam keadaan tertentu masih dapat
“disimpangi” oleh kesepakatan para pihak
*Hukum privat
● Penggolongan berdasarkan fungsi kaidah
- Kaidah hukum material → mengatur mengenai apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan termasuk sanksinya
- Kaidah hukum formal → mengatur tata cara yang harus dilakukan dalam
menegakkan kaidah hukum material
Contoh : perselisihan yang berusaha diselesaikan dengan bantuan hakim
pengadilan
● Penggolongan hukum berdasarkan wujud kaidah
- Obyektif → mengatur hal yang bersifat umum
- Subyektif → hanya berlaku bagi orang-orang tertentu

11 - Konsep Inti Hukum

Peristiwa hukum adalah peristiwa yang terjadi di masyarakat antar subjek hukum dan
menimbulkan akibat hukum (hak dan kewajiban)
A. Konsep Inti Hukum
● Subyek Hukum
- Mengatur dan memberi pedoman dalam berperilaku
- 2 sifat :
・Normatif → menetapkan kewajiban tertentu
・Atributif → kaidah hukum memberikan hak dengan menetapkan
kewajiban
- Perilaku individu diatur → akibat hukum (melakukan hak dan kewajiban)
- Manusia
・Ilmiah
・Pasal 1329 KUHPer (cakap hukum)
a. Sudah memenuhi usia dewasa berdasarkan UU
b. Orang dewasa tidak berada dibawah pengampuan (tanggung jawab
orang lain) → cacat fisik maupun mental
- Badan Hukum
・ Bukan alamiah namun oleh hukum diperlakukan seperti manusia
・Ciri :
a. Kekayaan terpisah dari kekayaan anggota
b. Hak dan kewajiban terpisah dari anggota
c. Bersifat kesinambungan → hak dan kewajiban badan hukum tetap
mesti anggota berganti
・Bentuk :
a. Korporasi → sekumpulan orang dalam hubungan hukum tertentu
sepakat bertindak dan bertanggung jawab sebagai satu subyek
hukum
b. Yayasan → kekayaan yang bukan milik seseorang atau suatu badan
hukum dan diberi tujuan tertentu *tidak ada anggota, hanya ada
pengurus
● Objek Hukum → dikuasai oleh subjek hukum dan dijadikan sebagai objek dalam
hukum
a. Benda berwujud → dapat dilihat
b. Benda tidak berwujud → tidak dapat dilihat tapi melekat pada benda (hak
cipta)
c. Benda bergerak → bisa dipindahkan
d. Benda tetap → tidak bisa dipindahkan (tanah, rumah)
● Peristiwa Hukum
- Merupakan akibat dari hukum
- Diatur dalam UU
- Menimbulkan hak dan kewajiban
- Contoh : pembunuhan, jual beli
- Peristiwa hukum dibagi menjadi 2 :
・Perbuatan subjek hukum
・Bukan perbuatan subjek hukum
-Perbuatan subjek hukum dibagi menjadi 2 :
・Perbuatan subjek hukum berdasarkan perbuatan hukum → dilakukan
manusia atau badan hukum (menimbulkan akibat hukum)
a. Perbuatan hukum bersegi 1 → akibat hukum timbul karena
kehendak satu pihak subjek hukum (pelaku perbuatan tersebut)
Contoh : wasiat, penerimaan/penolakan warisan, hak untuk
melepas hak atas harta perkawinan
b. Perbuatan hukum bersegi 2 → akibat hukum timbul karena
kehendak dua atau lebih subjek hukum
Contoh : perjanjian
・Perbuatan subjek hukum yang bukan perbuatan hukum → menimbulkan
akibat hukum tetapi akibat hukum tersebut tidak dikehendaki oleh
pelakunya
a. Tidak melawan hukum → akibat diatur oleh hukum walau akibat
tersebut tidak dikehendaki pelaku (tidak melanggar kaidah dan
asas hukum)
Contoh : UU Perkawinan mengenai kekuasaan orang tua
b. Melawan hukum → bertentangan dengan kaidah dan asas hukum
(dapat menimbulkan akibat hukum bagi pelaku)
● Akibat Hukum → diatur oleh hukum sebagai konsekuensi dari suatu peristiwa
hukum
- Hak → dimiliki oleh subjek hukum dan diberi izin oleh hukum untuk
menguasai atau melakukan tindakan tertentu
Dibagi menjadi 2 :
・Mutlak → memberikan kewenangan untuk melakukan perbuatan
