Anda di halaman 1dari 13

Pengaturan Kadar Glukosa dan Hormon yang Berperan

Theresia Cesa Puteri Wongkar


102014027
D3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2014
Jalan Arjuna Utara no.6
Jakarta 11510
theresia.2014fk027@civitas.ukrida.ac.id

Abstract
All living things need to eat and drink to be able to perform an activity, food and beverages
that fit into our bodies will be oxidised to ATP and ATP will be useful as a source of energy for our
bodies. Aside from being a source of energy food and drinks are also useful as supporting the process
of elevated levels of glucose in the blood. In addition to food and drinks are also a number of hor-
mones that support the growth and formation of ATP in the body. Hormone - tersebutdi hormone
secretion by endocrine glands in the human body. All of the endocrine glands secrete hormones per-
form its function into the blood. Some hormone that plays an important role in the increase in blood
glucose levels of growth hormone (Growth Hormone), adrenaline / epinephrine, cortisol, insulin.
Keywords: ATP, Blood Glucose, Endocrine Gland Hormone.

Abstrak
Semua makhluk hidup perlu makan dan minum untuk dapat melakukan suatu aktivitas, ma-
kanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita akan di oksidasi menjadi ATP dan ATP akan
berguna sebagai sumber energi bagi tubuh kita. Selain sebagai sumber energi makanan dan minuman
juga berguna sebagai penunjang terjadinya proses peningkatan kadar glukosa dalam darah. Selain
makanan dan minuman terdapat juga sejumlah hormone yang menunjang pertumbuhan dan pemben-
tukan ATP dalam tubuh. Hormone – hormone tersebutdi sekresi oleh kelenjar endokrin dalam tubuh
manusia. Semua kelenjar endokrin melaksanakan fungsinya dengan mengeluarkan hormon ke dalam
darah. Beberapa hormon yang berperan penting dalam peningkatan kadar glukosa dalam darah yaitu
hormon pertumbuhan (Growth Hormone), Adrenalin / Epinefrin, Kortisol, Insulin.
Kata Kunci : ATP, Glukosa Darah, Hormon Kelenjar Endokrin.

Pendahuluan
Sistem endokrin merupakan sistem regulasi maupun sistem homestatis tubuh untuk memper-
tahankan kelangsungan hidup sel. sistem endokrin berfungsi untuk mengeluarkan atau mensekresikan
hormon yang aktif atau di sekresikan ke sel target sesuai dengan rangsangan yang di terima maupun
perubahan tubuh yang mengaktifkannya. Sistem endokrin ini tidak memiliki saluran dan reseptor atau
sel targetnya tersebar di seluruh tubuh. Sistem endokrin yang terlibat dalam tubuh antara lain hipofisis
serebri, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, pancreas.
Sebagai salah satu kelenjar endokrin, pancreas memiliki peranan yang cukup besar terhadap
pengaturan sistem hormonal tubuh. Selain sebagai endokrin, pancreas juga berfungsi sebagai kelenjar
eksokrin. Beberapa fungsi pancreas adalah mengatur kadar gula darah dalam darah melalui penge-
luaran glukagon, yang menambah kadar gula darah dengan mempercepat tingkat pelepasan dari hati.
Pengurangan kadar gula darah dengan mengeluarkan insulin yang mana mempercepat aliran glukosa
ke dalam sel pada tubuh terutama otot. Ketika fungsi pancreas tidak bekerja dengan sempurna, baik
karena pola makan yang buruk maupun kelainan genetic, makan keseimbangan kadar gula darah pun
ikut terganggu.

Rumusan Masalah
Laki-laki 21 tahun memilik kadar gula darah yang tinggi, glukosuria dan ketonuria.

Hipotesis
Peningkatan kadar gula darah yang tinggi, glukosuria dan ketonuria di sebabkan adanya gangguan
pada metabolisme glukosa serta terhambatnya kerja hormon di tubuh.

Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa/i mampu memahami metabolisme glucose
2. Mahasiswa/i mampu memahami hormon yang berperan dalam tubuh.

Metabolisme Glukosa
Karbohidrat siap dikatabolisir menjadi energi jika berbentuk monosakarida. Energi yang
dihasilkan berupa Adenosin trifosfat (ATP). Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam
bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk
glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain
dalam tubuh dapat dibentuk.1 Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong
sebagai katabolisme maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat,
glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.1

Glikolisis Embden Meyer (EM)


Sering di kenal dengan jalur Embden Meyerhoff, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses pemecahan
glukosa menjadi asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen) sedangkan piruvat akan menjadi
asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan se-
lanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Reaksi ini akan di awali dengan reaksi
fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6P (6-pospat) dengan pengaruh enzim glukokinase yang ada di
hepar dan heksokinase yang ada di jaringan ekstrahepatik. Reaksi awal ini memerlukan ATP (aden-
osin tripospat) dan Mg++ menjadi ADP (adenosin dipospat). Glukosa 6P akan di ubah menjadi
fruktosa 6 P (isomerase) yang kemudian akan mengikat satu gugus fosfat lagi menjadi fruktosa 1,6
bifosfat dengan bantuan enzim fosfofruktokinase.
Fruktosa 1,6 bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa beratom tiga yaitu gliseraldehid 3P (3 po-
spat) + DHAP yang dikatalis oleh enzim aldolase. DHAP ber isomerase menjadi gliseraldehid 3P.
Reaksi berikutnya adalah perubahan gliseraldehid 3P menjadi 1,3 bisfosfogliserat yang memegang
perannya adalah enzim gliseraldehid 3P DH (dehidrogenase) yang menghasilkan 3 ATP melalui
rantai pernapasan. 1,3 bisfosfogliserat berubah menjadi 3 fosfogliserat oleh ezim fosfogliserat kinase
dan menghasilkan 1 atp. 3 fosfogliserat yang terbentuk akan dikonversi menjadi 2 fosfogliserat oleh
enzim gliseromutase. Selanjutnya, 2 fosfogliserat yang terbentuk akan mengalami dehidrasi menjadi
PEP (pospo enol piruvat) pengaruh enzim enolase.
Reaksi tahap terakhir adalah pembentukan asam piruvat dari PEP, reaksi ini dikatalis oleh
enzim piruvat kinase tidak berjalan spontan tetapi melalui senyawa enol piruvat dan menghasilkan 1
atp. Enol piruvat berubah menjadi keto piruvat berjalan spontan. Apabila oksigen tidak cukup, asam
piruvat yang diperoleh dari proses glikolisis akan dirubah menjadi asam laktat yang menyebabkan
seseorang merasa lelah. Sebaliknya, bila oksigen cukup asam piruvat akan diubah menjadi asetil-koa
yang kemudian masuk ke siklus asam sitrat (siklus krebs). Energi yang dihasilkan glikolisis aerob
adalah 8 atp, dan glikolisis anaerob 2 atp.2

Oksidasi Piruvat Menjadi Asetil KoA

Mekanisme transpor khusus diperlukan untuk membawa asam piruvat yang diperoleh dari
proses glikolisis anaerob dari sitosol ke mitokondria. Di mitokondria, asam piruvat hasil glikolisis
diubah menjadi asetil-koA yang segera masuk ke siklus asam sitrat (SAS) . Reaksi ini merupakan
penghubung antar jalur glikolisis dan SAS. Reaksi ini melibatkan enzim piruvat dehidrogenase
(PDH). PDH ini akan meningkat pada saat atau setelah makan, banyak piruvat dan akan berhenti
pada saat lapar dan dihambat oleh peningkatan asetil-koA. Oksidasi piruvat menjadi asetil koa
menghasilkan 6 atp.2
Siklus Asam Sitrat (SAS)

Siklus asam sitrat merupakan serangkaian reaksi yang terjadi di mitkondria yang men-
goksidasi gugus asetil pada asetil KoA dan mereduksi koenzim yang ter-reoksidasi melalui rantai
pernapasan yang bertujuan untuk menghasilkan ATP.Siklus ini juga merupakan jalur bersama tera-
khir untuk oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein, dikarenakan dari ketiga oksidasi tersebut seba-
gian besar membentuk asetil KoA dan ada pula yang membentuk zat-zat antara siklus ini.
Siklus dimulai dengan penggabungan molekul asetil KoA dengan oksaloasetat yang memben-
tuk asam sitrat dengan 6 atom C. Reaksi pengikatan ini dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
Kemudian, reaksi akan dilanjutkan dengan isomerisasi sitrat menjadi isositrat oleh enzim akonitase.
Reaksi ini terjadi dalam dua tahap, yaitu dehidrasi terlebih dahulu menjadi cis-akonitat dan kemudia
rehidrasi membentuk isositrat. Reaksi dapat dihambat oleh fluoroasetat.
Isositrat selanjutnya akan mengalami dehidrogenasi menghasilkan oksalosuksinat terlebih da-
hulu, untuk kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi α-ketoglutarat. Reaksi ini dikatalisis oleh
enzim isositrat dehidrogenase. Koezim NAD diperlukan oleh enzim ini yang selanjutkan akan me-
masuki jalur rantai pernapasan untuk menghasilkan 3 ATP. α-ketoglutarat kemudian akan mengalami
reaksi dekarboksilasi oksidatif yang dikatalisis oleh kompleks enzim α-ketoglutarat dehidrogenase
untuk membentuk suksinil-KoA. Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit. Kompleks enzim untuk
reaksi ini juga memerlukan koenzim NAD yang selanjutnya akan memasuki rantai pernapasan untuk
menghasilkan 3 ATP.3
Suksinil KoA akan diubah menjadi suksinat dengan menggunakan enzim suksinat tiokinase.
Reaksi ini ialah satu-satunya penghasil ATP tingkat subtrat dalam siklus asam sitrat. Suksinat selan-
jutnya akan diubah menjadi fumarat, reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinat dehidrogenase. Enzim
ini mengandung FAD yang dapat masuk ke jalur rantai pernapasan untuk menghasilkan 2 ATP
dengan mereduksi ubikuinon. Reaksi dapat dihambat secara kompetitif oleh malonat.
Reaksi akan dilanjutkan dengan perubahan fumarat menjadi malat dengan enzim fumarase
yang mengkatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat agar dapat membentuk malat.
Reaksi terakhir, ialah reaksi yang mengubah malat untuk membentuk oksaloasetat kembali dan
dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase. Enzim ini memerlukan koenzim NAD yang dapat me-
masukin jalur rantai pernapasan untuk menghasikan 3 ATP.6 Reaksi pembentukan oksaloasetat ialah
reaksi terakhir yang akan kembali mengulang siklus ini. Satu putaran dari siklus asam sitrat ini akan
menghasilkan total 12 ATP, dimana 11 berasal dari rantai pernapasan sedangkan 1 sisanya berasal
dari pembentukan ATP tingkat substrat. Siklus ini pun juga bersifat amfibolik, karena fungsinya
selain sebagai proses oksidatif juga menjadi proses sintesis untuk asam amino, asam lemak, dan sub-
strat untuk glukoneogenesis.3
Apabila dijumlahkan, maka 1 molekul glukosa ketika sudah melewati glikolisis, oksidasi pir-
uvat dan siklus asam sitrat akan menghasilkan 38 ATP, dimana 8 berasal dari glikolisis, 6 dari
oksidasi piruvat dan 24 dari siklus asam sitrat (berjalan 2 kali putaran). Jumlah ini sangat berbeda
dengan yang dialami oleh reaksi glukosa yang berlangsung anaerob yang hanya dapat menghasilkan
2 ATP dengan produk akhir asam laktat.3

HMP SHUNT
Kemudian tahap selanjutnya HMP Shunt. HMP merupakan singkatan dari hexose mono phos-
pat = pentose phospat pathway. Proses ini merupakan jalan lain untuk oksidasi glukosa melalui dehi-
drogenasi dengan NADP sebagai akseptor H+. Proses ini terjadi di sitoplasma sel dan tidak
menghasilkan ATP. HMP shunt aktif di hati, jaringan adiposa, sel darah merah, korteks adrenal,
kelenjar tiroid, kelenjar mammae yang sedang laktasi dan kelenjar testis. Bagi sel darah merah, proses
ini menyediakan glutation untuk melindungi membran sel dari proses oksidasi oleh molekul H2O2.4
Proses ini bertujuan untuk menyediakan NADPH + H+. NADPH penting bagi sintesis asam
lemak, kolesterol, hormon steroid, asam amino dan hormon tiroid. Selain itu proses ini akan menye-
diakan ribosa 5 phospat untuk sintesis nukleotida (RNA – DNA). HMP Shunt merupakan proses
multisiklik, karena molekul glukosa 6-P yang digunakan dapat kembali menjadi glukosa 6-P. Proses
ini memerlukan 3 molekul glukosa 6 phospat.
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh. Glikogen ban-
yak tersimpan di hati juga di otot. Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia
dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati sangat berhubungan
dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khu-
susnya pada saat diantara waktu-waktu makan.3
Glikogenesis terutama terjadi di hati dan di otot. Glukosa akan mengalami fosforilasi menjadi glukosa
6-fosfat. Reaksi fosforilasi ini dikatalisis oleh enzim heksokinase di otot dan enzim glukokinase di
hati. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat di dalm suatu reaksi yang dikatalisis oleh
enzim fosfoglukomutase. Kemudian, senyawa glukosa 1-fosfat akan bereaksi dengan uridin trifosfat
(UTP) untuk membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi antara glukosa
1-fosfat dengan UTP dikatalisis oleh enzim UDPGlc pirofosforilase. Kemudian, oleh kerja glikogen
sintase, atom C1 pada glukosa yang diaktifkan UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan C4 pada
residu glukosa terminal glikogen sehingga membebaskan UDP. Molekul glikogen yang sudah ada
sebelumnya atau glikogen primer harus ada untuk memulai reaksi ini.
Glikogen primer selanjutnya terbentuk pada primer protein (glikogenin). Glikogenin adalah
protein yang terglukosilasi pada reside tirosin spesifik oleh UDPGlc. Penambahan residu glukosa
pada rantai glikogen yang sudah ada sebelumnya atau primer terjadi pada ujung luar molekul yang
nonreduktif sehingga cabang-cabang pada rantai glikogen akan memanjang begitu terbentuk
rangkaian 1à4 yang berturutan. Setelah rantai tersebut diperpanjang hingga mencapai minimal 11
residu glukosa, maka branching enzyme atau enzim pembentuk cabang memindahkan bafian dari
rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk
rangkaian 1à6 dan karena itu membuat titik cabang dalam moleku tersebut.3
Glikogenolisis bukan proses kebalikan dari glikogenesis karena memiliki lintasan yang
terpisah. Penguraian melibatkan mekanisme pemutusan cabang. Penguraian merupakan tahap yang
dikatalisis oleh enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses pemecahan fosforilasi rangkaian
1à4 glikogen utnuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar
molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai ± ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada
tiap sisi cabang 1à6. Enzim lainnya yaitu glukan transferase memindahkan unit trisakarida dari 1
cabang ke cabang lainnya. Pemisahan hidrolisis ikatan 1à6 memerlukan debranching enzyme (pemu-
tus cabang) yang spesifik. Dengan pembuangan cabang tersebut, kerja enzim fosforilase dapat ber-
lanjut. Gabungan kerja enzim fosforilase dan enzim-enzim lainnya menghasilkan pemecahan lengkap
glikogen. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase bersifat reversibel sehingga glukosa
6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Di hati dan di ginjal (di otot tidak) terdapat suatu enzim
spesifik yaitu glukosa 6-fosfatase yang membuang gugus fosfat dari glukosa 6-fosfat sehingga memu-
dahkan glukosa untuk dibentuk dan berdifusi dari sel ke dalam darah. Ini merupakan tahap akhir
dalam proses glikogenolisis hepatik yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah. 3
Enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen (glikogen fosforilase dan glikogen
sintase) diatur oleh sebuah rangkaian reaksi yang kompleks dan melibatkan baik mekanisme alosterik
maupun modifikasi kovalen akibat fosforilasi serta defosforilasi protein enzim yang reversibel. Ban-
yak modifikasi kovalen disebabkan oleh kerja AMP siklik atau cAMP (asam 3’, 5’-siklik adenilat).
cAMP merupakan senyawa intermediat intrasel atau second messenger dan banyak hormon bekerja
melalui senyawa antara ini. cAMP terbentuk dari ATP oleh enzim adenil siklase yang terdapat pada
permukaan membran sel. Adenil siklase diaktifkan oleh hormon seperti epinefrin dan norepinefrin
yang bekerja lewat reseptor beta adrenergik pada membran sel dan di samping itu di hati oleh
glukagon yang bekerja lewat reseptor glukagon yang independen. cAMP dihancurkan oleh fosfoes-
terase dan aktivitas enzim inilah yang mempertahankan kadar normal cAMP yang rendah. Insulin
dapat meningkatkan aktivitas enzim tersebut di hati sehingga menurunkan konsentrasi cAMP.3
Di hati, enzim fosforilase terdapat baik dalam bentuk aktif maupun inaktif. Fosforilase aktif
(fosforilase a) mempunyai salah 1 gugus hidroksil serin yang terfosforilasi di dalam rangkaian ester.
Melalui kerja enzim fosfatase yang spesifik yaitu protein fosfatse-1, enzim tersebut akan diinaktifkan
menjadi fosforilasi b (pembuangan hidrolitik gugus fosfat dari residu serin). Pengaktifan kembali
memerlukan fosforilasi ulang dengan ATP dan enzim spesifik yaitu fosforilasi kinase.
Fosforilasi di dalam otot diaktifkan oleh epinefrin. Proses ini terjadi dengan bantuan cAMP.
Peningkatan konsentrasi cAMP akan mengaktifkan suatu enzim dengan spesifitas yang agak luas
yaitu protein kinase yang bergantung cAMP. Enzim kinase ini mengkatalisis reaksi fosforilasi fosfori-
lase kinase b yang inaktif menjadi fosforilase kinase a yang aktif. Enzim yang aktif ini selanjutnya
dengan bantuan fosforilasi berikutnya akan mengaktifkan fosforilase b menjadi fosforilase a.
Glukoneogenesis merupakan reaksi pembentukan karbohidrat dari senyawa non karbohidrat.
Senyawa yang dimaksud adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Tujuannya
ialah menyediakan glukosa bagi tubuh bila dalam keadan lemah dan berpuasa. Proses ini terjadi di
hati dan ginjal. Proses ini melibatkan sebagian besar glikolisis EM, siklus asam sitrat dan beberapa
reaksi lainnya.3
Glikogenesis
Glikogenesis adalah proses anabolik pembentukan glikogen untuk simpanan glukosa saat ka-
dar gula darah tinggi seperti setelah makan. Glikogenesis terjadi terutama dalam sel-sel hati dan sel-
sel otot rangka tetapi tidak terjadi dalam sel-sel otak yang sangat bergantung pada persediaan konstan
gula darah untuk energi.3
Perubahan kimia secara enzimatik ini tidak berjalan secara spontan tetapi bertahap. (1) Reaksi
diawali dengan proses fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat dengan bantuan enzim glukoki-
nase. Enzyme ini spesifik hanya untuk konversi di hati, mana kala aktivasi di otot pula diperankan
oleh heksokinase. (2) Selanjutnya, glukosa-6-fosfat diubah menjadi isomernya, glukosa-1-fosfat,
dibawah pengaruh enzim fosfoglukomutase. (3) Glukosa-1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat
(UTP) dengan bantuan enzim UTP uridil transferase menjadi uridin difosfat glukosa (UDPG). (4)
UDPG selanjutnya ditambah pada glikogen primer pada rantai glikosidik 1,4 membebaskan uri-
din difosfat yang dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Prosesini berterusan sehingga pan-
jang rantai ini kurang lebih 11 molekul glukosa. Terus, kuranglebih 6 molekul glukosa dari rantai 1,4
akan di pindahkan ke rantai 1,6 menyebabkan terbentuknya percabangan. Proses ini diperantarai oleh
branching enzim.
Proses glikogenesis ini distimulasi oleh peningkatan cAMP, dan akan menurun apabila cAMP
menurun. Glukagon dan epinefrin mempunyai efek positif kepada cAMP pada saat insulin mengham-
bat cAMP.3

Glikogenolisis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi pir-
uvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses di atas terjadi jika kita mem-
butuhkan energi, misalnya untuk berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah
glukosa melampaui kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk cadangan makanan melalui
proses glikogenesis. Glikogenesis adalah pembentukan glikogen dari glukosa. Glikogen terdapat
didalam hati (sampai 6%) dan otot jarang melampaui jumlah 1%. Tetapi karena massa otot jauh lebih
besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali
lebih banyak. Glikogen otot adalah sumber heksosa untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri.
Sedangkan glikogen hati adalah simpanan sumber heksosa untuk dikirim keluar guna mempertahan-
kan kadar glukosa darah, khususnya di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua
simpanan glikogen hati terkuras. Tetapi glikogen otot hanya terkuras setelah seseorang melakukan
olahraga yang berat dan lama. Dihati ada enzim glukosa 6-fosfatase yang akan mengkatalisis glukosa
6P menjadi glukosa. Sedangkan di otot tidak ada enzim glukosa 6 fosfatase. Seperti amilum, glikogen
merupakan polimer a -D-Glukosa yang bercabang.2 Rantai lurus : ikatan glikosidik a - 1,4 dan
percabangan : ikatan glikosidik a - 1,6.

Proses pembentukan glikogen memerlukan 3 enzim ,yaitu: Enzim UDP-glukosa pirofosfori-


lase untuk pembentukan UDP-glukosa dari glukosa 1-P + UTP dengan melepaskan 2 Pi. Enzim
glikogen sintase, untuk pembentukan unit glikosil 1 à 4 dari molekul glikogen primer + UDP- glu-
kosa. Enzim percabangan (branching enzyme), untuk pembentukan unit 1à6 glikogen. Enzim ini akan
memindahkan segmen glukosa dari gikogen (6 molekul glukosa) ke bagian cabang lain bila sudah
terbentuk 11 glukosa.2

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan berpin-
dah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk
cabang (branching enzyme).

Glukoneogenesis

Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh
adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah
protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa
disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan karbohidrat dari senyawa-senyawa
non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan
lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat
dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam SAS. Sementara itu gliserol
masuk dalam jalur glikolisis. Sedangkan untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk
ke dalam SAS.5
Pengaruh Hormonal Terhadap Metabolisme Energi
Insulin
Insulin ialah hormon yang dihasilkan oleh sel β pankreas, dimana sel ini menempati urutan
paling banyak dari segi jumlah dibandingkan dengan sel-sel lainnya di dalam pulau Langerhans.In-
sulin ini memiliki efek penting terhadap metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.Insulin memain-
kan peranan yang besar dalam penyimpanan zat yang mempunyai kelebihan energi. Misalnya, apabila
terjadi kelebihan karbohidrat maka insulin akan menyebabkan karbohidrat untuk disimpan di dalam
otot dan hati sebagai glikogen, juga dalam keadaan kelebihan lemak, insulin akan bertugas menyim-
pan lemak ini di dalam jaringan adiposa, dalam keadaan kelebihan asam amino maka insulin akan
memacu ambilan asam amino oleh sel dan menurunkan pemecahan protein di dalam sel.
Insulin yang merupakan protein kecil ini terutama memiliki tugas untuk memelihara homeo-
stasis glukosa darah. Rangsang utama dari sekresi insulin ialah kadar gula darah yang tinggi. Insulin
memiliki beberapa efek terkait dengan metabolisme karbohidrat diantaranya insulin mempermudah
transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel, terutama otot yang akan menggunakan glukosa lebih
banyak sebagai sumber energi ketika ada rangsangan insulin. Selain itu, insulin akan meningkatkan
aktivitas enzim glikogen sintase yang bertanggung jawab untuk kerja glikogenesis, untuk membentuk
polimer dari glukosa.6
Beberapa fungus insulin lainnya adalah insulin akan menghambat aktivitas enzim fosforilase
yang merupakan enzim regulator dari reaksi glikogenolisis, insulin juga ikut meningkatkan aktivitas
enzim glukokinase, sehingga glukosa yang masuk ke dalam hati dari darah akan diperbanyak untuk
selanjutnya ditahan sementara di dalam hati, dan insulin menghambat proses glukoneogenesis dengan
cara menurunkan aktivitas enzim penggiat proses ini.
Selain memiliki efek terhadap karbohidrat, insulin juga memiliki efek terhadap metabolisme
lemak, yaitu: insulin menghambat lipase-sensitif hormon, sehingga pelepasan asam lemak dari jarin-
gan adiposa ke dalam darah akan dihambat, dan insulin juga meningkatkan pemasukan glukosa ke
dalam jaringan lemak dengan rekrutmen GLUT 4 agar glukosa ini dapat dibentuk menjadi asam le-
mak dan gliserol.
Efek insulin terhadap metabolisme protein, yaitu: insulin mendorong transpor aktif asam-
asam amino dari darah ke dalam jaringan otot dan jaringan lainnya, yang berimbas pada penurunana
kadar asam amino darah dan menyediakan asam amino untuk pembentukan protein di sel. Insulin
juga menghambat pemecahan protein, serta akan meningkatkan translasi RNA messenger pada ri-
bosom untuk membentuk protein baru dan juga meningkatkan kedepatan transkripsi rangkaian ge-
netik DNA yang terpilih di dalam inti sel, yang terutama berguna untuk meningkatkan kesatuan enzim
yang berpengaruh pada penyimpanan lemak, karbohidrat dan protein.6,7
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel alfa pulau Langerhans sebagai
resposn terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma. Glukagon
adalah hormon utama stadium pasca absorptif pencernaan, yang terjadi selama periode puasa di an-
tara waktu makan.4 Faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek langsung konsentrasi
glukosa darah pada pankreas enndokrin. Dalam hal ini, sel alfa pankreas meningkatkan sekresi
glukagon sebegai respon terhadap penurunan glukosa darah. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi
glukosa darah menghambat sekresi glukagon.6
Secara umum, kerja glukagon berlawanan dengan fungsi insulin. Fungsi hormon ini terutama
adalah katabolik (penguraian).4 Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat me-
nyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darh
meningkat. Glukagon melalui efek hiperglikemiknya dengan menurunkan sintesis glikogen, men-
dorong glikogenolisis dan merangsang glukoneogenesis.6
Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak dengan mendorong penguraian
lemak serta inhibisi sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton hati (ketogenesis)
dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena itu kadar asam lemak dan
keton darah meningkat di bawah pengaruh glukagon. Efek pada protein, glukagon dapat menghambat
sintesis protein di hati serta mendorong penguraian protein hati. Stimulasi glukoneogenesis juga
memperkuat efek katabolik glukagon pada metabolisme protein hati. Glukagon mendorong katabo-
lisme protein di hati tetapi tidak berefek nyata pada kadar asam amino darah karena hormon ini tidak
mempengaruhi protein otot, simpanan protein utama di tubuh.6

Kortisol
Hormon kortisol merupakan hormon glukokortikoid utama. Hormon ini berperan merangsang
glukoneogenesis dengan kuat yaitu dengan mengacu pada perubahan asam amino, menjadi karbohid-
rat di dalam hati. Dan juga merangsang penguraian protein di jaringan,terutama di otot dan dialirkan
ke darah agar siap untuk dijadikan bahan glukoneogenesis juga. Hormon ini menghambat penyerapan
dan penggunaan glukosa oleh banyak jaringan, kecuali otak, dikarenakan otak menggunakan bahan
bakar hanya dari glukosa, dan membutuhkan pasokan glukosa yang konstan. Peningkatan glukosa
darah yang terus-menerus ini akan menyebabkan suatu keadaan yang disebut sebagai diabetes ad-
renal.
Kortisol merangsang penguraian protein di banyak jaringan, terutama otot. Dengan
menguraikan sebagian protein otot menjadi asam amino konstituennya, kortisol
meningkatkankonsentrasi asam amino darah. Asam amino yang dimobilisasi ini siap digunakan
untuk glukoneogenesis atau dipakai di tempat lain yang memerlukannya, misalnya untuk memper-
baiki jaringan yang rusak atau sintesis struktur sel yang baru. Kortisol juga ikutmeningkatkan lipo-
lisis, yaitu proses penguraian simpanan lemak di jaringan adipose. Asam-asam lemak bebas yang
merupakan hasil pemecahan ini dapat dijadikan sebagai bahan bakar pengganti bagi jaringan yang
menggunakan glukosa, agar glukosa bisa dihemat untuk diotak. Sekresi kortisol diatur langsung oleh
ACTH yang berasal dari hipofisis anterior, untuk kemudian terjadi mekanisme umpan balik negatif
yang berfungsi agar sekresi kortisol relatif konstan.8

Hormon Epinefrin
Epinefrin menimbulkan beberapa efek metabolik, bahkan pada konsentrasi hormon dalam
darah yang lebih rendah dari pada yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek kardiovaskuler. Secara
umum, epinefrin merangsang mobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak sehingga tersedia energi
yang dapat segera digunakan oleh otot. Secara spesifik,epinefrin meningkatkan kadar glukosa darah
melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Pertama hormon ini merangsang glukoneogenesis dan
glikogenolisis di hati, yang terakhir mengacu pada penguraian simpanan glikogen menjadi glukosa
yang kemudian dibebaskan ke dalam darah.
Epinefrin juga merangsang glikogenolisis di otot rangka. Epinefrin dan sistem simpatis juga
memiliki efek hiperglikemik dengan menghambat sekresi insulin, hormon pankreas terutama ber-
peran menurunkan kadar gula dari darah, dan dengan merangsang glukagon, hormon pankreas
lainnya yang meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis hati. Selain meningkatakan kadar
gula darah, epinefrin juga menignkatkan kadar asam lemak darah dengan mendorong lipolisis. Efek
metabolik epinefrin sesuai untuk situasi fight or flight. Kadar glukosa dan asam lemak yang mening-
kat merupakan tambahan bahan bakar untuk menjalankan berbagai aktivitas otot yang dibutuhkan
pada keadaan terebut dan juga memastikan bahwa otak mendapat cukup makanan selama krisis saat
individu yang bersangkutan tidak mengkonsumsi nutrien baru. Otot dapat menggunakan asam lemak
sebagai sumber energi,tetapi otak tidak.
Epinefrin uga meningkatkan laju metabolisme keseluruhan. Epinefrin dan norepinefrin me-
nyebakan pengeluaran keringat, yang membantu tubuh mengeluarkan panasekstra yang disebabkan
oleh meningkatnya aktivitas otot. Selain menyerupai efek pelepasan muatan saraf noradregenik, nore-
pinefrin dan epinefrin memperlihatkan efek metabolik yang mencakup glikogenolisis di hati dan otot
rangka, mobilisasi asam lemak bebas, peningkatan laktat plasma dan stimulasi tingkat metabolik.8

Kesimpulan
Makanan yang di konsumsi pada umumnya mengandung karbohidrat, protein dan lemak. Di-
mana, akan di ubah dan melalui beberapa proses di dalam tubuh agar dapat diserap dan digunakan
oleh tubuh, salah satunya glukosa. Glukosa merupakan molecule yang dat di serap oleh tubuh menjadi
panas maupun energi berupa ATP. Dimana dalam pembentukannya di lakukan melalui beberapa
proses yaitu dengan proses glikolisis ember meyerhof, oksidasi piruvat menjadi astil koa, dan skills
asam sitrat sebagai akhir dari metabolisme berbagai macam zat. Adapun jalan oksidasi glucosa lain
yang tidak menghasilkan energi superit HMP shunt, dan metabolisme energi yang tidak
menggunakan karbohidrat, yaitu glukoneogenesis. Serta beberapa proses lainnya seperti glikogenesis
dan glikogenolisis. Dimana didalam proses yang terjadi adana hormon yang berfungsi untuk menga-
tur atau mengendalikan akan kelebihan maupun kekurangan dari hasil metabolisme agar tetap berada
dalam keadaan yang stabil dan berjalan dengan normal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian rakyat; 2009.h.31-95.
2. Sumardjo D. Buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program strata 1 fakultas bi-
oeksakta. Jakarta: EGC; 2009.h.244-55.
3. Murray RK,Granner DK,Mayes PA,Rodwell VW. Biokimia harper. Ed ke-27. Jakarta:EGC;
2006.
4. Harjasasmita. Ikhtisar biokimia dasar B. Jakarta: FKUI; 2003.
5. Kuchel P, Ralston GB. Biokimia. Jakarta: Erlangga; 2002.h.96-8.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: EGC; 2011.
7. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-11. Jakarta: EGC; 2007.

Anda mungkin juga menyukai