NIM : P07520219014
Pembahasan
1. Selaput Jantung
Jantung dilapisi oleh selaput yang disebut pericardium, yang terbagi menjadi 2
lapisan, yaitu;
a. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan
selaaput paru
b. Pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, dan
disebut sebagai pericardium.
Diantara kedua lapisan selaput tersebut terdapat sedikit cairan pelumas yang
disebut cairan pericardium, dan berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat
gerak jantung saat memompa.
2. Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan;
a. Epikardium atau pericardium, merupakan lapisan yang paling luar dari dinding
jantung
b. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang berotot dan paling tebal
c. Endokardium, merupakan lapisan yang paling dalam yang langsung berhubungan
dengan ruang-ruag jantung.
3. Ruang-ruang Jantung
Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu:
a. Atrium
Atrium kanan, berfungsi sebagai penampung darah yang rendah oksigen dari
seluruh tubuh
Atrium kiri, berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru.
Kedua katup atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
b. Ventrikel
Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-
paru melalui arteri pulmonalis.
Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh
melalui aorta
4. Katup-katup Jantung
a. Katup atrioventrikuler, terletak antara atrium dan ventrikel, yaitu:
Katup tricuspid, mempunyai 3 buah daun katup yang terletak antara atrium
kanan dan ventikel kanan.
Katup bicuspid atau katup mitral, mempunyai 2 buah daun katup yang terletak
antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
b. Katup semilunar
Katup pulmonal, terletak pada arteri pulmonalis
Katup aorta, terletak pada antara ventrikel kiri dan aorta.
5. Arteri Koronaria
Pada bagian atas daun katup aorta terdapat 3 buah penonjolan dinding aorta
yang disebut sinus valsava. Muara arteri koronaria terletak pada tonjolan-tonjolan ini
atau sinus valsava. Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik,
sirkulasi koroner terdiri dari : arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri.
Arteri koroner kiri Left Main Coronary Artery – LMCA, mempunyai dua
cabang besar yaitu ramus desenden anterior (Left Anterior Desendence – LAD) dan
ramus sirkumpleks (Left Ircumflex – LCX). Arteri ini melingkari jantung dalam dua
lekuk anatomis externa, yaitu: sulkus atrioventrikuler yang melingkari jantung
diantara atrium dan ventrikuler, dan sulkus interventrikuler yang memisahkan kedua
ventrikuler.
Pertemuan kedua lekuk ini di bagian posterior jantung merupakan sesuatu
bagian yang kritis dipandang dari sudut anatomi, yang dikenal dengan Kruks Jantung.
Arteri koroner kanan (Right Coronaria Artery – RCA), berjalan ke sisi kanan jantung
pada sulkusnatrioventrikuler kanan. Pada dasarnya arteri koronaria kanan member
makan pada atrium, ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam dari ventrikel kiri.
Meskipun nodus SA (Sino Atrial Node) letaknya di atrium kanan tetapi hanya 55%
kebutuhan nutrisinya dipasok oleh arteri-arteri koronaria kanan, sedangkan 42%
lainnya dipasok oleh cabang arteri sirkumplek kiri.
B. Pengertian
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau
irama keduanya. Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur
jantung. Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisis gelombang EKG. Disritmia
dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal implus serta mekanisme hantaran yang terlibat.
Misalnya, distritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan frekuensinya lambat
dinamakan sinus bradikardia.
Disritmia dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar
jantung. Ketidakseimbangan dapat disebabkan oleh aktivitas normal seperti latihan atau oleh
kondisi patologis, misalnya infark miokard. Pada infark miokard, terjadi peningkatan respon
miokardio terhadap stimulus akibat penurunan oksigenasi ke miokardium yang menyebabkan
peningkatan eksitabilitas.
Gangguan irama jantung atau disritmia tidak hanya terbatas pada ketidakteraturan
denyut jantung, tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi. Beberapa jenis
disritmia dapat muncul tanpa disertai adanya penyakit struktural pada jantung itu sendiri,
termasuk di sini adalah aritmia sinus, bradikardia sinus, tacikardia sinus, atrial prematur, dan
ventrikular beats. Ada juga disritmia yang muncul akibat kelainan organik pada jantung, yang
termasuk kelompok ini adalah tacikardia dan fibrilasi ventrikular, flutter dan fibirasi atrial,
serta blok jantung.
C. Etiologi
Beberapa faktor predisposisi yang bertanggung jawab terhadap tingginya insiden
aritmia adalah sebagai berikut :
a. Iskemia jaringan
b. Hipoksemia
c. Pengaruh sistem saraf otonom
d. Gangguan metabolisme
e. Kelainan hemodinamik
f. Obat-obatan
g. Ketidakseimbangan elektrolit
F. Manifestasi Klinis
1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, cyanosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas
tambahan (krekels, ronchi, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal, hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, odema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidak-seimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor halter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
4. Scan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, guinidin.
8. Pemeriksaan tyroid : Peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum dapat
menyebabkan meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimatri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti artimia kelas I : sodium channel blocker.
Kelas I A :
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistole atrial fibrilasi dan aritmia yang
menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
Kelas I B :
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
Kelas I C :
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
Anti aritmia kelas 2 (beta adrenergik blokade).
Atenolol, metoprolol, propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris
dan hipertensi.
Anti aritmia kelas 3 (prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.
2. Terapi mekanis
Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
Defibrilasi : Kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
Terapi pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer :
a. Airway
Apakah ada peningkatan sekret ?
Adakah suara nafas : krekels ?
Breathing
Adakah distress pernafasan ?
Adakah hipoksemia berat ?
Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
Apakah ada bunyi whezing ?
Circulation
- Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
- Apakah ada takikardi ?
- Apakah ada takipnoe ?
- Apakah haluaran urin menurun ?
- Apakah terjadipenurunan TD ?
- Bagaimana kapilery refill ?
- Apakah ada sianosis ?
b. Pengkajian sekunder
Riwayat penyakit
Faktor resiko keluarga contoh penyakitjantung, stroke, hipertensi.
RiwayatIM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi.
Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinanuntukterjadinya intoksikasi.
Kondisi psikososial
Pengkajian fisik
Aktivitas : kelelahan umum.
Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensiatau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menrun bila curah jantung menurun berat.
Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,
marah, gelisah, menangis.
Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadapmakanan,
mual muntah, peryubahan beratbadan, perubahan kelembaban kulit
Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
Nyeri/ketidaknyamanan : nyeridada ringan sampaiberat, dapathilangatau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyinafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkinada menunjukkan komplikasipernafasansepertipadagagaljantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas
miokardium.
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis.
3. Intervensi keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas
miokardium.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
Kriteria hasil :
Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh tekanan
darah/nadi dalam rentang normal haluaran urine adekuat nadi teraba sama, status
mental biasa.
Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
1) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan. Laporkan variasi penting pada TD/frekuensi
nadi, kesamaan, pernafasan, perubahan pada warna kulit/suhu, tingkat
kesadaran/sensori, dan haluaran urine selama episode disritmia.
R/ : Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan cepat untuk
mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan perfusi
jaringan.
2) Tentukan tipe disritmia dan catat irama (bila pantau jantung/telemetri tersedia).
a. Takikardi
R/ : Takikardia dapat terjadi dalam respons terhadap stres, nyeri, demam, infeksi,
hambatan arteri koroner, disfungsi katup hipovolemia hipoksia, atau sebagai
akibat penurunan tonus vagal atau penurunan aktivitas sistem saraf simpatis
dengan pengeluaran katekolamin.
b. Bradikardia
R/ : Bradikardia umum pada pasien dengan IM akut (khususnya inferior) dan
akibat aktivitas parasimpatis berlebihan, hambatan pada konduksi nodus SA atau
AV, atau kehilangan otomatisitas otot jantung.
c. Disritmia atrial
R/ : Denyutan atrial akut dan kronis dan/atau fibrilasi dapat terjadi karena
penyakit arteri koroner atau katup dan dapat atau bukan merupakan patologis.
Denyutan atrial cepat/ fibrilasi menurunkan curah jantung sebagai akibat tidak
penuhnya pengisian ventrikel (pemendekan siklus jantung) dan meningkatnya
kebutuhan oksigen.
d. Disrtimia ventrikel
R/ : PVC atau VPB menunjukkan iritabilitas jantung dan umumnya berhubungan
dengan IM, toksisitas digitalis vasospasme koroner, dan kesalahan letak lead pacu
jantung sementara. PVC sering, multipel atau multifokal mengakibatkan penurunan
curah jantung dan dapat menimbulkan potensial disritmia letal.
4) Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium contoh elektrolit.
R/ : Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium, magnesium, dan kalsium,
secara merugikan mempengaruhi irama dan kontraktilitas jantung
b. Kadar obat.
R/ : Menyatakan kadar terapeutik/toksik obat yang diberikan atau obat jalanan
dimana dapat mempergaruhi/berperanpada adanya disritmia.
c. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/ : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard yang menurunkan
iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
d. Berikan obat sesuai indikasi
R/ : Disritmia umumnya diobati secara simtomatik, kecuali untuk ventrikel
prematur, dimana dapat diobati secara profilaktik pada IM akut.
e. Kalium :
R/ : Memperbaiki hipokalemia mungkin perlu untuk mengakhiri beberapa
disritmia ventrikuler.
f. Antidisritmia :
- Kelompok Ia, contoh disopiramid (Norpace); prokainamid (pronestly);
quinidin (Ouinagulate).
R/ : Obat ini meningkatkan kerja potensial durasi dan periode refraktori
efektif, dan menurunkan respons membran. Berguna untuk pengobatan
denyut atrial dan ventrikel prematur disritmia berulang (contoh takikardiatrial
dan denyutan/librialis atrial.
- Kelompok Ib, contoh lidokain (Xylocain); fenitoin (Dilantin); tokainidin
(Tonocard); mekasilatine (Mexitil).
R/ : Obat ini periode refraktonnya lebih pende dan kerja tergantung pada jaringan
yang sakit dan kadar kalium ekstiaseluler.
- Kelompok Ic, contoh enkainid (Enkaid); flakainid (Tambocor); propafenon
(Rythnol).
R/ : Obat ini konduksi lambat dengan depresi nodus otomatik dan
menurunkan frekuensi konduksi melalui atrial, ventrikel, dan serat purkinje.
- Kelompok II, contoh propanolol (Inderal); nadolol (Corgrad); asebutolol
(monitan); asmolol (brevibloc).
R/ : Penyekat-b adrenergik mempunyai kandungan antiadrener-gik dan
menurunkan otomatisita. Sehingga berguna pengobatandisritmia yang terjadi
karena disfungsi nodus SA dan AV (contoh takikardi supraventrikuler, denyut
atrial atau fibrilasi).
- Kelompok III, contoh bretilium toslat (Bretylol); aminodaron.
R/ : Obat ini periode refraktorinya panjang dan lama kerja potensial. Juga
digunakan untuk menghentikan fibrilasi ventrikel, khususnya bila
lidokain/pronestil tidak efektif.
- Kelompok IV, contoh verapamil (Calan); nifadipin (procardia); ditiazem
(Cardizem).
R/ : Antagonis kalsium konduksi lambat melalui AV nodus untuk
menurunkan respons ventrikel pada takikard supra-ventrikuler, denyut
atrial/fibrilasi.
- Lain-lain contoh atropin sulfat, isoproterenol (Isuprel); glikosid jantung;
digitalis (lanoxin).
R/ : Berguna pada pengobatan bradikardi dengan meningkatkan nodus SA
dan konduksi AV dan meningkatkan otomatisitas.
g. Siapkan untuk/bantu kardioversi elektif.
R/ : Dapat digunakan pada fibrilasi atrial atau disritmia tidak stabil untuk
menyimpan frekuensi jantung normal/ menghilangkan gejala gagal
jantung.
h. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung.
R/ : Pacu sementara mungkin perlu untuk meningkatkan pembentukan
impuls atau menghambat takidisritmia dan aktivitas ektopik supaya
mempertahankan fungsi kardiovaskuler sampai pacu spontan diperbaiki
atau pacuan permanen dilakukan.
i. Masukan/pertahankan masukan IV.
R/ : Jalan masuk paten diperlukan untuk pemberian obat darurat.
B. Saran
Dengan terselesaikannya Makalah Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Gangguan
Konduksi Jantung ini diharapkan bagi mahasiswa keperawatan agar lebih bisa
mengidentifikasi dan membedakan gejala Aritmia dengan gejala penyakit yang ada pada
jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 vol 1. Jakarta :EGC
Huon H. Gray. 2005. Lecture Notes; Kardiologi. Edisi Keempat. Jakarta : EM
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2010/04/askep-disritmia.htm
http://dezlicious.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_05.html
http://blogilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan-disritmia.html