Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR BIMBINGAN DAN KONSELING

ISLAM

“KODE ETIK DAN AKHLAK KONSELOR ISLAM”

Dosen Pengampu:

LUKMAN NULHAKIM, M.A

Oleh:

SITI ANISAH NAULI

NIM:…..

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KOSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021
KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan
karunia yang tidak henti-hentinya kami terima sepanjang hidup.Dialah Dzat yang
memampukan dari segala bentuk kemustahilan dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.Tidak lupa, Sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW. Seorang Nabi yang diutus membawa risalah Islam dan syafaatnya
jualah yang di harapkan di dunia maupun di akhirat.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bimbingan dan
Konseling.Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Lukman Nulhakim,
M.A yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat mampu menambah
pengetahuan dan wawasan saya.

Makalah ini merupakan makalah terbaik yang saya buat. Namun mengingat bahwa
saya merupakan seorang pemula,mungkin akan terdapat banyak kesalahan. Oleh
karena itu, saya menerima kritik,komentar,maupun saran yang membangun saya
kedepannya.

Mataram, 15 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................i


DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penelitian......................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................3
A. Pengertian Kode Etik...........................................................3
B. Pengertian Akhlak...............................................................5
C. Macam-macam Kode Etik Konselor...................................9
BAB 3 PENUTUP................................................................................. 13

A. Kesimpulan................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad 21 disebut juga dengan era revolusi industri 4.0 atau era digital. Era ini
ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat signifikan.
Perkembangan ini membawa dampak terhadap seluruh aspek kehidupan manusia.
Mobilitas manusia menjadi sangat tinggi dan permasalahan hidup juga menjadi
semakin kompleks. Hal ini menjadikan konseling sebagai suatu kebutuhan. John
Mcleod (2003) mengatakan bahwa Counselling is a really useful option at these
moments.1
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa konseling sebagai wadah
bantuan profesional memiliki kode etik yang wajib di patuhi oleh para konselor.
Dalam masalah bimbingan dan konseling kode etik sangat dibutuhkan. Kode etik
dibutuhkan ketika konselor hendak membimbing konseli kearah pengembangan
pribadinya. Peran kode etik sebagai acuan dan tuntutan dalam memberikan masukan-
masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh konselor tidak keluar dari
aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat maupun di kalangan
konselor sendiri.
Pada dasarnya  kode etik dan akhlak seorang konselor itu sangat penting, salah
satunya adalah taat beribadah. penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada
Allah SWT. Bagi Manusia ibadah bukan hanya sekadar kewajiban, akan tetapi ibadah
juga merupakan suatu kebutuhan manusia (need of man). Sebab dengan beribadalah
manusia mendapatkan ketenangan yang hakiki. Oleh karena itu seorang konselor
islam harus memiliki ketaatan yang kuat kepada Allah SWT karena dengan itulah
konselor dapat memantapkan dirinya untuk menjadi yang terbaik dan dalam
mengembangkan potensi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli.
Konselor islam merupakan orang yang akan membimbing, mengarahkan
dan menunjuki konseli kearah yang lebih baik lagi dan optimal untuk
memperoleh  kebahagiaan dunia dan akhirat.

B. Rumusan Masalah
1
Aniswita,Neviyarni,Mudjiran,dan Herman Nirwana,”Kode Etik Konseling:Teoritik dan Praksis”,Inovasi
Pendidikan,Vol 8 No. 1a (Juli 2021),2.

1
1. Apakah yang dimaksud dari kode etik konselor islam
2. Apakah pengertian akhlak konselor islam
3. Apakah macam-macam kode etik konselor islam

C. Tujuan Penelitian
1. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar bimbingan
dan konseling islam.
2. Untuk mengetahui pengertian dari kode etik dan akhlak konselor islam serta
macam-macam dari kode etik konselor.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian kode etik


