Anda di halaman 1dari 13

SUKU ASMAT

KELOMPOK III

Disusun Oleh:
Alif Muhammad Adam Al-haq / 2010121082
Siti fasya syasa syahrul / 2010121081
Andi Maharani Amir/2010121089

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah tepat waktu.Makalah disusun guna memenuhi tugas.Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Suku Samat
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Daftar isi

Kata Pengantar……………………………………...................................................…………1

Daftar isi………………………………….........................................................………………2

I Pendahuluan…………………….............................................…………....…………………3

I.I Latar Belakang…………………………………...........................................………………3

I.II Rumusan Masalah………………………....……………................................……………3

I.III Tujuan Pembahasan……………....…………............................…………………………3

II. Isi……………………………...............................................................……………………4

II.I Suku Asmat dan Letak Geografisnya……………………..………….....…………………4

II.II Ciri fisik Suku Asmat………………………....……….........................…………………4

II.III Bahasa Suku Asmat……………....……………………...........................…....…………5

II.IV Kepercayaan Suku Asmat……………..…………………………....................…………5

II.V Mata pencaharian Suku Asmat…………....……………………...........…………………5

II.VI Peralatan dan Perlengkapan Suku Asmat……………………………...............………6-7

II.VII Kesenian Suku Asmat……………..…………………………….....................………7-8

II.VIII Tari tradisional Suku Asmat……………..…………………….............………………8

II.IX Adat istiadat Suku Asmat………………......…………………..............…...…………8-9

II.X Upacara adat Suku Asmat…………..………………………….................…………10-11

III Penutup………………………..………………..................................................…………12

III.I Kesimpulan……………………..…………………….........................................………12

Daftar pustaka……………………..…………………............................................…………13
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Indonesia memiliki keberagaman budaya sebagai modal dasar kekuatan dalam membangun
bangsa Indonesia menuju bangsa yang besar dan modern. Di samping itu, keberagaman budaya
juga memberi manfaat yaitu dalam bidang bahasa, kebudayaan, dan pariwisata.Potensi
keberagaman budaya dapat disajikan obyek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa
mendatangkan devisa. Budaya lokal yang meliputi suku-suku bangsa di Indonesia di antaranya
ada Suku Asmat yang berasal dari Papua.
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai
selatan dan merupakan wilayah yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat di
sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim
di Papua sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya.
Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua
yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman.Suku
Asmat sendiri memiliki beberapa keragaman, baik dalam bidang kesenian, mata pencaharian,
adat istiadat serta sistem kekerabatan

I.II. Rumusan masalah


1.Apa itu Suku Asmat dan letak geografisnya?
2.Apa ciri fisik Suku Asmat?
3.Apa bahasa yang di gunakan Suku Asmat?
4.Bagaimana sistem religi dan kepercayaan Suku Asmat ?
5.Apa mata pencaharian Suku Asmat?
6.Apa saja peralatan dan perlengkapan hidup yang biasa digunakan Suku Asmat ?
7.Seperti apa kesenian yang dimiliki oleh Suku Asmat ?
8.Apa tari tradisional khas Suku Asmat?
9.Adat istiadat Suku Asmat?
10.Upacara yang di lakukan Suku Asmat?

I.III Tujuan Pembahasan


1. Agar membantu pembaca untuk mengetahui kebudayaan yang terdapat pada suku Asmat
2.Sebagai sumber referensi untuk mengetahui kebudayaan suku Asmat
3.Untuk ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa
Bab II
ISI

II.I Suku Asmat dan letak geografisnya


Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya
yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan
mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain
dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi
ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin
serta suku Simai.
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua
(Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu. Asmat Hilir bertempat
tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu.
Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput
yang luas.
Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah yang terisolasi
di Propinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana
daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah
Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika lembap dengan tadahan
hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm pertahun. Tadahan hujan tertinggi terjadi di
pesisir pantai utara dan di pegunungan tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di
pesisir pantai selatan. Suhu udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Daerah ini
memiliki luas sekitar 10.000 mil persegi dan terdiri daria rawa dan hutan bakau

II.II Ciri fisik Suku Asmat


Secara fisik, orang Asmat memiliki ciri khusus yang bisa dikenali. Etnis ini berkulit hitam
dan berambut keriting. Orang Asmat tergolong cukup tinggi dibanding suku Papua lain, baik
pria maupun wanitanya. Rata-rata tinggi wanita Asmat sekitar 162 cm, sedangkan pria Asmat
sekitar 172 cm.

Sama seperti masyarakat dari suku lain di Indonesia, orang-orang Asmat juga gemar
menghias diri. Akan tetapi mereka menggunakan cara yang sederhana, yaitu menggunakan
bahan-bahan yang ada di alam sekitar.

Dalam menghias diri, suku ini memanfaatkan tanah merah untuk menghasilkan warna
merah. Sedangkan untuk warna putih, mereka menggunakan kulit kerang yang dihaluskan.
Kemudian untuk warna hitam, mereka menggunakan arang kayu yang dihaluskan.Ketika
akan digunakan, bahan-bahan tersebut dicampur dengan sedikit air. Biasanya, Suku Asmat
menggunakan ketiga warna tersebut untuk mewarnai tubuh mereka
II.III Bahasa Suku Asmat

Alat komunikasi diantara masyarakat suku asmat, yang banyak tersebar di wilayah papua
ialah bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari mereka lebih dominan menggunakan bahasa
Indonesia. Banyak dikalangan masyarakat suku asmat tidak faham akan bahasanya. Dalam
keseharian suku asmat mereka menggunakan bahasa nenek moyang yang sudah berumur
ribuan tahun. Walaupun suku asmat memiliki bahasa sendiri sekalipun tetapi masyarakat
suku asmat tidak mengghilangkan bahasa Indonesia.
Bahasa masyarakat asmat bermacam-macam karena setiap berbeda wilayah mereka
mempunyai bahasa sendiri. Akan tetapi, setiap wilayah itu membuat rumpun bahasa yang
sama karena bahasa merupakan alat komunikasi yang harus dimengerti satu sama lain.
Selain untuk berkomunikasi, bahasa bagi suku asmat digunakan untuk media
bercengkrama, media untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, sarana yang mampu
melekatkan antara satu sama lain bagi suku asmat.

II.IV Kepercayaan Suku Asmat


Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai dengan masuknya para
Misionaris pembawa ajaran baru, maka mereka mulai mengenal agama lain selain agam
nenek-moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama,
seperti Protestan,Khatolik bahkan Islam

II.V Mata pencaharian Suku Asmat


Suku Asmat yang tinggal di daerah pesisir umumnya mencari makanan dengan cara
menagkap ikan dan udang atau berburu hewan di hutan. Mereka juga meramu sagu sebagai
makanan pokok, seperti halnya kebanyakan orang Indonesia yang sehari-harinya menanak
nasi.

Sementara itu, Suku Asmat yang tinggal di pedalaman sehari-harinya berburu di hutan.
Mereka menangkap berbagai macam hewan, misalnya burung kasuari, babi hutan, ular, dan
lain-lain. Sama dengan mereka yang di pesisir, Suku Asmat di pedalaman juga meramu sagu
untuk makanan pokok.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Suku Asmat memanfaatkan apa yang ada di
sekitar mereka. Hal tersebut bisa dilihat dari kebiasaan menangkap ikan atau berburu
binatang hutan. Di samping kedua hal tersebut, Suku Asmat juga melakukan kegiatan
berkebun. Metode yang mereka gunakan untuk menangkap ikan, berburu, dan berkebun
masih tradisional dan sederhana.Mata pencaharian Suku Asmat mencerminkan pola hidup
mereka yang selalu merasa bahwa diri mereka adalah bagian dari alam. Hal inilah yang
menyebabkan mereka selalu menjaga kelestarian alam serta menghormatinya.
II.VI Peralatan dan Perlengkapan yang di gunakan Suku Asmat

a. Alat Produksi
Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisional dibedakan menurut fungsi dan
lapangan pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat produksi berupa alat potong,
alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul dan sebagainya. Berdasarkan lapangan
pekerjaannya, alat-alat produksi berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat
menangkap ikan, dan sebagainya.
b. Senjata
Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan nmenurut fungsi dan pemakaiannya.
Menurut fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata lepas. Sedang menurut
pemakaiannya senjata digunakan untuk berburu, berperang dan sebaginya.
c. Wadah
Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan, menimbun
dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya wadah tersebut terbuat dari kayu,
bambu, kulit kayu, tempurung dan tanah liat. Ada pula yang terbuat dari serat-serat
seperti keranjang. Selain tempat penyimpanan, wadah digunakan untuk memasak atau
membawa barang (transportasi)
d. Makanan
Makanan dilihat dari bahan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daun-daunan, buah-
buahan, biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebaginya.
e. Pakaian
Pakaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat kebudayaan
masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan mengenakan pakaian. Pada masyarakat
tradisional cara berpakaian masih sangat sederhana. Dari bahan mentahnya, pekaian
terbuat dari daun-daunan, seperti diikat dan dicelup. Ditinjau dari fungsinya, pakaian
tradisional dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
1) Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
2) Lambang keunggulan
3) Simbol yang dianggap suci
4) Sebagai perhiasan

f. Rumah Adat
Rumah Tradisional Suku Asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter.Sampai
sekarang masih dijumpai Rumah Tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat
Pedalaman.Bahkan masih ada juga diantara mereka yang membangun rumah tinggal
diatas pohon.
Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :
1) Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)
2) Rumah di atas tanah (surface dwellings)
3) Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)
Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke dalam rumah
tadah angin, tenda-tenda, rumah menetap. Rumah menetap dapat dibedakan menjadi :
rumah tempat tingggal keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah-
rumah suci, rumah-rumah pemujaan dan sebagainya.
g. Alat – alat transportasi
Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur kebudayan.
Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat transportasi, walaupun sifatnya
masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat-alat transportasi terpenting adalah
rakit/sampan, perahu, kereta beroda, alat seret.

II.VII Kesenian Suku Asmat


Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng, perisai gaya seni
patung Asmat, meliputi :
1. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.
Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah
nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas
dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.
2. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut.
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala terpisah
dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar nenek
moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, kotak,
kepala burung tadung, ular, cacing, dan sebagainya.
3. Gaya C, Seni Asmat Timur.
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang dibuat
umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya tidak
terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah serta titik-titik
putih.
4. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza.
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C, hanya bagian
kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh hiasannya geometris
seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau penghormatan kepada roh
nenek moyang, yaitu :
1) Mbisu adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang
2) Yentpojmbu, adlah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew
3) Tsyembu, adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung
4) Yamasy, adalah upacara perisai
5) Mbipokumbu, adalah upacara topeng

II. VIII Tari tradisional Suku Asmat


Tarian Tobe merupakan tarian khas Suku Asmat yang disebut juga tarian perang. Jenis
tarian Tobe dulunya memang tarian yang dilakukan ketika ada perintah dari kepala adat
untuk berperang. Tari ini memang dimaksudkan untuk mengobarkan semangat para prajurit.
Seiring perkembangannya, tarian ini digunakan untuk menyambut tamu sebagai bentuk
respect mereka terhadap tamu yang datang. Tarian ini dilakukan oleh 16 penari laki-laki dan
2 penari perempuan.

Tarian Tobe ini dipadukan dengan nyanyian-nyanyian yang sifatnya membakar semangat
diiringi alat musik tifa.Penari mengenakan manik-manik dada, rok dari akar bahar, dan daun-
daun yang diselipkan dalam tubuh mereka. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat Suku
Asmat sangat dekat dengan alam.

IX. Adat Istiadat Suku Asmat


Hingga kini, kelompok masyarakat Asmat masih memegang erat adat istiadat yang
diwariskan leluhur mereka. Hukum adat tersebut selalu diterapkan dalam kehidupan mereka
sehari-hari, diantaranya adalah:

1. Tradisi Saat Hamil


Saat wanita Asmat sedang hamil, mereka akan sangat dijaga oleh keluarganya. Wanita
hamil akan diperlakukan dengan lebih baik hingga persalinan bisa dilakukan dengan
lancar dan bayi lahir sehat dengan selamat.

2. Proses Kelahiran
Setelah bayi lahir, maka akan diadakan upacara selamatan dengan pemotongan tali
pusar dengan bantuan sembilu yang terbuat dari bambu yang diruncingkan. Bayi akan
disusui oleh ibunya hingga usia 2 sampai 3 tahun.

3. Proses Pernikahan
Pernikahan Suku Asmat hanya bisa dilakukan saat seseorang telah berusia 17 tahun
atau lebih. Pernikahan juga dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kedua belah
pihak. Ada pula kebiasaan menguji keberanian para pria dengan cara membeli wanita
dengan menggunakan piring antik.

4. Mumi Suku Asmat


Dalam kebudayaan Suku Asmat dikenal adanya tradisi mengawetkan jasad orang yang
telah meninggal atau dikenal dengan mumifikasi. Namun ini hanya berlaku bagi kepala
suku atau kepala adat. Jasad pemimpin adat yang telah dijadikan mumi kemudian akan
dipajang di depan rumah adat Suku Asmat.

X. Upacara Adat Suku Asmat

Seperti suku lain di nusantara, tradisi dan kepercayaan masyarakat asmat juga diungkapkan
melalui upacara adat. Berikut adalah upacara-upacara tradisional

1. Ritual Kematian
Bagi orang asmat, meninggal seseorang tidak disebabkan hal-hal alami, melainkan
dikarenakan roh jahat yang menggangdu dan menyebakan orang tersebut mati. Oleh
karena itu, masyarakat asmat percaya bahwa anggota mereka yang sedang sakit harus
dibuatkan pagar dari dahan pohon nipah.

Pagar tersebut bertujuan agar roh jahat yang berada disekitar merka pergi dan tidak
mendekat kembali. Orang-orang asmat juga akan berkerumun disekeliling orang yang
sakit meski tidak mengobati atau memberinya makan. Akan tetapi setelah orang yang sakit
meninggal, mereka akan berebut untuk memeluk dan menggulingkan badan di lumpur.

Mayat tersebut selanjutnya akan diletakkan di atas para atau anyaman bambu hingga
membusuk. Kemudian tulang belulangnya akan disimpan diatas pokok kayu dan
tengkoraknya akan dijadikan bantal sebagai simbol kasih sayang terhadap kerabat mereka.

Ada pula yang meletakkan mayat di atas perahu lesung dengan disertai sagu dan dibiarkan
terombang-ambing di laut. Selain itu, mayat terkadang dikuburkan dengan ketentuan pria
tanpa busana dan wanita mengenakan busana. Mayat tersebut akan dikubur di hutan, tepi
sungai atau semak-semak.

Selanjutnya orang yang meninggal tersebut akan dibuatkan ukiran yang disebut mbis.
Sebab suku asmat percaya jiak roh orang mati masih berkeliaran disekitar rumah mereka.

2. Upacara Mbismbu
Mbis merupakan ukiran patung tonggak nenek moyang atau kerabat yang telah
meninggal. Upacara adat asmat ini bermakna agar mereka selalu ingat kepada kerabat
yang telah mati. Jika kematian tersebut karena dibunuh, maka mereka akan membalaskan
dendam dengan membunuhnya juga.
3. Upacara Tsyimbu
Tsyimbu adalah uparaca pembuatan dan pengukuhan rumah lesung atau perahu yang
diadakan 5 tahun sekali. Perahu ini akan diwarnai dengan warna merah dan putih secara
berseling di bagian luar dan berwarna putih di bagian dalam. Selain itu, perahu juga akan
diukir dengan gambar keluarga yang telah meninggal, serta gambar binatang dan
sebagainya.

Perahu tersebut juga akan dihias dengan sagu. Namun sebelumnya, keluarga besar akan
berkumpul di rumah kepala suhu atau adat untuk melakukan pertunjukkan nyanyian dan
tarian diiringi tifa.

Para pendayung tersebut menggunakan hiasan cat berwarna emrah putih dengan aksesori
bulu-bulu burung. Upacara adat ini sangat ramai dengan sorak sora anak-anak dan
wanita. Akan tetapi, ada pula yang menangis karena mengenang kerabat mereka yang
meninggal.

Tradisi zaman dahulu menggunakan perahu-perahu tersebut untuk melakukan provokasi


terhadap musuh agar berperang. Namun seiring perkembangan zaman, fungsinya
berubah menjadi pengangkut makanan.

4. Upacara Yentpokmbu
Suku asmat memberi nama rumah bujang sesuai amrga pemilikinya. Rumah bujang
adalah bangunan yang bisa digunakan untuk kegiatan religius maupun non religius.
Selain tu, rumah ini juga difungsikan untuk berkumpul keluarga. Namun dalam kondisi
tertentu, contohnya saat penyerangan maka wanita dan anak-anak tidak diperbolehkan
masuk.
BAB III

PENUTUP

III.I Kesimpulan

Suku asmat merupaka suku terbesar di tanah papua. Mereka memiliki berbagaimacam
budaya yang unik dan menarik. Kehidupan adat yang sangat kompleks menjadi sebuah hal
yang menarik untuk selalu di pelajari. Kehidupan sehari-hari suku asmat memang tidak bisa
lepas dari akar budaya mereka. Dimulai dari rumah, pakaian senjata bahkan proses
pernikahan pun terlihat sangat khas.Memberikan nuansa baru dalam menambah wawasan
pengetahuan yang memungkinkan berkesempatan untuk memperbaiki cara dan sikap dalam
memahami budaya daerah yang beraneka ragam sebagai budaya nasional dan menumbuhkan
rasa persatuan kebangsaan.
Daftar pustaka

http://laporannurainisolihat.blogspot.com/2014/08/makalah-ips-budaya-suku-asmat.html?m=1
https://docplayer.info/72665502-Kebudayaan-suku-asmat.html?
_gl=1*kmys83*_ga*RVpNUkZ2ZWdPTFZQVHhJRzM5XzdSazVHTTVSVFJBdl9nX2w3T
mU1WWdVT1RqamNnUmxkelZYYjd4TE45RmttTQ..
https://rimbakita.com/suku-asmat/
https://beritapapua.id/tarian-dan-alat-musik-dari-suku-asmat/amp/
https://www.gurupendidikan.co.id/tag/makalah-suku-asmat/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat

Anda mungkin juga menyukai