BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
Desain sistem kardiovaskuler yang tampaknya sederhana ini membungkus struktur dan
fungsi sirkulasi yang rumit namun logis, saling bergantung, baik dlam keadaan sehat atau
sakit. Setiap bagian dari system kardiovaskuler dapat menyesuaikan diri dan ikut
berpartisipasi dalam respons kardiovaskuler yang sangat terpadu pada proses penyakit.
Karena itu, pengertian tentang anatomi fisiologi kardiovaskuler merupakan persyaratan yang
perlu dikuasai sebelum mekanisme gangguan kardiovaskuler, serta keterbatasan dan
kemampuan dari respons-respons kompetensi sirkulasi.
Secara garis besar Sistem Kardiovaskuler berfungsi sebagai :
1.
Alat transportasi O2, CO2, hormon, zat-zat makanan, sisa metabolism dari dan ke jaringan
tubuh.
2.
Pengaturan keseimbangan cairan ekstra sel.
A. JANTUNG
1. Struktur dasar jantung
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum, yaitu diantara kedua paru-paru dan
agak condong ke sisi kiri (pada orang dewasa). Bagian dasar terbentang setinggi
interkosta
-2 lebih kurang 3cm dari sternum dan bagian puncak (apex)nya berada setinggi
interkosta- 5/6 kiri (gambar-1). Jantung merupakan suatu organ kecil dengan berat sekitar
250-300 gram yang dibungkus oleh selaput tipis elastis yang disebut pericardium.
Pericardium ini terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan sebelah dalam disebut pericardium
visceral yang mempunyai hubungan langsung dengan permukaan jantung, dan lapisan
sebelah luar disebut pericardium pariental yang bagian depannya menempel pada tulang
belakang, serta bagian bawahnya menempel pada diafragma. Diantara kedua lapisan
disebabkan oleh gerakan memompa dari jantung itu sendiri. Jika cairan terakumulasi di
rongga pericardium ( efusi pericardium ) akan menyebabkan penekanan pada otot
jantung, sehingga mengakibatkan menurunnya daya pompa jantung. Kondisi ini disebut
sebagai tamponade jantung.
Jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu :
- Epikardium yang merupakan lapisan terluar, mempunyai struktur yang sama dengan
pericardium visceral.
- Miokardium yang merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot yang
bertanggung jawab dalam menentukan kekuatan kontraksi
- Endokardium yang merupakan lapisan terdalam terdiri dari jaringan endotel yang
melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup-katup jantung.
Miokardium menerima suplai darah saat jantung relaksasi melalui arteri koronaria
yang berasal dari sinus valsava. Arteri ini bercabang 2 menjadi : A.Koronaria kanan dan
A.Koronaria kiri. A.koronaria kanan memperdarahi sinoatril (SA) Node, dan
atrioventikular (AV) Node dan sebagian atrium kiri. Arteri koronaria kiri bercabang lagi
menjadi : A.Koronaria kiri anterior dan A.Sirkumpleks yang mengirim darah ke atrium
kiri dan ventrikel kiri. Untuk lebih jelasnya suplai darah ke jantung di sajikan pada
gambar- 3
B. Pembuluh darah
Setiap sel didalam tubuh secara langsung tergantung pada keutuhan dan fungsi sistem
vascular, oleh arena darah dari jantung akan dikirim ke setiap sel melalui sistem tersebut.
Sistem vascular ini merupakan sirkulasi tertutup yang terdiri dari sirkulasi sitemik dan
sirkulasi pulmoner yang masing-masing dihubungkan dengan jantung sebelah kiri jantung
sebelah kanan.
Berdasarkan perbedaan struktur dan fungsinya pembuluh darah dibagi dalam 5 jenis
yaitu : arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.
1) Arteri
Arteri adalah pembuluh darah yang menerima darah jantung yang berisi zat-zat
pengatur untuk dikirimkan ke sel-sel seluruh tubuh. Arteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
Tunika intima (lapisan paling dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika
adventisia (lapisan paling luar). Tunika intima merupakan dinding yang licin yang
melancarkan aliran darah, tetapi mempunyai afinitas terhadap lemak tertentu sehingga
mempunyai kecenderungan untuk terbentuknya “plaque” selama pertambahan usia.
Tunika media adalah lapisan elastic yang berfungsi untuk menyesuaikan
dengan kekuatan denyutan.lapisan ini juga dipengaruhi oleh proses pertambahan usia
dan penyimpanan kalsium sehingga menyebabkan berkurangnya elastisitas. Lapisan
terluar disebut tunika adventisia, berfungsi menunjang arteri saat melewati suatu
jaringan.
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
11
2) Arteriola
Dinding arteriola terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastic. Dinding
berotot ini sangat peka dan dapat berdilatasi atau kontraksi untuk mengatur aliran
darah jaringan kapiler. Sebagai akibat dari kemampuan otot pembuluh darah untuk
mengubah-ubah diameter dengan cukup bermakna, maka arteriola menjadi tempat
resistensi utama aliran darah dari seluruh percabangan arteria. Akibatnya tekanan pada
kapilen akan turun mendadak, dan aliran berubah dari berdenyut menjadi aliran yang
tenang, sehingga memudahkan pertukaran nutrient pada tingkat kapiler. Pada
persambungan antara arteriola dan kapiler terdapat sfingter prekapiler yang berada
dibawah pengaturan fisiologis yang cukup rumit.
3) Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah kecilyang berdinding tipis,yang
menghubungkan arteri terkecil (arteriola) dengan vena terkecil (venula). Pada kapiler
inilah terjadi pertukaran zat-zat yang penting untuk kehidupan (zat makanan, oksigen,
dan zat-zat pengatur) dari darah kejaringan dan zat-zat sisa metabolism yang tidak
diperlukan tubuh dari jaringan kedalam darah.
4) Venula
Venula bberfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding otot yang
relative lemah namun peka. Pada pertemuan anara kapiler dan venula terdapat sfingter
postkapiler.
5) Vena
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari jaringan kembali ke
jantung. Dinding vena sama dengan arteri terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima,
tunika media dan tunika adventisia tetapi ada beberapa perbedaan diantaranya yaitu :
Vena kurang elastic
Mempunyai katup
Dinding vena lebih cepat kolaps
Pembuluh darah ini mempunyai perbedaan tekanan dimana daerah darimana darah
mengalir mempunyai tekanan lebih tinggi dibandingkan daerah berikutnya, sehingga
dengan demikian tekanan pada arteri lebih besar dari pada tekanan vena.
Beberapa faktor baik intrisik maupun ekstrinsik dapat menyebabkan perubahan
kecepatan aliran dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Daya kontraksi otot polos
pembuluh darah diatur oleh hormone terutama epinephrine dan sistem saraf simpatis,
dimana keduanya menyebabkan vasokontriksi. Epinephrine ini dapat berkaitan
dengan
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
13
reseptor ala maupun reseptor beta. Aktifitas reseptor alpa menyebabkan vasokontriksi
sedangkan aktifitas reseptor beta menyebabkan vasodilatasi.
Kebutuhan oksigen jaringan juga merangsang mekanisme pengaturan aliran darah
dimana hipoksia jaringan menyebabkan vasodilatasi. Faktor lain yang mempengaruhi
mekanisme pengaturan aliran adalah ketinggian, penyakit tertentu (anemia) dan obat-
obat tertentu.
6) Sistem limfatik
Sistem limfatik terbentuk dari pembuluh darah kecil, tipis dan menyerupai
vena yang melewati sebagian besar tubuh dengan fungsi utama menghasilkan imun
antibody. Selain itu juga melakukan fagositosis terhadap bakteri dan membuang sisa
metabolisme yang merupakan zat kimia dari sel, dimana keduanya dikirimkan melalui
saluran limfatik.
Saluran limfatik berada di sepanjang pembuluh vena, alirannya dipengaruhi
oleh aktifitas otot dan katup. Saluran ini diawali oleh saluran berupa lapisan limpe
yang mengalirkan cairan limfe (cairan yang menyerupai plasma) yang berada pada
jaringan menuju saluran limfe yang lebih besar. Aliran ini akan melewati kelenjar limfe
sebelum masuk kedalam duktus thoracicus yang kemudian bergabung dengan vena
jugularis pada leher. Kelenjar limfe ini akan membesar dan terlihat jika terjadi proses
infeksi pada tubuh. Kelenjar limfe tersebar di beberapa bagian tubuh tertentu.
KOMPETENSI 1
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi jantung
2. Mahasiswa mampu memahami fisologi jantung
TUGAS 1
1. Sebutkan bagian-bagian jantung pada gambar dibawah!
2. Jelaskan fungsi atau fisiologi dari bagian-bagian jantung seperti pada gambar dibawah !
JANTUNG
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
14
1 6
3 8
9
4 10
511
12
JAWABAN
NO NAMA NO NAMA
1 Vena Kava Superior 7
2 8 Atrium Kiri
3 9 Katup Mitral
4 10 Ventrikel Kiri
5 Ventrikel kanan 11
6 Aorta 12
FISIOLOGI JANTUNG !
NO NAMA FUNGSI
1 Atrium Kanan sebagai tempat penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh
tubuh.
2 Atrium Kiri sebagai penerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4
buah vena pulmonalis.
3 Ventrikel Kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis.
4 Ventrikel Kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh
melalui aorta
6 Katup Bicuspid mencegah agar darah yang sudah ada pada ventrikel kiri
kembali pada atrium kiri.
7 Katup Semilunaris mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis kiri ke
bilik selama diastole
Aorta
8 Katup Semilunaris mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis kiri ke
bilik selama diastole
Pulmonal
11 Vena Kava Inferior membawa darah yang berasal dari tubuh bagian bawah
menuju ke atrium bagian kanan jantung
12 Septum ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
13 Khordaetendinae ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
KOMPETENSI 2
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi pembuluh darah
2. Mahasiswa mampu memahami fisologi pembuluh darah
TUGAS 2
1. Sebutkan bagian-bagian pembuluh pada gambar dibawah!
2. Jelaskan fungsi atau fisiologi dari bagian-bagian pembuluh darah seperti pada gambar
dibawah !
PEMBULUH DARAH
13
14
15
16
JAWABAN
NO NAMA NO NAMA
13 15
14 16
FISIOLOGI JANTUNG !
NO NAMA FUNGSI
1 Vena membawa darah kembali ke jantung
KOMPETENSI 3
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi system konduksi jantung
2. Mahasiswa mampu memahami fisologi system konduksi jantung
TUGAS 3
1. Sebutkan alur system konduksi !
2. Jelaskan fungsi atau fisiologi dari bagian-bagian system konduksi seperti pada gambar
dibawah !
SISTEM KONDUKSI
17
18
19
20
21
JAWABAN
NO NAMA NO NAMA
17 Internodal pattway 19 AV Bundle
18 AV Node 20 Bundle branches
21 Purkinje fibers
FISIOLOGI SISTEM KONDUKSI !
NO NAMA FUNGSI
1 SA Node sebagai alat pacu alami pada jantung (pacemaker) dan
memegang peranan sebagai pengatur ritme jantung
4 AV Node 1) Impuls jantung ditahan selama 0,1 atau 100 ml/ detik, untuk
memungkinkan pengisian ventrikel selama atrium berkontraksi.
2) Mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel. AV node
dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 40-60 kali/ menit.
5 Bundle of His untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke sistem bundle branch.
6 Bundle Branch 1) Right bundle branch (RBB/ cabang kanan), untuk mengirim impuls ke
otot jantung ventrikel kanan.
2) Left bundle branch (LBB/ cabang kiri) yang terbagi dua, yaitu deviasi
ke belakang (left posterior vesicle), menghantarkan impuls ke
endokardium ventrikel kiri bagian posterior dan inferior, dan deviasi ke
depan (left anterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium
ventrikel kiri bagian anterior dan superior.
7 Right Bundle
Branch
TUGAS 4
1. Sebutkan fase-fase siklus jantung !
2. Jelaskan fase-fase siklus jantung seperti pada gambar dibawah !
SIKLUS JANTUNG
24
22
25
23
26
JAWABAN
NO NAMA NO NAMA
22 25
23 26
24
NO NAMA FUNGSI
1 Ventricular filling ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
2 Atrial Ejection ………………………………………………………………….
/ Atrial Systole ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
3 Isovolumetric ………………………………………………………………….
contraction ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
4 Ventricular ejection ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
5 Isovolumetric ………………………………………………………………….
Relaxation ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
KOMPETENSI 5
1. Mahasiswa mampu mengetahui persyarapan system kardiovaskuler
TUGAS 5
1. Jelaskan system persyarafan jantung seperti pada gambar dibawah !
PERSYARAFAN JANTUNG
NO NAMA FUNGSI
1 Simpatis ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
2 Parasimpatis ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
KOMPETENSI 5
31
27
32
33
28
34
29
35
30
JAWABAN
NO NAMA NO NAMA
27 32
28 33
29 34
30 35
31
Jelaskan system peredaran darah coroner beserta aliran balik vena jantung
NO NAMA
NO NAMA
1 System peredaran ………………………………………………………………….
darah Pulmonal
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
2 System peredaran ………………………………………………………………….
Darah ………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
BAB II
A. PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Stetoskop
2. Jam / penghitung waktu
3. Penggaris 2 buah
Cara Kerja
1. Bantu pasien mengatur posisi supinasi dan perawat berdiri disisi kanan menghadap
kelateral klien.
2. Tentukan lokasi sudut Louis dengan palpasi. Sudut ini terletak diantara manubrium
dan badan sternum. Ini akan terasa sperti bagian dari sternum.
3. Pindah jari-jari ke bawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba spasium
interkostalis ke-2. Area aorta terletak di spasium interkostalis ke-2 kanan dan area
pulmonal terletak pada spasi interkostalis ke-2 kiri.
4. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada
atau tidaknya pulsasi.
5. Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari anda ke bawah ke sepanjang tiga spasi
interkostale kiri menghadap ke sternum. Amati ada tidaknya pulsasi.
6. Dari area trikuspidalis, pindahkan tangan anda secara lateral 5-7 cm ke garis
midklavikularis kiri dimana akan ditemukan area apikal atau PMI (Foint Of
Maximum Impuls).
7. Inspeksi dan palpasi pulpasi pada area apikal. Sekitar 50% orang dewasa akan
memperlihatkan pulpasi apikal. Ukiran jantung dapat diketahui dengan mengamati
lokasi pulpasi apikal. Apabila jantung membesar maka pulpasi ini bergeser secara
lateral ke garis midclavikula.
8. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrik
di dasar sternum.
PERKUSI
Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
Perawat melakukan perkusi jantung hanya dalam keadaan sangat diperlukan. Perkusi
dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter (landasan) rapat-rapat
pada dinding dada. Perkusi dapat dikerjakan dari semua arah menuju letak jantung. Untuk
menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dikerjakan dari arah samping ke tengah dada.
Batas atas jantung diketahui dengan perkusi dari atas kebawah.
Perkusi dapat pula dilakukan dari arah sternum keluar dengan jari yang stasioner
secara paralel pada spasium interkostalis sampai suara redup tidak terdengar. Ukurlah jarak
dari garis midsternal dan tentukanlah dalam sentimeter.
Dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area jantung dilakukan karena
gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto torak anteroposterior.
AUSKULTASI
Aktifitas jantung dapat didengar dengan auskultasi. Pada tingkat dasar perawat perlu
mengetahui bunyi-bunyi jantung. Bungi jantung pertama (S1) timbul akibat penutupan katup
trikuspidalis dan mitralis. Biasanya S1 terdengar lebih keras daripada S2, namun nada S1
lebih rendah sedangkan nada S2 tinggi. S1 didiskripsikan sebagai bunyi "lub" dan S2 "dub".
Jarak kedua bunyi adalah 1 detik atau kurang.
Bunyi jantung kadang-kadang sulit didengar karena dinding torak terlalu tebal jarak
rongga antereroposterior terlalu besar atau karena kondisi-kondisi patologis tertentu. S1
terdengar lebih keras pada keadaan takhikardi misalnya setelah olahraga, pada saat emosi,
demam atau anemia. S2 juga dapat terdengar lebih keras misalnya pada penderita hipertensi.
Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung S1 dan S2 adlah periode sistole dan
periode diastole. Periode diastole adalah periode saat ventrikel berkonntraksi, yang dimulai
dari bunyi jantung pertama sampai bunyi jantung kedua. Diastole merupakan periode saat
ventrikel relaksasi yang dimulai dari bunyi jantung kedua dan berakhir pada saat atau
mendekati bunyi jantung pertama. Sistole biasanya lebih pendek daripada diastole.
I II I II I II
Sistol Diastol
Normal : S1 dihasilkan oleh penutupan katur AV dan berhubungan dengan permulaan sistol
ventrikel. Ini terdengar paling baik pada area apikal dan mitral.
Bunyi pertama keras : intensitas bunyi jantung pertama mungkin meningkatan saat
interval PR diperpendek, seperti pada takikardia atau daun katup mengalami penebalan
seperti stemosis mitral.
Bunyi keras pertama lemah : S1 lemah terdengar saat interval Pr memanjang.
Bunyi pertama pecah : S1 pecah, terdengar saat pengosongan ventrikel kanan terlambat.
Katup mitral menutup sebelum katup tricuspid dan “memecah” bunyi menjadi dua
komponen. Bunyi jantung kedua dihasilkan oleh penutupan kaktup semilunar (aoritik dan
pulmonak). Selama inspirasi terdapat peningkatan aliran balik vena kejantung kanan, yang
menyebabkan terlambatnya pengosongan ventrikel kanan dan penutupan katup pulmonik. Ini
memungkinkan dua komponen bunyi jantung kedua memisah atau pecah selama inspirasi.
Intensitas (kekerasan bunyi) S1 bervariasi dengan posisi daun katup Atrioventrikular
(AV) pada permulaan sistol ventrikel dan struktur dari daun katup (tebel/normal). Kerasnya
bunyi S1 dihasilkan ketika daun katup terbuka lebar pada awitan (onset) sistol ventrikel dan
berhubungan dengan interval pendek PK pada permukaan gambaran elektrokardiogram
(EKG). Pemanjangan interval Pr akan menghasilkan bunyi lemah S1 karena daun-daun katup
telah mempunyai waktu mengambang sebelum sisitol ventrikel. Stenosis mitral juga akan
meningkatkan intenstas dari S1 karena penebalan struktur katup.
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
30
Pada umumnya, S1 terdengar sebagai bunyi tunggal. Bila sistol ventrikel kanan
terlambat, bagaimanapun S1 mungkin pecah menjadi dua kompoen bunyi. Paling umum
pemecahan berhubungan dengan pola blok cabang berkas (bundle branch blok [BBB]) kanan
pada EKG. Pemecahan S1 terdengar paling baik diatas area tricuspid.
Penjumlahan Gallop,
Pada frekwensi Antung cepat, seperti pemendekan diastole ventrikel, S3 dan S4. Bila
keduanya ada, dapat bergabung bersama dan terdengar sebagai buni diastolik tunggal. Ini
disebut penjumlahan bunyi gallop. Bunyi ini terdengar pada apeks dan terdengar paling baik
pada bel stetoskop saat pasien berbaling membalik agak ke sisi kiri. Pada frekwensi jantung
cepat, S3 dan S4 menjadi terdengar sebagai bunyi tunggal, bunyi yang sangat keras terjadi
pada pertengahan diastole. Bunyi ini disebut penjumlahan gallop.
Murmur Jantung
Murmur jantung adalah bunyi yang dihasilkan oleh aliran darah maju melalui satu
katup yang sempit atau kontriksi kepembuluh ruang yang dilatasi, atau oleh aliran balik darah
melalui katup yang tak kompeten atau defek septal. Klasifikasi murmur didasarkan pada
ketetapan waktu pada siklus jantung. Murmur diastolic terjadi setelah bunyi S2 dan sebelum
awitan S1 selanjutnya. Murmur digambarkan selanjutnya menurut letak anatomi pada dada
anterior dimana bunyi jantung terdengar paling keras. Adanya penyebaan bunyi juga harys
diperhatikan. Kualitas bunyi yang dihasilkan digambarkan sebagai bunyi tiupan parau, bunyi
gaduh, atau bunyi music alami. Intensitas kekerasan bunyi murmur digambarkan dengan
menggunakan system tingkatan. Tingkatan 1 terdengar redup dan hamper tak terdengar;
tinkatan II adalah bunyi lembut; tingkatan III terdengar tapi tak teraba; tingkatan IV dan
tingkatan V murmur berhubungan dengan getaran yang teraba; dan murmur tingkatan VI
teraba tanpa setoskop.
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
32
Murmur Sistolik
Seperti dijelaskan sebelumnya, bunyi S1 dihasilkan oleh menutupnya katup mitrai dan
tricuspid serta menandakan awitan sistol ventrikel. Murmur terjadi setelah S1 dan sebelum S2
yang diklarifikasikan sebagai murmur sistolok.
Selama sisitolventrikel katup aortic dan pulmonik terbuka. JIka salah satu katup ini
stenosis atau enyempit, bunyi diklarifikasikan sebagai terdengar murmur ejeksi midsistolik.
Karena katup Av menutup sebelum darah diejeksikan melalui katup aortic dan pulmonik,
terdapat pelambatan setelah bunyi S1 dan pemulaan bunyi murmur. Murmur dihubungkan
dengan stenosis aortik dan stenosis pulmonik yang digambarkan sebagai kresendo-dekresendo
atau bentuk intan ( Gbr -7), yang berarti bahwa bunyi meningkat, kemudian menurun
intensitasnya. Kualitas bunyi murmur ini adalah bunyiparau dan nada unggi sedang. BUnyi
murmur disebabkan oleh stenosis aorta paling jelas diarea aortic dan dapat menyebar keleher.
Bunyi murmur stenosis pulmonik terdengar paling jelas di area pulmonik.
Murmur regurgitasi sistolik disebabkan oleh aliran darah balik darah dari area yang
bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Insufisiensi katup mitral atau tricuspid atau
defek sektum ventrikel akan menghasilkan regurgitas sisitolik murmur, yang mempunyai
kualitas parau dan tiupan. Bunyi digambarkan sebagai holosistolik, yang berarti murmur mulai
segera setelah S1 dan berlanjt sepanjang sistol sampai S2 (Gbr -8)
Insufisiensi mitral menghasilkan jenis murmur ini, terdengar paling mudah di area peks
dan menyebar ke area aksila. Jenis murmur ini menghubungkan dengan insufiensi tricuspid,
terdengar paling keras dibatas kiri bawah sternum dan intensitasnya meningkat selama
inspirasi. Murmur ini dapat menyebar ke apeks jantung.
Defek septal ventrikel juga menghasilkan bunyi parau, tiupan bunyi holosistolik
disebabkan oleh aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada septum
selama sistol. Bunyi murmur terdengar paling jelas di area interkostal keempat dan kelima
pada kedua sisi sternum, dan disertai dengan getaran yang teraba.
Aliran darah melalui aortic stenotik atau katup pulmonik akan menghasilkan kresendo -
dekresendo murmur ejeksi midistolik. Murmur holosistolik disebabkan oleh regurgitasi aliran
darah melalui katup mitral dan tricuspid yang tak kompeten. Aliran darah dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan melalui defek septal ventrikel juga akan menghasilkan jenis murmur ini.
Murmur Diastolik
Terjadi setelah S2 dan sebelum S1 berikutnya. Selama sisrol katup aortic dan pulmonik
sementara itu katup mitral dan tricuspid terbuka untuk memungkinkan pengisian ventrikel.
Insufisiensi katuppulmonik dan aortic menghasilkan suatu murmur diastolic tiupan yang
timbul segera setelah S2 dan mengalami penurunan intensitas sesuai regurgitasi aliran menurun
sepanjang diastole.
Murmur ini digambarkan sebagai murmur diastolic dekresondo awal (Gbr -9). Murmur
insutiensi aortic terdengar paling jelas diarea aortic dan dapat menyebar sepanjang batas
sternum kanan bawah ke apeks. Insufisiensi katup pulmonik menghasilkan bunyi murur yang
terdengar palinh jelas di area oulmonik.
Stenosis atau penyempitan katup matral atau tricuspid juga akan menghasilkan
murmur diastolic. Katup AV membuka pada middiastol dengan singkat setelah menutup,
menyebabkan perlambatan antara S2 dan mulainya murmur dari stenosis mitral dan tricuspid.
Murmur ini menurun dalam intensitas dari awitannya, kemudian meningkat lagi saat
pengisian ventrikel meningkat karena kontraksi atrium. Ini disebut dekresendo-kresendo.
Murmur berhubungan dengan stenosis mitral terdengar palinh jelas di apeks dengan
posisi pasien miring sedikit kesebelah kiri. Stenosis tricuspid menghasilkan bunyi murmur
yang meningkat dalam intensitas karena inspirasi dan terdengar paling .Murmur insufiensi
aortic atau pulmonik. Regurgitasi aliran melalui katup aortic atau pulmonik yang tak kompeten
menghasilkan murmur diastolic dekresendo.
Murmur pada stenosis katup mitral atau tricuspid adalah murur dengan frekwensi
rendah yang terdengar paling jelas dengan menggunakan bel stetoskop. Initerjadi setelah S2
dan mempunyai konfigurasi dekresendo dan kresendo.
Friction Rub
Suatu friction rub pericardial dapat terdengar ketika permukaan pericardial mengalami
inflamasi. Nada tinggi ini, bunyi kasar dihasilkan oleh gesekan bersama lapisan yang
meradang. Gesekan dapat didengar dimana saja di atas pericardium dengan menggunakan
diagfragma stetoskop. Gesekan dapat dipertajam dengan mengatur posisi pasien menghadap
ke depan dan menghembuskan nafas. Friction Rub pericardial, tidak seperti friction rub
preural, intensitasnya tidak bervariasi dengan invirasi.
Auskultasi harus dilakukan pada lima area auskultasi utama dengan menggunakan
stetoskop bagian diafragma kemudian dengan bagian bell. GUnakan tekanan yang lembut
sewaktu menggunakan bagian diafragma dan tekanan yang mantap sewaktu menggunakan
bagian bell. Lima area utama yang digunakan untuk mendengar bunyi jantung adalah : katup
aorta, pulmonalis, tricuspid, apical dan epigastrik.
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
34
Cara Kerja :
1. Pertahankan posisi pasien supinasi
2. Kaji ritme dan kecepatan jantung, perhatikan dan tentukan lokasi
3. Anjurkan pasien untuk bernapas secara normal dan kemudian tahan nafas saat
ekspirasi. Dengarkan S1 sambil melakukan palpasi nadi karotis. Bunyi S1 seirama
dengan saat nadi karotis berdenyut. Perhatikan intensitas, adanya kelainan/variasi,
penyaruh respirasi, dan adanya splitting S1 (bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu
yang sangat berhimpitan)
4. Konsentrasikan pada systole, dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya
bunyi tambahan seperti bunyi tambahan atau murmur sistolik
5. Konsentrasikan pada diastole yang merupakan interval yang lebih panjang dari pada
sistole, perhatikan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau
tidak.
6. Murmur diastolik. Durasi sistole dan diastole adalah sebanding pada saat kecepatan
jantung meningkat. Anjurkan pasien bernafas secara normal, dengarkan S2 secara
seksama untuk mengetahui apakah ada splitting S2 saat inspirasi.
7. Anjurkan klien untuk menghembuskan dan menahan nafas. Kemudian
menghirup/inhalasi dan menahan. Dengarkan S2 untuk mengetahui apakan S2 menjadi
bunyi tunggal atau tidak.
PERTIMBANGAN PEDIATRIK
Titik impuls maksimal(TIM) pada bayi biasanya dapat ditemukan dekat celah
interkostal ketiga atau keempat pada garis midklavikuler. Dinding dada tipis pada anak
mempermudah untuk mempalpasi TIM.
Frekuensi jantung pada anak-anak lebih berfariasi dibanding dengan merekan yang
telah dewasa, bereaksi lebih baik terhadap stress seperti, latihan, demam, atau tekanan ( seidel
et el., 1991)
PERTIMBANGAN GERONTOLOGIK
Dapat timbul kesulitan untuk menentukan lokasi TIM, karena dada menjadi dalam
pada orang lengkung diameter anteroposterior dan mungkin adanya skoliosis atau kiposis.
Orang lanjut usia mengalami penurunan curah jantung dan dengan demikina jantung berekasi
kurang efisien terhadap stress. Kegagalan jantung merupakan suatu gangguan yang umum
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
35
terjadi.
Kelelahan, gelisah, kehilangan kesadaran sesaat, atau kebingungan mungkin merupakan tanda-
tanda awal gagal jantung kongestif. (McGovcm dan kuhn, 1992)
Bunyi jantung tidak sekeras seperti bunyi pada klien yang lebih muda
FORMAT EVALUASI
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER
A. PERSIAPAN
1. Persiapan Pasien
a. Menginformasikan pada Memperkenalkan diri,
klien tentang prosedur menyampaikan maksud dan
tindakan tujuan serta kontrak waktu
b. Mengatur posisi klien Pastikan posisi klien terjaga
dengan aman
2. Persiapan lingkungan
B. PROSEDUR TINDAKAN
1. Alat-alat di dekatkan ke klien
Pastikan alat-alat berada di
sebelah kanan klien serta mudah
dijangkau
2. Perawat cuci tangan
pastikan prosedur cuci tangan
yang benar dan yakinkan tangan
pemeriksa bersih
3. Periksa keadaan umum klien
mengkaji kesadaran, menanyakan
keluhan klien tentang adanya
pusing, nyeri dada, dll
Periksa tekanan darah
pastikan manset sesuai dengan
ukuran yang cocok dengan usia
klien, manset diletakan 2 jari di
atas denyutan arteri brachial
(ruang ante kubiti)
Periksa nadi
pastikan nadi dihitung selama satu
menit, teratur atau tidak, lemah
atau kuat
Periksa pernafasan
Auskultasi
Arteri poplitea
C. TERMINASI Homan sign
Edema
Tugas 6
1. Buat kelompok masing-masing terdiri dari 6 orang, lakukan pemeriksaan fisik secara
bergantian sampai seluruh anggota kelompok melakukan pemeriksaan fisik !
2. Dokumentasikan hasil pemeriksaan fisik masing2 mahasiswa !
BAB III
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafik aktifitas listrik jantung.pada
EKG ini akan tergambar gelombang yang disebut gelombang P.QRS dan T,yang sesuai
dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui system konduksi pada otot
jantung.
Gelombang ini dicatat pada kertas grafik dengan skala waktu horizontal dan skala voltage
vertical
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
43
o 1 kotak
Horizontal= 0,40 second
Vertical= 1mm
KOMPETENSI 7
1. Mahasiswa mampu mengetahui ukuran kertas EKG
2. Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan perekaman dan intrepretasi EKG
TUGAS 7
1. Sebutkan ukuran kecepatan kertas EKG secara vertical maupun horizontal!
2. Jelaskan cara-cara perekaman EKG pada !
3. Lakukan perekaman EKG pada salah satu teman sekelas anda di laboratorium,
kemudian dokumentasikan hasil pemeriksaan tersebut
4. Intrepretasikan gambaran EKG
NAMA : TANGGAL
UMUR : WAKTU
NO REGISTER : NAMA PETUGAS
RUANGAN :
I aVR V1 V4
II aVL V2 V5
III aVF V3 V6
12
5
4
3
KERTAS EKG
1 2 3
4
NO KECEPATAN KERTAS
1
2
3
4
GAMBARAN EKG
4 6
2
1 5
NO NAMA DESKRIPSI
1
2
3
4
5
6
INTREPRETASI EKG
1. IRAMA : …………………………………………………………
…
2. RATE : …………………………………………………………
…
3. AXIS : …………………………………………………………
…
4. HIPERTROPI : …………………………………………………………
…
ATRIUM : …………………………………………………………
…
VENTRIKEL : …………………………………………………………
…
5. ISCHEMIA/INFARCTIO : …………………………………………………………
…
N
6. TOXISITAS DIGITALIS : …………………………………………………………
…
7. GANGGUAN : …………………………………………………………
KESEIMBANGAN …
ELEKTROLIT …………………………………………………………
…
BAB IV
MONITORING HEMODINAMIK
2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-obatan dan
dukungan mekanik.
3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac output dan index.
C. Kalibrasi
Sebelum dan selama pemantauan hemodinamik secara invasif dilakukan kalibrasi.
Kalibrasi merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui fungsi alat seperti
monitor dan tranducer dalam keadaan baik. Adapun tahapan untuk kalibrasi adalah
sebagai berikut:
1. Tentukan titik nol pada pasien yang didapat dari intercostal 4 sejajar sternum mid axila
ditarik garis lurus sejajar 3 way stopcock dari system flushing.
2. Menutup 3 way ke arah pasien dan membuka 3 way ke arah udara
3. Mengeluarkan cairan ke udara.
4. Menekan tombol kalibrasi sampai pada layar monitor terlihat angka nol.
5. Membuka 3 way ke arah pasien dan menutup 3 way ke arah udara.
6. Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik
MONITORING TEKANAN DARAH ARTERI
A. Pengertian
Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri ke
aorta dan ke sistemik arteri (Debra et al, 2001). Tekanan arteri sistemik terdiri dari:
1. Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri. Range normal berkisar 100- 130 mmHg
2. Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi, tekanan diastolik
menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dihadapi oleh jantung. Range
normal berkisar 60-90 mmHg
3. Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama siklus jantung. MAP dapat
diformulasikan dengan rumus : Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP menggambarkan
perfusi aliran darah ke jaringan
4. Pengukuran tekanan darah arteri secara invasif dilakukan dengan memasukkan kateter
ke lumen pembuluh darah arteri dan disambungkan ke sistem transducer. Tekanan
intra arteri melalui kateter akan dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu
disebar dan diteruskan pada osciloskope, kemudian diubah menjadi gelombang dan
nilai digital yang tertera pada layar monitor.
2. Volume darah
3. Umur
4. Resistensi perifer
5. Viskositas darah
6. Aktivitas
7. Elastisitas pembuluh
8. arteri
9. Berat badan
10. Emosi
C. Kontra indikasi relatif pada pemantauan tekanan darah arteri secara invasif
1. Pasien dengan perifer vascular disease
2. Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik
3. Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah terjadi infeksi,
seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau pada area yang sebelumnya
pernah dilakukan bedah vascular
Modul Praktikum Sistem Kardiovaskuler: Budi Rustandi
59
G. Teknik pengukuran
1. Cuci tangan
2. Yakinkan kateter arteri tidak tertekuk
3. Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
4. Lakukan kalibrasi
5. Membaca nilai yang tertera di layar monitor, pastikan morfologi gelombang tidak
underdamped atau overdamped
6. Mengkorelasi nilai yang tertera pada monitor dengan kondisi klinis pasien
7. Dokumentasikan nilai tekanan dan laporkan bila ada trend perubahan hemodinamik
H. Komplikasi
1. Hematoma
2. Perdarahan
3. Gangguan neurovaskuler
4. Iskemik atau nekrosis pada bagian distal dari pemasangan kateter
5. Emboli
6. Insuffisiensi vaskuler
7. Infeksi
Periksa adanya buble udara, bila terdapat Buble udara dapat membuat gelombang
adanya buble udara segera tekanan arteri menjadi overdamped, selain
itu juga menyebabkan emboli dikeluarkan
Periksa sistem tubing untuk mencegah Untuk memastikan semua sambungan selang
adanya kebocoran atau diskoneksi dari rapat, tidak ada kebocoran
sambungan
Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang menggambarkan
aliran darah ke jantung (Oblouk, Gloria Darovic, 2002).
Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava (Carolyn,
M. Hudak, et.al, 1998). Pada umumnya jika venous return turun, CVP turun, dan jika venous
return naik, CVP meningkat.
masuk ke sirkulasi. Kateter CVP dapat digunakan untuk memberikan obat vasoaktif
maupun cairan elektrolit berkonsentrasi tinggi.
6. Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker sementara.
T pada EKG
5. Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya
tricuspid valve saat diastol disertai aliran darah masuk ke
ventrikel kanan. Terjadi sebelum gelombang P pada
EKG
8. Cuci tangan
I. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 sampai 7 hari setelah insersi kateter.
Cairan iv atau darah terakumulasi di mediastinum atau rongga pleura
3. Aritmia ventrikel atau supraventrikel
4. Infeksi local atau sistemik. Biasanya kebanyakan kontaminasi mkrooorganisme
seperti s. avirus, s. epidermidis, gram negative – positif basil, dan intrococcus.
5. Overload cairan.
6. Pneumothoraks
A. Definisi
Pemantauan hemodinamik secara invasif melalui pembuluh vena dengan menggunakan sistem
tranduser tekanan yang digunakan untuk mengetahui tekanan di arteri pulmonal.
B. Tujuan
Memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah pulmonal dan ventrikel kiri.
Pemantauan hemodinamik menggunakan kateter arteri pulmonal diperkenalkan oleh
Swans dan Ganz tahun 1970, sejak menggunakan dobel lumen, balon/ tipped, sampai
lima lumen ditambah dengan kawat pacu jantung dan optikal kateter arteri pulmonal
yang sekarang dikenal sebagai kateter arteri pulmonal Swan Ganz, yang dapat
dikerjakandi tempat tidur pasien tanpa bantuan fluoroskopi. Dengan kateter ini
dimungkinkan dapat memonitor secara intermiten curah jantung, menentukan RVEV dan
EDV, secara kontinyu dapat memonitor RAV, saturasi oksigen vena campuran, pacing
atrium dan ventrikel, juga dapat digunakan mengkalkulasi SVR, PVR, oksigen transport
dan konsumsi, perbedaan arterio-venous oksigen dan fraksi shunt intra pulmonal.
Kateter arteri pulmonal yang tersedia untuk pediatric dan dewasa ukuran 60 -110 cm
panjangnya, kaliber 4.0 – 8.0 Fr, volume balon dari 0.5 – 1.5 ml, diameter balon dari 8 -
13 mm setiap 10 cm panjang kateter ditandai dengan garis hitam kecil, yang membantu
lokasi ujung kateter yang dimasukkan melalui sirkulasi sentral.
b. Balon
Terletak kurang dari 1 cm dari ujung kateter Inflasi balon dengan volume balon 0.5
– 1 cc dan deflasi secara pasif.
c. Lumen proximal (RA)
Terletak pada 30cm dari ujung kateter . Lumen ini di RA bila ujung arteri terletak
pada ujung arteri pulmonal dapat digunan untuk monitoring tekanan RA,
pemberian cairan intravena, atau elektrolit atau obat-obatan, sampel darah RA dan
menerima cairan injeksi pada pengukuran curah jantung. Seharusnya tidak boleh
untuk infus atau obat obat inotropik jika pengukuran curah jantung sering
dilakukan.
d. Termistor
Terletak kira kira 4 – 6 cm dari ujung kateter. Merupakan kawat yang sensitif
terhadap suhu, termistor yang dihubungkan dengan kabel curah jantung akan
menentukan “spot”. Pengukuran curah jantung mengikuti injeksi dari cairan
indikator dingin oleh pengukuran besarnya suhu tubuh yang berubah setiap saat.
Kateter termodilusi ini memiliki lima elektroda : 2 elektrode intra ventrikuler yang
terletak 18.5 dan 19.5 cm dari ujung kateter dan 3 elektroda intra arterial yang terletak
28,5 - 31 dan 33,5 cm dari ujung kateter, kateter ini dapat digunakan untuk pacing
atrial, ventricular dan atrio-ventrikular sequential. Indikasi untuk kateter arteri
pulmonal pacing ini meliputi: Blok jantung derajat 2 dan 3, Blok bivasikuler atau
trivasikular, tosixitas digitalis, bradikardia berat, ECG untuk diagnosis aritmia
komplek dan over drive takiaritmia.
E. Kontraindikasi
1. Tidak ada kontraindikasi absolute
2. Kontraindikasi realtif misalnya dengan gangguan koagulasi, prostetik jantung kanan,
pace maker endokardial, penyakit vaskuler berat.
F. Lokasi kateter
1. Pemasangan kateter dilakukan dengan kanulasi secara perkutan melalui vena
subklavia, batas bila melalui vena subklavia kanan RA 10 cm, RV 20 cm, PA 35 cm,
PWP 40 cm. Sedangkan melalui vena subklavia kiri, batas RA 15 cm RV 25 cm, PA
45 cm, PWP 50 cm.
d. Inflasi balon sesuai order dokter (umumnya setelah kateter mencapai atrium
kanan).
e. Monitor karakteristik perubahan bentuk gelombang dan adanya ektopik.
f. Catat bentuk gelombang dan tekanan saat kateter memasuki atrium kanan
sampai posisi PAWP
g. Deflasi balon, begitu didapatkan bentuk gelombang PAWP dan catat kembali
karakteristik bentuk gelombang PA.
h. Kunci kateter dan catat jarak masuknya.
i. Tutup tempat insersi dengan kasa steril, plester.
j. Dapatkan x-ray dada untuk informasi penempatan( kateter di bawah atrium kiri
3 cm di bawah karina atau ICS 5-6, panjang tidak boleh lebih 1/3 lapangan
paru.
7. Cuci tangan
J. Komplikasi
1. Kateter arteri pulmonal yang terpasang merupakan wadah yang baik untuk
mikroorganisme. Prinsip close sistem dan perawatan area tusukan serta steril harus
diperhatikan.
2. Kerusakan pembuluh darah oleh kateter yang keras. Pemasangan lama
3. Aritmia : VES atau SVT, migrasi secara spontan
4. Perdarahan saat pemasangan kateter
5. Tromboemboli oleh bekuan darah pada sebagaian atau seluruh kateterdan bermigrasi
ke tempat lain
Berlanjut mengalir ke dalam vena pulmonal dan jantung kiri. Kateter sensing tip
mencatat tekanan pada junction pertama, Dimana pembuluh darah dari bagian teroklusi
dan tidak teroklusi dari sirkulasi pulmonal bergabung. Poin ini adalah vena pulmonal.
Dengan kata lain,aktivitashemodinamik dari vena pulmonal ( yangmerupakan bagian aktif sirkulasi
pulmonal ) akan disense oleh ujung arteri pulmonal. Aktivitashemodinamikdi vena pulmonal
jugamerefleksikan aktivitas atrium kiri. Wedge,ujung kateter tip memberikanperkiraanaktifitas atrium
kiri kerenabagaimanapun,paru-paru
terletakantaraujungkatetertipdanLA,dengandemikiangelombangwedgemenggambarkanaktivitasLA,yang
bentukgelombangnyamiripdengangelombangRA,sebabtekanandiproduksiolehkejadianfisiologisyangsama.
Padaakhirdiastol,tekananmenyamakanantaraatriumkiridanventrikelkiri,demikianPAWP digunakansebagai
pengukurantidaklangsungtekananLV.
Hukum Frank starling sangat berlaku pada beban awal berhubungan dengan daya regang
maksimal fisiologis dengan kekuatan kontraksi.
Beban akhir = resistensi/ tahanan yang dihadapi saat darah dikeluarkan dari ventrikel
Beban akhir pada ventrikel kiri (SVR= Sistemic VascularResistance). Normal = 800
– 1200 dynes/ detik/ cm2
Beban akhir pada ventrikel kanan (PVR = Pulmonary Vascular Resistance)
Kontraktilitas
Kemampuan serat otot miokard memendek dan berkontraksi. Banyak factor yang
mempengaruhi kontraksi miokard dan yang paling penting adalah efek dari syaraf simpatis
Curah Jantung /
Cardiac Output (CO)
Mengukur perubahan suhu aliran darah di arteri pulmonal yang dideteksi oleh
termistor Swan Ganz
Menggunakan cairan normal salin atau D5W dalam suhu ruangan/ dingin untuk
injeksi dengan volume 5 – 10 mL (umumnya 10 mL) yang diinjeksi di bagian
proximal Swan Ganz di area atrium kanan
Dilakukan 2 – 3 X injeksi
Waktu injeksi harus memperhatikan siklus pernapasan (optimal saat akhir
ekspirasi)
Teknik injeksi cepat kurang dari 4,5 detik
Instrument untuk mengukur curah jantung
Kateter Swan Ganz
Monitor
Daftar pustaka
1. Bongard, Frederic S. Et al.Current Critical Care : Diagnosis & Treatment. Second
Edition. Lange Medical Books. 2002
2. Bersten, Andrew D. Et al. Oh’s intensive Care Manual. Fifth Edition. Elsevier Limited
Health Science. 2003.
3. Darovich, Gloria O. Haemodynamic Monitoring : Invasive and Noninvasive Clinical
Application. WB Saunders Company. 2002.
4. Hodges RK, et al. Real World ursing Survival Guide Haemodynamic Monitoring. St Louis
: Elsevier Saunders 2005 : 150 – 168.
5. Woods, Susan L, et al. Cardiac Nursing. Seventh Edition. Lippicot, William and
Wilkins. 2005
2 1
3
4
NO
NAMA DESKRIPSI
NO
1 ………………………………………………
………………………………………………
2 ………………………………………………
………………………………………………
3 ………………………………………………
………………………………………………
4 ………………………………………………
………………………………………………
THREE WAY STOPCOCK
TUGAS
Jelaskan Posisi Aliran Pada Three Way Stopcock berdasarkan tanda panah pada gambar di
bawah !
2 3 4
1
NO GAMBAR
ARAH ALIRAN
NO
1
TUGAS
Gelombang c
Gelombang x
Gelombang v
Gelombang y
NOMOR DESKRIPSI
NOMOR 1
NOMOR 2
NOMOR 3
NOMOR 4
NOMOR 5
NOMOR 6
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam 2
2 Memperkenalkan diri 3
3
3 Menjelaskan tujuan tindakan
4 Menjelaskan langkah prosedur 2
6 Mencuci tangan 3
B FASE KERJA
Dengan menggunakan kapas alkohol, bersihkan daerah dada, pergelangan tangan dan kedua tungkai di
3 lokasi pemasangan elektroda lalu oleskan jelly 5
5 6
Menyambung kabel pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai kaki klien
dengan cara, warna merah pada tangan kanan, kuning pada tangan kiri, hitam pada kaki kanan,
hijau pada kaki kiri
c. V3 : Pertengahan V2 dan V4 1
C FASE TERMINASI
2 Mencuci tangan 3
4 Berpamitan 2
1 Ketenangan 2
100
Nama Peserta