Secara etimologi, Etika berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos, yang berarti
norma- norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
etika adalah, ilmu tentang sesuatu yang baik atau buruk serta tentang hak dan
kewajiban moral (akhlaq). Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar, buruk atau baik. Etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Dalam sistematika filsafat,
etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia yang dipandang dari
segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Setiap kelompok
profesi pada dasarnya merumuskan standar tingkah lakunya yang dijadikan
sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan kewajiban profesional. Standar
tingkah laku profesional itu diterjemahkan dari nilai-nilai hubungannya dengan
orang lain, klien dan masyarakat2. 
Kode etik konselor Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh
setiap anggota profesi bimbingan dan konseling Indonesia.Menurut Abin
Syamsudin Makmun, Kode etik diartikan sebagai pola aturan,tata
cara,tanda,pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dan
dapat juga disebut sebagai pedoman dalam berperilaku.Lalu menurut Sadirman
AM Kode etik merupakan suatu tata susila(etika) atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.Tetapi menurut Oteng
Susiana Kode etik merupakan suatu pola atau tata cara etis sebagai pedoman
dalam berprilaku yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat
tertentu.Sedangkan Menurut Abkin (2006:94) kode etik merupakan suatu aturan
yang melindungi profesi dari campur tangan pemerintah, mencegah
ketidaksepakatan internal dalam suatu profesi, dan melindungi atau mencegah
para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktik. Selanjutnya Abkin (2006:92)
mengemukakan bahwa kekuatan dan eksistensi suatu profesi muncul dari
kepercayaan publik. Etika konseling harus melibatkan kesadaran dan komitmen
untuk memelihara pentingnya tanggungjawab melindungi kepercayaan klien.3

2
"https://dokumen.tips/embed/v1/makalah-etika-profesional-konseling-agama.html"
3
Eko Sujadi,” Kode Etik Profesi Konseling Serta Permasalahan Dalam Penerapannya”,Jurnal Ilmu
Pendidikan,Vol.14 No.2 (Desember 2018),67-77.

3
Jadi,dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Kode etik adalah suatu aturan
yang tertulis dengan sistematis yang dengan sengaja dibuat berdasarkan suatu
prinsip moral yang ada dan pada saat diperlukan dapat difungsikan sebagai alat
untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara umum dinilai
menyimpang dari kode etik yang telah ditetapkan.Kode etik menyatakan
perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan perbuatan apa yang harus
dihindari.Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional.Ketaatan tenaga profesioal terhadap kode etik merupakan ketaatan
yang naluriah,yang telah bersatu dengan pikiran,jiwa serta perilaku tenaga
profesional.Jadi ketaatan tersebut terbentuk dari masing-masing orang bukan
karena suatu paksaan. Kode etik sangatlah di perlukan guna menunjang
profesionalitas seorang konselor dalam melakukan konseling.. Selama proses
konseling berlangsung, seorang konselor harus bertanggung jawab terhadap
kliennya dan dirinya sendiri.
Kode etik bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan atau
peraturanperaturan yang harus di taati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung
dalam bidang bimbingan dan konseling demi kebaikan.4 Kode etik didalam
bidang bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling
tetap dalam keadaan baik, serta di harapkan akan menjadi semakin baik. Kode
etik mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan
tanpa membawa akibat yang tidak menyenangkan.
Tujuan disusunnya kode etik konseling Indonesia yaitu:
1) Memberikan panduan sikap atau perilaku yang berkarakter dan
professional bagi anggota dalam memberikan layanan;
2) Membantu dalam memberikan pelayanan yang profesional;
3) Mendukung visi dan misi organisasi profesi;
4) Menjadi landasan dalam menyelesaikan masalah yang datang dari
anggota profesi;
5) Melindungi konselor dari konseli (PBABKIN, 2018). Kode etik konselor
juga bisa meningkatkan akuntabilitas dan integritas organisasi profesi
konselor (Juhnke, dan Nielsen dalam Masruri (2016)) dan pelaksanaan
pelayanan konseling menjadi lebih efektif.

B. Pengertian Akhlak Konselor Islam


Kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak,
menurut Quraish Shihab (2000: 253), walaupun terambil dari bahasa Arab (yang
biasa berartikan tabi’at, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti
itu tidak ditemukan dalam al-Qur’an, yang ditemukan hanyalah bentuk
4
Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling edisi Revisi.(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada).hal 55.

4
tunggalnya yaitu khuluq yang tercantum dalam QS. al Qalam 68: 4, dan al
Syu’ara’ 26:137 Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadits Nabi Saw., dan
yang paling popular di antaranya adalah HR. Al-Bazzar yang artinya:
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”S (M.
Alfis Chaniago, 2012:152). Muhaimin (1994:234) mengemukakan bahwa
pengertian akhlak secara etimologis berasal dari kata khuluq dan jama’nya
akhlaq, yang berarti budi pekerti, etika, moral. Kata khuluq mempunyai
kesesuaian dengan khilqun, hanya saja khuluq merupakan perangai manusia dari
dalam diri (ruhaniyah) sedang khilqun merupakan perangai manusia dari luar
(jasmaniah). Term khuluq juga berhubungan erat dengan Khaliq (Pencipta), dan
makhluq (yang diciptakan).
Akhlak Konselor dalam Ajaran Islam Konselor adalah orang yang
melaksanakan konseling. Menurut Arifin (1977:24), konseling agama (Islam)
adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh konselor (seseorang) dalam rangka
memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan
rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu
mengatasi-nya sendiri karena timbul kesadaran diri terhadap kekuasaan Tuhan
(Allah) sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan
hidup saat sekarang dan masa depannya. Hal ini memberi pengertian bahwa
seorang konselor harus memiliki pengetahuan khusus; mental (healt) dan
psikhologi, sikap dan kepribadian yang baik dan mempunyai kepekaan yang
sangat terhadap pengaruh kejiwaan dari konselor. Sehingga apa yang menjadi
tujuan (perubahan pada diri konseli) akan dapat terwujud, dan dapat menemukan
dirinya kembali. Sikap dan kepribadian adalah sifat yang telah melekat pada diri
seseorang (konselor) yang lahir dari pembinaan/pembiasaan dari akhlak terpuji.
Setiap muslim kata Mahmud Yunus (1975:4), wajib mendidik dirinya supaya
berakhlak dengan akhlak yang baik, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan
hadits Nabi Saw.. Rasulullah Saw., adalah konselor teladan bagi konselor muslim
(Awiskarni, 2000:75). Sifat-sifat kepribadian yang dimilki Rasulullah Saw.
merupakan modal utama keberhasilan beliau dalam menyelami jiwa umatnya
yang sedang mengalami permasalahan. Dengan diekspresikannya sifat-sifat itu,
maka timbullah rasa cinta bagi umatnya untuk menjadikan diri beliau itu sebagai
model atau public figure bagi dirinya untuk menuju kepribadian yang ideal. Oleh
sebab itu bagi konselor muslim, sosok pribadi Rasulullah Saw. perlu sebagai figur
teladan utama dalam menunjang keberhasilannya dalam dunia konseling. Sifat-
sifat yang dimiliki oleh Rasulullah menurut Awiskarni (2005: 75-106) adalah
lemah lembut, pemaaf, sabar, ramah, dan fleksibel. Sementara sikap dan perilaku
beliau tampilkan di hadapan umatnya adalah dengan hati yang penuh kasih
sayang, bersikap moderat, bersikap tenang, mempunyai rasa humor (gurauan),
menerima keluhan-keluhan umatnya dengan berjiwa besar, musyawarah, ikhlas,
dan dengan penampilan menarik dan mengasyikkan.
5
Akhlak konselor dalam ajaran Islam haruslah akhlak al-Qur’an dan sunnah
RasulNya. Apapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor, sikap dan perilaku,
atau ilmu yang diamalkannya, cara yang dilaluinya, tujuan melaksanakannya, dan
seterusnya harus merujuk kepada ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Sunnah, karena
semua itu bermuara pada akhlak seseorang (konselor). Oleh sebab itu, akhlak
Rasul yang tercermin dalam sifat kepribadiannya (shiddiq, amanah, tabligh, dan
fathanah), harus dijadikan sebagai panutan dan contoh tauladan bagi konselor,
1. Shiddiq, berarti benar/jujur. Benar adalah sifat utama yang wajib
diamalkan oleh setiap konselor, dan oleh setiap orang Islam. Benar adalah
salah satu asas untuk membangunkan masyarakat yang adil makmur dan
sejahtera. (lihat QS, al Taubah, 9:119 dan QS, al-Nisa’, 4:105) Kemudian
dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dinyatakan:
wajib buat kamu untuk berlaku jujur, sebab kejujuran itu akan membawa
kebaikan. Dan kebaikan itu akan membawa ke syurga. Dan seseorang
membiasakan dirinya berkata benar hingga tercatat di sisi Allah
shiddiq”(Salim Bahreisy,1978:78). Orang-orang yang jujur/ benar itu
adalah orang-orang yang beriman dengan Allah dan Rasul-Nya serta
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya (QS.al-Hujurat,49:15)
dan mereka yang menolong Allah dan RasulNya (QS, alHasyar,59:8).
Shiddiq adalah mencintai dan membenarkan kebenaran. Seorang
pembimbing/konselor harus memiliki sifat ini (Thohari,1992:44)
2. Amanah, berarti kepercayaan atau bisa dipercaya. Sehubungan dengan
sifat amanah ini Allah sangat menekan dalam firmanNya (lihat QS. Al
Nisak,4: 58 dan QS. al Anfal,8: 27, QS. Al-Mukminun, 23: 8, dan al
Ma’arij, 32: 70). “Tidak beriman orang yang tidak menunaikan amanah
(H.R.Thabrani dari Ibnu Hibban). Pada riwayat lain Nabi bersabda:
“Ilmuan adalah orang yang diberi kepercayaan daripada Rasul (H.R.’Aqily
dari Anas) Dari ayat dan hadits di atas, diketahui bahwa amanah itu suatu
hal yang berat, yang membuatkan langit, bumi, dan gunung enggan
