Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik mandiri keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional mandiri perawat
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial spriritual yang komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Praktik keperawatan tersebut diatur di dalam UUD No. 38 Tahun 2014 yang
berbunyi “Standar Profesi Keperawatan yang selanjutnya disebut Standar Profesi adalah batasan
kemampuan minimal berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku profesional yang harus
dikuasai dan dimiliki oleh Perawat untuk dapat melakukan Praktik Keperawatan pada
masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh Organisasi Profesi.
Secara historis, kegiatan keperawatan terbatas pada pemberian obat dan pemasangan alat
kesehatan. Keadaan tersebut akan terus berlangsung selama dalam prakteknya perawat
memenuhi tugas dan pekerjaannya hanya sesuai dengan perintah dokter. Semua pekerjaan
keperawatan ditugaskan untuk perawat yang melakukan tugas rutin (Manurung, 2011). Sejarah
keperawatan di Indonesia juga menunjukkan bahwa perkembangan keperawatan banyak
dipengaruhi oleh adanya konsep-konsep dari Negeri Belanda sampai pada era periode 1984
sampai sekarang. Tahun 1985, telah dibuka secara resmi Pendidikan S1 Keperawatan dengan
nama PSIK atau Program Studi Ilmu Keperawatan.
Praktik keperawatan merupakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam
bentuk asuhan keperawatan. Perawat dapat memberikan adanya asuhan keperawatan tersebut di
tempat praktik mandiri maupun fasilitas umum pelayanan kesehatan. Melalaui praktik mandiri,
perawat lebih memiliki kesempatan untuk menunjukkan sisi profesionalisme di masyarakat.
Sayangnya, masih sedikit perawat yang memberikan pelayanan keperawatan di tempat praktik
mandiri. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yang tidak dapat disangkal
adalah rendahnya kemampuan berupa pengetahuan, ketrampilan, dan tindakan professional yang
dikuasai dan dimiliki oleh perawat untuk melakukan praktik keperawatan.
Organisasi keperawatan profesional memberikan panduan tentang jenis pekerjaan
keperawatan yang ditawarkan kepada komunitas di tempat kerja keperawatan independen.
Pekerjaan pemeliharaan independen memiliki area yang komprehensif, yaitu. layanan perawatan,
pengembangan, evaluasi dan layanan kesehatan, layanan konsultasi dan penyediaan informasi
kesehatan (ICN, 2012). Sementara itu, College of Registered Psychiatric Nurses of British
Columbia menjelaskan bahwa perawat yang memasuki praktik mandiri memiliki bidang yang
memberikan asuhan keperawatan, pelatihan dan konseling, serta pengembangan praktik. dan
manajemen layanan praktik Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Republik Indonesia tentang
Pekerjaan Keperawatan, menjelaskan kewenangan perawat dalam melakukan pekerjaan
keperawatan mandiri.
Revolusi paradigma dalam membuka pelayanan keperawatan mandiri harus terus
berlanjut. Pemahaman perawat yang tidak konsisten tentang keperawatan mandiri tetap menjadi
masalah utama. Sebenarnya sudah banyak perawat yang mempraktekkan pelayanan kesehatan
sendiri, tetapi tidak berkualitas. Pelayanan keperawatan di berbagai tatanan mandiri belum
mencerminkan praktik pelayanan profesional (Ruswadi dan Kusnanto, 2010). Perubahan
mendasar harus dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif agar perawat dapat
menciptakan praktik keperawatan mandiri untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
menjadi Minimnya praktik mandiri perawat merupakan tantangan yang harus disikapi.
Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya minat perawat dalam membuka praktik
keperawatan mandiri. Nursalam (2014) mengidentifikasi dalam pernyataan bahwa pengalaman
keperawatan, kepemimpinan, kepercayaan diri dan tekad, pemahaman regulasi keperawatan
mandiri, pendidikan, sumber keuangan, motivasi untuk mengembangkan sifat jenis dan
aktivitas. pekerjaan keperawatan profesional menjadi alasan kurangnya minat perawat dalam
membuka praktik mandiri. Sutrisno (2011), mengklasifikasikan faktor motivasi sebagai faktor
internal (kepercayaan diri, prestasi, kebutuhan, harapan, dan kepuasan kerja) dan faktor eksternal
(jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja, kondisi kerja dan hubungan interpersonal). kehidupan
bekerja.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat menuliskan tujuan penelitian
sebagai berikut:

1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perawat untuk melaksanakan dan
mengadakan praktik keperawatan mandiri.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran faktor motivasi internal perawat (harga diri, prestasi , kepuasan
kerja, kebutuhan, harapan) dan eksternal (jenis dan sifat pekerjaan , kelompok kerja,
kondisi kerja, hubungan interpersonal) selama pelaksanaan kerja mandiri keperawatan.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui faktor-faktir motivasi yang mempengaruhi perawat untuk


melaksanakan dan mengadakan praktik keperawatan mandiri supaya bermanfaat bagi
profesi keperawatan dalam mewujudkan praktik keperawatan mandiri secara
professional.
2. Dapat memberikan gambaran keberadaan praktik keperawatan secara mandiri juga
menjadi bahan evaluasi dan meningkatkan bimbingan dan pendampingan bagi perawat
dengan praktik keperawatan mandiri yang ditujukan kepada pihak organisasi profesi.

Anda mungkin juga menyukai