Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahtullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayahnya, sehingga saya
dapat menyusun makalah inidengan baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya
dan bagi teman-teman semua pada umumnya.

Mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada salah kata dan kurang sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari teman–teman semua akan saya terima dengan senang hati guna
menyempurnakan makalah ini. Cukup sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Senio, 16 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang......................................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
C.Tujuan...................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................ 2
A.Pengertian Suku Asmat............................................................................................................ 2
B.Kondisi dan Letak Geografis Suku Asmat............................................................................... 2
C.Sistem Religi Dan Kepercayaan Suku Asmat.......................................................................... 3
D.Sistem Kekerabatan Suku Asmat............................................................................................ 4
E.Sistem Mata Pencaharian Hidup Suku Asmat......................................................................... 4
F.Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup yang Dipakai Suku Asmat................................... 5
G.Sistem Bahasa Suku Asmat.................................................................................................... 6
H.Sistem Kesenian Suku Asmat.................................................................................................. 7
I.Sistem Pengetahuan Suku Asmat............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP............................................................................................................................... 9
Kesimpulan.................................................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Indonesia memiliki keberagaman budaya sebagai modal dasar kekuatan menuju bangsa yang
besar dan modern. Di samping itu, kebergaman budaya juga memberi manfaat yaitu dalam bidang
bahasa, kebudayaan, dan periwisata.

Potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata yang bisa
mendatangkan devisa. Budaya lokal yang melipti suku-suku bangsa di Indonesia di antaranya suku
Asmat yang berasal dari Papua.

Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayu yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua
yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Suku Asmat
sendiri memiliki beberapa keragaman, baik dalam bidang kesenian, mata pencaharian, adat istiadat
serta sistem kekerabatan.

B.Rumus masalah

1.Bagaimana kondisi dan letak geografis suku Asmat?


2.Bagaimana sistem religi dan kepercayaan suku Asmat?
3.Seperti apakah sistem kekerabatan pada suku Asmat?
4.Apa mata pencaharian masyarakat suku Asmat?
5.Apa saja peralatan dan perlengkapan hidup yang biasa digunakan suku Asmat?
6.Apa bahasa yang digunakan suk Asmat?
7.Seperti apa kesenian yang dimiliki oleh suku Asmat?
8.Bagaimana sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Asmat?
C.Tujuan

1.Mengetahui kondisi dan letak geografis suku Asmat.


2.Mengetahui sistem religi dan kepercayaan pada suku Asmat.
3.Mengetahui sistem kekerabatan pada suku Asmat.
4.Mengetahui mata pencaharian suku Asmat.
5.Mengetahui peralatan dan perlengkapan hidup yang biasa digunakan suku Asmat.
6.Mengetahui bahasa yang digunakan suku Asmat.
7.Mengetahui kesenian yang dimiliki oleh suku Asmat.
8.Mengetahui sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Asmat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Suku Asmat

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya
yang unik. Populasi suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka
yang tiggal di pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara
hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu
Bisman yang berada di antara sungai sinesty dan sungai nin serta suku Simai.

Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua
(Irian). Suku bangsa Asmat trdiri dari Asmat Hilir dan Asmat Hulu. Asmat Hilir bertempat tinggal di
dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan ribun, rawa dan sagu. Sedangkan suku
Asmat Hulu bertempet tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa
Asmat menggunakan bahasa asamat.

B.Kondisi dan Letak Geografis Suku Asmat

Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah yang terisolasi
di provinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat disebelah selatan garis khatulistiwa, namun karena
daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah Idonesia
lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika lembab dengan tandahan hujan rata-rata
berjumlah diantara 1.500-7.500 mm pertahun. Tandahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara
dan di pegunungan tengah, sedangkan tandahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan. Suhu
udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Daerah ini memiliki luas sekitar 10.000 mil
persegi dan terdiri dari rawa dan hutan bakau.

Populasi suku Asmat:

1. Penduduk daerah pantai dan kepulauan daerah ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah
panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan.
2. Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki
gunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan
mengumpulkan hasil hutan.
3. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak secara
sederhana.

2
C.Sistem Religi dan Kepercayaan Suku Asmat

Masyarakat suku Asmat beragama katolik, Protestan, dan Animisme yakni suatu ajaran dan
praktek keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung. Bagi suku Asmat
ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka. Setiap ritual ini diadakan, dapat dipastikan,
kalau banyak sekali ulat yang dipergunakan.

Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik atau
gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakni bila nenek
moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain itu orang
suku Asmat juga percaya bila diwilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing mempunyai
sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk
Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa lingkungan tempat tinggal manusia
juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam tiga golongan,yaitu:

a).Yi-ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.

b).Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.

c).Dambin-ow atau roh jahat yang mato konyol.

Kehidupan orang Asmat bamyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut
seluruh komuniti desa yang selalu berjaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut:

a).Mbismbu (pembuat tiang)

b).Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)

c).Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan rumah lesung)

d).Yamasi pokumbu (upacara perisai)

e).Mbipokumbu (upacara Topeng)

Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan
mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka, demi
menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan
menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-
ulat sagu.

3
D.Sistem Kekerabatan Suku Asmat

Suku bangsa Asmat, dalam sistem kekerabtan mengenal 3 (tiga) bentuk keluarga, yaitu:

1).Keluarga Inti Monogani dan Kandung Poligami.

2).Keluarga Luas Uxorilokal.

3).Keluarga Ovunkulokal.

Di samping itu, orang- orang Asmat tinggal bersama dalam rumah panggung sekuas 3x4x4
meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan peralatan
berburu, bercocok tanam, dan menangkap ikan. Suku Asmat mengenal rumah panggung sekuas 10x15
meter. Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Rumah panggung ini pada
umum nya di kelilingi oleh 10-15 tsyem dan rumah keluarga luas.

Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem. Pemimpin Aipem


biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan musyawarah guna membicarakan suatu
persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang
yang pandai berkelahi, kuat dan bijaksana.

E.Sistem Mata Pencaharian Suku Asmat

Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana, mata
pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian meliputi: berburu dan meramu,
bercocok tanam, berternak dan mencari ikan.

Berburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang yang tertua dan terjadi di
berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu biasanya dengan teknik tertentu misalnya
dengan cara ilmu gaib.

Bercocok tanam di ladang merupakan bentuk bercocock tanam tanpa irigasi, tetapi lambat laun
diganti dengan bercocok tanam menetap. Bercocok tanam di ladang terdapat di daerah rimba tropik
terutama di Asia Tenggara. Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di
perairan sungai besar, karena tanah nya subur.

Berternak biasanya dilakukan di daerah sabana, stepa dan gurun. Di Asia Tengah memelihara
kuda, unta, kambing dan domba. Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini
dilakukan manusia zaman purba yang hidup di dekat sungai, danau dan laut.

4
F.Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup yang Dipakai Suku Asmat

Berdasarkan macam bahan mentahnya maka berupa alat-alat batu, tukang, kayu, bambu dan
logam. Menurut K.T Oakley dalam budaya berjudul “Man The Tool Maker”, teknik pembuatan alat-alat
batu adalah dengan:pemukulan (Percussing Hacking), penekanan (Presure Feaking), pemecahan
(Chipping) dan penggilingan (Glinding).

1).Alat Produksi

Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisisonal dibedakan menurut fungsi dan lapangan
pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat produksi berupa alat potong , alat tusuk, alat
menyalakan api, alat pukul dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaannya, alat-alat produksi
berupa alat ikan, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan dan sebagainya.

2).Senjata

Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan menurut fungsi dan pemakaiannya. Menurut
fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata
digunakan untuk berburu, berperang dan sebagainya.

3).Wadah

Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan, menimbun dan
membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya wadah tersebut terbuat dari kayu, bambu, kulit
kayu, tempurung dan tanah liat.

4).Makanan

Makanan dilihat dari bhan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daun-daunan, buah-buahan,
biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebagainya.

5).Pakaian

Pakaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat kebudayaan
masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan pengenaan pakaian. Ditinjau dari fungsinya, pakaian
tradisional dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu:

a).Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)

b).Lambang keunggulan

5
c).Simbol yang dianggap suci

d).sebagai perhiasan

Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan status sosial budaya.

6).Rumah Adat

Rumah tradisional suku Asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter. Sampai sekarang
masih dijumpai Rumah Tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat pedalaman. Ada 3 (tiga) bentuk
rumah, yaitu:

a).Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)

b).Rumah di atas tanah (surface dwellings)

c).Rumah-rumah di atas tiang (pile dwelling)

Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke dalam rumah tadah
angin, tenda-tenda, rumah menetap.

7).Alat-alat transportasi

Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur kebudayaan.
Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat transportasi, walaupun sifatnya masih
sederhana. Pada masyarak tradisional, alat-alat transportasi terpenting adalah rakit, perahu, kereta
beroda, alat seret dan binatang.

G.Sistem Bahasa

Sistem bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan komponen kebudayaan. Dengan
bahasa, manusia dapat memberikan arti secara aktif pada suatu obyek materil sehingga bahasa dapat
merupakan dasar kebudayaan.

Pada masyarakat Asmat terdapat bahasa-bahasa yang diperoleh para ahli linguistik disebut
kelompok bahasa Language Of The Southern Division yaitu bahasa-bahasa bagian selatan Papua.
Penggolongan bahasa tersebut telah dipelajari oleh C.L.Voorhoeve (1965) dan masuk pada golongan
filum bahasa-bahasa Papua Non-Melanisia. Bahasa-bahasa tersebut digolongkan lagi berdasarkan
wilayah orang Asmat yaitu orang Asmat wilayah pantai atau hilir sungai dan Asmat hulu sungai.

6
Secara khusus, para ahli linguistik membagi bahasa-bahasa tersebut yaitu pembagian bahasa
Asmat hilir sungai menjadi bagian bahasa Asmat hilir sungai menjadi bagian kelompok pantai barat laut
atau pantai Flamingo seperti bahasa kaniak, bisma, simay, dan becembub dan bagian kelompok pantai
barat daya atau Kasuarina seperti misal bahasa Batian dan Sapan. Pembagian bahasa Asmat hulu
sungai menjadi bagian kelompok keenok dan kaimok.

H.Sistem Kesenian

Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng, perisai gaya
seni patung Asmat, meliputi:

1).Gaya A, seni Asmat Hilir dan Hulu sungai

Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek
moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas dendam atas
kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.

2).Gaya B, seni Asmat Barat Laut

Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala terpisah dari
bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar nenek moyang di
bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung
tadung, ular, cacing, dan sebagainya.

3).Gaya C, seni Asmat Timur

Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang di buat umumnya
berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya tidak terpisah jelas dari
bagian lain dan merah serta titik-titik putih.

4).Gya D, seni Asmat Daerah Sungai Brazza

Perisai gaya D ini hampir sama besar dengan perisai gaya C, hanya bagian kepala terpisah
dari badannya. Morif yang sering digunakan adalah hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral, siku-
siku dan sebagainya.

7
I.Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan meliputi pengetahuan tentang alam sekitarnya,
alam flora dalam daerah tempat tinggalnya, alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya, benda-benda
dan bahan-bahan mentah dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat dan kelakuan sesama
manusia, serta ruang dan waktu.

Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musim-musim, bintang-


bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam.

Pengetahuan tentang alam flora merupaakan salah satu pengetahuan dasar bagi kehidupan
manusia dalam masyarakat kecil, terutama mata pencaharian taitu pertanian. Pengetahuan tentang
fauna merupakan pengetahuan dasar, suku-suku bangsa hidup dari berburu dan perikanan.

Pengetahuan tentang ciri-ciri dan zat-zat bahan mentah, benda sekelilingnya juga penting bagi
manusia karena tanpa itu manusia tidak mungkin dapat mempergunakan alat-alat hidup. Pengetahuan
tentang tubuh manusia dalam kebudayaan belum banyak dipengaruhi oleh ilmu kedokteran modern.

Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dalam masyarakat pedesaan


dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat. Manusia yang hdup dalam masyarakat perlu mengetahui
sesama manusia termasuk pengetahuan tentang sopan santun bergaul, norma dan sebagainya.

Pengetahuan tentang ruang dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur,
menimbang, unruk mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.

8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang
unik. Populasi suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang
tiggal di pedalaman. Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah
yang terisolasi di provinsi Irian Jaya. Masyarakat suku Asmat beragama katolik, Protestan, dan
Animisme yakni suatu ajaran dan praktek keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang
mati atau patung. Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana, mata
pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian meliputi: berburu dan meramu,
bercocok tanam, berternak dan mencari ikan.

Anda mungkin juga menyukai