Anda di halaman 1dari 15

Algoritma takikardia dengan nadi ACLS 2005

(KLIK DISINI UNTUK MEMPERBASAR GAMBAR)


Sistem Konduksi Jantung

Bila Anda menginginkan animasi EKG yang lain lengkap dengan keterangan gambar
animasi, unduh disini

Sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang terdiri
dari :

1. SA Node ( Sino-Atrial Node )


Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node
ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan
frekuensi 60 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan
seluruh atrium terangsang

2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)


Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam
AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA
Node yaitu : 40 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih
rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node
rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.

3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
1. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
2. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang
lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang.
Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan
impuls dengan frekuensi 20 40 kali permenit.

A. Bentuk Gelombang dan Interval EKG


Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan
penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Gelombang gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal
dan voltase vertikal. Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai
berikut :

1. Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal
dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus
sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan normal
berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta
mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi
gelombang P. misalnya, irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat menimbulkan
inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.

2. Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini
tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus
AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR yang
abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks jantung
tingkat pertama.

3. Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak
massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop cepat,
normalnya lamanya komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan
penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang (bundle
branch block) akan melebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari
ventrikel seperti takikardia juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS
oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls melalui ventrikel di pintas.
Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan
massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa depolarisasi ventrikel. Tetapi
besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang
tercatat pada elektrokardiografi.

4. Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu
lemah dan tidak tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan
dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark.
Penggunaan digitalis akan menurunkan segmen ST.

5. Gelombang T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal
gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan.
Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan
kadar kalium serum) akan mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.

6. Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata rata adalah 0,36 sampai 0, 44
cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada
pemberian obat obat antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace)
dan amiodaron (cordarone).

Mekanisme Kerja Otot Jantung Dan Sistem Konduksi Jantung

Di dalam jantung terdapat suatu mekanisme khusus yang


menyebabkan kontraksi otot secara terus-menerus yang disebut irama
jantung, menjalarkan potensial aksi ke seluruh otot jantung untuk
menimbulkan denyut jantung yang berirama. Jantung terdiri atas 3 tipe
otot jantung utama yakni: otot atrium, otot ventrikel, dan serabut otot
eksitatorik dan konduksi khusus. Tipe otot atrium dan ventrikel
berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya saja
durasi kontraksi otot-otot tersebut lebih lama. Sebaliknya, serabut-
serabut khusus eksitatorik dan konduksi berkontraksi dengan lemah
sekali sebab serabut-serabut ini hanya mengandung sedikit serabut
kontraktil, justru mereka memperlihatkan pelepasan muatan listrik
berirama yang otomatis dalam bentuk potensial aksi atau konduksi
potensial aksi yang melalui jantung, yang bekerja sebagai suatu sistem
eksitatorik yang mengatur denyut jantung yang berirama.

Masing-masing sel otot jantung saling berhubungan untuk membentuk

serat yang bercabang-cabang, dengan sel-sel yang berdekatan

disatukan ujungnya struktur khusus yang dinamai diskus

interkalaris. Di dalam lempeng ini terdapat dua jenis taut membran :

desmosom (suatu tipe taut yang secara mekanis menyatukan sel-sel,

sangat banyak terdapat di jaringan seperti jantung yang mengalami

stres mekanis berat) dan taut celah (daerah dengan resistensi listrik

rendah yang memungkinkan potensial aksi menyebar dari satu sel

jantung ke sel sekitarnya. Jantung sebenarnya terdiri atas dua

sintisium, sintisium atrium yang menyusun dinding kedua atrium dan

sintisium ventrikel yang membentuk dinding kedua ventrikel. Atrium

dan ventrikel dipisahkan oleh jaringan fibrosa yang mengelilingi

pembukaan katup AV yang terdapat di antara atrium dan ventrikel.

Biasanya, potensial tidak dihantarkan dari sintisium atrium menuju ke

sintrisium ventrikel secara langsung melalui jaringan fibrosa. Namun,

potensial ini dihantarkan hanya dengan sistem hantaran khusus yang

disebut berkas A-V, yaitu sebuah berkas serabut hantaran dengan

diameter beberapa milimeter. Pembagian sintisium menjadi dua

sintisium fungsional akan menyebabkan atrium berkontraksi sesaat


sebelum kontraksi ventrikel, yang penting bagi efektivitas pompa

jantung.
Karena sifat sintisium otot jantung dan sistem hantaran antara atrium

dan ventrikel maka impuls yang secara spontan terbentuk di satu

bagian jantung menyebar ke seluruh jantung. Oleh karena itu , tidak


seperti otot rangka, yang gradasi kontraksinya dapat dihasilkan

dengan mengubah-ubah jumlah sel otot yang berkontraksi di dalam

otot, serat otot jantung akan berkontraksi atau tidak sama sekali. Tidak

dapat terjadi kontraksi setengah hati. Kontraksi jantung dapat

berubah-ubah dengan mengubah kekuatan kontraksi seluruh otot

jantung.

Kontraksi sel otot jantung untuk menyemprotkan dipicu oleh potensial

aksi yang menyapu ke seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis

khusus sel otot jantung :

1. Sel kontraktil, yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung,


melakukan kerja mekanis memompa darah. Sel-sel ini dalam
keadaan normal tidak membentuk sendiri potensial aksinya.

2. Sebaliknya, sel jantung yang sisanya sedikit tetapi sangat


penting, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi khusus memulai
dan menghantarkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi
sel-sel jantung kontraktil.

Untuk memastikan rangsangan ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot

jantung, terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium, jaringan

konduksi ini memiliki sifat-sifat berikut ini:


Otomatisasi, kemampuan untuk menimbulkan impuls secara
spontan.

Ritmisasi, pembangkitan impuls yang teratur.

Konduktivitas, kemampuan menghantarkan impuls.

Daya rangsang, kemampuan berespons terhadap stimulan.

Aktivitas pemacu sel otoritmik jantung: paruh pertama potensial

pemacu disebabkan oleh menutupnya saluran K +, sedangkan paruh

kedua disebabkan oleh terbukanya saluran Ca 2+ tipe T. Jika ambang

telah tercapai maka fase naik pada potensial aksi disebabkan oleh

pembukaan Ca2+ tipe L, sedangkan fase turun disebabkan oleh

membukanya saluran K+.

Sel-sel jantung non-kontraktil yang mampu melakukan otoritmisitas

terletak di tempat-tempat berikut:

1. Nodus sinuatrialis (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di


dinding atrium kanan dekat pintu masuk vena kava superior.

2. Nodus atrioventrikular (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel


otot jantung khusus yang terletak di dasar atrium kanan dekat
septum, tepat di atas pertemuan atrium dan ventrikel.

3. Berkas His (berkas atrioventrikular), suatu jaras sel-sel


khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk dan masuk ke
septum antarventrikel. Di sini berkas tersebut terbagi menjadi
cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri septum,
melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel dan berjalan
balik ke arah atrium di sepanjang dinding luar.

4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur dari


berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti
ranting kecil dari suatu cabang pohon.
Impuls jantung berasal dari nodus SA, yaitu pemacu jantung yang

memiliki kecepatan tertinggi depolarisasi spontan ke ambang. Setelah

terbentuk, potensial aksi menyebar ke seluruh atrium kanan dan kiri,

sebagian difasilitasi oleh jalur penghantar khusus tetapi sebagian

besar karena penyebaran impuls dari sel ke sel melalui taut celah.

Impuls berjalan dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-

satunya titik kontak antara rongga-rongga tersebut. Potensial aksi

tertunda sesaat di nodus AV, untuk memastikan bahwa kontraksi

atrium mendahulukan kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel

sempurna. Impuls kemudian merambat cepat menuruni sekat

antarventrikel melalui berkas His dan cepat menyebar ke seluruh

miokardium melalui serat Purkinje. Sel-sel ventrikel sisanya diaktifkan

oleh penyebaran impuls dari sel ke sel melalui taut celah. Karena itu,

atrium berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti setelah suatu jeda

singkat oleh kontraksi ventrikel.


Potensial aksi sel-sel jantung memperlihatkan fase positif

berkepanjangan, atau fase datar, disertai oleh periode kontraksi yang

lama, untuk memastikan waktu ejeksi yang memadai. Fase datar ini
terutama disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca 2+ tipe L lambat.

Masuknya Ca2+ melalui saluran tipe L di tubulus T memicu pelepasan

Ca2+ yang jauh lebih banyak dari retikulum sarkoplasma. Pelepasan

Ca2+ yang diinduksi oleh Ca2+ ini menyebabkan siklus jembatan silang

dan kontraksi. Adanya periode refrakter yang lama dan fase datar yang

berkepanjangan menyebabkan penjumlahan dan tetanus otot jantung

tidak mungkin terjadi. Hal ini memastikan bahwa terdapat periode

kontraksi dan relaksasi yang bergantian yang esensial bagi

pemompaan darah.

Penyebaran aktivitas listrik ke seluruh jantung dapat direkam dari

permukaan tubuh. Rekaman ini (EKG) dapat memberi informasi

bermanfaat tentang status jantung.

Kesimpulan : Jantung bersifat self-excitable, memicu sendiri kontraksi

ritmiknya. Jantung juga mempunyai konduksi listrik sendiri sehingga

pengaturan ritmik jantung dapat terjadi tanpa adanya rangsang syaraf

apapun.

Referensi :
1. Guyton and Hall.2007.Fisiologi Kedokteran ed. 11.Jakarta:EGC.

2. Sherwood, Lauralee.2011.Fisiologi Manusia, dari Sel ke


Sistem.Jakarta:EGC.

3. Price, A. Sylvia.2005.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit ed.6.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai