Anda di halaman 1dari 11

Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lemak

Felicia Ananda Baeha Waruwu 102011410 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan Untuk bisa manusia melakukan aktivitas, manusia harus mempunyai energi dalam tubuhnya untuk melakukan kerja. Tanpa energi, manusia bisa merasa lemas, sehingga aktivitas yang dilakukannya tidak maksimal. Energi dapat diperoleh dari makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Lapar adalah keadaan dimana ketika tubuh merasakan suatu keinginan untuk makan. Ketika seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhannya akan makanan untuk sumber energi, maka yang terjadi adalah keadaan tubuh yang lemah dan tak bertenaga. Seperti kasus dari skenario B, Seorang pengemis laki-laki berusia 50 tahun, duduk lemas disebuah terminal. Saat ditanya ternyata orang tersebut kelaparan karena belum makan dari kemarin. Dari sekenario, pengemis ini mengalami rasa lemas karena tidak ada ATP yang terbentuk dalam siklus tubuhnya. Dalam tubuh kita ada tiga macam metabolisme yang berfungsi untuk menghasilkan energi yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Jika tubuh tidak menerima asupan makanan, maka metabolisme ini tidak dapat terjadi, sehingga tidak ATP ataupun energi yang dapat dibentuk tubuh. Tinjauan Pustaka Dalam tubuh manusia terdapat tiga macam sistem metabolisme utama yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Tujuan dari metabolisme ini adalah untuk memecah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dan mudah diserap oleh tubuh. Karbohidrat atau Hidrat arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerahdaerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi

hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam.1 Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat akan dioksidasi di dalam tubuh menjadi energi dan panas. Karbondioksida dan air adalah hasil akhir dari oksidasi karbohidrat dan akan diekresikan lewat paru-paru dan ginjal. Karbohidrat yang akan diserap tubuh berbentuk monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Sebelum terbentuk monosakarida, bentuk awal karbohidrat adalah disakarida (maltosa, laktosa, sukrosa, dan trehalosa). Sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, maltosa dipecah menjadi glukosa dan glukosa, laktosa dipecah menjadi glukosa dan galaktosa. Polisakarida, yaitu karbohidrat yang memiliki struktur yang kompleks. Yang tergolong dalam golongan ini adalah pati, dekstrin, glikogen, selulosa, dsb. Pati dapat kita temukan dalam keseharian kita, yaitu dalam bentuk simpanan bagi tumbuh-tumbuhan seperti padi. Dekstrin merupakan pemecahan zat tepung, sedangkan selulosa adalah bagian serat dalam bahan-bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam tubuh manusia. Karbohidrat bisa didapat dari sumber bahan makanan yang alami dan sintesis. Glukosa bisa didapatkan dari buah, terutama anggur. Frukstosa yang juga disebut gula buah berasal dari madu dan buah-buahan. Sukrosa adalah gula berasal dari gula dapur yang sering kita pakai dirumah. Laktosa bisa didapatkan pada susu. Maltosa dapat ditemukan di gandum dan bir. Galaktosa tidak ditemukan di bahan makanan, tapi adalah sebagai hasil dari pemecahan laktosa. Karbohidrat sintesis adalah karbohidrat yang dihasilkan oleh pabrik, contohnya adalah sirup jagung. Metabolisme dari karbohidrat juga diatur oleh beberapa macam hormon, yaitu insulin, glukagon, adrenalin, dan hormon pertumbuhan.2,3 Karbohidrat dalam perjalanannya akan melewati beberapa tahapan metabolisme glukosa, metabolisme glikogen, dan proses glukoneogenesis. Sebenarnya ada satu macam proses metabolisme karbohidrat lain yaitu metabolisme heksosa, asam uronat, dan gula amin. Namun, metabolisme yang berhubungan dengan kasus adalah metabolisme dari glukosa dan glikogen. Karbohidrat yang ada dalam makanan sebagian besar adalah suatu polimer heksosa, diantaranya yang paling penting adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Produk utama pencernaan karbohidrat dan gula adalah glukosa. Selama reaksi-reaksi glikolisis ini berjalan, banyak energi bebas yang akan dihasilkan dan disimpan dalam bentuk ATP. Glukosa mulamula akan dikatalisis menjadi glukosa 6 fosfat oleh enzim heksokinase dan glukokinase.

Heksokinase adalah enzim yang aktif di semua sel dan memiliki Km (untu menetapkan jumlah substrat yang hendak dugunakan pada suatu pemeriksaan enzim) yang kecil, sehingga afinitas terhadap glukosa besar. Kerja dari heksokinase tidak dipengaruhi oleh insulin karena heksokinase berfungsi untu menyediakan glukosa jaringan. Glukokinase adalah enzim yang bekerja di hepar dan pulau langerhans dengan Km yang besar, sehingga afinitas terhadap glukosa kecil. Glukokinase akan ditingkatkan oleh kerja dari insulin, sehingga fungsi utama dari glukokinase adalah untuk menyingkirkan glukosa dari darah. Proses ini memerlukan ATP. Setelah itu glukosa 6 fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6 fosfat oleh enzim fosfoglukoisomerase. Fruktosa 6 fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6 bifosfat oleh enzim fosfofruktokinase dan proses ini juga memerlukan 1 ATP. Fruktosa 1,6 bifosfat akan dikatalisa oleh enzim aldolase menjadi DAHP dan gliseraldehid 3 fosfat. DAHP akan diubah legi menjadi gliseraldehid 3 fosfat oleh aldolase, sehingga akan dihasilkan 2 buah molekul gliseraldehid 3 fosfat. Dua molekul gliseraldehid 3 fosfat dikatalisa oleh enzim gliseraldehid 3 fosfat DH menjadi 1,3 bifosfogliserat. Proses ini akan menghasilkan 6 ATP. 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3 fosfogliserat oleh fosfogliserat kinase dan dihasilkan 1 ATP. 3 fosfogliserat akan diubah menjadi 2 fosfogliserat oleh enzim mutase. 2 fosfogliserat akan diubah menjadi PEP (Phospo Enol Piruvat) oleh enolase. PEP oleh piruvat kinase akan dikatalisa menjadi enol piruvat dan dihasilkan 1 ATP. Setelah itu melalui reaksi spontan enol piruvat akan diubah menjadi keto piruvat. Pada keseluruhan proses ini akan dihasilkan 8 ATP. 4

Gambar 1. Siklus Embden Meyerhof (EM)5

Selanjutnya piruvat akan masuk kedalam tahap siklus asam sitrat, dimana sebelumnya piruvat akan diubah menjadi asetil koA. Piruvat akan dikatalisa oleh enzim piruvat DH menjadi asetil koA. Asetil koA inilah yang akan masuk ke dalam tahap asam sitrat dan akan dihasilkan 6 ATP. Asetil koA oleh sitrat sintase menjadi sitrat. Sitrat akan diubah menjadi isositrat oleh akonitase. Namun reaksi in bisa dihambat oleh enzim fluoroasetat. Isositrat akan dikatalisa oleh isositrat DH menjadi -ketoglutaratdan dihasilkan 3 ATP. -ketoglutarat diubah menjadi suksinil koA oleh -ketoglutarat DH yang juga akan hasilkan 3 ATP. Pada reaksi ini juga terdapat enzim inhibitornya yaitu arsenat. Suksinil koA oleh suksinat tiokinase diubah menjadi suksinat dan akan hasilkan 1 ATP. Suksinat oleh suksinat DH akan diubah menjadi fumarat dan hasilkan 2 ATP. Pada reaksi ini juga terdapat enzim inhibitornya yaitu malonat yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif. Fumarat oleh fumarase akan diubah menjadi malat. Akhirnya malat akan diubah menjadi oksaloasetat oleh malat DH dan dihasilkan 3 ATP.4

Gambar 2. Siklus Asam Sitrat6 Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan

glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.1 Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase, sedangkan di hati oleh glukokinase. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6bifosfat. Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kearah kanan persamaan reaksi. Dengan kerja enzim glikogen sintase, atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat (UDP). Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin. Glikokenin adalah protein dengan 37 kDa yang menjadi terglikosilasi pada residu tirosim spesifik oleh UDPGlc. Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini

akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 14 unit glukosil dam pembentukan cabang selanjutnya.1

Gambar 3. Siklus Glikogenesis1 Glukoneogenesis adalah proses pembentukan karbohidrat dari senyawa bukan karbohidrat. Bahan-bahan tersebut adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Tujuan dari proses glikoneogenesis ini adalah untuk menyediakan glukosa di dalam tubuh bila kekurangan, misalnya dalam keadaan letih dan puasa. Proses ini terjadi di hati dan ginjal. Hasil dari proses glukoneogenesis ini akan dilanjutkan ke proses glikolisis EM, SAS dan beberapa reaksi lain. Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi, karena pasokan glukosa yang terus-menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bai sistem saraf dan eritrosit. Kadar glukosa darah dibawan nilai kristis bisa menimbulkan disfungsi otak yang dapat mengakibatkan koma dan kematian. Selain itu, glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber gliserol. Glukosa adalah satu-satunya bahan bakar yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid akan terpecah menjadi komponen

penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Krebs. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Krebs.1 Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat (PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase. Perubahan ini dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat mitokondria mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP (adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat karboksilase. Seperti banyak enzim lainnya yang melakukan reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini memerlukan biotin untuk aktivitasnya. Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP (guanosin trifosfat) yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase. Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa-1,6-bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh

fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.7

Gambar 4. Siklus Glukoneogenesis1

Glikogenolisis adalah proses pemecahan glikogen untuk yang akan menyebabkan terbentuknya glukosa di hati dan laktat di otot. Tiga macam enzim yang berperan adalah fosforilase, transferase, dan debranching enzim. Fosforilase adalah enzim regulator yang akan mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan fosfat). Tiap 1 molekul glukosa pada rantai lurus akan dilepaskan menjadi glukosa 1 fosfat, sampai tinggal 4 molekul glukosa pada cabang. Transferase akan memindahkan 3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai lurus yang berdekatan dan menyisakan 1 gluksa pada cabang itu. Debranching enzym akan menghidrolisis tempat percabangan, memutus 1 molekul glukosa pada cabang tersebut sehingga menghasilkan glukosa bebas, sehingga tidak ada lagi percabangan.1

Gambar 5. Enzim Glikogenolisis1 Protein merupakan suatu zat makanan yang penting selain penghasil energi, yaitu sebagai zat pembangun atau zat pengatur. Protein berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi dua, yaitu protein hewani dan protein nabati. Pada protein hewani dapat kita temukan pada makanan daging, telur, ikan, susu, dan produknya; sedangkan pada protein nabati dapat kita temukan pada makanan yang mengandung kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang polong, dan kacang merah. Protein akan dipecah menjadi asam amino agar dapat diserap tubuh. Protein disusun oleh banyak sekali asam amino yang dirangkai menjadi rantai-rantai oleh ikatan peptida yang menghubungkan gugus amino pada satu asam amino dengan gugus karboksil pada asam amino berikutnya. Beberapa protein ada yang mengandung karbohidrat dan lipid. Rantai asam amino yang lebih kecil disebut peptida dan yang berantai banyak disebut polipeptida. Urutan asam amino didalam rantai peptida

disebut struktur primer, sekunderm tersier, dan kuartener. Struktur primer memiliki rantai yang tergulung dan berlipat sangat kompleks. Struktur sekunder adalah susunan ruang yang dihasilkan oleh gulungan tersebut. Struktur tersier adalah suatu protein dengan susunan rantai yang tergulung berbentuk lapisan, kristal, atau serat. Banyak molekul yang tersusun oleh subunit-subunit, istilah struktur kuartener dipakai untuk menyebutkan susunan subunit tersebut.4 Asam amino esensial terdiri dari lisin, metionin, valin, leusin, isoleusin, triptofan, fenilalanin, dan treonin. Pada anak-anak asam amino esensialnya adalah histidin. Asam amino semi-esensial adalah metionin yang akan berubah menjadi cystin dan fenilalanin yang dapat berubah menjadi tirosin. Asam amino non-esensial adalah glisin, arginin, prolin, asam glutamat, asam aspartat, serin, dan alanin. Fungsi dari protein adalah sebagai enzim, hormon peptida, protein struktural, protein transpor, dan imunoprotein. Faktor yang bisa mempengaruhi penggunaan protein adalah pola asam amino, kebutuhan energi, imobilitas, stres fisik dan stres emosional.2,8 Biosintesis urea dibagi menjadi 4 tahap yaitu transaminase, deaminasi oksidatif glutamat, pengangkutan amonia, dan reaksi pada siklus ureum. Interkonversi anatara asam amino dan prosuk katabolisme karbohodrat dan lemak pada tingkat depot metabolik umum dan SAS mencakup pemindahan, oembuangan, dan pembentukan gugus asam amino. Reaksi transaminase, konversi satu asam amino ke asam keto yang bersangkutan bersama dengan konversi asam keto lainnya menjadi satu asam amino, terjadi di banyak jaringan. Transaminase bersifat reversibel bebas dan enzim transaminase dapat bekerja baik pada proses katabolisme asam amino maupun dalam biosintesinya. Setiap enzim transaminase bersifat spesifik untu satu pasangan substrat tapi tidak spesifik untuk pasangan lainnya. Pada keadaan patologis kadar transaminase serum akan meningkat. Contohnya adalah meningkatnya aspartat aminotransferase seru setelah terjadi infark miokardium. Deaminasi oksidatif asam amino terjadi di hati. Satu asam amino dibentuk dengan dehidrogenasi dan senyawa ini dihidrolisis menjadi asam keto, dengan menghasilkan NH 4+. NH4+ memiliki keseimbangan dengan NH3. Asam amino dapat mengambil NH4+, membentuk amida. Contohnya adalah pengikatan NH4+ di dalam otak oleh glutamat. Reaksi balik terjadi di ginjal dengan konversi NH4+ menjadi NH3 dan sekresi NH3 kedalam urine. NH3 beraksi dengan H+ di urine untuk membentuk NH4+, sehingga memungkinkan lebih banyak H+ diskresi ke dalam urin. Leusin, isoleusin, fenilanalin, dan tirosin dikatakan ketogenik karena asam amino ini dkonversi menjadi badan keton asetoasetat. Alanin dan banyak asam amino lain adalah glukogenik dan glukoneogenik, yaitu mereka menghasilkan senyawa yang dengan mudah

dapat dikonversi menajdi glukosa. Kebanyakan NH4+ yang terbentuk dengan deaminasi asam amino dihati akan dikonversi menjadi urea dan urea akan dieksresi di dalam urin. NH4+ akan membentuk karbamoil fosfat dan di mitokondria gugus ini akan ditransfer ke ornitin untuk membentuk sitrulin. Enzim yang berperan adalah ornitin karbamoiltransferase. Sitrulin dikonversi menjadi arginin, setelah itu ureanya akan dipisahkan dan ornitin akan dihasilkan kembali. Kebanyakan urea akan dibentuk didalam hati, dan pada penyakit hati berat nitrogen urea darah turun dan NH3 darah meninggi. Defisiensi ornitin karbamoiltransferase kongenital dapat juga menyebabkan keracunan NH3 sekalipun pada orang-orang yang heterozigot untuk defisiensi ini. Sintesis urea ini akan meningkat pada keadaan kelaparan dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.8 Sebagian besar lemak alam merupakan senyawa yang terbentuk dari asam lemak dan gliserol ( C, H, O). Lemak dalam bentuk cair (minyak) lebih mudah dicerna dibandingkan dengan lemak yang padat (lemak jenuh). Adapula lemak yang dipanaskan sedikit saja sudah menjadi cair disebut sebagai lemak tidak jenuh, misalnya mentega. Disamping fungsinya sebagai bahan bakar tubuh, asam lemak ini berguna sebagai pelarut berbagai vitamin (A,D,E,K). Lemak dalam keseharian dapat kita temukan dalam makanan yang mengandung daging berlemak, kuning telur, otak, makanan laut, dan produk susu seperti margarin dan mentega. Sifat umum lemak yaitu relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform, alcohol dan benzena. Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, dan derivat lipid. Lipid sederhana adalah ester asam lemak dengan berbagai alkohol, misalnya lilin dan minyak. Lipid majemuk adalah ester asam lemak yang mengandung gugus lain selain alkohol dan asam lemak yang terikat pada alkoholnya, misalnya fosfolipid, glikolipid, solfolipid, amino lipid dan lipoprotein. Derivate lipid misalnya alkohol, asam lemak, gliserol,steroid, lemak-lemak aldehid, dan vitamin A, D,E,K. Dalam makanan lipid dapat berbentuk triasilgliserida, fosfolipid, dan kolesterol. 95 % dari makanan kita adalah mengandung trigiseraldehid. Fosofolipid memiliki fungsi untuk bahan penyusun membran sel, regulasi metabolisme kolesterol, dan sebagai surfaktan pada paruparu. Kolesterol bisa didapat dari makanan dan hasil sintesis tubuh. Kolesterol dapat dieksresikan oleh tubuh melalui empedu.2 Pemecahan lemak menjadi asam lemak, monogliserida, kolin dan sebagainya, terjadi hampir semuanya secara eksklusif dalam duodenum dan jejunum, melalui kerja sama antara garam-garam empedu dan lipase pancreas, dalam lingkungan pH yang lebih tinggi yang disebabkan oleh ion bikarbonat.1 Fungsi dari lemak adalah sebagai energi cadangan, pembentukan membrane sel, sebagai bahan bakar

tubuh, bersama protein sebagai alat angkut, penggerak hormone, agen pengemulsi, dan melindungi organ tubuh lain.2,3 Perlemakan hati terjadi bila ada penimbunan triasilgliserol dalam hati yang kronis sehingga dapat menyebabkan fibrosis sel hati-sirosis hepatik. Perlemakan hati dapat disebabkan oleh (1) peningkatan kadar asam lemak bebas darah, karena kelaparan, makanan tinggi lemak, dan diabetes melitus. (2) Hambatan pembentukan VLDL, karena (a) gangguan sintesis dari apolipoprotein, gangguan sintesis lipoprotein, dan gangguan mekanisme sekresi lipoprotein. (3) Hambatan sintesis fosfolipid, karena defisiensi kolin dan asam lemak esensial.1 Kesimpulan Manusia membutuhkan makanan untuk menghasilkan energi dan melakukan aktivitas, untuk itu manusia harus mengkonsumsi bahan makanan yang dapat memenuhi kebutuhannya setiap hari. Semua bahan makanan yang dikonsumsi harus sesuai kebutuhan, karena apabila makanan yang dikonsumsi berlebihan atau kekurangan akan mengakibatkan kelainan pada tubuh. Selain itu kelainan pada tubuh selain bisa disebabkan karena intake makanan, bisa juga disebabkan karena gangguan metabolisme tubuh. Metabolisme dalam tubuh bertujuan untuk menghasilkan ATP dari bahan makanan tersebut. Daftar Pustaka 1. Murray R K, Granner D K, Mayes P, Rodwell V W. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003.h. 152-216. 2. Barker HM. Nutrition and dietetics for health care. 10th ed. USA : Elsevier Limited ; 2002. 3. Djaeni A. Ilmu gizi. Jakarta : IKAPI. 2008.h.31-221 4. Lehninger AL, Thenawidjaja M (editor). Dasar-dasar biokimia. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2006. 5. Medicinesia. Sistem respirasi: asam basa, bioenergetika, dan toksisitas oksigen. 24 Juni 2011. Diunduh dari http://www.medicinesia.com, 23 Oktober 2011. 6. Citric acid cycle with aconitate 2. 15 October 2010. Diunduh dari

http://en.wikipedia.org/wiki/File:Citric_acid_cycle_with_aconitate_2.svg. 7. Wirahadikusumah M. Biokimia : metabolisme energi, karbohidrat, dan lipid. Bandung: Penerbit ITB ; 1985. 8. Ganong WF, Widjajakusumah HMD (editor). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2003.

Anda mungkin juga menyukai