・Relatif (nisbi) → memberi kekuasaan atau wewenang tertentu pada
seseorang untuk menuntut agar orang lain memberi, melakukan, atau tidak
melakukan sesuatu
- Kewajiban → membebankan kewajiban atas hak yang diberikan

12 - Sumber Hukum
L.J. van Apeldoorn
● Sejarah
Dua makna :
- Kenbron → Untuk mengetahui hukum apa yang berlaku pada suatu waktu di
tempat tertentu
Contoh : dokumen, inskripsi, piagam (peraturan perUUan, vonis, kontrak tertulis,
karya tulis ahli hukum, novel, dll)
- Sumber dari mana pembentuk UU memperoleh bahan-bahan yang digunakan
untuk membentuk UU
Contoh : sistem hukum yang berlaku di negara lain
● Sosiologis
Dipengaruhi oleh faktor sosial yang secara riil mempengaruhi kaidah hukum, meliputi :
- Sistem sosio-ekonomi
- Keyakinan keagamaan
- Kebudayaan
*membutuhkan pendekatan multidisiplin dan interdisiplin
● Filsafat
Mempunyai dua makna :
- Kriteria apa yang dapat digunakan untuk menguji aturan hukum tertentu
- Sumber hukum dalam arti sumber kekuatan mengikat dari hukum → atas dasar
apa warga masyarakat wajib mematuhi kaidah hukum
● Formal
- Aturan yang berlaku saat menghadapi suatu kasus secara konkrit
- Sumber ditemukan hukum positif
- Meliputi :
a. perUUan
b. Kebiasaan
c. Traktat
d. Yurisprudensi
- Doktrin → pendapat ahli yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu
perkara
Perundang-Undangan
● Keputusan pemerintah :
- Peraturan (regel)→ isinya berlaku dan mengikat secara umum
- Penetapan (beschikking) → keputusan pemerintah yang hanya berlaku bagi orang
tertentu
Sifat : individual, final, dan konkrit
- Vonis → putusan badan peradilan
● Istilah perundang-undangan identik dengan undang-undang dalam arti materiil →
meliputi seluruh jenis dan hierarki peraturan tertulis
● Istilah undang-undang
3 asas :
● Lex Superior Derogat Legi Inferiori → peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan
peraturan yang lebih rendah
- Tindakan menguji peraturan → menyatakan suatu ketentuan yang tercantum
dalam sebuah peraturan tidak berlaku atau tidak mengikat berdasarkan ketentuan
yang tercantum dalam peraturan yang kedudukannya lebih tinggi.
a. Menguji secara formal
b. Menguji secara materiil
● Lex Posterior Derogat Legi Priori → aturan yang lebih baru akan mengesampingkan
aturan yang sebelumnya
● Lex Specialis Derogat Legi Generali → aturan yang lebih khusus mengesampingkan
aturan yang lebih umum
Kebiasaan
- Pengulangan perilaku yang sama dalam situasi kemasyarakatan yang sama
- Dari masa ke masa bisa berubah
- Adat → turun temurun, tidak berubah dari masa ke masa
- 3 jenis hukum kebiasaan :
a. Umum → berlaku bagi seluruh wilayah masyarakat
b. Setempat → berlaku di wilayah dan masyarakat tertentu
Contoh : Aceh - hari libur di hari jumat karena mayoritas masyarakat beragama
Islam (sholat jum’at)
c. Khusus (kelompok) → berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu
Contoh : kode etik
Perjanjian Internasional
- Kesepakatan antar dua negara atau lebih mengenai masalah tertentu (dirumuskan secara
tertulis) → menghasilkan hubungan hukum → diatur oleh hukum internasional
- Tahap membentuk perjanjian internasional :
a. Penetapan
b. Persetujuan
c. Ratifikasi
d. Pelantikan
13 - Keberlakuan Kaidah Hukum
- Kapan suatu kaidah dianggap berlaku
- Dibagi menjadi 3 :
a. Normatif atau formal
- Relevan dengan kaidah hukum tertulis
- Hukum tertulis berlaku secara formal → proses positivasi (ditetapkannya
suatu kaidah hukum oleh lembaga berwenang).
- Kaidah hukum = hukum positif
- Berlaku secara normatif → suatu kaidah merupakan bagian dari sistem
kaidah hukum
- Sistem kaidah hukum terdiri atas keseluruhan hierarki kaidah hukum
- Hans Kelsen → suatu kaidah berlaku jika berlandaskan pada suatu kaidah
hukum yang lebih tinggi
*semakin rendah hierarki peraturan, isinya akan semakin konkrit
b. Faktual atau empiris
- Akan efektif jika :
1. Masyarakat mematuhi kaidah hukum tersebut
2. Diterapkan oleh pejabat berwenang secara faktual
- Ditetapkan dengan penelitian empiris tentang perilaku masyarakat
- Jika masyarakat berperilaku sesuai kaidah = berlaku secara faktual =
hukumnya efektif
c. Evaluatif
- Berlaku secara evaluatif-materiil jika isi kaidah hukum dipandang bernilai
- Melakukan pengkajian secara kefilsafatan → kaidah hukum berlaku jika
sesuai dengan nilai yang diyakini masyarakat (diterima)
- Kaidah hukum secara ideal harus memiliki 3 jenis keberlakuan tersebut :
a. Positivitas menjadi syarat legalitas dan normativitas kaidah dalam tatanan hukum
tertulis
b. Dari pendekatan kefilsafatan, hukum memiliki keberlakuan karena isinya
bermakna → alasan penting mengapa masyarakat akan menerima hukum
c. Jika masyarakat menerima hukum, maka mereka juga akan mematuhi hukum

14 - Penemuan Hukum
- Upaya untuk menentukan bagaimana hukumnya untuk suatu peristiwa konkrit tertentu
- Mengapa perlu dilakukan penemuan hukum :
a. Tugas seorang hakim → harus bertindak atas inisiatifnya sendiri (tidak boleh
menolak perkara yang diajukan dengan alasan aturan tidak ada atau tidak cukup
jelas)
b. Perundang-undangan dirumuskan secara umum → pembentuk UU tidak bisa
menghindari untuk menggunakan istilah yang memiliki keberlakuan umum
c. Peraturan perundang-undangan tidak pernah lengkap → pembuat UU sering
tertinggal oleh hal baru yang berkembang di masyarakat
*perkembangan masyarakat selalu lebih cepat dari perkembangan kaidah
- Langkah menemukan hukum :
a. Kasus posisi → harus paham bagaimana peristiwa yang terjadi
b. Legal question → mencari rumusan masalah
c. Legal audit → penelusuran semua sumber hukum formal (aturan apa yang relevan
dengan masalah yang dihadapi)
d. Legal opinion → penemuan hukum → bagaimana menerapkan peraturan yang
telah ditelusuri di tahapan legal audit
- Metode penemuan hukum :
● Penafsiran hukum (rechts interpretatie) → ada aturan tetapi tidak cukup jelas,
a. Otentik → dibuat sendiri oleh pembentuk UU dan bersifat mengikat
2 cara :
- Melihat bagian penjelasan
- Melihat ketentuan umum suatu aturan
Contoh :
b. Gramatikal → memperhatikan kaidah tata bahasa yang digunakan dalam
UU (menggunakan kamus)
c. Sejarah
Dibagi 2 :
- Sejarah PerUUan → melihat dari dokumen saat dibuatnya suatu
aturan
- Sejarah Hukum → melihat dari situasi yang terjadi di masyarakat
pada masa itu
d. Sistematis → melihat sistematika dari suatu aturan
e. Sosiologi (teleologis → teleo = tujuan)
- Hakim wajib berusaha mencari dan menemukan tujuan sosial dari
suatu peraturan sesuai yang dikehendaki pembuat UU
- Terkadang kehendak pembuat UU tidak sesuai dengan tujuan
sosial
- Hakim harus mencari tujuan sosial baru dari peraturan perUUan
melalui penafsiran sosiologis
● Konstruksi hukum (rechts constructie) → ada kekosongan hukum
a. Analogi (ekstensif) → mencari persamaan unsur → hakim
mengkonstruksi suatu pengertian hukum baru
*Hakim memasukkan suatu perkara dalam lingkup pengaturan suatu
perUUan yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk menyelesaikan
perkara yang bersangkutan
Contoh : peristiwa C tidak diatur dalam UU tetapi memiliki kesamaan
unsur dengan kasus A yang diatur dalam pasal A sehingga pasal A
digunakan untuk menyelesaikan kasus C
b. Argumentum A Contrario → mencari perbedaan
*saat menemukan perbedaan maka tidak bisa menerapkan suatu pasal
pada suatu peristiwa yang terjadi
Contoh : Aturan masa iddah (tumbuh) → wanita yang putus perkawinan
karena kematian suami dan ingin menikah kembali harus menunggu 3
bulan/setelah janin lahir → tidak diberlakukan untuk laki-laki karena tidak
bisa mengandung (laki-laki bisa langsung menikah lagi)
c. Penghalusan Hukum → mengeluarkan daya jangkau berlakunya suatu
aturan
*seringkali ada suatu keadaan yang tidak mau diatur oleh suatu aturan
tetapi karena aturan berlaku secara umum maka keadaan tersebut ikut
diatur
Contoh : kuliah harus memakai sepatu → A mengalami kecelakaan dan
harus di gips sehingga tidak dapat memakai sepatu → tetap boleh ujian
karena penghalusan hukum
● Restriktif → mempersempit luas lingkup berlakunya UU
● Ekstensif → memperluas lingkup berlakunya UU
15 - Sistem Hukum dan Asas Hukum
Sistem Hukum
- Hukum adalah sebuah sistem → harus mengetahui terlebih dahulu apa itu sebuah sistem
- Keyakinan bahwa setiap subsistem hukum yang ada merupakan satu kesatuan
- Ciri Sistem :
a. Terdiri dari subsistem yang lebih kecil → membentuk suatu sistem
b. Memiliki hubungan saling ketergantungan antar subsistem yang ada
c. Ada interelasi dan interaksi yang membentuk satu kesatuan
- Unsur Sistem Hukum (subsistem) :
a. Idiil (legal substance) → keseluruhan aturan, kaidah, dan asas hukum
b. Operasional → mencakup keseluruhan organisasi, lembaga, dan pejabat (meliputi
eksekutif, legislatif, dan yudikatif dengan aparat → birokrasi pemerintah,
pengadilan, kejaksaan kepolisian, dan lembaga swadaya masyarakat → advokat
dan notariat)
c. Aktual (legal culture) → mencakup seluruh keputusan dan tindak perilaku dari
pejabat maupun masyarakat
Asas Hukum
- Berfungsi sebagai jembatan antara nilai yang abstrak dengan kaidah yang konkrit
- Dasar pemikiran rasiologis dari kaidah hukum → kompetisi dari asas hukum
- Suatu asas hukum dapat dikonkritkan kedalam satu atau lebih kaidah hukum
- Dari satu atau beberapa kaidah hukum dapat diabstraksikan menjadi asas hukum

Anda mungkin juga menyukai