Anda di halaman 1dari 65

BAHAN AJAR

Mata Kuliah

FOTOGRAFI

Disusun oleh:
Ariusmedi
Maltha Kharisma

Jurusan Seni Rupa


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
2019

1
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu
kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini
kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam
dalam ukuran sebesar koran.

Fotografi, Sejarah dan Perkembangannya


Pada abad ke-19, tepatnya di tahun 1839 merupakan tahun awal kelahiran
fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah
sebuah terobosan teknologi dengan hasilnya berupa rekaman dua dimensi seperti yang
terlihat oleh mata, sudah bisa dibuat permanen.
Fotografi kian populer seiring dengan perkembangan teknologi. Kata fotografi
berasal dari dua kata Yunani kuno, yaitu photo, yang artinya cahaya, dan graphos yang
artinya menggambar. Dengan begitu, secara harfiah bisa diartikan sebagai menggambar
dengan cahaya.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5 Sebelum Masehi
(SM), seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu gejala. Jika pada dinding ruangan
yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan
terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti
adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura (The History of
Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun
1991).
Berbagai penelitian kembali dilakukan namun perkembangan berarti terjadi pada
tahun 1824. Seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce
(1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya,
melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas
pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur. Ia
melanjutkan percobaannya hingga pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi
sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di
University of Texas di Austin, AS.
Penelitian demi penelitian terus berlanjut hingga pada tanggal 19 Agustus 1839,
desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre
(1787-1851) dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang
sebenarnya. Sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi
larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas
mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen,
pelat dicuci larutan garam dapur dan air suling.
Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah
Perancis berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara
cuma-cuma. Sejak saat itu fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat.
Pada tahun 1880-an, di Amerika, George Eastman menempatkan rol film
fleksibel di pasaran. Dan pada tahun 1889 dia memperkenalkan kamera Kodak pertama
dengan slogan, “Anda menekan tombol dan kami melakukan sisanya”. Di era ini,
kamera mulai bisa digunakan fotografer untuk mengeksplorasi media baru dari sudut
pandang kreatif, mencoba untuk menemukan potensi dan keterbatasan dan
mendefinisikan fotografi sebagai bentuk seni.
Tahun 1950, untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex,
maka mulailah digunakan prisma (SLR), dan Jepang pun mulai memasuki dunia
fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972, kamera Polaroid temuan
Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa
melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

2
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu
kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini
kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam
dalam ukuran sebesar koran.
Fotografi hari ini sesuai dengan perkembangan teknologi, juga sudah digunakan
dalam berbagai profesi. Mulai dari media cetak dan televisi untuk informasi iklan
hingga beberapa bidang profesi lain dari kedokteran hingga astronomi. Teknologi
fotografi saat ini mampu mengantarkan manusia melihat object yang terlalu kecil untuk
dilihat hingga foto tempat berbahaya yang sulit terjangkau manusia. Tetapi untuk
kebanyakan orang, fotografi adalah hobi atau dijadikan sebagai profesi.

seniman pada abad-19 menggunakan kamera obscura untuk membuat sketsa

gambar 3D kamera obscura

“View from the Window at Le Gras” foto pertama yang berhasil dicetak meskipun
masih tampak kabur, dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce

3
“Boulevard du Temple” foto pertama yang diakui secara umum, dibuat oleh Louis
Daguerre

Fotografi adalah Seni


Kini fotografi secara luas telah diakui sebagai seni, ditampilkan di museum,
dihargai oleh kolektor, dibahas oleh para kritikus, dan dipelajari dalam kursus sejarah
seni. Tetapi pengakuan foto sebagai karya seni sempat mendapat beberapa
pertentangan. Hal ini tak terlepas dari kenyataan bahwa fotografi menggunakan mesin.
Selain itu, pertentangan terjadi karena banyak yang berpendapat bahwa fotografi
tidak membutuhkan kreativitas atau imajinasi karena subjek fotografi adalah “siap
pakai” dan tidak memerlukan manipulasi atau kontrol oleh fotografer. Namun beberapa
alasan di bawah ini meruntuhkan pendapat tersebut.
Sebuah kamera, tidak peduli berapa banyak fitur otomatis yang dimilikinya
adalah benda tak bernyawa dan tidak bisa menghasilkan karya seni sampai seseorang
menggunakannya. Seorang fotografer menciptakan gambar dengan proses seleksi,
melihat melalui jendela bidik kamera harus memutuskan apa yang akan dimasukkan
dan apa yang harus diabaikan dari tempat kejadian.
Fotografer memilih jarak dari mana untuk mengambil gambar dan sudut mana
yang tepat, yang tentunya paling sesuai dengan tujuan mereka. Mereka juga sabar
menunggu sampai mendapatkan cahaya yang tepat atau mungkin mengambil keputusan
yang hanya sepersekian detik, tetapi hasil akhir tetap berpegang pada rasa seorang
fotografer. Mereka dapat membekukan gambar yang bergerak atau merekamnya
sebagai gambar yang kabur (blur).
Fotografer juga dapat mengubah warna dalam suatu gambar dengan pilihan
mereka. Berbagai alasan-alasan tersebut diatas, sehingga pada akhirnya memutuskan
fotografi juga dianggap sebuah karya seni.

JENIS JENIS FOTOGRAFI


1. Fotografi Jurnalistik (Photojournalism)
Meskipun fotografer amatir bisa masuk ke jenis fotografi ini tanpa pelatihan
formal, namun fotografi jurnalistik sering terbatas pada fotografer profesional. Salah
satu alasan jurnalistik umumnya dilakukan oleh para profesional, adalah bahwa
fotografer harus benar-benar yakin bahwa jepretannya dapat mempertahankan
keaslian peristiwa yang sebenarnya.
Fotografi jurnalistik membutuhkan fotografernya untuk memotret sesuai dengan fakta
aslinya, tidak ada perubahan atau tidak ada manipulasi terhadap peristiwa aslinya.
Foto dari fotografi jurnalistik sering berupa foto yang bermakna kuat yang melibatkan
pemirsa atau pembacanya ke dalam suatu cerita. Untuk mengetahui bagaimana cara
dan mempunyai feeling yang kuat dalam mengambil gambar dengan menangkap

4
emosi yang asli sering dipelajari hanya melalui praktek dan pengalaman yang
bertahun-tahun.
2. Fotografi dokumenter (Documentary Photography)
Foto dokumenter menceritakan sebuah peristiwa dengan gambar. Perbedaan
utama antara fotografi jurnalistik dan fotografi dokumenter adalah bahwa fotografi
dokumenter dimaksudkan sebagai dokumen sejarah era politik atau sosial, sementara
fotografi jurnalistik berisi peristiwa tertentu atau kejadian tertentu saja.
Seorang fotografer dokumenter mungkin memotret serangkaian gambar dari
tunawisma di pusat kota atau rentetan peristiwa pertempuran internasional. Setiap
topik dapat menjadi subyek fotografi dokumenter. Seperti foto jurnalistik, fotografi
dokumenter berusaha untuk menunjukkan kebenaran tanpa memanipulasi gambar.
3. Fotografi Aksi (Action Photography)
Seorang fotografer profesional yang mengambil foto aksi dapat mengkhususkan
diri dalam berbagai objek yang berbeda, fotografi olahraga adalah salah satu jenis aksi
tercepat dan paling menarik dari fotografi. Seperti halnya memotret suatu aksi,
seorang fotografer olahraga yang handal harus tahu objeknya dengan baik untuk
mengantisipasi kapan harus mengambil gambar. Aturan yang sama berlaku untuk
fotografer yang mengambil foto aksi hewan di alam atau foto anak-anak bermain bola
di sawah.
4. Fotografi Makro (Macro Photography)
Fotografi makro adalah jenis fotografi dengan pengambilan gambar dari jarak
dekat. Fotografi ini membutuhkan peralatan yang canggih dan mahal, akan tetapi
fotografer amatir dapat berlatih dengan menggunakan mode makro pada kamera
digital. Objek fotografi makro dapat berupa serangga, bunga, bulir air atau benda lain
yang kalau mau di ‘close-up’ kan tetap akan menghasilkan detail yang menarik.
5. Fotografi Mikro (Micro Photography)
Fotografi mikro menggunakan kamera khusus dan mikroskop untuk menangkap
gambar objek yang sangat kecil. Kebanyakan aplikasi fotografi mikro paling cocok
untuk dunia ilmiah. Misalnya, fotografi yang digunakan dalam disiplin ilmu yang
beragam seperti astronomi, biologi dan kedokteran.
6. Fotografi Glamour (Glamour Photography)
Orang awam kadang-kadang menyamakannya dengan pornografi, mungkin
karena menampilkan ke seksian dan erotis tetapi sebenarnya bukanlah suatu hal yang
porno. Alih-alih berfokus pada ketelanjangan atau pose seram, fotografi glamour
berusaha untuk menangkap objek dalam pose yang menekankan kurva dan bayangan.
Seperti namanya, tujuan fotografi glamor adalah untuk menggambarkan model dalam
cahaya glamor.
7. Fotografi Aerial (Aerial Photography)
Seorang fotografer aerial mempunyai spesialisasi dalam mengambil foto dari
udara. Foto dapat digunakan untuk survei atau konstruksi, untuk memotret burung
atau cuaca pada film atau untuk tujuan militer. Fotografer Aerial biasanya
menggunakan pesawat, parasut, balon dan pesawat remote control untuk mengambil
foto dari udara.
8. Fotografi Bawah Air (Underwater Photography)

5
Fotografi bawah air biasanya digunakan oleh penyelam scuba atau perenang
snorkel. Namun, biaya scuba diving, ditambah dengan peralatan fotografi sering
mahal dan berat di bawah air, membuat ini salah satu jenis yang kurang umum dalam
dunia fotografi. Demikian pula jika seorang fotografer amatir yang sudah memiliki
peralatan fotografi bawah air dan peralatan scuba, mengambil gambar bawah air dapat
menjadi sesuatu yang sulit, karena kacamata scuba yang besar dan mendistorsi visi
fotografer.
9. Fotografi Seni Rupa (Fine Art Photography)
Fotografi seni rupa, juga dikenal hanya sebagai fotografi seni, mengacu pada
cabang fotografi yang didedikasikan untuk memproduksi foto untuk tujuan murni
estetika. Fotografi seni, yang biasanya dipajang di museum dan galeri, umumnya
berkaitan dengan penyajian benda-benda yang indah atau benda biasa dengan cara
yang indah untuk menyampaikan intensitas dan emosi.

10. Fotografi Pernikahan (Wedding Photography)


Fotografi pernikahan adalah campuran dari berbagai jenis fotografi. Meskipun
album pernikahan adalah sebuah foto dokumenter dari hari pernikahan, foto
pernikahan dapat diolah dan diedit untuk menghasilkan berbagai efek. Sebagai contoh,
seorang fotografer bisa mengolah beberapa gambar dengan toning sepia untuk mereka
lihat, lebih klasik abadi.
Sebagai tambahan, seorang fotografer pernikahan harus memiliki keahlian dalam
fotografi potret, mereka juga harus menggunakan teknik foto yang glamor untuk
mengabadikan momen terbaik.
11. Fotografi Periklanan (Advertising Photography)
Karena fotografi memainkan peran penting dalam periklanan, fotografer
profesional banyak memutuskan karier mereka sebagai fotografer periklanan.
Fotografi iklan butuh hasil yang unik dan eye-catching, hal ini berarti fotografer dapat
memainkan beberapa jenis fotografi, termasuk fotografi makro dan fotografi glamor.
12. Fotografi Perjalanan (Travel Photography)
Fotografi perjalanan adalah jenis fotografi yang melibatkan dokumentasi
pemandangan suatu daerah, orang, budaya, adat istiadat dan sejarah. Society of
America Fotografi mendefinisikan foto perjalanan sebagai foto yang mengekspresikan
perasaan dari waktu dan tempat, menggambarkan daerah, orang-orangnya, atau
budaya dalam keadaan aslinya, dan tidak memiliki keterbatasan geografis.
Perjalanan fotografi dapat dibuat oleh para profesional atau amatir. Contoh fotografi
perjalanan profesional dapat ditemukan di majalah National Geographic. Fotografi
perjalanan amatir sering dibagi secara online melalui situs berbagi foto seperti Flickr
atau situs jejaring social seperti Facebook.
13. Fotografi Vernakular (Vernacular Photography)
Fotografi vernacular sering disebut juga fotografi amatir karena mengacu
kepada penciptaan foto oleh fotografer amatir atau fotografer yang tidak dikenal yang
mengambil foto kehidupan sehari-hari dan hal-hal yang umum sebagai objek. Contoh
foto vernakular adalah foto perjalanan dan liburan, foto-foto keluarga, foto
teman-teman, foto, dll.

6
14. Fotografi Jalanan (Street Photography)
Fotografi jalanan adalah jenis fotografi dokumenter yang menampilkan objek
dalam situasi candid di tempat umum seperti jalanan, taman, pantai, mall, dll.
15. Fotografi Malam (Night Photography)
Fotografi malam, seperti namanya, adalah pengambilan foto outdoor di senja
atau pada malam hari. Karena kurangnya cahaya yang tersedia dalam fotografi malam
hari, fotografer akan menggunakan pencahayaan buatan atau menggunakan eksposure
yang lama untuk memastikan bahwa sensor cukup menerima cahaya dari objek.
16. Fotografi Infra Merah (Infra Red Photography)
Fotografi inframerah mengacu pada jenis fotografi di mana foto yang diambil
sensitif terhadap cahaya inframerah. Dalam fotografi inframerah, biasanya fotografer
menggunakan filter yang hanya melewatkan panjang gelombang inframerah menuju
sensor dan menghasilkan sebuah foto. Panjang gelombang warna untuk foto yang
biasa adalah 400nm (nano meter) hingga 700nm sedangkan infra red mempunyai
panjang gelombang 700nm sampai 1200nm.
Hasil dari foto inframerah bisa menjadi foto hitam-putih yang kontras atau foto
false-color, seperti contohnya warna daun yang hijau segar akan terlihat putih,
pemandangan yang panas akan tampak seperti di musim salju dan seperti di dunia
lain.
17. Fotografi Balistik (Ballistics Photography)
Balistik Fotografi adalah jenis fotografi yang berhubungan dengan pengambilan
foto dari peluru yang ditembakkan dari pistol atau peluru yang menembus target
masing-masing. Teknik-teknik yang terlibat dengan mengambil foto terkait balistik
adalah sama dengan untuk setiap subjek lain dari fotografi kecepatan tinggi, seperti
gambar dari percikan cairan atau popping balon.
Seperti halnya fotografi khusus yang lain, fotografi balistik menuntut seperangkat
peralatan tertentu. Selain flash berkecepatan tinggi, seorang fotografer juga perlu
pemicu untuk menyelaraskan kecepatan flash dengan kamera yang berkecepatan
tinggi.
18. Fotografi Hitam-Putih (Black and White Photography)
Pada awal sejarah fotografi, fotografi hitam-putih adalah satu-satunya pilihan
seorang fotografer untuk mengambil gambar. Bahkan ketika foto berwarna sudah
tersedia, foto hitam-putih pada awalnya mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih
murah untuk mengembangkan daripada foto berwarna.
Seiring dengan kualitas foto berwarna semakin membaik, foto berwarna menjadi
pilihan yang lebih populer sehingga menyebabkan popularitas fotografi hitam-putih
menurun. Akan tetapi fotografi hitam-putih untuk saat ini lebih cenderung digunakan
untuk menimbulkan efek tertentu sehingga foto yang dihasilkan lebih bermakna.
19. Fotografi Peperangan (War Photography)
Fotografi perperangan menangkap foto dari konflik bersenjata dan kehidupan di
daerah yang dilanda perang. Meskipun foto-foto dapat memberikan representasi yang
lebih langsung daripada lukisan atau gambar, foto-foto tersebut kadang-kadang
dimanipulasi sehingga menciptakan foto yang tidak obyektif dalam jurnalistik.

7
20. Fotografi Busana (Fashion Photography)
Fotografi busana adalah jenis fotografi yang berkonsentrasi pada mengambil
foto dari pakaian atau aksesoris (pada model atau sendirian) yang akan diterbitkan di
majalah fashion, iklan atau beredar di kalangan desainer.

Pengetahuan Dasar Fotografi Yang Perlu Dipelajari

Fotografi bukan hanya soal bagaimana cara menekan tombol shutter. Fotografi
juga tergolong seni yang rumit. Ia bukan hanya sekedar hoby melainkan rasa dan
inovasi karya yang selalu berkembang.
Jika memiliki/membeli sebuah kamera DLSR yang harganya jauh lebih mahal
dari kamera saku, hanya untuk sekedar jepret sana sini tapi tak mau mengembangkan
keahlian, hal itu hanyalah pemborosan isi kantong saja. Jika untuk sekedar berfoto ria
lebih baik menggunakan kamera ponsel atau kamera saku. Tapi untuk mengetahui dan
memahami lebih lanjut tentang fotografi, tentunya dengan belajar.
Belajar fotografi sebaiknya step by step. Jangan terlalu cepat melangkah ke tahap
yang sulit jika tak tahu dasarnya dan memulainya dari mana. Karena hal itu, hanya akan
membuat kita bertanya-tanya, kebingungan sendiri, dan akhirnya akan kembali lagi ke
tahap awal.
Berikut beberapa pengetahuan dasar fotografi yang sangat penting untuk
dipelajari oleh para pemula:
1. Mengenal Kamera
Rekomendasi pertama adalah mengenal bagian-bagian penting pada kamera
dan juga fitur serta kemampuan kamera yang dimiliki. Sebagai calon fotografer
sudah seharusnya menyatu dengan kamera. Kenali dan pelajari fungsi dari tiap-tiap
tombol yang tersebar pada kamera.
2. Cara Menekan Tombol Shutter
Tombol shutter adalah tombol yang ditekan pada saat mengambil gambar
(memotret). Cara menekan tombol shutter pada kamera DSLR berbeda dengan cara
menekan tombol shutter pada kamera ponsel atau smartphone.
3. Mengenal Eksposur (Exposure)
Eksposur merupakan nyawa dari fotografi. Jadi, sangat direkomendasikan
untuk mengetahui dan menguasai apa saja yang berhubungan dengan eksposur.
Untuk mengenal apa itu eksposur, perlu penjelasan tentang tiga elemen pembentuk
eksposur (segitiga eksposur) yaitu: Shutter speed, Aperture/difragma dan ISO

8
Sedangkan materi lain yang berhubungan erat dengan pembahasan eksposur
adalah memahami cara kerja Light Meter.
4. Mengenal Mode Pemotretan
Semua kamera DSLR menyediakan pilihan pengoperasian kamera, mulai dari
yang mudah (auto) sampai kepada pilihan pengoperasian manual, dan semua pilihan
tersebut dinamakan sebagai mode/modus pemotretan. Namun yang akan dijelaskan
di sini hanyalah mode pemotretan yang memang diperlukan dalam pengembangan
fotografi.
5. Pengetahuan Tentang Lensa DSLR
Kamera terbagi dua yaitu body dan lensa yang dihubungkan ke body kamera.
Untuk perkenalan fitur dan banyaknya tombol yang tersebar di body kamera (akan
dibahas lebih lanjut pada bagian lain)
6. Mengatur Fokus di Kamera
Penggunaan fokus tidak hanya menyangkut soal lensa saja. Ada pengaturan
tambahan yang perlu dipahami cara kerjanya untuk - bagaimana fokus itu
benar-benar bekerja maksimal antara lensa dan kamera. Keliru dalam menetapkan
pengaturan fokus di kamera, atau tidak tahu sama sekali adalah fatal akibatnya dan
sangat mempengaruhi hasil gambar.
Cara mengatur AF Point atau titik area fokus
Cara mengatur AF Mode
7. Settingan Kamera
Selain segitiga eksposur, ada beberapa pengaturan kamera yang perlu juga
dikuasai dan ini berhubungan erat dengan hasil pemotretan atau kata lain mendukung
hasil foto dan meningkatkan kreativitas nantinya.
Mengenal macam-macam jenis shooting pada Drive Mode
Mengenal White Balance (WB) dan cara penggunannya
Mengenal Picture Style dan cara menggunakannya
8. Dua Teknik Dasar
Teknik pertama: mengetahui cara yang benar membingkai adegan sesuai
dengan kaidah fotografi, aturan ini dikenal Teknik Pengambilan Gambar (Type of
Shot).
Teknik kedua: sangat direkomendasikan juga untuk mengetahui macam-macam
sudut pengambilan gambar (angle).
9. Belajar Menyusun Komposisi
Setelah menguasai semua materi tersebut di atas, maka saatnya mulai masuk ke
bagian keindahan yang sebenarnya dari fotografi, yaitu komposisi. Menyusun
komposisi bisa menjadi mudah dan sekaligus sulit. Kadang diuntungkan oleh
keadaan dan kadang juga harus berfikir keras agar bagaimana adegan yang biasa
menjadi luar biasa. Tentu saja ini butuh latihan. Karena komposisilah sehingga
tampak perbedaan antara gambar oleh profesional dengan gambar dari pemula,
meskipun keduanya terlihat samar bagi mata awam.

9
Mengenal Bagian-Bagian Pada Kamera Beserta Fungsinya
Tidak kalah penting untuk dibahas adalah mengenal bagian-bagian utama pada
kamera. Termasuk fungsi dari tombol-tombol yang tersebar di seluruh body kamera.
Untuk bekerja maksimal dengan kamera, maka sudah seharusnya mengetahui
kegunaan dari semua bagian-bagian penting pada kamera. Selain itu, cara ini juga akan
membantu untuk lebih mudah mengikuti instruksi penggunaan kamera.
Sebagai contoh di sini, akan menampilkan gambar kamera Canon EOS 600D.
Bila kamera yang dimiliki dari merk lain, jangan khawatir. Semua kamera memiliki
fitur dan bagian-bagian yang mirip hanya berbeda tempat dan nama saja sedangkan
fungsinya tetaplah sama. Berikut bagian-bagian pada kamera beserta fungsinya:

Keterangan:

10
1. Lensa merupakan bagian pokok dari kamera yang bekerja sama dengan body
kamera.
2. Tombol Stabilizer (IS, VR, VC) yang berfungsi untuk menstabilkan getaran oleh
tangan (hand shake) saat memotret yang berpotensi membuat hasil foto menjadi
motion blur. Prinsip kerja fitur ini adalah dengan mengandalkan sebuah gyrosensor
yang mendeteksi getaran pada kamera dan melakukan kompensasi secara mekanik
untuk meredam getaran itu. Namun tidak semua lensa memiliki fitur ini.
3. Tombol Pembuka Lensa yang fungsinya tidak lain untuk membantu melepaskan
lensa dari body.
4. Tombol Fokus yang terdiri dari dua mode yaitu Auto Focus (AF) dan Manual Focus
(MF). Bila menggunakan mode auto maka berarti kerja fokus digerakkan oleh mesin
secara auto. Namun bila memilih mode manual maka kerja fokus ditetapkan secara
manual.
5. Tombol Pembuka Flash yang digunakan untuk membuka lampu flash pada kamera.
Tombol ini hanya berfungsi bila kamera dalam keadaan menyala/standby.
6. Built-in Flash Light adalah lampu Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas
menjadi lampu kilat. Fungsi utamanya yaitu untuk membantu pencahayaan pada
kondisi gelap dengan cara meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang
kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik.
7. Tombol Shutter adalah tombol yang ditekan untuk mengambil gambar.
8. Grip salah satu bagian menonjol di bagian kanan anatomi kamera yang fungsinya
sebagai pegangan pada kamera. Grip didesain dengan tekstur kasar agar bisa
memegang kamera dengan kuat tanpa terpleset ketika memotret. Kesalahan
memegang grip merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hand shake.
9. Anti Red Eye yang berfungsi sebagai penangkal untuk menghindari mata yang
terlihat merah (red eye) pada hasil foto yang merupakan efek dari lampu flash.
Masalah ini sering terjadi namun bisa diatasi.
10. Tombol Preview yang gunanya untuk melihat hasil foto pada layar LCD kamera.
11. Tombol Delete yang berfungsi untuk menghapus foto dan data lainnya di dalam
kamera.
12. Tombol Navigasi berfungsi untuk membantu mengendalikan program dalam
kamera termasuk menggeser pilihan pada menu di kamera. Tidak semua kamera
memiliki bentuk tombol navigasi yang sama, ada berupa scroll, analog, dan tombol
4 arah. Pada Canon EOS 600D atau sekelasnya, tombol ini memiliki multi fungsi
atau dua peran yaitu sebagai tombol navigasi untuk menggeser pilihan (kiri, kanan,
atas, bawah) dan juga sebagai tombol shortcut untuk mengatur white balance (WB),
jenis focus, picture style, dan drive mode.
13. Tombol Fn/Q yang berfungsi untuk merubah/mengalihkan fungsi pada tombol
navigasi di atas ke fungsi shortcut.
14. Tombol AV mempunyai fungsi untuk mengatur bukaan diafragma atau aperture.
15. Tombol Zoom yang berfungsi untuk memperbesar hasil foto dan juga untuk
memperdekat jarak objek ketika mengaktifkan mode livefiew saat memotret.
16. Mode-Dial adalah menu untuk memilih dan mengganti mode exposure/modus
pemotretan. Di sini bisa menemukan beberapa mode auto instan yang telah
disiapkan khusus seperti untuk memotret olahraga, kembang api, malam hari,
close-up, dan juga mode manual (M).
17. Tombol Lifeview yang berfungsi untuk mengganti/mengalihkan layar bidik dari
viewfinder ke lifeview yang tampil pada layar LCD. Pada EOS 600D tombol ini
juga berfungsi untuk merekam video.

11
18. Viewfinder adalah jendela bidik yang digunakan untuk melihat objek saat
memotret. Pada viewfinder ini bisa melihat titik fokus dan informasi lainnya seperti
light meter, nilai shutter speed, apperture, ISO, dan metering. Pada bagian
viewfinder terdapat karet seperti bantalan yang disebut eye pieces, fungsinya untuk
menahan cahaya yang masuk ke viewfinder agar objek terlihat benar-benar real.
19. Tombol Menu untuk menuju menu pengaturan utama kamera, sedangkan Tombol
Info untuk mengetahui informasi data termasuk informasi foto-foto hasil.
20. Layar LCD memiliki multi fungsi yaitu yang pertama untuk menampilkan
keterangan settingan pada kamera, kemudian untuk melihat hasil foto, dan terakhir
sebagai layar bidik besar untuk melihat objek yang akan difoto secara live, yang
disebut lifeview.
21. Tombol ISO merupakan tombol shortcut (jalan pintas) untuk mengatur ISO.
22. Main-Dial yang juga berfungsi sebagai navigasi untuk menggeser pilihan pada
menu tertentu.
23. Tombol Display fungsinya untuk mengaktifkan mode standby dan untuk
menghidupkan kembali dari mode standby. Ketika dalam mode standby kamera
masih tetap dalam keadaan menyala, hanya saja sedang diistirahatkan dan bukan
dalam keadaan off.
24. Tombol ON/OFF adalah tombol yang berfungsi untuk menghidupkan dan
mematikan kamera.

Cara Yang Benar Menekan Tombol Shutter


Tombol shutter adalah tombol yang ditekan ketika memotret. Bagi yang pertama
kali menggunakan kamera biasanya belum tahu cara menekan tombol ini dengan benar.
Ada aturan dan tata cara yang diberlakukan untuk menekan tombol shutter pada
kamera.

Menekan Tombol Shutter dengan Auto Focus (AF)


1. Siapkan kamera Anda dan nyalakan sekarang. Cari tombol fokus pada lensa kamera
Anda. Tombol ini terdiri dari dua mode yaitu Auto Focus (AF) dan Manual Focus
(MF). Kalau sudah ketemu maka aktifkan ke mode AF.
2. Arahkan kamera pada salah satu objek di sekitar Anda (terserah objeknya apa).
3. Tekan separuh tombol shutter (perhatikan gambar di atas) dan tahan dalam posisi
itu (tapi jangan tekan penuh ya). Fokus akan bekerja secara automatis untuk
mengunci objek.
4. Perhatikan layar viewfinder Anda, ketika objek terkunci maka ditandai dengan
kedipan warna merah pada titik fokus. Kalau Anda melihat titik fokusnya memberi
isyarat kedipan warna merah maka berarti objek telah terkunci alias sudah fokus.
5. Selanjutnya tekan penuh / full tombol shutter dan cekrek, kamera melakukan
pengambilan gambar. Perhatikan hasil foto Anda, kalau belum fokus maka ulangi
lagi cara di atas sampai Anda bisa, lalu silahkan Anda melangkah ke metode
kedua.
Menekan Tombol Shutter Dengan Manual Focus (MF)

12
1. Ubah kembali tombol fokus ke mode MF. Lupa caranya? Baca kembali cara
pertama di atas.
2. Arahkan kamera untuk membidik salah satu objek di sekitar Anda.
3. Sama seperti sebelumnya, tekan separuh tombol shutter dan tahan pada posisi itu.
4. Karena ini manual focus maka untuk mengunci objek Anda harus melakukannya
dengan cara manual. Putar ring fokusnya (ringnya ada di body lensa). Putar ke kiri
atau ke kanan, terserah Anda. Karena saya tidak tahu jenis kamera apa yang Anda
gunakan.
5. Putar perlahan sampai ketemu titik fokusnya. Sama seperti cara di atas, akan ada
isyarat kedipan warna merah di layar viewfinder.
6. Kalau sudah terkunci objeknya, maka tekan penuh tombol shutter untuk mengambil
gambar.
7. Ulangi terus cara di atas sampai Anda bisa.

8 (delapan) Langkah Sederhana Mengenai Cara Menggunakan Kamera DSLR


Secara Manual
Mode manual kamera dslr dianggap sudah tidak ada/relevan lagi bagi dunia
fotografi karena teknologi yang semakin maju, sehingga banyak orang tidak pernah
berpikir lagi untuk mencobanya. Banyak orang yang menggunakan kamera dslr selama
bertahun-tahun tapi tidak pernah mencobanya (menggunakan mode manual) saat
melakukan pemotretan. Oleh karena mereka memiliki keyakinan bahwa menggunakan
kamera dslr secara manual saat pemotretan mengharuskan mereka untuk belajar lebih.
Misalnya, belajar mengenai teknik dalam memotret, bagaimana menggunakan aperture
dengan baik, serta cara mengatur shutter speed dan ISO. Hal ini tentunya dapat
memakan waktu yang cukup banyak. Itulah sebabnya, banyak orang tidak mau
melakukan hal ini.
Berikut ini adalah 8 langkah sederhana mengenai cara menggunakan kamera dslr
secara manual.
1. Ambil Kamera dan Belajarlah
“Kenali kamera yang dimiliki seperti mengenali diri sendiri.” Pernyataan
tersebut sangat menarik karena kamera merupakan salah satu faktor penentu dalam
menghasilkan foto yang bagus. Itulah sebabnya, ambilah waktu untuk belajar
tentang kamera yang kita punya, karena pada umumnya orang tidak mengetahui
kelebihan serta kekurangan yang terdapat pada kamera yang dimilikinya. Dalam hal ini,
belajar adalah hal yang terbaik.
Ada begitu banyak cara yang dapat dilakukan dalam belajar. Misalnya dengan
membaca buku, browsing lewat internet, atau juga dengan cara selalu membawa
kamera yang dimiliki kemanapun kita pergi. Hanya dengan belajar, kita dapat
mengerti dengan baik manfaat dari kamera yang dimiliki. Hal ini adalah langkah yang
paling penting. Karena tanpa belajar dan melakukan percobaan, kita tidak akan
pernah bisa meningkatkan kemampuan diri sendiri.

13
Tentunya, setiap kamera memiliki kelebihan dan kekurangannya masing- masing.
Itulah sebabnya, fokuskan pemotretan pada hal-hal yang dapat dilakukan dengan
kamera yang dimiliki. Periksalah setiap pengaturan yang ada pada kamera sebelum
melakukan pemotretan,
Ingat, jangan hanya menggunakan kamera untuk melakukan pemotretan ketika
ada sesuatu yang terjadi. Misalnya, ada seekor kucing yang lewat, kemudian akan
mengambil gambar kucing tersebut karena terlihat bagus. Gambar terbaik selalu
muncul dari hal yang biasa-biasa saja.
2. Aktifkan Mode Manual
Putar tombol mode yang biasanya berada di sisi kiri atas, untuk menunjuk ke M
atau mode manual. Setelah itu mulailah untuk mengambil gambar dengan variasi yang
berbeda-beda. Beberapa model kamera biasanya memiliki tombol mode di sisi kanan
atas. Karena itu perhatikan kamera yang dimiliki dengan baik sebelum memulai
mengambil gambar secara manual.
3. Arahkan Kamera dengan Baik dan Benar
Hal ini adalah langkah yang sangat penting. Jangan mengabaikan langkah ini.
Cobalah untuk menghidupkan kamera jika belum pernah melakukan hal ini
(mengarahkan kamera pada tempat dimana memiliki cahaya yang baik), kemudian
arahkan kamera ke arah subjek / objek yang memiliki jumlah cahaya yang cukup.

4. Perhatikan Pengaturan Kamera


Shutter Speed. Pastikan pengaturan shutter speed dengan baik saat mulai
melakukan pemotretan, karena panjang jarak fokus akan menjadi masalah jika
mengalami getaran atau goyangan sehingga memberikan efek yang kurang bagus
terhadap hasil pemotretan. Untuk mengatasi hal ini, pastikan shutter speed lebih tinggi
dari length focal. Misalnya, jika panjang fokus 200 mm maka aturlah shutter speed pada
posisi 1/250 detik atau lebih cepat. Hal ini juga dapat mengambil gambar dengan
mengatur shutter speed pada posisi yang lambat ketika hendak mengambil gambar pada
area yang lebih luas seperti 1/20 detik dengan panjang fokus 18 mm.
Meskipun hal ini tidak akan cukup membantu jika subjek bergerak terlalu cepat,
tapi jangan lupa untuk menggunakan sistem anti-shake (tahan goyangan) pada kamera.
Meskipun tidak setiap lensa akan menampilkan teknologi ini, tetapi jika memilikinya –
maka gunakanlah.

ISO (International Standard Organization).


ISO adalah ukuran kepekaan sensor digital terhadap cahaya. Banyak orang sering
bergerak ketika hendak difoto, belum lagi ditambah dengan membuka tutup mata
mereka (berkedip-kedip) dan terus-menerus mengubah ekspresi wajah mereka – dan
tidak ada foto yang lebih buruk dari pada foto seseorang dengan mata yang sedang
berkedip-kedip gantinya tersenyum. Untuk menghindari masalah ini, dan untuk
mencegah motion blur muncul, maka perlu mengatur shutter speed pada posisi yang
cepat. Hal ini juga akan membantu untuk memastikan ketajaman dari hasil pemotretan
serta menghindari gangguan yang dapat terjadi pada kamera, seperti getaran atau
goyangan pada saat pemotretan. Dalam jumlah cahaya yang rendah (di dalam ruangan
maupun diluar), maka perlu untuk meningkatkan ISO ke 1.600, 3.200 atau bahkan
6.400, untuk menghindari hasil yang kurang bagus.
5. Kenali Lokasi Pemotretan

14
Mengetahui manfaat yang bisa diperoleh dari lokasi pemotretan merupakan
hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap fotografer. Gunakan waktu
untuk mempelajarinya. Misalnya, kapan momen dan waktu terbaik untuk sebuah
cahaya, lensa kamera seperti apa yang cocok untuk digunakan, serta kemungkinan
besar untuk menggunakan setiap sudut yang ada dilokasi pemotretan untuk
menghasilkan gambar yang menakjubkan. Disamping itu juga harus tahu menggunakan
waktu secara efisien – semakin kita tahu, maka akan lebih cepat dan mudah bagi kita
untuk menyelesaikan pemotretan. Dalam memilih lensa, harus memperhitungkan tema
pemotretan, karena berdasarkan tema yang dibuat, akan dapat menentukan sudut seperti
apa yang diinginkan, panjang titik fokus, serta aperture maximum yang kapan saja bisa
berubah.
6. Hindari Guncangan Terhadap Kamera
Goyangan atau getaran terhadap kamera merupakan suatu hal yang sangat
menggangu untuk setiap fotografer, karena hal ini akan memberikan efek yang
kurang bagus kepada hasil pemotretan. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa cara
untuk menghindari terjadinya goyangan/getaran pada kamera. Pertama, perlu belajar
bagaimana cara memegang kamera dengan benar; Gunakan kedua tangan, yang satu di
sekitar tubuh dan yang satu lagi di sekitar lensa, kemudian peganglah kamera dekat
dengan tubuh. Kedua, pastikan bahwa menggunakan shutter speed yang cocok dengan
lensa fokus kamera yang digunakan. Jadi jika menggunakan lensa 100 mm, maka posisi
shutter speed janganlah lebih rendah dari 1/100 detik. Gunakan tripod atau monopod
bila memungkinkan. Jika tidak ada, maka gunakanlah pohon atau dinding untuk
menjaga kamera agar tetap stabil selama pengambilan gambar.
7. Pilih Subjek Secara Kreatif
Subjek yang kreatif tidaklah selalu berarti orang yang selalu melemparkan
senyumannya di depan kamera. Subjek adalah sesuatu yang membuatnya menarik,
dan hal itu bisa berarti apa saja, misalnya hewan peliharaan yang tergeletak di tanah,
bayi atau anak kecil yang hendak mencoba untuk meraih mainanannya di atas kursi,
atau orang-orang yang sedang bermain futsal. Pilihan yang tepat dan bagus akan
memberikan dampak yang jelas terhadap kualitas foto.
8. Pencahayaan
Cahaya adalah salah satu faktor yang memberi efek kehidupan dan ketajaman
pada sebuah foto. Itulah sebabnya gunakanlah cahaya dengan sebaik mungkin. Cara
memotret yang baik adalah dengan mengerti manfaat cahaya. Tanpa pengertian yang
benar mengenai cahaya, maka perolehan hasil yang baik, tidak akan tercapai. Cahaya
yang berlebihan dapat memberikan efek pencahayaan yang tidak merata untuk model
(subjek). Karena idealnya, jika ingin menggunakan beberapa cahaya tambahan dalam
pemotretan maka bawalah beberapa unit cahaya seperti LED flashlight, lamp stand, dan
lain-lain untuk menambah kekuatan pencahayaan.
Kesimpulan
Menggunakan kamera dslr secara manual bukanlah merupakan hal yang
mudah, karena membutuhkan waktu yang lebih untuk bisa menggunakannya dengan
baik. Hanya dengan belajar dan melakukan percobaan, maka akan dapat meningkatkan
kemampuan dalam menggunakan kamera dslr secara manual saat mengambil
gambar. Jika ingin mencoba untuk melakukannya, maka lakukanlah. Karena saat
mengambil gambar secara manual, hal ini memberikan kontrol sepenuhnya untuk
mengambil gambar sesuai dengan keinginan. Jangan takut untuk mencoba, karena tidak

15
akan pernah tahu cara menggunakan kamera dslr secara manual dengan baik jika
tidak pernah mencobanya.

Mengenal Eksposur dan Cara Kerjanya Pada Kamera


Eksposur (exposure) secara bebas disebut juga pencahayaan. Eksposur
merupakan inti dalam fotografi yang juga memainkan peran utama dalam menentukan
baik atau buruknya kualitas foto.
Pada kamera DSLR telah disediakan beberapa pilihan mode eksposur “khusus”
yang bekerja secara auto untuk keperluan tertentu seperti memotret olahraga, kembang
api, close-up, dll. Secara keseluruhan mode eksposur pada kamera terkadang disebut
juga sebagai mode pemotretan.
Namun sayangnya mode auto atau mode lainnya, hanya bekerja sesuai kehendak
program, bukan sesuai dengan kemauan fotografernya. Maka terkadang hasil foto
menggunakan mode auto ini berbeda dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, sejatinya
eksposur yang lebih baik itu adalah yang dibentuk secara manual sesuai keinginan
fotografer.
Eksposur terbentuk dari 3 elemen/pengaturan utama yaitu:
1. Shutter Speed
Saat menekan tombol shutter untuk memotret, maka shutter (rana) akan terbuka
lalu tertutup kembali dengan rentang waktu tertentu. Nah! Lamanya waktu shutter atau
rana itu terbuka dan tertutup kembali itulah yang dimaksud dengan shutter speed. Agar
lebih mudah dipahami, perhatikan gambar cara kerja shutter speed di bawah ini:

16
Mengatur rentang waktu (shutter speed) tersebut dapat dilakukan secara manual
sesuai keinginan fotografernya.
2. Aperture/Diafragma
Bila pada shutter speed mengenai rentang waktu terbukanya shutter atau rana,
maka pada aperture/diafragma adalah lebar sempitnya bukaan pada lensa. Untuk
mengetahui seperti apa bentuk bukaan lensa tersebut silahkan lihat gambar di bawah
ini:

3. ISO
ISO adalah ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Simpelnya
agar mudah dipahami bahwa ISO adalah pengaturan untuk menentukan tinggi
rendahnya pencahayaan pada hasil foto.
Ketiga elemen di atas dikenal sebagai segitiga eksposur (exposure triangle).
Ketiganya saling berkaitan dan hasil kolaborasi dari ketiga pengaturan tersebut itulah
yang menciptakan sebuah eksposur / pencahayaan.
Lantas bagaimana ketiga pengaturan tersebut bekerja dan membentuk sebuah
eksposur?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas tentang shutter speed, bahwa shutter atau
rana akan terbuka dan tertutup saat memotret. Nah! Pada saat shutter itu terbuka, sensor
akan merekam adegan (pengambilan gambar) dan di saat yang bersamaan pula cahaya
yang menentukan terang dan gelapnya hasil foto, juga ikut masuk melalui lensa menuju
sensor. Jadi, semakin lama waktu shutter itu terbuka (rana lambat) maka semakin besar
peluang cahaya masuk, dan hasilnya foto akan semakin terang. Seperti itulah cara kerja
shutter speed.
Kemudian untuk cara kerja aperture yaitu; semakin lebar bukaan pada lensa
maka semakin banyak pula cahaya yang masuk, dan hasilnya foto juga akan jadi terang.
Oleh sebab itu shutter speed dan aperture harus seimbang dan bekerjasama sesuai
kondisi cahaya di tempat/lokasi pemotretan.
Lalu bagaimana dengan ISO?
Tidak selalu kita dihadapkan dengan kondisi cahaya yang cukup terang. Akan
ada saatnya di mana waktu pemotretan pada situasi yang minim cahaya seperti dalam

17
ruangan atau di malam hari. Pada kondisi seperti itu, akan membutuhkan pengaturan
dengan dukungan dari ISO untuk memaksimalkan kualitas cahaya pada foto.
Mudahkan? Sudah seharusnya kita memahami cara kerja eksposur secara manual
agar lebih kreatif dan tidak selalu bergantung pada mode auto.

Mengenal Fungsi Light Meter pada kamera


Light Meter berperan sebagai indikator yang berfungsi untuk menampilkan
kekuatan exposure yang telah diukur oleh metering. Sedangkan besar kecilnya
kekuatan exposure secara skala besar berdampak pada kecerahan gambar.
Ketika membentuk exposure secara manual dengan segitiga eksposur (shutter
speed, aperture, ISO) maka kekuatan eksposur tersebut akan tampil pada light meter.
Jadi, dengan light meter kita bisa mengetahui kadar cahaya yang diterima oleh kamera
sebelum melakukan pemotretan. Tapi sayangnya masih banyak calon fotografer yang
mengabaikan fungsi light meter dan lebih sering mengira-ngira saja.
Informasi light meter bisa dilihat pada layar LCD dan juga di viewfinder seperti
pada gambar di bawah ini:

Cara membaca light meter sangat mudah sebagai ilustrasi silahkan diperhatikan
gambar 3 (tiga) indikator light meter di bawah ini:

Pada Indikator I titik eksposur berada di tengah. Ini menunjukkan bahwa eksposur
atau pencahayaan pada keadaan normal (normal exposure).
Pada Indikator II titik eksposur naik 1 stop dari normal. Ini menujukkan bahwa
pencahayaan sangat tinggi dan mengarah ke over exposure.
Pada Indikator III titik eksposur turun 1 stop dari normal. Ini menunjukkan bahwa
pencahayaan berkurang dan mengarah ke under exposure.
Itulah fungsi light meter yang bisa membantu Anda untuk menghasilkan gambar
dengan kadar pencahayaan atau eksposur yang normal, tidak over dan tidak under.

18
Memahami Mode Eksposur Auto, P, S, A, M pada kamera
Mode eksposur (exposure mode) adalah pilihan penggunaan yang disediakan
pada kamera untuk memotret. Kadang-kadang ada kamera yang menamakan mode ini
sebagai “mode pemotretan” atau “modus pemotretan“. Setiap kamera DSLR
menyediakan mode eksposur “utama” yang memiliki cara kerja yang sama dalam
membentuk eksposur. Sedangkan eksposur itu sendiri singkatnya adalah pencahayaan
yang dibutuhkan oleh kamera dalam proses pengambilan gambar, dan eksposur inilah
yang nantinya menentukan kualitas pencahayaan pada hasil gambar (entah itu normal,
gelap atau terang).
Eksposur dibentuk oleh 3 (tiga) elemen / pengaturan yang saling bekerjasama
yaitu; Shutter Speed, Aperture (Diafragma) dan ISO, yang dinamakan sebagai
“Segitiga Eksposur (Exposure Triangle)“. Jadi kesimpulannya untuk membentuk
eksposur caranya tidak lain dengan mengatur 3 (tiga) elemen tersebut. Oleh sebab itu
sebagai pengguna dituntut untuk mengetahui dasar kerja 3 elemen di atas agar bisa
membentuk eksposur dengan baik untuk hasil gambar yang baik pula.
Seringkali setelah membeli kamera digital baik dslr maupun saku (pocket), kita terpaku
pada mode auto untuk waktu yang cukup lama. Mode auto memang paling mudah dan
cepat, namun tidak memberikan kepuasan kreatifitas.
Bagi yang ingin “lulus dan naik kelas” dari mode auto serta ingin meyalurkan jiwa
kreatif kedalam foto-foto yang dihasilkan, ada baiknya kita pahami konsep
exposure. Kamera pada dasarnya adalah sebuah alat yang berguna untuk menangkap
cahaya melalui sensor kamera. Cahaya yang masuk akhirnya diterjemahkan oleh sensor
menjadi sebuah gambar. Apabila cahaya yang diterima oleh kamera kurang, gambar
akan menjadi gelap – dalam dunia fotografi, hal ini sering disebut dengan Under
Exposed (UE). Sebaliknya apabila cahaya yang masuk ke dalam kamera berlebih,
gambar akan menjadi terlalu terang atau disebut dengan Over Exposed (OE).

contoh foto perbandingan exposure compensation (under, standard & over


exposed)
Fotografer kenamaan, Bryan Peterson, telah menulis sebuah buku
berjudul Understanding Exposure yang didalamnya diterangkan konsep
exposure secara mudah. Peterson memberi ilustrasi tentang tiga elemen yang harus
diketahui untuk memahami exposure, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah
Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan
cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.
Ketiga elemen tersebut adalah:
1. ISO – ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
2. Aperture – seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil

19
3. Shutter Speed – rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut exposure. Perubahan dalam salah satu
elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya.

3 (tiga) elemen penting dalam memahami exposure


Perumpamaan Segitiga Eksposur
Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami exposure adalah dengan
memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini kita umpamakan segitiga
exposure seperti halnya sebuah keran air.
 Shutter speed bagi saya adalah berapa lama kita membuka keran
 Aperture adalah seberapa lebar kita membuka keran
 ISO adalah kuatnya dorongan air
 Sementara air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang
diterima sensor kamera

Tentu bukan perumpamaan yang sempurna, tapi paling tidak kita mendapat ide
dasarnya. sebagaimana kita lihat, kalau exposure adalah jumlah air yang keluar dari
keran, berarti kita bisa mengubah nilai exposure dengan mengubah salah satu atau
kombinasi ketiga elemen penyusunnya. Jika kita mengubah shutter speed, berarti
mengubah berapa lama keran air terbuka. Mengubah Aperture berarti mengubah
seberapa besar debit airnya, sementara mengubah seberapa kuat dorongan air dari
sumbernya.
Namun karena tidak semua orang paham cara menggunakan/mengatur eksposur
secara manual, sehingga produsen kamera menyediakan mode eksposur yang bekerja
secara instan/auto untuk kemudahan dalam mengoperasikan kamera. Mode tersebut
bekerja seperti apa yang berlaku pada kamera ponsel, yang mana secara instan, yang
langsung bisa memotret dan tidak perlu lagi dipusingkan oleh pemahaman eksposur.
Pada kamera DSLR umumnya ada “5 mode eksposur utama” yaitu mode Auto, P,
S, A, M. Bersama 5 mode tersebut terdapat pula pilihan mode lainnya untuk pemotretan
khusus seperti Portrait, Landscape, Close-up, Sports, Fire-Works, Panorama, dll.
Mode eksposur ini bisa Anda lihat pada tombol dial khusus untuk mengatur mode

20
eksposur yang disebut sebagai “Dial-Mode“. Berikut contoh umum tombol dial-mode
pada kamera:

Pada DSLR Canon, mode eksposur untuk S dan A ditulis dalam simbol yang
berbeda yaitu Tv dan Av. Sedangkan mode Auto pada Canon di tulis dengan simbol “A
berwarna hijau” dan kadang-kadang juga digambarkan dengan simbol “icon frame
warna hijau“. Berikut contohnya:

Lalu apakah arti dari Auto, P, S, A, M pada kamera?


Auto Exposure
Dari namanya sudah bisa ditebak bagaimana mode ini bekerja. Pada mode ini
program memegang kendali penuh atas pengaturan inti pada kamera. Termasuk
mengatur eksposur secara “auto” dan beberapa pengaturan penting lainnya, yang
semuanya dikendalikan oleh program. Mode ini sangat praktis dan cocok bagi yang
baru pertama kali menggunakan kamera. Dengan mode ini, tidak perlu dipusingkan
dengan pemahaman eksposur, karena bisa langsung memotret semudah menggunakan
kamera ponsel. Akan tetapi mode auto atau mode lain yang serupa memiliki kelemahan
yaitu pengaturan kamera dikendalikan oleh program dan bukan sesuai keinginan kita
sebagai pengguna. Sehingga kadang-kadang hasil gambar melenceng atau tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
P = Program
Pada dasarnya mode program ini memliki cara kerja yang sama dengan mode
auto di atas. Hanya saja pengguna masih diberi akses untuk menentukan sendiri
pengaturan “salah satu” elemen segitiga eksposur yaitu pengaturan ISO. Selain ISO,
juga bisa mengatur beberapa pengaturan inti lainnya. Contohnya untuk mode program
di DSLR Canon masih memberi akses untuk mengatur White Balance, Picture Style,
bahkan Auto Exposure Bracketing. Meskipun demikian, tetap saja mode ini masih
terbatas bila digunakan untuk mengembangkan skill fotografi. Karena pengembangan
bersama eksposur sangat luas dan selalu menjadi yang utama, sehingga tidak cukup bila
hanya mengandalkan ISO untuk proses belajar.

S = Shutter Priority
Pada kamera Canon, mode ini ditulis dengan simbol Tv. Pada mode ini bisa
mengatur 2 elemen segitiga eksposur yaitu shutter speed dan ISO, sedangkan aperture
masih diatur oleh program. Dan karena pengaturan berfokus pada shutter speed
sehingga mode ini dinamakan shutter priority. Pada mode ini pengaturan aperture
ditentukan secara auto dan disesuaikan berdasarkan nilai shutter speed dan nilai ISO

21
yang digunakan. Jadi, setiap kali merubah nilai shutter speed dan ISO, maka aperture
ikut berubah untuk menyusaikan dengan 2 pengaturan tersebut.
A = Aperture Priority
Pada kamera Canon, mode ini ditulis dengan simbol Av. Cara kerja mode ini
mirip dengan mode shutter priority di atas, dimana hanya perlu mengatur aperture dan
ISO untuk membentuk eksposur, sedangkan pengaturan shutter speed ditentukan oleh
program.
M = Manual Exposure
Pada mode ini pengguna memegang kendali penuh atas pengaturan kamera
secara keseluruhan. Sederhananya bahwa ini kebalikan dari mode auto. Pada mode
manual ini, pengguna bisa leluasa menentukan nilai shutter speed, aperture dan ISO
untuk menghasilkan gambar yang sesuai dengan keingingan. Oleh sebab itu sering
dikatakan bahwa eksposur yang baik itu sejatinya diatur secara manual oleh pengguna
dan bukan dikendalikan oleh program. Mengapa? Karena akan selalu ada situasi
pencahayaan dimana mode auto dan program tidak mampuh menyelesaikan
permasalahan pada situasi tersebut. Hanya saja untuk mengoperasikan kamera pada
mode manual ini sudah harus memiliki pemahaman dasar eksposur dan mengetahui
bagaimana cara shutter speed, aperture dan ISO bekerja dalam membentuk eksposur.
Nah, itulah perlunya untuk mempelajari lebih dalam tentang eksposur dan mekanisme
dari 3 (tiga) elemen di atas.
Mode Eksposur Khusus
Selain 5 mode eksposur utama yang umum tersedia di semua kamera DSLR, ada
beberapa mode eksposur lainnya yang disediakan untuk pemotretan khusus seperti
Portrait, Landscape, Close-up, Sports, Fireworks, Panorama, dll. Setiap kamera dari
produsen yang berbeda memiliki mode khusus yang berbeda-beda pula meskipun ada
beberapa mode yang sama.
Mode eksposur ini bekerja secara auto dengan maksud memudahkan pengguna
untuk menghadapi kondisi pemotretan tertentu. Misalkan, ketika ingin memotret
interaksi olahraga katakanlah “sepak bola” yang mana manusia di dalamnya bergerak
dengan cepat, sehingga kamera membutuhkan shutter speed yang cepat pula agar bisa
menangkap gerakan manusia dengan baik. Hal ini sebenarnya bisa dengan mudah
diatasi pada mode manual, hanya karena tidak semua pengguna bisa menggunakan
mode manual sehingga produsen memberi solusi dengan menghadirkan mode eksposur
khusus, contohnya seperti mode “Sports” yang bisa digunakan untuk memotret
interaksi olah raga di atas, begitu pula dengan mode khusus lainnya.

Catatan:
Berkaitan dengan eksposur bahwa kamera menyediakan teknologi untuk membaca
kadar eksposur yang dinamakan sebagai “Light Meter“.

Penjelasan Kode dan Keterangan Pada Lensa


Mungkin kita akan bertanya-tanya apa maksud dari keterangan “18-55mm
f/3.5-4.5 IS” pada sebuah lensa. Semua lensa memiliki keterangan serupa namun
berbeda-beda.
18-55mm

22
Kode di atas merupakan keterangan dari panjang focal sebuah lensa yang disebut
focal length (FL). Ada bermacam-macam focal length lensa dan untuk focal length
18-55mm merupakan ukuran umum yang diberlakukan pada lensa standar yang disebut
“kit”.
f/3.5-4.5
Kode di atas merupakan keterangan untuk nilai max aperture pada sebuah lensa.
Sedangkan kode “f/” merupakan satuan yang diberlakukan untuk nilai aperture. Sama
seperti focal length, nilai aperture pada tiap-tiap lensa juga beragam.
IS
IS adalah singkatan dari Image Stabilizer sedangkan pada Nikon di kenal sebagai
VR (Vibra Reduction) yaitu fitur yang ditanamkan pada lensa yang berfungsi untuk
menstabilkan getaran. Semua fotografer pasti pernah mengalami motion blur saat
memotret diakibatkan getaran tangan (hand shake) yang terjadi tanpa sengaja. IS hadir
untuk mengatasi masalah tersebut. Namun sayangnya tidak semua lensa memiliki fitur
ini. Selain lensa kit hanya golongan lensa mahal yang memiliki fitur tersebut.
Hubungan Focal Length dengan Aperture
Jika sebuah lensa memiliki focal length 18-55mm dan aperture f/3.5-4.5 maka
hubungannya yaitu, ketika menggunakan focal length 18mm maka nilai max
aperturenya adalah f/3.5. Namun jika menggunakan focal length terpanjang 55mm
maka otomatis nilai max aperture berpindah dan mentok di f/4.5. Pada kondisi seperti
itu, tidak bisa merubah nilai aperturenya ke f/3.5. Kesimpulannya adalah jika merubah
focal length maka aperture juga ikut berubah.

Panduan Cara Menggunakan Fokus Pada Lensa Kamera


Salah satu pengetahuan dasar yang diwajibkan bagi pemula adalah belajar cara
menggunakan fokus pada lensa baik secara auto maupun manual. Coba kita perhatikan
lensa kamera, di situ ada tombol kecil untuk menggeser mode fokus yang biasa ditandai
dengan kode “AF dan MF“. AF adalah Auto Focus sedangkan MF adalah Manual
Focus.
Secara umum semua lensa standar yang dipaketkan pada kamera memiliki dua
mode fokus di atas. Jika memilih mode auto focus maka program lah yang bertindak
atau bekerja secara auto untuk mengunci fokus pada subjek/objek. Dan jika
menggunakan mode manual focus maka bagi penggunalah yang mengatur ring fokus
untuk mengunci fokus pada subjek/objek. Kesimpulannya, auto fokus adalah program
sedangkan manual adalah pengguna.
Cara Menggunakan Fokus Pada Mode Auto
Cara menggunakan fokus pada mode auto sangatlah mudah, oleh sebab itu bagi
pemula sangat dianjurkan untuk ‘bermain-main’ dulu dengan mode auto sebelum
melangkah ke mode manual.
Aktifkan mode auto focus (AF) dengan menggeser tombol ke mode AF.
Kemudian cobalah membidik salah satu benda yang akan difoto. Lalu tekan tombol
shutter separuh atau 1/2 (jangan full) kemudian tahan. Akan terlihat ring fokus lensa
bergerak sendiri dengan berputar kiri-kanan untuk mencari fokus terhadap benda
tersebut. Coba perhatikan viewfinder (layar kecil yang kita intip saat motret). Jika
subjek telah terkunci maka ring lensa akan berhenti berputar dan titik fokus akan

23
menunjukan kedipan “merah”. Selanjunya silahkan tekan full tombol shutter untuk
mengambil gambar.
Tapi ingat! Jika masih dalam mode auto jangan pernah coba-coba memutar ring
fokus secara manual menggunakan tangan karena itu bisa merusak mesin fokus lensa,
kecuali lensa menggunakan mesin fokus FTM (Full Time Manual).
Cara Menggunakan Fokus Pada Mode Manual
Bila sudah paham kerja fokus pada mode auto, maka saatnya mulai belajar
menggunakan mode manual focus (MF).
Ubah dulu mode fokusnya dari AF ke MF. Bidik salah satu benda yang akan
difoto. Kemudian ulangi kembali cara di atas yaitu menekan tombol shutter separuh
saja kemudian tahan lalu putar perlahan ring fokus pada lensa ke arah kiri dan kanan
menggunakan tangan untuk mengunci fokus pada benda tersebut. Jangan lupa
perhatikan viewfinder, jika benda yang dibidik sudah terfokus maka titik fokus akan
menunjukan kedipan “merah”, maka selanjutnya tekan penuh tombol shutter untuk
mengambil gambar.
Catatan:
Jangan sampai keliru atau salah memutar ring pada lensa. Karena selain ring fokus
terdapat pula ring untuk mengatur zoom. Tapi untuk mengetahui perbedaannya tidak
sulit. Kita bisa melihat pada viewfinder jika terjadi zoom saat memutar sebuah ring
pada lensa maka berarti ring yang diputar itu adalah ring zoom. Dengan begitu akan
ketahuan bahwa ring yang lainnya adalah ring untuk mengatur fokus.
Jika sudah menguasai cara menggunakan fokus pada lensa, maka selanjutnya
mengenalkan titik fokus dan belajar mengatur letak AF point pada subjek/objek.

Cara Menggunakan dan Mengatur Letak AF Point (Titik Area Fokus)

24
Sebelumnya perlu dijelaskan tentang ‘mana’ yang disebut dengan titik fokus dan
mana yang disebut dengan AF point. Coba diperhatikan foto hitam putih di atas. Pada
foto tersebut terdapat 9 titik dan 1 titik darinya ada yang berwarna merah. 9 titik itulah
yang dinamakan titik fokus dan titik yang berwarna merah adalah AF point. Sedangkan
untuk “AF” di sini lebih tepat disebut area focus sehingga bisa diterjemahkan secara
bebas bahwa AF point adalah titik area fokus.
Dalam pembahasan ini, kita menggunakan kamera jenis Canon sebagai contoh.
Tidak masalah bila menggunakan kamera merk lain, karena pada dasarnya konsep kerja
titik fokus sama pada semua kamera hanya saja memiliki perbedaan istilah untuk fungsi
dan nama pengaturannya.
Secara umum pada kamera Canon terdapat 9 titik fokus dan titik fokus tersebut
dapat dilihat di viewfinder. Kita bisa meletakkan AF point pada salah satu titik dari 9
titik tersebut.

Pada foto pertama di atas (hitam putih) AF point diletakkan pada titik sebelah
kanan. Sedangkan foto kedua di atas, AF point diletakkan pada titik kiri atas. Apakah
kedua cara tersebut berbeda? Mari kita cari tahu jawabannya.
Letak AF point pada kedua foto di atas memang berbeda tapi “tujuan” AF point
pada kedua foto tersebut adalah sama yaitu mencoba untuk memfokuskan subjek pada
“area mata”. Kenapa harus area mata? Karena untuk foto portrait (foto yang ada
manusia di dalamnya) maka area mata yang menjadi prioritas utama untuk difokuskan.
Tidak perduli area lain bisa fokus dengan benar atau tidak yang penting area mata telah
fokus dengan baik.
Pilihan AF Point
Pada kamera canon terdapat 2 pilihan AF point yang bisa digunakan yaitu
automatic selection dan manual selection.
1. AF point automatic selection
Cara kerja AF point automatic selection yaitu program secara auto melakukan
seleksi pada bagian mana dari subjek/objek yang menurut program layak difokuskan
kemudian program akan meletakkan AF point pada area tersebut. Sayangnya pada
pilihan AF point ini programlah yang menentukan letak AF point yang bisa saja

25
berbeda dengan keinginan pengguna. Tapi bagi yang tak ingin repot maka pilihan AF
point ini cocok untuk digunakan.
2. AF point manual selection
Bila pada automatic selection dikendalikan oleh program, maka pada pilihan AF
point manual selecion penggunalah yang memegang kendali untuk mengatur dan
meletakkan AF point diantara 9 titik fokus sesuai keinginan.
Cara Mengganti Pilihan AF Point
Pada umumnya ciri tombol AF point pada kamera seperti gambar di bawah ini:

Pada gambar di atas ada sebuah tombol untuk mengatur zoom (+) yang juga
berperan sebagai tombol shortcut menu AF point. Jika kurang jelas maka perhatikan
gambar kedua yang dilingkari dengan warna kuning dan perhatikan juga gambar icon
menunya. Bila menggunakan kamera selain Canon maka cari tombol yang memiliki
icon serupa pada kamera.
Tekanlah tombol tersebut untuk masuk ke menu AF point. Setelah menekan
tombol tersebut maka selanjutnya untuk mengganti pilihan AF point (baik auto maupun
manual) maka silahkan tekan tombol tengah (SET) pada tombol navigasi. Untuk lebih
jelasnya perhatikan kembali gambar di atas.
Sedangkan untuk mengatur dan memindahkan letak AF point pada 9 titik fokus,
caranya dengan menggunakan tombol navigasi (kiri, kanan, atas, bawah).
Perhatikan kembali gambar di atas.
Cara Yang Benar Meletakkan AF Point
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, untuk foto protrait maka area mata
yang menjadi prioritas fokus. Jadi ketika akan memotret seseorang maka letakkanlah
AF point pada titik focus yang berdekatan dengan area mata. Ini sudah menjadi kaidah
fotografi untuk memotret manusia dan bahkan juga berlaku pada saat memotret hewan.
Mengenal Fungsi AF Mode Pada Kamera Canon dan Nikon
Ketika menetapkan pilihan untuk menggunakan fokus otomatis pada “lensa”
maka selanjutnya perlu memilih salah satu AF Mode pada “kamera” sebagai tindakan
lanjutan untuk memaksimalkan penggunaan fokus. Jadi bisa disimpulkan bahwa mode
autofocus terdapat pada 2 tempat yaitu pada lensa dan pada kamera. Jadi di sini kita
akan menggunakan istilah autofocus (AF) untuk kedua pembahasan lensa dan kamera.
Kebanyakan kamera DSLR modern dilengkapi dengan sistem autofocus canggih
yang sering sulit dipahami. Entah mau memotret dengan DSLR entry-level atau kelas
profesional, yang jelas dengan mengetahui bagaimana menggunakan sistem autofocus
secara efektif adalah hal yang penting untuk mendapatkan gambar yang tajam. Kita bisa
memulainya dari belajar menggunakan fokus pada lensa, baik secara auto maupun
manual. Kemudian mengembangkan pengetahuan dengan pemahaman mode-mode AF
pada kamera, lalu melanjutkan untuk belajar menempatkan titik fokus dengan tepat.

26
Autofocus (AF) pada lensa
Hampir semua lensa modern mendukung fokus elektrik dan menyediakan 2 (dua)
mode fokus yang diatur dengan tombol switch yaitu autofocus (AF) dan manual focus
(MF). Mengaktifkan mode AF artinya fokus lensa bekerja secara otomatis digerakkan
oleh motor dalam lensa dan kita hanya perlu menekan 1/2 tombol shutter. Sedangkan
mode MF artinya fokus lensa harus digerakkan secara manual menggunakan tangan
dengan memutar ring/cincin fokus pada lensa.

Mengenal Fungsi Image Stabilization atau Stabilizer (IS, VR, VC, OS)
Image Stabilization (IS) atau disebut juga “stabilizer” (istilah yang digunakan
dalam artikel ini) adalah fitur yang berfungsi untuk mengatasi masalah blur yang tak
diinginkan, akibat getaran/gerakan tak disengaja dari kamera ketika memotret
menggunakan tangan. Sedangkan getaran atau gerakan yang tak disengaja itu dikenal
dengan istilah “kamera shake“. Salah satu jenis stabilizer umum yang bisa dilihat pada
lensa DSLR. Jika lensa memiliki stabilizer (IS, VR, VC, atau OS), kita akan melihat
tombol switch “on/off” untuk mengaktifkan stabilizer. Untuk beberapa lensa, fitur ini
terdiri dari beberapa tombol untuk pengaturan lanjutan atau bahkan bekerja secara
otomatis dalam lensa.
Umumnya stabilizer bekerja dengan cara mengkompensasi gerakan angular yang
terjadi pada sumbu proyeksi gambar, agar kembali sejajar ke sumbu yang lurus
sampai ke sensor gambar. Tetapi ada juga stabilizer elektronik yang mekanisme
kerjanya dapat mengkompensasi rotasi. Image stabilization (IS) tidak hanya
digunakan pada tubuh lensa saja (lens-based), tetapi juga ditanamkan pada bodi
kamera (body-based) yaitu pada sensor gambar. Kedua jenis stabilizer tersebut
memiliki keunggulan masing-masing. Saat ini stabilizer digunakan pada kamera
fotografi, video, teleskop astronomi, dan juga smartphone kelas atas.
Untuk kamera kebutuhan umum fotografi seperti DSLR, Mirrorless dan
Prosumer, masalah kamera goyang (kamera shake) rentan terjadi pada penggunaan
shutter speed yang lambat. Artinya, “semakin lambat shutter speed yang digunakan,
semakin berpotensi terjadinya kamera shake, oleh sebab itu IS ini diciptakan untuk
mengatasi masalah tersebut. Bukan hanya pada kecepatan shutter, lensa dengan focal
length yang panjang (tele) juga rentan terhadap masalah kamera goyang. Pada kamera
khusus video, kamera goyang menyebabkan terlihatnya delay dari frame ke frame
dalam rekaman video.

Contoh hasil gambar menggunakan stabilizer (kiri) dan non-stabilizer (kanan)


Kegunaan Image Stabilization (IS) Dalam Fotografi
Dalam fotografi, lensa maupun kamera yang memiliki stabilizer atau IS ini, akan
memungkinkan fotografer untuk menggunakan shutter speed “(-) 3-4 stop” lebih

27
lambat dari kecepatan ideal agar kamera tidak goyang. Tetapi ada laporan uji coba yang
bahkan bisa menggunakan shutter speed lebih lambat dari itu dengan bantuan stabilizer.
Mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, bahwa sebenarnya ada rumus
sederhana untuk menentukan nilai shutter speed ideal pada lensa “TANPA
STABILIZER / NON-IS”, untuk menghindari masalah kamera goyang, dan ini
mengacu pada focal length yang digunakan pada kamera format 35mm (SLR atau
full-frame).
Rumus: focal length = shutter speed ideal
Contohnya seperti ini, jika menggunakan focal 125mm pada kamera full-frame,
maka nilai shutter speed yang ideal untuk menghindari kamera goyang adalah 1/125s.
Rumus ini dikenal sebagai “1/mm rule“. Tapi jika nilai yang digunakan di bawah
1/125s, akan berpotensi terjadinya getaran atau guncangan kamera yang bisa
mempengaruhi ketajaman gambar akibat blurring. Itu jika perangkat tidak memiliki
stabilizer. Tapi jika lensa atau kamera memiliki stabilizer (IS), keuntungannya, bisa
menggunakan kecepatan 1/15s atau 1/8s untuk menghasilkan kualitas ketajaman yang
setara dengan kecepatan 1/125s pada perangkat tanpa stabilizer. Dari mana
angka-angka itu diperoleh? Itulah hasil dari penurunan (-) 3-4 stop shutter speed.
Hitungan “stop” untuk shutter speed cukup rumit.
Rumus (-) 3 stop: 125mm : 2 = 62,5. Kemudian 62,5 : 2 = 31,25. Kemudian 31,25 : 2 =
15,625 (dibulatkan jadi 15)
Rumus (-) 4 stop: 15,625 : 2 = 7,8125 (dibulatkan jadi 8)
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh 1/15s dan 1/8s. Yang jelas ini
sangat berguna, karena pencahayaan yang dihasilkan oleh 1/15s lebih banyak daripada
1/125s. Untuk memahami hubungan pencahayaan dengan shutter speed (silahkan baca
pembahasannya)

Mengenal Macam-Macam Shooting Pada Drive Mode Beserta Fungsinya


Kamera telah menyediakan beberapa tipe shooting untuk menghadapi beberapa
situasi dan itu bisa kita temui pada menu drive mode. Tiap-tiap jenis shooting
diperuntukkan bagi kondisi tertentu termasuk untuk memotret diri sendiri bila tak ada
orang yang membantu memotret diri sendiri.
Bila ingin memotret dalam sekali jepret atau berkali-kali secara berurutan?
Kedua cara tersebut juga bisa diatur pada menu drive mode. Berikut macam-macam
jenis shooting beserta fungsinya:
1. Singel Shooting
Dari namanya sudah bisa ditebak kalau jenis shooting ini hanya melakukan sekali
shoot untuk sekali menekan tombol shutter.
2. Continuous Shooting
Sekali menekan tombol shutter tanpa dilepas, maka kamera akan melakukan
shoot secara berkali-kali dan hanya berhenti saat jari melepaskan tombol shutter.
Pilihan ini sangat cocok digunakan untuk menangkap sebuah momen seperti pada foto
jurnalis.
3. Self-timer:10sec/Remote control
Ini jenis shooting yang menggunakan hitungan 10sec sebelum eksekusi lalu
kemudian secara otomatis kamera akan melakukan pengambilan gambar. Kita bisa

28
menggunakan jenis shooting ini untuk memotret diri sendiri termasuk menggunakan
bantuan remote control shutter release.
4. Self-timer:2sec
Sama seperti jenis shooting di atas hanya saja pada jenis shooting ini hitungan
sebelum eksekusi jauh lebih singkat yaitu 2sec.
5. Self-timer:Continuous
Jenis shooting ini adalah gabungan dari Continuous Shooting dan
Self-timer:10sec/Remote control. Perbedaannya kita hanya perlu menekan tombol
shutter sekali saja dan tidak harus menahan tombol shutter seperti menggunakan
Continuous Shooting.
Untuk mengganti jenis shooting pada kamera sangatlah mudah. Pada tipe kamera
sekelas canon EOS 600D, cukup menekan tombol navigasi “kiri” yang merupakan
shortcut menu drive mode. Setelah itu silahkan pilih jenis shooting yang diinginkan.
Perhatikan gambar di bawah ini:

Pada gambar di atas terdapat 5 jenis shooting yang sudah diberi angka sesuai
urutan penjelasan jenis-jenis shooting yang diuraikan di atas.
Mengenal White Balance (WB) Dan Cara Penggunaannya
Kamera sudah menyiapkan setingan khusus untuk mengimbangi warna dari
pencahayaan pada situasi tertentu, seperti pada di siang hari, saat mendung, pada
malam hari, dan termasuk pencahayaan dalam ruangan. Pengaturan untuk menangani
situasi tersebut itulah yang dinamakan White Balance (WB).
Warna dari pencahayaan di siang hari, saat mendung, dan warna dari
pencahayaan bantuan lampu (bohlam dan neon) memiliki temperatur yang
berbeda-beda dan kamera telah menyiapkan pilihan-pilihan white balance untuk
menangani masing-masing dari situasi tersebut, dengan cara menyusaikan temperatur
pada masing-masing situasi tersebut.
Jadi, ketika kita memotret di siang hari maka kita bisa menggunakan white
balance yang dikhususkan untuk menangani warna dari pencahayaan di siang hari.
Begitupula dengan situasi lainnya.
Adapun jenis-jenis white balance (WB) yang secara umum ada pada semua jenis
kamera yaitu:
1. Auto White Balance (AWB)
White balance ini akan mengenali secara otomotis situasi pencahayaan yang di
hadapi oleh kamera, entah itu siang, mendung, atau malam hari. Kemudian program
akan merekomendasikan setingan terbaiknya untuk menyusaikan diri dengan
temperatur warna pada situasi tersebut.
2. Daylight / Direct sunlight – Temperatur 5200K

29
White balance ini dikhususkan untuk menangani temperatur warna dari
pencahayaan di siang hari terlebih lagi ketika berada di bawah sinar matahari langsung.
Jadi kita bisa menggunakan white balance ini bila memotret di siang hari.
3. Shade – Temperatur 7000K
White balance ini memiliki fungsi untuk menangani situasi yang sama seperti
WB di atas yaitu siang hari. Namun white balance ini ditekankan untuk digunakan pada
tempat yang ternaungi dari sinar matahari seperti dalam rumah atau di bawah pohon
dan bukan di bawah sinar matahari langsung.
4. Cloudy – Temperatur 6000K
White balance ini dikhususkan untuk menghadapi situasi pencahayaan saat
mendung.
5. Tungsten / Incandescent – Temperatur 3200K
White balance ini dikhususkan untuk menghadapi situasi pencahayaan yang
bersumber dari bohlam / lampu pijar yang warna cahayanya agak kekuning-kuningan.
Jadi ketika Anda memotret dalam ruangan dengan pencahayaan dari bohlam maka
gunakan white balance ini.
6. Fluorescent ( Lampu Neon Putih) – Temperatur 4000K
White balance ini dikhususkan untuk menghadapi situasi pencahayaan yang
bersumber dari lampu neon yang cahayanya berwarna putih. Sama seperti Tungsten,
white balance ini juga bisa Anda gunakan untuk memotret dalam ruangan dengan
sumber cahaya dari lampu neon.
7. Flash
White balance ini berfungsi untuk mengimbangi pencahayaan dari lampu flash
pada kamera Anda. Ketika Anda akan menggunakan flash saat memotret maka gunakan
white balance ini.
8. Custom
Sedangkan white balance yang satu ini bisa Anda bentuk sendiri temperaturnya
dengan mengambil referensi dari temperatur warna pencahayaan yang ada di foto lain.
Nah! Kalau ada foto di kamera Anda yang Anda sukai warna pencahayaannya maka
Anda bisa menjadikan warna pencahayaan foto tersebut untuk diset ke white balance
Custom.
Untuk melihat perbedaan dari tiap-tiap white balance di atas silahkan dilihat
gambar di bawah ini:

Cara Merubah White Balance (WB)

30
Letak menu white balance berbeda-beda pada semua jenis kamera, namun
tidaklah sulit untuk menemukannya. Umumnya white balance di tandai dengan kode
WB. Jadi, langsung saja pilih menu WB di kamera dan silahkan pilih white balance
yang dibutuhkan.
Penjelasan Tentang Picture Style dan Cara Menggunakannya
Satu lagi pengaturan kamera yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya.
Jika sebelumnya telah dibahas mengenai White Balance maka selanjutnya akan dibahas
tentang Picture Style.
Sama seperti White Balance (WB) yang disiapkan oleh kamera dengan beberapa
pilihan untuk menyusaikan dengan kondisi tertentu, maka picture style juga memiliki
banyak pilihan yang berkaitan dengan ketajaman, pencahayaan, warna dan tone.
Pada kamera Canon kelas pemula (entry-level), picture style tersedia dalam 7
pilihan dengan pengaturan yang sudah ditentukan oleh kamera sesuai peruntukannya,
dan 4 pilihan yang disiapkan untuk disetting sesuai kreasi pengguna. Jadi
keseluruhannya ada 11 picture style. Berikut 7 jenis picture style pada kamera canon:
1. Auto (A) adalah picture style auto
2. Standard (S) adalah picture style standar
3. Portrait (P) untuk memotret subjek manusia
4. Landscape (L) untuk memotret pemandangan
5. Neutral (N) untuk kondisi netral
6. Faithful (F) adalah picture style high
7. Monochrom (M) untuk foto hitam putih dan sepia
Selain 7 picture style di atas, ada 4 picture style yang bisa ditentukan sendiri
pengaturannya dan memang disiapkan untuk menyimpan hasil settingan pengguna
sesuai kreasi pengguna. Tapi bukan berarti 7 picture style di atas tak bisa diubah
pengaturannya. Hanya saja perlu dipahami bahwa settingan bawaan yang ditentukan
oleh kamera tentu jauh lebih baik.
Settingan pada picture style
 Sharpness, untuk mengatur ketajaman yaitu rincian atau detil pada gambar
 Contrast, untuk mengatur kontras yaitu intensitas cahaya terhadap gelap dan
terang
 Saturation, untuk mengatur kadar warna gambar
 Color tone, untuk mengatur tone gambar (tinggi adalah kuning, rendah adalah
merah)
Keempat pengaturan di atas memiliki nilai yang berbeda-beda pada
masing-masing picture style dan bagi pengguna dapat mengubah nilainya sesuai
kebutuhan.
Cara mengganti dan memilih picture style

Gambar di atas adalah simbol dari menu picture style. Jadi, silahkan cari tombol
di kamera yang memiliki simbol tersebut lalu pilih picture style yang ingin digunakan.

31
Cara merubah detail settingan picture style

1. Disini menggunakan kamera canon sebagai contoh. Silahkan pilih dulu salah satu
picture style yang ingin diubah pengaturannya. Lihat gambar di atas sebelah kiri.
2. Kemudian tekan tombol “INFO.” untuk masuk mengubah detail picture style.
3. Di situ ada settingan Sharpness, Contrast, Saturation, dan Color tone. Tekan tombol
“SET” untuk masuk dan merubah nilai settingan dari masing settingan tersebut.
Lihat gambar di atas sebelah kanan.
4. Tekan tombol “MENU” untuk kembali ke menu sebelumnya.
Jumlah picture style yang disediakan mungkin saja berbeda pada setiap DSLR
Canon. Begitu pula dengan picture style kosong yang disiapkan untuk pengguna tidak
selalu berjumlah 3. Dan picture style kosong tersebut bisa dipasangi (instal) picture
style yang dibuat melalui komputer atau yang disediakan oleh produsen.

32
Mengenal Macam-Macam Sudut Pengambilan Gambar (Angle) Dalam Fotografi
Istilah “angle” sudah umum dan tak asing lagi bagi kalangan pemula. Hanya saja
mereka tidak mengetahui posisi yang benar dari masing-masing sudut pengambilan
gambar yang diberlakukan pada fotografi.
Berikut macam-macam sudut pengambilan gambar (angle) yang berlaku secara
umum dalam fotografi:
1. Eye Level

Ini adalah sudut pengambilan gambar atau angle yang netral sehingga disebut
juga Normal Angle. Pada angle ini tingginya kamera saat membidik harus sejajar
dengan subjek/objek yang dibidik. Bila memotret seseorang maka bagian tubuh yang
dijadikan tolak ukur untuk mensejajarkan sorotan kamera dengan subjek adalah pada
posisi kepala, lebih tepatnya jatuh di area mata.
2. The Bird’s-Eye View

Foto yang diambil dengan posisi angle ini akan memperlihatkan sudut
pengambilan gambar dari ketinggian. Maksudnya pemotretan dilakukan dari tempat
yang sangat tinggi, contohnya seperti foto yang menampilkan seluruh isi kota, (gedung
tinggi, ramainya kendaraan, dan aktivitas di jalan).
3. High Angle

33
Angle ini memiliki karakter angle yang sama seperti The Bird’s-Eye View di atas
yaitu memotret objek dari ketinggian hanya saja angle ini tidak se-ekstrem The
Bird’s-Eye View. Bila digunakan untuk memotret seseorang maka tingginya sorotan
kamera harus lebih tinggi dari posisi kepala orang tersebut. Sehingga posisi kepala akan
tampak lebih besar membulat dan ukuran badan tampak mengecil sampai ke kaki
seperti meruncing.

4. Low Angle

Angle ini merupakan kebalikan dari High Angle yaitu sudut pengambilan gambar
yang rendah dan jika digunakan untuk memotret seeorang maka tingginya sorotan
kamera harus lebih rendah dari kepala orang tersebut. Hasil foto menggunakan angle ini
juga merupakan kebalikan dari hasil High Angle yaitu membesar pada bagian kaki dan
mengecil dibagian badan sampai ke kepala.
5. Frog Eye Angle

Angle ini memiliki karakter angle yang sama dengan Low Angle di atas yaitu
sudut pengambilan gambar yang rendah hanya saja tingkat kerendahannya lebih
ekstrim, dimana kamera hampir saja menyentuh tanah. Sehingga saat menggunakan
angle ini terkadang fotografer harus tiarap saat memotret.
6. Canted Angle

34
Disebut juga Oblique Angle yaitu pemilihan sudut pengambilan gambar yang
sengaja dimiringkan. Angel ini biasanya digunakan untuk menghasilkan foto yang
unik.
Mengenal Komposisi dan Pedoman Teknik Komposisi Dalam Fotografi
Komposisi mengacu pada cara mengatur dan menata berbagai elemen dari
sebuah adegan dalam frame. Elemen yang dimaksud di sini meliputi subjek dan objek
dari adegan. Sedangkan yang dimaksud dengan adegan adalah apa yang akan difoto.
Komposisi bukanlah aturan yang keras tetapi dapat dijadikan ‘pedoman’. Hal ini telah
digunakan dalam seni fotografi selama ratusan tahun dan sampai saat ini komposisi
telah membantu banyak fotografer profesional untuk mencapai gambar dengan
perspektif yang lebih menarik.
1. Rule of Thirds (Aturan Pertiga)
Aturan pertiga atau Rule of Thirds ini sangat sederhana, membagi frame menjadi
3 (tiga) bagian vertikal dan 3 (tiga) bagian horizontal, sehingga keseluruhan
menghasilkan 9 (sembilan) bagian (kotak) seperti yang ditunjukan pada gambar di
bawah. Hampir semua produsen kamera bahkan termasuk smartphone menyediakan
bantuan garis “grid” yang tidak lain adalah untuk aturan pertiga atau Rule of Thirds.
Garis itu akan membantu dalam mengatur komposisi yang baik. (untuk kamera DSLR,
bisa melihat garis ini pada mode Life View, bukan lewat jendela bidik (Viewfinder).
Dengan garis Rule of Thirds kita bisa menempatkan elemen penting dari adegan
sepanjang satu atau lebih garis vertikal. Kebanyakan orang cenderung ingin
menempatkan subjek utama (POI) di tengah frame. Tapi jika kita memiliki keberanian
menempatkan subjek keluar dari pusat dengan aturan pertiga ini, maka kita akan lebih
sering menemukan komposisi yang lebih menarik. Itulah kegunaan dari Rule of Thirds,
yang tidak hanya untuk membuat susunan elemen dalam gambar menjadi rapi, tetapi
dapat juga digunakan untuk mencapai perspektif yang unik.

Image Credit © Barry O Carroll


Pada foto di atas, horizontal bumi ditempatkan pada bagian bawah frame,
sedangkan pohon-pohon terbesar diletakkan pada bagian kanan frame. Sekarang dapat
dilihat, garis dari Rule of Thirds telah membantu meluruskan garis horizontal dari bumi
dan juga pohon agar terlihat tegak lurus dalam frame. Kesimpulannya bahwa Rule of
Thirds ini akan membantu gambar menjadi lebih rapi dan tidak miring sana-sini. Tapi
bukan hanya sebatas kerapian saja, membuat komposisi dengan aturan pertiga ini bisa
menghasilkan visual yang berbeda atau perspektif yang unik. Contohnya kembali lagi
pada foto di atas, jika seandainya pohon-pohon besar ditempatkan di tengah frame
maka gambar tersebut tidak lagi menampilkan visual yang sama. Ini lah menariknya
bermain dengan komposisi.
2. Komposisi Tengah dan Simetri

35
Komposisi dengan posisi subjek di tengah frame tidak selalu merupakan pilihan
yang terbaik. Semua tergantung posisi subjek yang dihadapi. Bisa jadi menarik di pusat
atau justru sebaliknya. Apalagi seni itu menyangkut selera masing-masing yang
berbeda. Namun untuk beberapa adegan, komposisi subjek di tengah akan bekerja lebih
baik. Untuk memberikan sedikit gambaran, mengapa beberapa orang cenderung
menempatkan subjeknya di tengah frame, salah satu alasannya dan paling sering adalah
untuk kepentingan mendapatkan ‘adegan simetri’.

Image Credit © Barry O Carroll


Foto di atas adalah contoh adegan simetri yang baik. Apalagi, penempatan subjek
lampu jembatan di sepanjang tengah frame benar-benar bekerja dengan baik.
Pembagian sisi kiri dan kanan jembatan benar-benar seimbang. Tapi hal tersebut tidak
akan selalu berlaku sama pada subjek/objek lainnya. Keberuntunagn foto di atas karena
arsitekturnya yang memang rapi sehingga simetri bekerja dengan baik. Kesimpulannya
bahwa dengan teknik simetri harus memperhatikan proporsional pada subjek/objek
yang akan dibidik.

Image Credit © Barry O Carroll


Adegan yang mengandung refleksi juga merupakan kesempatan besar dan baik
untuk menggunakan simetri dalam komposisi. Pada gambar di atas menggunakan
campuran aturan pertiga dan simetri untuk menyusun adegan. Pohon diposisikan keluar
dari pusat yaitu di bagian kanan frame tapi memiliki refleksi. Dari contoh gambar di
atas, artinya kita dapat juga menggabungkan beberapa pedoman komposisi dalam satu
adegan.
3. Foreground Interest dan Kedalaman
Menangkap beberapa subjek menarik untuk dijadikan poin di latar depan
(Foreground Interest) adalah cara yang bagus untuk menambahkan rasa kedalaman
pada sebuah adegan. Hal tersebut merupakan salah satu dari teknik komposisi untuk
menampilkan gambar seakan-akan 3D.

36
Image Credit © Barry O Carroll
Objek foto di atas adalah adegan air terjun, dengan elemen batu di sungai
menjadi subjek yang sempurna sebagai ‘Foreground Interest’. Menambahkan elemen
penting di latar depan sering kali menjadikan adegan bekerja lebih baik, apalagi jika
adegan diambil menggunakan lensa sudut lebar (wide-angle).
Genre Fotografi yang perlu diketahui
Sama halnya seperti musik yang memiliki berbagai jenis aliran (genre) seperti
pop, jazz, rock, metal, dll, begitupula dengan fotografi yang juga memiliki berbagai
macam genre dan ini tak kalah penting untuk diketahui.
Bukan hanya untuk sekedar referensi saja, tapi pengetahuan tentang genre
fotografi bisa membantu kita mengetahui keahlian kita berada di genre mana.
Ada banyak genre fotografi, diantaranya sebagai berikut:
1. Wildlife Photography (Alam Liar)

Photo by Anthony McGill


Wildlife Photography adalah genre yang mendokumentasikan berbagai bentuk
satwa liar di habitat alami mereka. Ini merupakan salah satu genre fotografi yang lebih
menantang. Karena selain harus berani bila menjumpai hewan-hewan pemangsa,
dibutuhkan pula keahlian khusus. Contohnya, ada beberapa hewan yang sulit didekati
dan dibutuhkan pengetahuan tentang kebiasaan hewan tersebut untuk memprediksi
tindakan mereka. (lihat kumpulan foto wildlife terbaik)
2. Landscape Photography (Pemandangan)

37
Landscape Photography menunjukkan ruang dalam dunia yaitu pemandangan
alam, kadang-kadang luas dan tak berujung, tapi kadang juga mikroskopis. Foto
landscape biasanya menangkap kehadiran alam tetapi juga dapat fokus pada buatan
manusia.
3. Photojournalism / Journalism (Foto Jurnalistik)

Genre Photojournalism ini merupakan bentuk khusus dari jurnalis


(mengumpulkan, mengedit, dan penyajian materi berita untuk publikasi atau siaran)
yang menggunakan gambar untuk menceritakan sebuah kisah atau berita.
Foto jurnalistik tetap berbeda dari genre fotografi lain yang serupa dengannya,
misalnya fotografi dokumenter, sosial, fotografi jalanan atau fotografi selebriti. Genre
ini tetap harus mematuhi kerangka etika yang berlaku yang menuntut bahwa pekerjaan
yang baik adalah harus jujur dan tidak memihak saat menceritakan sebuah kisah / berita.
Hal itu sangat dikritisi dalam jurnalistik. Seperti yang kita ketahui secara umum bahwa
fotografi jurnalistik juga mencari gambar untuk berkontribusi terhadap media berita.
4. Portrait / Portraiture Photography (Foto Subjek Manusia)

Portrait Photography atau dikenal juga Portraiture Photography adalah jenis


genre yang mengekspose seseorang atau beberapa orang (umumnya 1 orang) yang
menampilkan ekspresi, kepribadian, dan suasana hati (sedih, senang, marah, dll). Untuk
genre ini biasanya lebih fokus pada wajah seseorang, meskipun seluruh tubuh dan latar
belakang atau konteks lainnya dapat dimasukkan. Karena wajah adalah subjek yang
paling bisa menggambarkan suasana hati seseorang. (untuk menambah referensi

38
tentang genre fotografi ini silahkan lihat artikel: 10 Fotografer Portrait dengan
Karyanya yang Terkenal di Dunia)
5. Architectural Photography (Arsitektur)

Architectural Photography adalah genre yang memotret bangunan dan struktur


serupa sebagai representasi estetika. Fotografer arsitektur biasanya terampil dalam
penggunaan teknik khusus dan peralatan pendukung fotografi.

Panduan Memotret Seseorang di Luar Ruangan (Outdoor)


Sengaja memberi judul seperti itu karena memang tidak ingin membatasi topik
ini seolah hanya untuk membahas pemotretan talent atau model. Seseorang di sini bisa
saja itu keluarga sendiri atau teman-teman yang diajak bersenang-senang dengan
kamera yang dimiliki.
Mengapa ada kata “panduan”? Apakah ada aturan khusus mengenai topik ini?
Bukan mengkhususkan tapi aturan fotografi akan memandu kita untuk bagaimana cara
menghasilkan sebuah foto yang baik. Foto yang baik itu bukan hanya soal tersenyum
lebar di depan kamera, kulit yang mulus mirip boneka, bukan itu saja, tetapi ini
mengenai hal-hal yang akan membuat hasil foto itu bernilai menurut kaidah fotografi.
Terlebih lagi jika kita memang serius dengan fotografi, maka mulailah dari hal-hal
dasar.
Pemotretan yang dilakukan di luar ruangan berbeda dengan yang dilakukan
dalam ruangan. Banyak hal yang membedakan keduanya baik dari pengaturan kamera,
komposisi, alat yang digunakan, dan masih banyak lagi. Bagi yang memiliki peralatan
seadanya sangat cocok untuk memulai belajar fotografi dengan konsep outdoor.
Manfaatnya agar dapat membiasakan diri terhadap cahaya alami sebelum belajar
menggunakan lighting dalam ruangan (indoor). Tidak hanya itu, pemotretan outdoor
kadang “lebih sulit” ketimbang melakukan pemotretan dalam ruangan (indoor). Lalu
apa saja yang perlu diperhatikan / disiapkan ketika memotret seseorang di luar
ruangan?
1. Menyiapkan Konsep
Jika ingin melakukan pemotretan yang serius maka diperlukan konsep. Berbeda
jika pemotretan dilakukan hanya untuk bersenang-senang saja atau perlakuan yang

39
sifatnya hanya ‘spontanitas’. Maka setidaknya dengan konsep, kita mempunyai ide
untuk sebuah perencanaan foto yang baik. Sebelum membuat rencana bersama
teman-teman melakukan ‘trip’ katakanlah ke pantai, akan ada perbincangan tentang apa
saja yang akan dilakukan, berpose di area mana, bagusnya pakai baju apa, dan mungkin
juga memikirkan tentang hal itu sepanjang malam. Maka itu sama saja telah mengatur
konsep. Setidaknya sudah memiliki sebuah “rencana” sekalipun itu ide yang sederhana.
2. Pemilihan Kostum, Aksesoris, dan Properti
Setelah menentukan lokasi pemotretan maka selanjutnya serasikan dengan
pemilihan kostum, aksesoris serta properti yang akan digunakan. Akan sangat lucu jika
si ‘model’ mengenakan pakaian ‘Metal’ tapi berposenya di taman bunga. Gunakan
kostum yang ‘sederhana’, tidak memiliki banyak corak atau motif, yang dapat
disesuaikan dengan lokasi pemotretan.
Soal properti biasanya secara alamiah properti tersedia sendiri di lokasi, seperti
tangkai bunga. Namun lebih baik jika juga membawanya dari rumah seperti misalnya;
balon, payung, buku, dan sebagainya sesuai kebutuhan pemotretan nantinya.
3. Pemilihan Angel dan Type of Shot
Istilah foto “Close Up” itu termasuk dalam pembahasan Type of Shot, (silahkan
baca tentang 'Close Up). Demikian juga dengan cara pemilihan sudut pandang (Angle)
yang tepat.
4. Jangan Terburu-buru Menekan Tombol Shutter
Jangan terburu-buru, teliti kembali/periksa pengaturan kamera. Pelajari kondisi
pencahayaan di lapangan, kemudian sesuaikan dengan pengaturan kamera, lalu mulai
mengambil gambar. Ini lagi-lagi kembali pada pelajaran dasar fotografi yang sudah
direkomendasi. (tentang: Shutter speed, Aperture/diafragma, ISO, White Balance,
Metering, Picture Style, dsb)
Mempersiapkan kamera sebelum memotret bertujuan juga untuk mempermudah
si ‘model’ saat berekspresi. Jangan sampai ketika ‘model’ sudah siap dengan “senyum
manisnya” tapi ‘fotografer’nya masih sibuk otak-atik kamera.

Istilah-Istilah Penting dalam Fotografi


Fotografi juga bidang ilmu seni yang dipenuhi banyak istilah dalam urusan
teknik, kondisi, pengaturan, dll. Hal ini mungkin saja akan dianggap gaptek bila tidak
memahami tentang istilah-istilah dalam fotografi.
Bukan hanya karena alasan gaptek, tapi memahami banyak istilah dalam
fotografi juga dapat membantu untuk merencanakan konsep pemotretan bersama tim,
menganalisa foto, dan tentunya akan menjadikan sebagai calon fotografer yang
berpengalaman dan berilmu.
Berikut istilah-istilah dalam fotografi yang perlu untuk diketahui:
A
 A : pada kamera Nikon, simbol A terdapat pada mode pemotretan (atau disebut
juga exposure mode) yang merupakan singkatan dari “Aperture Priority”.
 AF : singkatan dari autofocus, yaitu cara kerja fokus otomatis pada lensa kamera..
 AL servo AF : saran pilihan autofocus yang digunakan untuk memotret objek2
bergerak. Pilihan yang efektif untuk pemotretan olahraga.

40
 Angle of view : Sudut pandang atau sudut pemotretan. Cara melihat dan mengambil
objek yang akan difoto.
 Aperture / Diafragma : yaitu lubang tempat cahaya masuk kedalam kamera dari
lensa keatas film.
 Aperture priority auto exposure (A) : pencahayaan otomatis prioritas bukaan
diafragma. Jika bukaan diafragma disetel terlebih dahaulu, kecepatan rana akan
bekerja otomatis.
 Artificial light : cahaya buatan manusia yang digunakan untuk memotret misalnya
lampu kilat, api, dll.
 Auto Program Programed Auto (P) : fasilitas otomatis untuk memilih pencahayaan
terprogram secara normal dan high speed(kecepatan tinggi), tergantung pada
pemakaian panjang-pendek fokus lensa.
 Auto winder : motor yang berguna untuk memajukan film secara otomatis dan
cepat tanpa harus dikokang atawa diengkol terlebih dahulu. Sering digunakan oleh
pemotret olahraga atawa yang mengutamakan objek-objek bergerak cepat.
B
 Back light : Cahaya dari belakang, yaitu cahaya yang berasal dari belakang objek.
Arah cahaya ini berlawanan dengan posisi kamera. Secara umum efek yang
dihasilkan dapat menciptakan siluet; objek foto dikelilingi “rim light” atau cahya
yang ada disekitar objek. Efek cahaya ini bisa merugikan pemotret sebab bila
mengenai lensa akan menimbulkan flare.
 Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90
derajat untuk melakukan penggantian lensa.
 Fotografi Birds eye view : Sudut pandang dalam pemotretan yang mirip dengan apa
yang diliat seekor burung yang sedang terbang.
 Blitz : Lampu kilat atau flashgun. Alat ini merupakan cahaya buatan yang berfungsi
menggantikan peran cahya matahari dalam pemotretan. Untuk menangkap
kilatannya diperlukan suatu kecepatan tertentu yang telah disesuaikan
(disinkronkan) dengan kamera. Cahaya blitz umumnya bisa ditangkap dengan
kecepatan kamera 1/60 detik.
 Blur : Kekaburan seluruh atau sebagian gambar karena gerakan yang disengaja atau
tidak sengaja pada saat pemotretan dan efek besar kecilnya diafragma. Hal ini
terjadi misalnya saat melakukan teknik panning atau zooming yang menggunakan
kecepatan rendah.
 Bottom light : Cahaya dari bawah objek, biasa juga disebut “base light”. Biasa
digunakan sebagai cahaya pengisi dari arah depan. Fungsinya mengurangi kontras
cahaya utama.
 Bounce Flash : Sinar pantul. Pancaran cahaya tidak langsung yang berasal dari
sumber cahaya (lampu kilat). Cara paling efektif yang dapat dicoba adalah
memantulkan pancaran sinarnya kesudut lain sebelum cahaya itu mengenai objek
pemotretan. Teknik pencahayan ini cocok untuk menghasilkan penyinaran lunak.
 Bracketing : Suatu teknik pengambilan gambar yang sama dengan memberikan
kombinasi pencahayaan yang berbeda-beda pada suatu objek (disamping
pengukuran pencahayan normal).

41
 Built-in diopter : Pengatur dioptri (lensa plus atau minus) yang sudah terpasang
pada pembidik kamera. Berguna bagi pemotret berkacamata atau kondisi mata
terganggu.
 Bulb, B(ulb) bohlam : Sarana kecepatan rana yang sangat lambat dikamera yang
digunakan untuk memotret objek. Lama membuka rana ditentukan oleh pemotret,
yaitu dengan menekan lalu melepas tekanan pada tombol shutter.
C
 C : Singkatan dari continuous,yaitu sandi yang terdapat pada kamera. Fungsinya
menyatakan penggunaan bidikan gambar secara beruntun dengan kecepatan tertentu
(umumnya 3 bingkai per detik).
 Candid camera : foto atau potret yang dibuat dengan cara sembunyi-sembunyi
sehingga objek foto tidak menyadarinya. Cara ini biasanya menghasilkan foto yang
terkesan wajar atau alami.umumnya tidak ada komunikasi antrara pemotret dan
objek foto.keberhasilan foto sangat ditentukan oleh kemahiran pemotret
mengungkapkan pesannya. Oleh Karena itu pemotret harus ekstra tekun, jeli, teliti
dan sabar.
 CCD : singkatan dari charge couple device,yaitu chip pengganti film yang
digunakan pada kamera digital untuk merekam gambar (citra).
 Center of focus : pusat perhatian. Sering juga disebut center of interest atau focus of
interest. Pusat perhatian membuat pesan dan teknis yang ingin disampaikan
pemotret tergambar secara fisik pada foto.
 Center weight : pengukuran pencahayaan (metering) yang tertuju hanya pada 60
persen daerah tengah gambar (bidang) foto.
 Coating : pemberian suatu lapisan tipis pada permukaan lensa. Funsinya menahan
pantulan cahaya dan melindungi lensa dari berbagai bahaya, mjsalnya jamur.
 Cold tone : warna yang bernada dingin; berwarna biru kelabu dengan nada warna
ringan.
 Color balance : keseimbangan warna.
 Composition : komposisi, yaitu penempatan atau penyusunan bagian-bagian sebuah
gambar untuk membentuk kesatuan dalam sebuah bidang tertentu sehingga enak
dipandang.
 Continuous light : lampu kilat yang digunakan untuk memotret; cahayanya dapat
menyala terus menerus(berulang-ulang).
 Contrast : kontras. Secara umum kontras diartikan sebagai perbedaan
gradasi,kecerahan, atau nada (warna) antara bidang gelap (shadow) dengan bidang
terang, atau warna putih yang mencolok sekali pada objek.
 Cropping : pemadatan/pemotongan gambar dalam foto dengan membuang bagian
tertentu yang kurang disukai.

Tips Memilih Warna Dalam Fotografi


Menggunakan kombinasi warna dalam foto-foto adalah cara yang baik untuk
membuat foto terlihat menonjol. Jangan remehkan kekuatan warna, karena cara ini bisa
membuat mereka yang melihat hasil foto akan melahirkan persepsi tentang karya karya
foto. Ini ide yang baik untuk berpikir tentang apa yang ingin disampaikan dengan warna

42
yang digunakan. Seperti warna-warna tertentu yang selalu mempengaruhi seseorang
dengan cara-cara yang tertentu pula.
Sebagai contoh, kita semua tahu bahwa merah adalah warna yang sangat kuat
tapi tergantung pada konteks apa warna merah itu dapat menyampaikan pesan yang
berbeda. Jika menggunakan banyak pencahayaan merah saat memotret dalam ruangan,
maka itu akan menyampaikan kesan tentang “cinta dan nafsu“. Tapi jika pencahayaan
merah digunakan semisal memotret seorang petinju maka ia akan melahirkan kesan
kekuatan dan kemarahan.
Sebagai aturan, merah cenderung membangkitkan lebih banyak energi dan
gairah sedangkan warna dingin seperti biru membangkitkan perasaan lebih tenang dan
lebih terpusat. Oleh sebab itu biru sering digunakan pada gambar atribut perusahaan.
Biasanya karena terlalu percaya diri menggunakan kombinasi beberapa warna,
banyak fotografer yang mencoba menggabungkan beberapa warna. Ada yang sekedar
bereksperimen dan ada yang asal menggunakannya dan mengira hasilnya sudah serasi.
Sebaiknya, harus berhati-hati tentang pesan yang ingin disampaikan dengan
penerapan warna-warna tertentu. Ada beberapa kombinasi warna yang memang
dibutuhkan, namun ada juga yang harus diwaspadai. Oleh sebab itu gunakan kombinasi
warna dengan penuh pertimbangan.

43
Teknik Fotografi membuat latar belakang (Background) Blur

Bagi penggemar selfie mungkin ingin memiliki foto dengan latar belakang
(background) yang blur. Karena cukup dengan foto seperti itu sudah bisa menunjukkan
perbedaan signifikan antara hasil kamera DSLR dengan hasil kamera ponsel, atau
dengan kata lain, seseorang akan bisa bilang, bahwa dia ‘dijepret’ dengan
menggunakan kamera mahal. Sampai saat ini foto dengan latar belakang yang blur
masih menjadi idola.
2 (dua) teori dasar membentuk Background yang Blur
1. Menentukan Jarak Background dengan Subjek
Bila memotret subjek manusia maka jarak background dengan subjek minimal 5m.
Sedangkan jarak antara kamera dengan subjek adalah relatif. Rumusnya adalah
semakin jauh jarak background dengan subjek maka semakin tinggi intensitas blur
yang terjadi pada background.

2. Memilih Besaran Subjek


Menentukan jarak background dengan subjek harus disesuaikan dengan besaran
subjek. Untuk subjek berukuran mini seperti foto makro tidak memerlukan jarak
backgroud yang jauh seperti ketika memotret subjek manusia. Contohnya seperti
hewan capung dalam gambar di bawah ini:

Teorinya adalah semakin sempit wilayah subjek yang akan dibidik, maka
semakin dekat jarak toleransi antara subjek dengan background. Namun sekali lagi
jarak background yang semakin jauh lebih baik untuk blur.
Untuk membuktikan 2 (dua) teori di atas, dapat dicoba dengan berdiri di dekat
dinding kemudian angkat 1 jari tepat di depan mata. Kemudian fokuskan pandangan

44
pada jari. Kita akan melihat kalau dinding (sebagai background) terlihat blur saat kita
memfokuskan pandangan ke jari.
Tapi jika kita tempelkan jari ke dinding dan fokuskan kembali penglihatan ke jari.
Maka saat itu akan terlihat jari sebagai subjek dan dinding sebagai background,
sama-sama fokusnya dan tidak terjadi blur pada dinding.

Faktor Lain Yang Mendukung Terbentuknya Blur


1. Depth of Field
Teori Depth of Field (DOF) atau ‘ruang ketajaman’ juga ikut mempengaruhi
intensitas terjadinya blur pada background, sehingga dalam hal ini, juga harus
dipahami tentang istilah depth of field. (pahami tentang Depth of Field).
2. Pengaruh Lensa
Lensa yang digunakan berperan besar menentukan hasil dengan background yang
blur. Lensa dengan focal Length terpanjang dapat memaksimalkan hasil blur. Namun
bila menggunakan lensa standar (kit 18-55mm) maka gunakan focal terpanjang yaitu
55mm.
Adapun lensa yang digemari saat ini untuk membuat latar menjadi blur yaitu
lensa fix 50mm dan lensa zoom tele. Sedangkan, apabila menggunakan lensa zoom
wide (lebar) yang umumnya memiliki rentang focal pendek maka hasil blurnya tidak
se-ekstrim hasil blur dari jenis lensa di atas. Jadi, semakin panjang focal lensa maka
semakin tinggi intensitas blur pada background.

Tips Membuat Background Menjadi ‘Bokeh’ dan Super Blur


1. Gunakan lensa fix 50mm atau di atasnya, atau gunakan lensa yang memiliki focal
yang panjang seperti lensa tele.
2. Jangan memilih latar belakang (background) yang polos atau kurang memiliki corak.
Sebaliknya pilih background yang ramai penuh warna dan corak. Bila ingin
memotret di luar ruangan maka bisa dengan memilih pepohon, dedaunan, atau
alang-alang sebagai latar belakang. Bila ingin memotret di malam hari, maka dapat
menggunakan background dari kumpulan bola lampu; seperti lampu jalanan, atau
lampu kendaraan yang melintas di jalan, contohnya gambar di bawah ini:

3. Jika hasilnya kurang maksimal maka coba jauhkan lagi jarak subjek dengan
background.

Tips Membuat Background Blur Pada Foto Potrait

45
Foto potrait adalah foto dengan subjek manusia. Untuk melakukan blur pada foto
potrait tidak terlepas dari “2 teori dasar” di atas, dan juga lensa yang digunakan. Jika
menggunakan lensa standar (18-55mm) dapat menerapkan teknik pengambilan gambar
(Type of Shot) “close up” atau “medium shot” untuk memaksimalkan blur sesuai
kemampuan lensa standar. (baca tentang teknik pengambilan gambar). Jika
menggunakan angle long shot kemungkinan hasilnya tidak terlalu blur, kecuali jika
menggunakan lensa tele.

Membuat Background Blur Menggunakan Kamera Ponsel


Jika menggunakan kamera ponsel, kita hanya bisa membuat background blur
pada subjek berukuran kecil seperti foto makro bukan pada subjek berukuran besar
seperti manusia. Caranya yaitu ubah mode fokus kamera ponsel ke makro (macro)
kemudian dekatkan kamera ke subjek saat memotret. Cara kerjanya sama seperti teori
memfokuskan pandangan ke jari pada uraian di atas.

Bagaimana Cara Membuat Foto Siluet?


Siluet adalah cara yang bagus untuk menyampaikan drama, misteri, emosi, dan
suasana hati kepada pemerhati foto dan sering menonjol dalam sebuah album karena
kombinasi kesederhanaannya tetapi juga kisah yang mereka sampaikan. Siluet tidak
memberikan gambaran yang jelas tentang segala sesuatu tetapi meninggalkan sebagian
dari gambar hingga imajinasi pemerhati menjadi bertanya-tanya.
Strategi dasar yang perlu diterapkan dalam membuat foto siluet adalah
menempatkan subjek di depan beberapa sumber cahaya lalu mengatur eksposur
berdasarkan bagian paling terang (latar belakang) dan membiarkan subjek menerima
konsekuen gelap (under exposure).

Photo Credit © Saravut Whanset


Ada banyak uraian teknis tentang cara mengambil bidikan siluet yang mungkin
ingin dicapai. Beberapa langkah dasar untuk mendapatkan hasil seperti yang
diinginkan.
Pilih subjek yang Kuat
Hampir semua objek dapat dibuat menjadi siluet, namun ada yang lebih baik dari
yang lainnya. Pilih subjek dengan bentuk yang kuat dan dapat dikenali. Buat ia cukup
menarik dan bisa menahan minat pemerhati untuk melihat hasil foto. Siluet tidak dapat
menggambar warna, tekstur, dan tone subjek untuk membuatnya menarik. Jadi untuk
subjek, hanya perlu berkonsentrasi pada bentuknya. Jangan memilih bentuk subjek
yang dalam siluetnya terlihat samar, seperti tidak dikenali mana bentuk kepala, tangan,
kaki, dll.

46
Matikan flash kamera
Pastikan kamera tidak dalam mode Auto atau Program, yang mana pada mode
tersebut akan menghidupkan flash secara otomatis ketika kamera mendeteksi
kurangnya cahaya. Biarkan subjek dengan konsekuen gelap / kurang cahaya. Karena
dalam trik ini ‘konsentrasi’ pada subjek bukan lagi pada pencahayaannya tapi pada
bentuk subjek yang dilihat semenarik mungkin dalam gambar siluet.
Mengatur cahaya dengan benar
Di dalam siluet perlu memastikan bahwa ada lebih banyak cahaya bersinar di
latar belakang daripada latar depan dalam adegan. Pencahayaan yang sempurna untuk
ini adalah menempatkan subjek di depan matahari terbenam (sunset) atau matahari
terbit (sunrise). Akan tetapi sebenarnya pencahayaan dari sumber lain juga dapat
melakukan trik ini. Intinya untuk bagian ini, pastikan sudah ditetapkan pencahayaan
yang baik untuk latar belakang dan sekali lagi jangan khawatir soal pencahayaan
subjek.
Framing adegan
Ini seperti kebiasaan shooting pada umumnya yaitu membingkai adegan sebaik
mungkin dengan memperhatikan beberapa aturan, seperti; mengatur keseimbangan (ini
yang utama), kemudian menempatkan subjek pada rule of third dan beberapa teknik
pemotretan yang dikuasai. Saran, bingkai subjek di depan dataran yang bagus dengan
latar belakang yang terang. Biasanya latar belakang terbaik adalah langit tanpa awan
terang dengan memposisikan sumber cahaya sekreatif mungkin.
Buat bentuk siluet yang berbeda dan rapi
Jika ada lebih dari satu bentuk atau subjek pada adegan yang akan direncanakan,
cobalah untuk memisahkannya diantara subjek-subjek tersebut. Misalnya; membuat
siluet pohon dan seseorang yang berdiri di depannya atau bahkan bersandar pada pohon
tersebut, maka pisahkan kedua subjek, karena pohon dan orang tersebut akan tergabung
dalam satu bentuk siluet, sehingga pemerhati akan jadi bingung tentang bentuk yang
dilihatnya.

Photo Credit © M. Hajar A.K | Menggunakan Kamera Smartphone Vivo Y55s


Kemudian perlu diingat bahwa subjek manusia dalam siluet tidak perlu
ditampilkan sebagai profil, sebagaimana ketika ingin menampilkan fitur wajah (hidung,
mulut, mata) yang memungkinkan untuk dikenali. (yang bukan merupakan target utama
dalam foto siluet). Bentuk siluet yang rapi itu, paling tidak bentuk subjek tidak
tersamarkan (seperti pohon dan seseorang yang bersandar padanya). Dalam hal ini kita
dapat menempatkan subjek orang di samping pohon dengan jarak tidak terlalu jauh.

47
Menggunakan Mode Auto
Untuk bagian ini selain menjadi solusi pengguna awam kamera DSLR juga
menjadi solusi pengguna kamera ponsel. Ya, kamera ponsel juga bisa membuat siluet.
Semua orang termasuk mereka yang awam juga ingin bisa menghasilkan foto yang
menarik termasuk siluet ini. Masalahnya tidak semua pengguna kamera digital bisa
mengatur eksposur untuk menghasilkan siluet. Jadi di sini saya menulis kiat-kiat
khusus bagi mereka.
 Bagi pengguna awam yang mengandalkan mode Auto atau Program, pertama
gunakan mode manual fokus (MF) pada lensa lalu fokuskan subjek dengan baik.
Setelah subjek telah fokus, arahkan kamera pada bagian paling terang di latar
belakang (matahari misalnya) dan jangan merubah fokus lensa. Lalu tekan setengah
(1/2) tombol shutter dan jangan lepaskan jari Anda, kemudian arahkan kembali
kamera Anda ke subjek, lalu tekan penuh tombol shutter untuk menembak. Rincian
tentang cara menekan tombol shutter silahkan baca di sini.
 Bagi pengguna kamera ponsel Anda, terlebih dahulu silahkan ubah pengaturan
shutter untuk tidak menembak terus-menerus (continuous) saat tombol shutter
ditekan lama. Sebelum menembak, arahkan kamera pada bagian terang di latar
belakang kemudian tekan tombol shutter di layar ponsel Anda dan jangan lepaskan
jari Anda sedikit pun. Saat itu Anda akan melihat penurunan cahaya pada adegan,
selanjutnya arahkan kembali kamera pada subjek lalu lepaskan jari Anda maka
kamera akan menembak. Sedangkan rincian cara menekan tombol shutter kamera
ponsel silahkan baca di sini.
Menggunakan Mode Manual (pengalaman seseorang)
Dengan mode pemotretan Manual (M) tentu kita bisa melakukan lebih banyak
lagi daripada mode auto di atas. Biasanya orang-orang berkonsentrasi pada shutter
speed dalam shooting siluet. Bagi saya pribadi yang pertama adalah menetapkan nilai
aperture, saya akan menggunakan f/8 untuk mereduksi vignette (abaikan cara ini jika
Anda menyukai vignette). Selanjutnya saya menetapkan ISO rendah 100 atau
disesuaikan. Terakhir, barulah saya meninggikan nilai shutter speed (nilainya
kondisional). Atau bisa juga dengan hanya menetapkan ISO rendah dan mengatur
shutter speed. Intinya Anda hanya perlu mendapatkan pencahayaan yang baik pada
latar belakang dan menggelapkan subjek sebagai siluet. Jika hasilnya terlalu gelap
maka silahkan naikkan ISO secara bertahap atau menurunkan nilai shutter speed.

Photo Credit © M. Hajar A.K


Siluet dengan Levitasi

48
Mencapai dua ekspektasi sekaligus dengan sekali setting. Karena untuk siluet dan
levitasi ini bisa dicapai dengan hanya berkonsentrasi pada shutter speed. Adegan
levitasi dalam siluet adalah kombinasi yang kuat dan populer digunakan kebanyakan
orang pada gambar siluet mereka. Bagian ini hanya variasi, jika berminat silahkan baca
di sini pembahasan cara menembak levitasi dengan DSLR, dan baca di sini untuk
kamera ponsel.

Photo Credit © M. Hajar A.K

Belajar Teknik Foto Levitasi


Apakah sebelumnya anda pernah melihat foto seseorang yang melayang di udara
seperti pada foto di atas? Itulah yang dinamakan teknik levitasi (levitation). Orang
awam bisa saja menganggap itu hasil manipulasi menggunakan photoshop padahal
tidak semua foto levitasi harus melalui rekayasa photoshop.
Ada banyak kreasi foto levitasi oleh para fotografer dunia mulai dari yang
biasa-biasa saja sampai yang ekstrim. Untuk foto levitasi yang ekstrim, membutuhkan
seseorang yang nekad melakukan adegan tersebut, tapi sebaiknya berkreasi untuk
levitasi yang aman-aman saja terlebih dahulu, meskipun belakangan ini semakin marak
teknik foto levitasi dengan 2x pengambilan gambar, lalu digabung melalui photoshop.
Untuk adegan levitasi yang rada-rada “tidak masuk akal” di mata pemerhati, umumnya
sang fotografer menggunakan cara tersebut.
Cara menggunakan teknik levitasi ini, kita hanya perlu menguasai penggunaan
shutter speed (baca di sini untuk belajar shutter speed), karena ini berkaitan dengan
“kecepatan”.
1. Buatlah konsep terlebih dahulu untuk adegan levitasi seperti apa yang diinginkan.
(tapi ingat, jangan melakukan hal yang berbahaya. Mulailah dari adegan yang
biasa-biasa saja, misalnya, dengan adegan melompat.

49
2. Selanjutnya siapkan seseorang atau mungkin teman sendiri yang bisa diajak
melakukan adegan levitasi sesuai konsep yang direncanakan sebelumnya.
3. Pilihlah waktu yang cukup terang antara pagi sampai sore hari. Karena di sini kita
akan menggunakan shutter speed yang sangat cepat makanya membutuhkan
pencahayaan yang cukup agar hasilnya tidak gelap.
4. Ubah mode eksposur (disebut juga mode pemotretan) pada kamera dan gunakan
mode shutter priority. Pada kamera Canon mode ini ditulis dalam simbol (Tv),
sedangkan pada Nikon dan kamera lain pada umumnya ditulis dalam simbol (S).
Cara mengatur mode eksposur shutter priority yaitu dengan memutar tombol
“mode-dial” pada kamera yang bentuknya seperti gambar di bawah ini:

Sebenarnya lebih ideal lagi kalau menggunakan mode manual (M). Tapi karena
ini panduan dasar, jadi untuk mempermudah dalam prakteknya, direkomendasikan
menggunakan mode shutter priority. Selanjutnya ubah nilai shutter speed dan gunakan
kecepatan yang tinggi minimal 1/800s. Ini agar tidak terjadi motion blur pada hasil
gambar. Menu shutter speed pada monitor LCD kamera umumnya seperti yang
dilingkari pada gambar di bawah ini:

5. Selanjutnya ubah setingan “drive mode” dan gunakan jenis shoot “Continuous
Shooting”.
6. Sebelum memulai adegan levitasi berilah aba-aba yang jelas pada hitungan berapa
teman/modelnya mulai melakukan adegan.
7. Sebaiknya adegan levitasi dilakukan dengan halus dan rapi. Jangan asal melompat
hingga bajunya ikut terangkat. Buatlah seolah-olah ‘sang model’ melayang di udara.
8. Ketika memotret usahakan bisa menjangkau bayangan orang yang melakukan
adegan levitasi. Tips ini agar hasil foto benar-benar terlihat “real” dan bukan
rekayasa photoshop.
9. Jika masih terjadi motion blur pada hasil gambar, maka ubah kembali shutter speed
dan tambah kecepatannya sampai 1/1000s atau bahkan lebih.
10. Terus ulangi adegan hingga mendapat hasil yang maksimal.
Selamat mencoba dan ingat, jangan lakukan adegan yang berbahaya jika masih
pemula. (untuk referensi silahkan lihat 20 Foto Levitasi Luar Biasa Yang Bisa dijadikan
Inspirasi).

50
Fotografi Olahraga Untuk Pemula
Dengan kamera, kita dapat mengabadikan kegiatan orang yang tengah berolah
raga, daripada hanya sekedar menjadi penonton di pinggir lapangan.
1. Pelajari aturan mainnya
Penting memahami aturan mainnya tentang olahraga yang direncanakan untuk
difoto. Semakin paham mengenal permainannya, semakin baik pula foto/gambar yang
dihasilkan. Cari tahu informasi yang menjelaskan aturan olahraga, posisi pengambilan
gambar terbaik, jenis gambar yang diminati, dan peralatan yang akan digunakan.

NIKON D4S @ 420mm, ISO 200, 1/1600, f/5.6 | Photo Credit © Maat Nielsen
2. Berlatih memaksimalkan kamera Anda
Jika baru mengenal fotografi, maka harus meluangkan waktu untuk mengenal
kamera yang dimiliki. Jika selalu mengandalkan pemotretan secara Auto, ini akan
membuat kita tidak dapat mencapai kualitas gambar yang lebih baik. Luangkan waktu
untuk berlatih dengan mode pemotretan lainnya, terutama Shutter Priority dan
Manual (M).

NIKON D4S @ 105mm, ISO 5000, 1/1000, f/2.8 | Photo Credit © Maat Nielsen
3. Gunakan shutter speed yang cepat
Jika ingin membekukan aksi subjek yang bergerak cepat agar tidak blur, maka
shutter speed kamera harus antara 1/500 dan 1/2000-an. Semakin cepat subjek yang
akan di foto bergerak, semakin tinggi shutter speed yang harus dibutuhkan. Misalnya,
untuk olah raga berenang, masih dapat ditolerir dengan shutter speed yang relatif
lambat, tetapi tidak untuk bisbol, basket, apalagi lomba lari jarak pendek. (lihat cara
mengatur shutter speed).

51
NIKON D810 @ 200mm, ISO 160, 1/2000, f/3.2 | Photo Credit © Maat Nielsen
4. Rencanakan posisi pemotretan
Secara umum, fotograffer selalu ingin berada dalam posisi dimana subjek bisa
mendekat/berhadapan. Misalnya saja lomba lari, setiap kali subjek melintas, dalam
posisi mendekat, maka seharusnya sudah siap melakukan shooting ke arahnya sebelum
subjek berlalu/melewati. Setiap kali berhasil mendapatkan gambar yang baik, boleh
saja berpindah tempat (jika memungkinkan) untuk mendapatkan adegan menarik
lainnya dari subjek.

NIKON D750 @ 200mm, ISO 200, 1/2000, f/3.5 | Photo Credit


© Maat Nielsen
5. Gunakan lensa zoom tele
Lensa zoom telephoto tingkat entry-level. Seperti 55-200mm f/4-5.6 akan
memberikan banyak ‘fleksibilitas’ terhadap bidikan (saat berada di dalam situasi yang
wajar). Jika ingin lebih meng-upgrade, pertimbangkan 70-200mm f/2.8.

52
NIKON D4S @ 105mm, ISO 5000, 1/1000, f/2.8 | Photo Credit © Maat Nielsen

Cara Memotret Birunya Warna Langit


Sadarkah kita bahwa konsep dasar kerja kamera itu mengikuti cara kerja ‘mata’
manusia? Akan tetapi secanggih apapun teknologi sebuah kamera tidak akan bisa
menyamai mata manusia.
Mata manusia (dalam kondisi normal) bisa dengan leluasa mengenali warna
apapun yang terbentuk di langit selagi dalam jangkauan normal. Entah kita melihat dari
posisi mana atau dari arah manapun, kepada langit berwarna biru atau warna
kemerah-merahan saat sunset, mata manusia leluasa mengenali semua warna itu. Tapi
tidak dengan kamera, kita memerlukan setingan dan beberapa trik untuk menangkap
warna langit dengan baik.
Apa saja yang mesti dilakukan agar bisa memotret langit dengan warna birunya
yang menawan.
1. Pemilihan Waktu
Pada dasarnya langit selalu berwarna biru, hanya saja pengaruh posisi matahari
saat menyinari bumi sehingga langit akan terlihat biru pada waktu-waktu tertentu saja.
Pilih waktu pemotretan mulai jam 9 pagi s/d jam 11 siang, kemudian jam 2 siang s/d
jam 4 sore.
2. Pemilihan Posisi Pemotretan
Kita harus mengetahui dimana harus berdiri saat memotret agar bisa menangkap
birunya warna langit. Tipsnya yaitu hindari posisi dimana kamera berhadapan dengan
posisi matahari atau lebih dikenal dengan posisi “backlight” (baca penjelasan lengkap
backlight). Sebaliknya, pilih posisi yang bertolak belakang dengan matahari.
Maksudnya matahari harus ada dibelakang kita saat memotret jika ingin menangkap
birunya warna langit.
3. Setingan Kamera
Selanjutnya kita perlu melakukan beberapa perubahan settingan kamera yaitu
pada pengaturan segitiga eksposur (aperture, ISO, shutter speed). Berikut panduannya:
 Untuk shutter speed ubah menjadi lebih cepat yaitu minimal 1/800 atau 1/1000.
(baca cara merubah shutter speed).
 Kemudian untuk settingan aperture dipersempit minimal di f/8 untuk sekaligus
mencegah vignette. (baca cara merubah aperture).
 Sedangkan ISO disesuaikan saja dengan eksposure yang dihasilkan dari kedua
pengaturan di atas. Jika eksposur rendah (under) maka naikkan nilai ISO. Namun
jika eksposur tinggi (over) dan ISO sudah dinilai terendah (ISO 100) maka
silahkan turunkan / persempit lagi aperture di atas. (baca cara merubah ISO).
Mungkin ada pertanyaan mengapa seolah-olah pengaturan kamera di atas
sepertinya menonjol ke shutter speed? Memang benar bahwa shutter speed yang
memainkan peran utama dalam kasus seperti ini. Bagaimanapun juga langit pada siang
hari diselimuti oleh pencahayaan matahari (tanpa matahari bisa gelap total dunia ini).
Sehingga apabila menggunakan shutter speed yang normal (biasanya 1/250 atau 1/300)
akan sulit mendapat birunya langit. Maka trik kecepatan 1/800 atau lebih cepat
bertujuan untuk mengabaikan pencahayaan di langit dan hanya mengambil warna

53
birunya saja. Untuk referensi, berikut ditampilkan beberapa contoh foto beserta
keterangan data EXIF:

Aperture: f/5, ISO: 100, Shutter speed: 1/1000, Focal length: 18mm

Aperture: f/8, ISO: 400, Shutter speed: 1/800, Focal length: 70mm

Aperture: f/3.5, ISO: 100, Shutter speed: 1/2000, Focal length: 18mm
Semua foto-foto di atas belum diolah sama sekali, hanya mengecilkan sizenya
dan menambah watermark saja. Sehingga data EXIF masih relevan dengan foto-foto
tersebut. Jadi, jangan heran jika banyak kekurangan pada foto-foto tersebut seperti
masalah “shadow” di wajah nelayan pada foto terakhir.

Belajar Memotret Sunrise dan Sunset


Ada momen yang berlangsung sebentar saja, momen yang harus dikejar bahkan
harus menunggunya, momen yang terjadi dua kali sehari, ia adalah momen ketika
matahari akan terbit dan terbenam.
Memotret sunrise / sunset sekilas memang terlihat mudah. Tapi jika ada cara lain
yang bisa memaksimalkan hasil foto, mengapa tidak ingin mencobanya?
Berikut ini, petunjuk dasar untuk memotret sunrise / sunset, akan dimulai dari
persiapan yang diperlukan.
1. Menentukan lokasi pemotretan

54
Pemotretan yang dikerjakan dengan konsep dan perencanaan tentunya jauh lebih
baik. Cobalah berkeliling mencari objek seperti pantai, bukit atau pegunungan, dan
perhatikan juga sekeliling objek. Berpikirlah untuk persiapan nantinya, seperti
menentukan arah dan posisi untuk mengambil gambar sunset / sunrise.
2. Memilih waktu pemotretan
Kita tidak sedang mengambil gambar seorang model tapi akan memotret momen
yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Maka tentukan waktu pemotretan seperti,
pada pukul berapa harus standby/sampai di lokasi untuk mempersiapkan segala
sesuatunya. Sunset dan sunrise berlangsung sangat cepat, jadi jangan terlambat
sehingga kedatangan kita jadi sia-sia.
3. Alat yang dibutuhkan
Gunakan lensa wide (lebar) yaitu lensa yang memiliki rentang focal pendek yang
memang lebih dikhususkan untuk memotret pemandangan. Namun jika tidak memiliki
lensa seperti itu maka gunakan saja lensa standar (kit 18-55mm) atau lensa apa saja
yang dimiliki. Selain lensa, siapkan juga sebuah tripod yang kokoh untuk berjaga-jaga
bila situasi alam saat memotret merasa cocok dengan menerapkan teknik bulb (baca
cara menggunakan bulb). Selain itu tripod juga berguna untuk menghasilkan gambar
yang stabil (tanpa hand shake / blur) apalagi jika lensa yang digunakan tidak memiliki
fitur anti getar (IS, VC, atau IC).

Setelah melakukan persiapan, selanjutnya perlu juga diketahui beberapa settingan


kamera yang diperlukan untuk menghasilkan foto sunrise / sunset.
1. Berdirikan tripod (jika ada) dan pasang kamera, kemudian nyalakan kamera dan
putar tombol mode-dial ke simbol “M” untuk masuk ke mode pemotretan manual
exposure.
2. Persempit aperture / diafragma dan gunakan nilai f/8 untuk memperluas ruang
ketajaman pada objek dan sekaligus mencegah vignette (baca tentang vignette).
Untuk mengetahui bagaimana cara mengatur aperture pada kamera (baca tentang
aperture).
3. Untuk shutter speed gunakan saja dulu nilai aman, apalagi jika tidak menggunakan
tripod. (direkomendasi menggunakan nilai minimal 1/200s atau lebih tinggi dari itu.
Sedangkan untuk cara merubah shutter speed (baca tentang shutter speed).
4. Untuk ISO gunakan saja dulu nilai paling rendah yaitu ISO 100. (baca cara merubah
ISO).
5. Selanjutnya ubah White Balance (WB) kamera, ke pilihan cloudy (mendung), shade,
atau daylight. (bisa memilih salah satunya). (baca cara merubah WB).
6. Karena ini memotret pemandangan saat sunrise / sunset maka sebaiknya gunakan
fokus infinity (jika lensa mendukung) untuk memfokuskan objek jarak jauh (baca

55
petunjuknya). Tapi jika lensa tidak memiliki fokus infinity maka ini akan sedikit
sulit dan harus mengira-ngira saat mengunci fokus pada objek.
Setelah merubah settingan kamera sesuai petunjuk di atas, selanjutnya silahkan
memulai memotret dengan mengambil beberapa gambar sunrise / sunset.
Cara Mengatasi Kemungkinan Foto Gagal
1. Jika hasil foto terlalu gelap (under exposed) maka solusinya cukup dengan
menaikkan nilai ISO 1 atau 2 stop yaitu 200, 400 atau lebih tinggi, sampai
mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun hati-hati menggunakan ISO tinggi
karena bisa menimbulkan “noise” (bintik-bintik) pada hasil foto (umumnya max
ISO 800). Bila akan menggunakan tripod, maka solusinya cukup menurunkan nilai
shutter speed dari nilai yang direkomendasikan di atas dan biarkan nilai ISO pada
nilai 100.
2. Jika hasilnya terlalu terang (over exposed) maka solusinya cukup menaikkan lagi
nilai shutter speed dari nilai yang direkomendasikan di atas.

Membuat Efek Kabur Menggunakan Filter Lensa Dari Kantong Plastik

Fotografer Jesse David McGrady memiliki trik super sederhana untuk


menambahkan efek kabur yang halus untuk foto-foto yang dihasilkan. Tidak
memerlukan modal yang banyak, hanya membutuhkan beberapa bungkus kantong
plastik roti yang harganya sangat murah dari pada menggunakan filter lensa asli yang
harganya mahal.
Mungkin ide ini dirasakan agak unik/aneh, tetapi apa yang dihasilkan dari ide ini
sebenarnya cukup bagus dan tidak ada salahnya untuk dicoba.
Pertama, siapkan beberapa kantong plastik roti atau sejenisnya yang bening. Kantong
seperti itu banyak dijual di toko bahkan di warung juga ada.

Di sisi kantong yang tertutup, gunakan jemari tangan untuk membuat lubang
dengan cara kantong dirobek. Jangan gunakan gunting, karena untuk membentuk efek
yang alami maka biarkan tepi lubang menjadi kasar, tidak rata dan sedikit acak.

56
Selanjutnya bungkus lensa kamera menggunakan kantong plastik yang telah
disobek. Biarkan beberapa tepi kantong yang sobek menutupi tepian lensa tapi jangan
menutup bagian tengah lensa. Jadi, tepi kantong sobek yang sedikit menutup tepian
lensa itulah yang akan menimbulkan efek kabur.

Selanjutnya, silahkan mengambil beberapa gambar sebagai eksperimen. Untuk


melihat efek kabur yang dihasilkan, berikut beberapa foto yang diambil oleh Jesse
David McGrady menggunakan trik ini:

Di bawah ini beberapa contoh foto lainnya menggunakan teknik seperti yang di
atas, hanya saja warna kantong yang digunakan bukan bening melainkan warna ungu.

Belajar Fotografi dengan Menggunakan Teknik Panning


‘Panning’ adalah salah satu teknik fotografi yang digunakan untuk membekukan
gerakan pada benda yang bergerak. Cara melakukan ‘panning’ adalah dengan
menggerakkan kamera searah dengan arah gerakan obyek yang ingin dibidik sehingga

57
obyek akan tampak fokus, sementara background akan tampak kabur/blur. Jangan takut
hanya karena ada kata “teknik”, cara melakukan panning dapat dibilang cukup mudah.
Teknik ‘Panning’ sering dipakai untuk pengambilan foto sport atau foto news.
Seiring perkembangannya, foto Human Interest juga banyak yang menggunakan teknik
‘panning’ ini dalam bidikannya. Berikut langkah-langkahnya:
1. Siapkan Kamera untuk foto Panning
Untuk membuat foto panning, gunakan mode shutter priority – Tv atau S
sehingga kita bisa mengatur shutter speed pada angka yang lebih rendah dibanding
yang biasa kita gunakan.
Berapa besar shutter speed yang harus dipakai tergantung pada kecepatan
gerakan subyek yang akan difoto dan kecepatan relatif subyek terhadap kamera, dan
dalam hal inilah yang harus banyak dilatih dan mem’praktek’kannya.
Shutter speed untuk membuat foto panning, misalnya; orang yang naik sepeda
tentu berbeda penerapan ‘shutter speed’ untuk foto panning balapan motor. Meskipun,
sama-sama balapan motor, namun kalau motornya melaju lurus tepat didepan kita atau
sedang berbelok ditikungan juga berbeda perlakuannya.
Pertimbangan lainnya adalah, saat objek foto yang dibidik tampak kurang tajam
naikkan shutter speednya. Saat background kurang blur, turunkan shutter speednya.
Berikut beberapa contoh shutter speed yang bisa dipakai diawal sebagai pedoman,
namun semuanya tetap harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan:
 Orang joging/ sepeda biasa dijalanan: 1/20 detik
 Sepeda gunung uphill/downhill: 1/30 sampai 1/50 detik
 Mobil: sekitar 1/50 detik
 Balapan motor/mobil : 1/100 sampai 1/200 detik

2. Cara Fokus untuk Foto Panning


Saat foto panning, kita bisa memakai auto-fokus ataupun manual fokus. Namun
bagi pemula untuk lebih mudahnya dapat diatur Auto Focus mode ke AF-C (Nikon)
atau AI Servo (Canon). Mode ini digunakan pada saat kita harus mengikuti subjek foto
yang terus berpindah posisi.
Set frame yang cukup lebar, jangan terlalu ketat, kasih ruangan didepan dan
belakang subyek sehingga kita cukup leluasa melakukan panning dan subyek secara
utuh tertangkap dalam frame.

3. Menggerakkan Lensa dan Kamera


Kita harus memastikan memiliki cukup ruangan agar kamera dan lensa bisa
mengikuti arah gerakan subyek tanpa ada benda (atau orang) yang menghalangi di
depan kita.
Agar subyek tetap terlihat tajam, gerakan lensa harus tenang dan stabil dan
arahnya hanya pada sumbu horisontal: dari kanan ke kiri atau sebaliknya tanpa diikuti
naik/turun, kuncinya sekali lagi latihan.
Pilih objek yang bergerak dan memiliki background yang cerah dan memiliki
warna-warna dan motif yang bervariasi. Banyak detail dan memungkinkan fokus
terarah pada subjek untuk mendapatkan foto panning yang memiliki background yang
menarik.
Arahkan kamera mengikuti objek yang bergerak dan pencet separuh tombol pada
shutter release untuk mengambil fokus. Usahakan tangan bergerak selembut mungkin,
gerakan kejut yang mendadak bisa mengakibatkan hasil foto menjadi tidak baik.

58
Semakin lembut dan tenang cara kita mengikuti pergerakan dan irama subyek
utama, makin tajam mereka terlihat di foto. Kita juga bisa memanfaatkan monopod
untuk panning.
Lakukan banyak latihan dan praktek !
Berikut, beberapa contoh….

10 (sepuluh) Tips Memotret di Kondisi Cahaya Gelap

(dok. Enche Tjin)


Kebanyakan alasan orang-orang membeli kamera DSLR karena ingin kualitas
fotonya meningkat terutama pada kondisi cahaya yang gelap. Kamera DSLR memiliki
sensor gambar yang jauh lebih besar dari kamera compact sehingga potensi
mendapatkan hasil foto yang bagus jelas lebih besar.
Tapi jika tidak bisa menyetting dan menggunakannya dengan baik, maka hasil
foto dengan kamera DSLR juga tidak akan maksimal. Dalam kesempatan ini akan

59
disampaikan beberapa tips saat memotret pada kondisi cahaya yang cukup gelap,
misalnya di dalam ruangan atau saat malam hari.
1. Gunakan ISO tinggi
Saat memotret pada kondisi cahaya gelap dan dengan kamera dalam genggaman,
sebaiknya mengunakan ISO tinggi sekitar ISO 800-6400 (tergantung tingkat
cahaya yang ada).
ISO tinggi akan membuat kualitas foto menjadi kurang baik, tapi jika kondisi
cahaya sangat gelap dan kita tidak memiliki alat bantu seperti tripod atau flash,
maka satu-satunya cara supaya foto tidak gelap/tidak tajam adalah mengunakan
ISO tinggi.
2. Mode Aperture Priority (A atau Av)
Mode kamera yang dapat diandalkan adalah mode A / Av. Mode ini cukup handal
untuk berbagai kondisi, termasuk kondisi cahaya gelap.
Jika merasa cukup berpengalaman, mode Manual (M) juga cukup bagus. Mode A
ini cukup praktis. Saat memotret pada kondisi cahaya gelap, putar nilai bukaan ke
angka yang kecil misalnya f/3.5 atau lebih kecil lagi.
Semakin kecil angkanya, semakin besar bukaan lensanya. Nilai bukaan ini
tergantung lensa yang terpasang. Ada lensa yang bisa membuka sampai f/1.4 tapi
kebanyakan lensa zoom maksimal bukaannya sekitar f/3.5, f/4 atau f/5.6.
Bukaan ibaratnya adalah jendela dalam ruangan. Semakin besar jendelanya,
semakin terang ruangannya. Saat kondisi cahaya gelap, dibutuhkan bukaan yang
besar.
3. Pakai lensa berbukaan besar
Menyambung dari tips di atas, lensa bukaan besar menguntungkan pada kondisi
cahaya gelap. Dengan lensa berbukaan besar, seperti 35mm f/1.8 atau 50mm f/1.8,
kita dapat memasukkan banyak cahaya ke dalam kamera.
Saat menggunakan bukaan yang sangat besar, ISO tidak perlu terlalu tinggi, ISO
400-1600 biasanya sudah cukup. Efek lain dari bukaan besar yaitu latar belakang
yang tidak fokus akan terlihat blur, sementara subjek yang difokus akan tajam.
Ideal untuk portrait orang/model.
4. Continuous drive
Memotret berturut-turut dapat membantu dalam kondisi cahaya gelap. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan satu foto yang tajam. Cara mengaktifkan foto
berturut-turut adalah pada menu drive mode.
Pilih simbol kotak-kotak berlapis, lalu saat mengambil foto. Tahanlah tombol
shutter/jepret dan kamera akan mengambil foto berturut-turut. Pilihlah foto yang
terbaik dari beberapa foto yang telah dibuat.
5. Perhatikan arah cahaya yang jatuh ke subjek foto
Amati jatuhnya cahaya ke subjek. Misalnya saat memotret orang, amati apakah
cahaya yang jatuh ke wajah cukup merata? atau wajahnya tertutup bayangan?
Jika memungkinkan, komunikasikan kepada subjek tersebut untuk menoleh ke
arah cahaya.
6. Tunggu momen yang tepat
Jika subjek tidak bisa diatur, maka tunggulah saat yang tepat untuk memotret. Saat
fashion show misalnya, ada waktu 1-2 detik saat subjek berpose dan diam. Pada
saat itu adalah saat yang tepat untuk memotret.

60
7. Mantapkan genggaman
Saat memotret pada kondisi cahaya yang sangat gelap, biasanya shutter speed
menjadi cukup lambat. Saat tersebut, kita harus mantapkan genggaman kamera dan
latihan pernafasan yang baik.
Tahan nafas dan hembuskan nafas perlahan saat menekan tombol shutter dengan
lembut. Mantapkan posisi tubuh dan jangan sampai kamera bergetar saat kita
menekan tombol shutter.
8. Efek gerakan
Kita bisa membuat efek orang yang bergerak dengan memasukkan elemen motion
blur. Caranya yaitu mengunakan shutter speed yang agak lambat kemudian sedikit
panning (menggerakkan kamera) sehingga subjek foto dan latar belakang sedikit
blur. Efek gerakan ini kadang berhasil, kadang gagal karena terlalu blur/goyang.
9. Gunakan tripod
Tripod, ideal untuk pemotretan subjek yang tidak bergerak di malam hari,
contohnya seperti foto pemandangan alam, kota, langit atau di dalam ruangan.
Dengan menggunakan tripod, kita tidak kuatir shutter speed lambat menyebabkan
foto blur. Kita juga bisa menggunakan ISO terkecil (100/200) untuk mendapatkan
hasil foto dengan kualitas yang maksimal. Tripod tidak akan membantu saat
memotret subjek yang bergerak misalnya foto manusia atau satwa.
10. Gunakan flash/lampu kilat
Jika cahaya yang menyinari subjek tidak bagus (gelap, merata, warnanya tidak
cocok). Maka solusinya adalah dengan mengunakan flash. Di kamera DSLR
biasanya sudah ada lampu kilat yang terpasang (Built-in flash).
Flash ini bisa membantu menerangi subjek, tetapi biasanya hasilnya keras dan
menghilangkan dimensi subjek. Saya menyarankan mengunakan flash eksternal
(speedlight). Jika memotret di dalam ruangan, arahkan flash ke atas langit-langit
sehingga dapat cahaya akan dipantulkan kembali ke subjek.
Hasilnya adalah cahaya yang lebih lembut dan merata, dimensi subjek juga terlihat
lebih nyata dan alami. Pastikan langit-langit tidak terlalu tinggi atau memiliki
warna yang tidak cocok, karena cahaya yang dipantulkan akan memiliki warna
sesuai dengan warna langit-langit.

Keterangan foto di atas:


(Dalam kondisi cahaya yang sangat gelap karena matahari belum terbit dan
penerangan kuil sangat remang-remang. Saya menunggu sampai biarawati melihat ke
arah cahaya yang berasal dari lampu diluar ruang kuil. ISO 3200, f/1.4, 1/100 detik)

61
TEKNIK FOTOGRAFI

1. RUANG TAJAM SEMPIT


Teknik foto ini digunakan untuk memotret objek dan menginginkan background
nya terlihat blur. Caranya ialah dengan mengecilkan angka f (diafragma) kurang
lebih 2,2 sampai 4. (Speed dan ISO menyesuaikan keadaan).

2. RUANG TAJAM LUAS


Teknik foto ini merupakan kebalikan dari teknik foto ruang tajam sempit dimana
objek yang difoto akan terlihat fokus pada semua sudut pandang. Caranya ialah
kebalikan dari teknik ruang tajam sempit yaitu dengan membesarkan angka f
(diafragma) antara 25 sampai 30 atau lebih. (Speed dan ISO menyesuaikan
keadaan).

Hal-hal yang mempengaruhi ruang tajam:


-Jarak pemotretan
-Bukaan diafragma
-Jarak fokus
-lensa ( kit, wide, fix, tele )

3. PANNING
Panning adalah salah satu cara untuk memberikan kesan gerak pada foto.
Ketika melakukan ‘panning’, kita harus memfokuskan objek dan mengikuti

62
gerakannya. Teknik foto panning yaitu dengan menggunakan speed rendah.
(Diafragma dan iso menyesuaikan).

4. SLOW ACTION
Adalah teknik fotografi yang memperlihatkan kesan gerakan pada objek. cara
memotret slow action ialah menggunakan kecepatan rendah, antara 1/30 sampai 1
detik. (Speed dan ISO menyesuaikan keadaan).

5. STOP ACTION
Adalah kebalikan dari teknik slow action yaitu teknik yang membekukan atau
memberikan kesan berhenti pada objek. Cara memotret stop action yaitu dengan
kecepatan tinggi, antara 1/125 sampai 1/4000 atau lebih. (ISO dan Diafragma
menyesuaikan).

NIKON D750 @ 200mm, ISO 200, 1/2000, f/3.5 | Photo


Credit © Maat Nielsen

63
NIKON D810 @ 200mm, ISO 160, 1/2000, f/3.2 | Photo Credit © Maat Nielsen

6. BULB
Teknik Bulb ialah teknik dimana kecepatan rana diatur sesuai dengan waktu yang
kita inginkan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan hasil foto ‘bulb’ dimana
objek tetap fokus dengan cahaya lampu yang memberikan kesan bersinar seperti
bintang atau menggaris panjang.
Teknik foto bulb ialah dengan menggunakan filing kita sendiri berapa waktu yang
digunakankan untuk memasukan cahaya ke dalam kamera, untuk hasil yang
maksimal gunakan tripod, agar objek tidak blur.

7. SELECTIVE FOCUS
Ialah teknik foto dimana objek foto tersebut terseleksi fokus dan menampilkan
forground pada objek.
cara memotret selective focus ialah dengan menggunakan angka diafragma yang
kecil dan titik spot tunggal. (Speed dan ISO menyesuaikan keadaan).

Teknik pengambilan kamera (selective focus)


Selective focus adalah memfokuskan suatu objek dan dikelilingi subjek yang blur
atau buram. Teknik pengambilan gambarnya bisa dilakukan dengan gaya landscape
dan potrait.

64
Ada 2 cara pengambilan foto selective focus yaitu :
1. Pengambilan foto selective focus pada objek depan
yaitu memfokuskan gambar objek depan dan membuyarkan atau memblurkan
dikeliling objek.

ini contoh gambar selective focus pada objek depan.

2. Pengambilan foto selective focus pada objek belakang


Ini sebaliknya dari pengambilan gambar selective focus pada objek depan.
yaitu memfokuskan gambar objek belakang dan membuyarkan atau memblurkan
dikeliling objek.

ini contoh gambar selective focus pada objek belakang

Jadi kesimpulannya selective focus ialah memperjelas suatu objek yang dikelilingi
ruang yang kabur atau blur.

65

Anda mungkin juga menyukai