Anda di halaman 1dari 5

HEMODINAMIKA

Definisi : ilmu mengenai pergerakan darah dan daya yang berperan di dalamnya. Hemodinamika
mempengaruhi fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh dan melibatkan fungsi jantung (mekanisme sirkulasi).
- Fungsi sirkulasi : memenuhi kebutuhan jaringan tubuh, untuk mentranspot zat makanan ke jaringan tubuh,
untuk mentransport produk-produk yang tidak berguna, untuk menghantarkan hormon, dan lain sebagainya.
- Prinsip dasar yang mendasari keseluruhan fungsi dari sistem sirkulasi :
1. Kecepatan aliran darah ke setiap jaringan tubuh hampir selalu diatur sesuai dengan kebutuhan jaringan.
2. Curah jantung terutama dikendalikan oleh penjumlahan seluruh aliran darah setempat. Bila darah
mengalir ke jaringan, darah akan segera kembali ke vena dan menuju jantung. Sehingga jantung
berespon secara otomatis terhadap peningkatan aliran darah ini untuk pemompaan. Hal ini juga sangat
memerlukan bantuan dari sinyal saraf khusus untuk pemompaan agar sesuai dengan jumlah aliran yang
dibutuhkan.
3. Pada umumnya, tekanan arteri dikendalikan secara mandiri dengan pengaturan aliran darah setempat
atau pengaturan curah jantung.
Jantung
Jantung merupakan salah satu organ vital yang memiliki dua fungsi utama, yaitu:
- Pompa (pump function), termasuk miokardium,katup dan sistem konduksi.
- Sirkulasi (circulatory function), sebagai sirkulasi umum bersama pembuluh darah.
Jantung terbagi menjadi 4 ruangan, yaitu: atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri, serta
mempunyai 2 jenis katup,yaitu: katup atrioventrikularis kanan (tricuspid valve) dan kiri (bicuspid valve/mitral
valve), serta katup semilunaris (pulmonic valve dan aortic valve).
Rangkaian anatomi aliran darah : vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonalis, paru-paru, vena
pulmonalis, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola,kapiler,venula, vena, dan kembali ke vena kava.
Sirkulasi sistemik mencakup suplai darah ke semua jaringan kecuali paru, dibagi dalam lima anatomi:
a. Arteria : dinding mengandung banyak jaringan elastis dan sebagian otot polos, jaringan ini terisi 15%
volume total darah, merupakan sirkuit bervolume rendah tetapi bertekanan tinggi.
b. Areriola : dinding terdiri dari otot polos dengan sedikit serabu elastis, sangat peka serta dapat berdilatasi
(tidak memberikan resistensi terhadap aliran darah) atau berkontraksi (tempat resistensi utama aliran darah
dalam cabang arterial).
c. Kapiler : dinding tipis terdiri dari satu lapis sel endotel, keseimbangan tekanan hidrostatik dan osmotik
jaringan kapiler mempengaruhi perpindahan cairan.
d. Venula : berfungsi sebagai saluran pengumpul, terdiri dari sel-sel endotel dan jaringan fibrosa.
e. Vena : saluran berdinding tipis dan berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena,
masuk ke atrium kanan, dapat menampung darah dalam jumlah banyak dengan tekanan relatif rendah.
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan epikardium jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke
miokardium melaui cabang-cabang intramiokardial yang kecil.
Arteria koronaria utama adalah arteria koronaria kanan (RCA) dan arteria koronaria kiri (LCA), dimana LCA
bercabang menjadi arteri desenden anterior kiri dan arteria sirkumfleksa kiri.
Arteria koronaria terdiri dari 3 lapisan : intima (sel endotel,melindungi integritas dinding arteri & menyekresi
zat vasoaktif), media (sel otot polos yang memberikan respon terhadap vasoaktif dengan kontraksi atau dilatasi)
dan adventitia (bagian terluar, memberikan kekuatan utama bagi dinding pembuluh arteria).
Vena jantung meliputi sinus koronarius (mengalirkan sebagian besar darah vena melalui ostium sinus koronarius
dan kedalam atrium kanan), vena koronaria anterior (mengalirkan sebagian besar darah vena ventrikel kanan
langsung kedalam atrium kanan) dan vena thebesia (mengalirkan sebagian kecil darah vena dari semua daerah
miokardium langsung kedalam bilik jantung).
Sistem Konduksi

Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik.

Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :


Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
Ritmisasi : kemampuan membentuk impuls yang teratur.

Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls.


Daya rangsang :kemampuan untuk bereaksi terhadap rangasang.
Terdiri atas :
Sinoatrial (SA) node Pertemuan antara vena kava superior dengan atrium kanan
Secara normal melepaskan impuls dengan kecepatan lebih cepat dari pada sel jantung lain dengan
otomatisasi 60-100 denyut/menit. Jaringan khusus ini bekerja sebagai pemacu jantung normal.
Atrioventricular (AV) node dekat ostium sinus koronarius/bawah septum interatrial
Bekerja menghantarkan dan memperlambat potensial aksi atrial sebelum mengirimnya ke ventrikel.
Bundle of His Membranous interventricular hingga apex dari septum
Right and Left bundle branch Endokardium ventrikel
Sistem Purkinje
Perjalanan Konduksi
1) Potensial aksi pada otot jantung timbul pertama kali di SA node yang terletak di atrium kanan. Oleh
karena itu kontraksi otot pertama kali terjadi di atrium kanan. Peran SA node tersebut di atas
menyebabkan pada keadaan normal (pacemaker).
2) Stimulus menyebrangi antar sekat dan mencapai AV node. Peristiwa ini terjadi dalam waktu 50 ms. Di
sini junctional fiber berfungsi untuk memperlambat tibanya potensial aksi di AV node. Dengan
demikian pada periode diastole waktu pengisian bias optimal.
3) Terjadi delay (perpanjangan) pada AV node sekitar 150 ms dan kontraksi atrium terjadi
4) Impuls berjalan di sepanjang septum interventrikular dalam bundle AV dan bundle brunch menuju serat
purkinje selama kira-kira 175 ms.
5) Impuls yang dihantarkan oleh serat purkinje dan disampaikan melewati miokardium ventricular.
Kontraksi atrium lengkap dan kontraksi ventrikel dimulai. Peristiwa ini membutuhkan waktu 225 ms
Elektrofisiologi Jantung

Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium dan kalsium)
bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan
apa yang dinamakan potensial aksi jantung.

Terdapat 2 jenis potensial aksi yaitu respon cepat dan respon lambat, digolongkan berdasarkan kekuatan
depolarisasi primer, baik saluran Na + cepat atau Ca++ lambat. Potensial aksi respon cepat dijumpai pada sel
otot atrium, ventrikel serta serabut Purkinje. Potensial aksi respon lambat dijumapi pada nodus SA dan AV.

Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi artinya terdapat perbedaan
muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan negatif dan bagian luar yang bermuatan
positif.

Potensial aksi terdiri dari 5 fase:


1) Fase istirahat (fase 4)
Terjadi perbedaan potensial, di dalam sel(-) di luar sel(+) yang menyebabkan terjadinya polarisasi akibat
permeabilitas terhadap Na-K terutama K. Selanjutnya K akan merembes keluar sel.
2) Depolarisasi cepat (fase0) - upstroke
Akibat permeabilitas Na meningkat kemudian Na akan masuk melalui saluran cepat menyebabkan
keadaan didalam(+) diluar(-)
3) Repolarisasi parsial-fase 1 (spike)
Mendadak terjadi perubahan kadar ion sebagai penyeimbang, ion negative akan masuk, kemudian trjadi
inaktivasi saluran Na .
4) Plateu (fase 2)
Tidak terjadi perubahan muatan listrik, ion masuk seimbang dengan ion yang keluar. K, Na, Ca masuk
melalui saluran lambat.
5) Repolarisasi cepat fase 3(down upstroke)
Aliran Ca & Na inaktif, permeabilitas thd K meningkat, kalium akan keluar menyebabkan keadaan di
dalam(-) dan diluar(+).
Ada 2 jenis refrakter dalam fase siklus elektrofisiologi jantung yaitu :
a. Periode Refrakter Absolut

Sejak awal fase 0 sampai fase 3, sel jantung akan mengalami fase refrakter absolut yang berarti saat ini
serat otot jantung tidak dapat di aktivasi ulang walaupun diberi stimulus yang cukup kuat.
b. Periode Refrakter Relatif
Menuju pertengahan fase 3 dan tepat sebelum fase 4 sel jantung akan mengalami fase refrakter relatif
yang berarti apabila saat ini sel otot jantung diberi stimulus yang lebih kuat dari stimulus normal bisa
menyebabkan terbentuk potensial aksi.
Curah Jantung (Cardiac Output)
(CO), refleksi dari fungsi jantung
Diartikan sebagai jumlah darah yang dipompakan oleh jantung selama 1 menit.
CO = Heart Rate x Stroke volume
Laju Jantung (Heart Rate)
Normal 60 - 100 x/menit.
Dapat berpengaruh terhadap CO dengan cara meningkat atau menurun di luar batas normal.
Jika HR naik & tidak kembali ke nilai normal,waktu sistolik memendek & CO
Jika HR turun <40 x/menit, CO
Isi sekuncup (Stroke Volume)
Volume darah yang masuk tiap kali ventrikel berkontraksi.
Determinan dari isi sekuncup (SV):
1. Beban Awal (Preload)
Volume darah ventrikel pada akhir fase diastolik (end diastolic volume).
2. Beban Akhir (Afterload)
Tekanan ventrikel kiri harus cukup untuk mengejeksi isinya selama sistol. Tekanan di aorta & resistensi
vaskular sistemik menetukan afterload. Ventrikel harus memiliki tekanan yg cukup untuk dapat membuka
katup aorta. Biasanya dianggap sebagai tahanan terhadap outflow dan dinyatakan sebagai systemic vascular
resistance (SVR).
3. Kontraktilitas
Merupakan kemampuan kontraktil ventrikel. Bergantung pada interaksi antara serabut actin & myosin sel
miokard. Kontraktilitas sangat tergantung pada preload dan afterload. Preload dapat dinilai dari Central
Venous Pressure(CVP). CVP menunjukkan right ventricular end diastolic pressure. CVP rendah
menunjukkan volume intravaskuler rendah, yang berkaitan dengan PAOP (PulmonaryArtery Occlusion
Pressure) rendah dan preload rendah. Afterload dapat dinilai dari Systemic Vascular Resistance (SVR) atau
Systemic Vascular Resistance Index (SVRI) dan Pulmonary Vascular Resistance (PVR). SVR, SVRI
ataupun PVR yang rendah menandakan adanya afterload yang rendah.
SVR dan SVRI dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

SVR=

CI =

MAPCVP
MAPCVP
X 80 SVRI =
X 80
CO
CI

CO
TB x BB
BSA=
BSA
3600

Keterangan:
SVR : Systemic Vascular Resistance
MAP : Mean Arterial Pressure
CVP : Central Venous Pressure
SVRI : Systemic Vascular Resistance Index
CI : Cardiac Index
CO : Cardiac Output
BSA : Body Surface Area
TB : Tinggi badan (cm)

BB : Berat badan (kg)

Parameter Hemodinamika
1. Non invasif : Monitoring tekanan darah (Manual Blood Pressure)
2. Invasif :
a. Artery line (canulasi). Pasang canulasi pada arteri, monitor tekanan darah secara kontineu yang akan
terlihat pada layar monitor. Dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah serta dapat pula untuk
mengambil darah arteri untuk analisis gas darah.
b. Central Venous Pressure (CVP). Letak: Vena Jugularis Interna,Vena subclavia,Vena femoralis. Indikasi:
Bila infus vena sulit
Mengukur CVP
Iritasi obat : vasokontriktor (dopamin,Levoped), TPN ( Total Parentral Nutrisi)
Penempatan Pulmonary kateter
Penempatan Temporary Pacemaker.
c. Pulmonary Artery Catheter ( Swan Ganz).
Untuk mengetahui dinamika fungsi sirkulasi.
Indikasi : Guidelines untuk diagnosis & manajemen pasien, Perioperative setting
KONTROL TEKANAN DARAH

Pusat kardiovaskuler di otak berada di formasio retikularis dan terletak di medula oblongata bagian
bawah dan di pons.

Apabila terjadi perubahan tekanan darah, maka pusat kardiovaskuler mengaktifkan sistem saraf otonom,
sehingga terjadi perubahan stimulasi simpatis dan parasimpatis ke jantung dan selanjutnya akan terjadi
perubahan stimulasi simpatis ke seluruh sistem pembuluh darah.

Faktor mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer, dan volume
atau aliran darah.

Kontrol terhadap tekanan darah bergantung pada sensor-sensor yang secara terus menerus mengukur
tekana darah dan mengirim informasinya ke otak. Berbagai hormon dan mediator kimiawi lokal berperan
dalam mengontrol tekanan darah.
Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan keseluruh tubuh. Tekanan
puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan
terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah
a) Kekuatan memompa jantung
Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastol. Kontraksi
dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut sistol atrial, pengendorannya adalah diastol atrial. Serupa
dengan itu kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Dan yang dari
ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan
tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi
tugasnya hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.
b) Viskositas (kekentalan) darah
Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada di dalam aliran darah.
Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan
oleh cairan terhadap dinding tabung yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin
pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh.
c) Elastisitas dinding pembuluh darah

Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih
elastis daripada yang ada pada vena.
d) Tahanan tepi (resistensi perifer)
Tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran
darah dalam sistem sirkulasi besar berada di dalam arteriol,dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada
tempat ini. Arteriol juga menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak
kelihatan di dalam kapiler dan vena.
e) Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit
Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena panas dan mengadakan kontraksi
(mengecil) apabila kena dingin, sehingga bekerja seperti termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar
tetap normal. Kalau arteri-arteri kecil ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh karena itu
panas akan menurukan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-sel otak menjadi kurang aktif
karena sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen dan glukosa yang biasanya tersedia.
Pengukuran Tekanan Darah
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran
tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri
dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat
dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas manset
yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini
dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam
milimeter air raksa (mmHg) yang dihantarkan oleh arteri brakialis.
Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung.
Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom
yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah,
volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan
dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan
mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis.
Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam tubuh. Ginjal juga
memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang
menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari beberapa
organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan
beberapa hormon seperti adrenalin dan aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin, yang juga berperan penting dalam
pengontrolan tekanan darah.
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian
mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan
nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi
tekanan darah tinggi.

Anda mungkin juga menyukai