menerimanya (QS.al-Ahzab, 33:72), namun imanlah yang akan bicara
lewat perilaku-perilaku yang diberi amanah tersebut. Iman yang kuat
menjadi benteng bagi seorang konselor dalam memelihara amanah yang
diamanahkan kepadanya. Dalam kehidupan sehari-hari menurut Ali
Usman (1976:7 0-1), yang menjadi amanah bagi manusia antara lain: 1).
ilmu pengetahuan yang diberikan Tuhan, 2). pekerjaan yang diberikan
kepada kita, 3). isteri atau suami yang dijodohkan Tuhan, 4). Anak-anak
yang dikurniakan Allah, 5). harta yang diberikan Allah. Pekerjaan
konselor adalah pekerjaan yang diamanahkan sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya, syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan kode etik yang harus
dijaga dan dipelihara kerahasiaannya, kelak dipertanggungjawabkan disisi
Yang Maha Kuasa yaitu pada peradilan akhlak.
6
3. Tabligh, artinya menyampaikan; konselor mau menyampaikan apa yang
layak disampaikan, baik ilmu yang ia miliki, dengan berbagai nasehat
dengan seni yang dimilikinya, sehingga membuat kliennya menjadi
senang dan tersirami. Para nabi dan rasul Allah ditugasi menyampaikan
risalahnya penuh dengan berbagai nasehat. Hal ini terdapat dalam ayatNya
antara lain: lihat QS.alA’raf,7:62 dan 68). Dan demikian juga pada ayat 79
dan 93. Nasehat-nasehat yang disampaikan oleh Allah melalui ayat-
ayatnya, penuh dengan berbagai macam permasalahan manusia. Oleh
karenanya agama itu dikatakan nabi dengan “nasehat”. Seperti tersebut
dalam hadits beliau: Agama itu nsehat. Kami bertanya: untuk siapa?.
Jawab Nabi bagi Allah, dan kitab-Nya, dan Rasul-Nya, dan pemimpin-
pemimpin serta kaum muslimin pada umumnya” Riwayat Muslim. (Salim
Bahreisy, 1978:193). Nasehat itu harus disampaikan karena ia adalah
amanah yang harus dilakukan. Abu Daud , Turmuzi dan al Hakim
meriwayatkan bahwa Nabi bersabda: “Barang siapa diminta (petunjuk,
ilmu) tentang sesuatu tapi ia menyembunyikannya, maka Allah akan
mengurungnya dalam kerangka api neraka pada hari kiamat” Dalam
kehidupan sehari-hari, seseorang harus bisa menyampaikan nasehat agama
kepada orang lain, dan bisa pula orang lain memintai nasehat kepada kita,
dan itu mungkin saja terjadi dan memang terjadi. Kenyataan apa yang
terjadi? Sarjana agama semakin banyak, tabligh di mana-mana dilakukan!,
namun penyakit masyarakat terus mengalir, bagaikan arus, semakin
dibendung semakin deras terjangannya!. Apakah tabligh belum banyak
dapat menyentuh hati masyarakat? Atau pelaksanaan belum semua
didasari oleh iman dan jihad fi sabilillah?. Hal ini memerlukan kita hisab
diri, dan kembali kepada ajaran Islam sesuai yang dicontohkan Rasulullah
sebagai seorang yang fathanah.
4. Fathanah, artinya cerdas, bijaksana, berpengetahuan Nabi Muhammad
Saw. seorang yang memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa dan
bijaksana dalam menyelesaikan berbagai permasalahan umatnya. Secara
aplikatif terlihat dalam metode atau kiat yang dilakukan dalam
membimbing umat dengan pengetahuan dan keterampilan yang luas dan
berlian beliau mampu menelusuri segala dimensi kehidupan umat yang
dihadapinya. Ajaran Islam sangat menganjurkan penggunaan daya pikir
untuk menghasilkan ilmu pengetahuan (QS. al-Baqarah, 2:30,39,
alMujadalah, 58:11), yang bersumber dari Allah Yang Maha ‘Alim.
Sebagaimana telah disebut dalam karakteristik konselor, di dalam al-
Qur’an di antaranya disebut mursyid, yang memiliki kecerdasan tentang
urusan dunia dan akhirat, memiliki kesempurnaan akal dan jiwa yang
penuh iman. Ary Ginanjar Agustian (2001:xx) menyebutnya dengan
kecerdasan emosional, intelektual dan penguasaan ruhaniyah. Oleh karena
7
itu, fathanah meliputi kemampuan profesional (keahlian) yang harus
dimiliki oleh seorang konselor Islam, dan bersikap fathanah dalam
menjalankan perannya. Konselor perlu mempunyai kecerdasan dalam
mengemukakan keterangan-keterangan dengan argumentasi-argumentasi
yang jitu, mampu membaca situasi dan kondisi, sehingga kliennya dapat
mengerti dan memahami nasehat atau yang disampaikan. Fathanah juga
berarti bijaksana, yaitu dapat mengatur dan melayani kliennya, dan
menyuapkan makanan jiwanya manurut ukuran tertentu dan sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Laksana seorang dokter juga; dengan
kepandaiannya dalam hal kimia, yang sanggup mencampur beberapa zat
dan unsur obat menurut timbangan tertentu. Oleh karena itu akhlak
konselor dalam ajaran Islam tersebut di atas adalah merupakan
operasionalisasi kegiatan yang ditampilkan oleh seorang konselor dalam
menjalankan peran dan fungsinya, sebagai seorang yang shiddiq, amanah,
tabligh, dan fathanah, secara bulat, utuh dan integral, universal. Hal ini
tentu tidak mudah dapat terjadi tanpa pendidikan sejak dini, tanpa
pembiasaan dan latihan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan akhlak seseorang. Begitulah akhlak konselor diharapkan,
seperti akhlaknya Rasul, yang memang telah tercermin sejak kecilnya.
Sekalipun hidup di lingkungan yang kurang menguntungkan, namun
beliau dapat melaluinya dengan baik. 5

C. Macam-macam Kode Etik Konselor


Kode Etik Bimbingan dan Konseling Berdasarkan keputusan pengurus besar
asosiasi bimbingan dan konseling Indonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 2006
tentang penetapan kode etik profesi bimbingan dan konsseling, maka sebagian
dari kode etik itu adalah sebagai berikut:
 Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor
1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan, pengetahuan dan
wawasan
a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia
wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada
dirinya sendiri,yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan professional serta
merugikan klien.

5
Rosniati Hakim, “Studi Islam Tentang Akhlak Konselor”, Jurnal Al-Ta’lim, No.4,(4 februari 2003),Hal 299-311

8
b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana,rendah
hati,sabar,meenepati janji,dapat dipercaya,jujur,tertib,dan hormat.
c. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan –rekan
seprofesi dalam hubunyanga dengan pelaksanaan ketentuan-keteentuaan
tingkah laku profesional sebagaimana di atur dalam Kode Etik ini.
d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material,
finansial, dan popularitas.
e. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan
prosedur khusus yang dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas dan
kaidah-kaidah ilmiah.

2. Pengakuan Wewenang
Untuk dapat bekerja sebagai konselor atau guru pembimbing, diperlukan
pengakuan keahlian dan kewenangan oleh badan khusus yang dibentuk
oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikannya oleh
pemerintah.

 Informasi,Testing,dan Riset

1. Penyimpanan dan Penggunann Informasi.

a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing,
surat menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi
yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien.
Penggunaan data/ informasi untuk keperlian riiset atau pendidikan calon
konselor dimungkinkan, sepanjang identitas kien di rahasiakan.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota
profesi lain membutuhka persetujuan klien.
c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama
atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan
tidak meruikan klien.
d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan
kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakanya.

2.Testing
a. Suatu jenis tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor harus selalu
memeriksa dirinya apakah ia mempunyai kewenangan yang dimaksud.

9
b. Testing diperlukan apabila proses pemberian layanan memerlukan data
tentang sifat atau ciri kepribadian yang menuntut adanya perbandingan
dengan sampel yang lebih luas, misalnya taraf intelegensi, minat, bakat
khusus dan kecenderungan pribadi seseorang.
c. Data yang diperoleh dari hasil testing itu harus diintegrasikan dengan
informasi lain yang telah diperoleh baik melalui klien sendiri ataupun
dari sumber lain.
d. Data hasil testing harus diperlakukan setaraf dengan data dan
informasi lain tentang klien.
e. Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien
mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan
masalahnya. Hasilnya harus disampaikan kepada klien dengan disertai
penjelasan tentang arti dan kegunaannya.
f. Penggunaan suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk
yang berlaku bagi tes yang bersangkutan.
g. Data hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh
pihak lain yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan
atau layanan kepada klien dan tidak merugikan klien.

3.Riset
a. Dalam melakukan riset, dimana tersangkut manusia dengan masalahnya
sebagai subjek, harus dihindari hal-hal yang dapat merugikan subjek
yang bersangkutan.
b. Dalam melaporkan hasil riset di mana tersangkut klien sebagai subjek,
harus dijaga agar identitas subjek dirahasiakan.

 Proses Layanan
1. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan
a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam
hubungan antara klien dengan konselor.
b. Klien sepenuhnya berhk mengakhiri hubungsn dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit.
Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubugan apabila klien
ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan

2.Hubungan dengan Klien.


a. Konselor wajib menghormati harkat,martabat,integritas dan keyakinan
klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan
pribadinya.

10
c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan
klien atas dasar suku,bangsa,warna kulit,agama,dan status sosial
ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada
seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kepada siapapun lebih-iebih
dalam keadaan darurat atau banyak orang yang menghendaki.
f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang
dikehendaki oleh klien.
g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang
dibinadan batas-batas tanggung jawab masig-masing dalam hubungan
profesional.
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul
masalah dalam kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan
pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai
konselor
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak
keluarga,teman-teman karibnya,sepanjang hubungan professional.

 Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan Sejawat atau Ahli Lain


1.Konsultasi dengan Rekan Sejawat
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau
konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib
berkonsultasi dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk hal itu ia
harus mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.6

2.Alih Tangan Kasus


a. Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seseorang
klien apabila pada akhirnya dia menyadari tidak dapat
memberikan pertolongan kepada klien tersebut, baik karena
kurangnya kemampuan keahlian maupun keterbatasan pribadinya.
b. Dalam hal ini konselor mengizinkan klien untuk berkonsultasi
dengan petugas atau badan lain yang lebih ahli, atau ia akan
mengirimkan kepada orang atau badan ahli tersebut, tetapi harus
dasar persetujuan klien. Bila pengiriman ke ahli lain disetujui
klien, maka menjadi tanggung jawab konselor untuk menyarankan
kepada klien orang atau badan yang mempunyai keahlian khusus.

6
Nuzliah & Irman Siswanto,”Standarisasi kode etik profesi bimbingan dan konseling”, Jurnal Ilmiah Peuradeun,
Vol 5 No 1 (2019) 66.

11
c. Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli lain, akan
tetapi klien menolak pergi kepada ahli yang disarankan oleh
konselor, maka mempertimbangkan apa baik buruknya kalau
hubungan yang sudah ada mau diteruskan lagi.

Kode etik profesi konselor mengalami perubahan pada tahun 2004 ketika organisasi
profesi konselor yang awalnya IPBI menjadi ABKIN, berikut perubahan-perubahan konten
yang terjadi:

KODE ETIK 1991 KODE ETIK 2004


1) Anggota memiliki latar belakang 1) Latar belakang anggota difokuskan
yang berbeda asalkan bergelut dalam pada konselor.
dunia bimbingan 2) Dijelaskan kualifikasi yang harus
2) Tidak dijelaskan mengenai kualifikasi dimiliki konselor.
yang harus dimiliki oleh konselor 3) Kompetensi pemberian bantuan
3) Terdapat klasifikasi pemberian disamakan, adapun alih tangan kasus
bantuan karenakan perbedaan latar merupakan hal yang berada diluar
belakang. kewenangan konselor.
4) Dalam hal hubungan kelembagaan 4) Telah diruntut pula tanggung jawab,
hanya dicantumkan “tetap kebijaksanaan, ketentuan dan
mementingan klien dan lembaga” pengetahuan.
5) Belum terdapat hak praktik mandiri 5) Sudah terdapat ketentuan mengenai
karena IPBI tidak mengikat profesi. praktik mandiri konselor.
6) Belum disinggung mengenai hak dan 6) Sudah disinggung hak dan kewajiban;
kewajiban; sanksi terhadap disinggung mengenai sanksi terhadap
pelanggaran kode etik. pelanggaran kode etik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Sebagai Seorang Yang Memiliki Profesi Pasti Di Tuntut Akan Tanggung Jawabnya
,Namun Tidak Banyak Yang Memiliki Profesi Tertentu Seringkali Melakukan Hal
Yang Tidak Sesuai Etika. Etika Sangat Penting Bagi Seorang Yang Memiliki
Profesi,Karena Untuk Memaksimalkan Profesi Itu Harus Memperhatikan Etika
Sebagai Pedoman Dalam Menjalankan Profesi .Etika SanGat Di Perlukan Dalam
Profesi Konselor,Karena Konselor Sangat Diperhatikan Dalam Penyelesaian
Masalah,Dan Seringkali Berhubungan Dengan Hal-Hal Yang Menyangkut
Moral.Dengan demikian profesi kode etik di terapkan pada konselor.

Kode etik ini di peruntukkan bagi para pembimbing yang memberikan layanan
bimbingan berupa konseling,dengan pengertian bahwa layanan konseling dapat
dibedakan dari bentuk-bentuk layanan bimbingan yang lain,karena sifat-sifat yang
khas dari layanan bimbingan yang disebut konseling.7

Penerapan kode etik profesi bimbingan dan konseling di Indonesia masih belum
tercapai secara maksimal. Masih banyak guru BK/Konselor yang tidak mengetahui
rincian kode etik profesi serta tidak mampu melaksanakannya. Selain itu, pihak luar
juga memiliki andil pada terhambatnya penerapan kode etik profesi bimbingan dan
konseling. Permasalahan tersebut tentunya harus segera dapat diatasi. Langkah
pertama yang harus dilakukan yakni menumbuhkan kesadaran pada diri masing-
masing guru BK/Konselor bahwa mereka harus senantiasa menjalankan tugas
pokoknya secara benar, mereka juga secara berkesinambunan harus mengembangkan
diri baik secara formal maupun berdiskusi dengan rekan sejawat. Bagi para pembuat
kebijakan, hendaknya dapat menyusun regulasi yang jelas dan benar disertai dengan
petunjuk teknis pelaksanaannya. Pelaksanaan regulasi tersebut seharusnya senantiasa
diawasi baik dalam proses pelaksanaanya maupun pasca pelaksanaan pelayanan.8

B. Saran
Saya berharap banyak dengan makalah ini semoga saya kelak bisa menjadi
seorang konselor yang tidak melanggar nilai dan norma atau kode etik yang berlaku.
Semoga dapat mengedukasi masyarakat pentingnya konseling untuk membantu
menyelesaikan masalah mereka dan dalam pelaksanaan layanan, konselor diikat oleh
kode etik .

7
Namora Lumongga Lubis,(2011),Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan
Praktik,Jakarta:PT.Kharisma Putra Utama.
8
Eko Sujadi,” Kode Etik Profesi Konseling Serta Permasalahan Dalam Penerapannya”,Jurnal Ilmu
Pendidikan,Vol.14 No.2 (Desember 2018),67-77.

13
Saya merasa makalah ini jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan,
maka saya mengharapkan keritik serta saran untuk saya agar bisa lebih baik untuk
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Eko Sujadi. (2018). Kode Etik Profesi Konseling Serta Permasalahan Dalam Penerapannya.
Tarbawi: Jurnal ilmu pendidikan, vol 14 (2), hal 69-77

14
Hikmawati, Fenti.(2011).Bimbingan Konseling edisi Revisi.Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). https://kbbi.web.id

Rosniati Hakim,(2003). Studi Islam Tentang Akhlak Konselor, Jurnal Al-Ta’lim, No.4,Hal
299-311

Nuzliah & Irman Siswanto,(2019).Standarisasi kode etik profesi bimbingan dan konseling.
Jurnal Ilmiah Peuradeun, Vol 5 No 1,hal 66.

Namora Lumongga Lubis,(2011),Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan


Praktik,Jakarta:PT.Kharisma Putra Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai