Bab 19
Konsep Pokok
Siklus Jantung
Siklus jantung dapat diterangkan baik melalui cara elektrik dan mekanis.
Sistolik mengacu pada kontraksi dan diastolik pada relaksasi. Sebagian besar
pengisian diastolik ventrikel terjadi secara pasif sebelum kontraksi atrium.
Kontraksi atrium menyumbangkan 20-30% isi ventrikel. Ada 3 gelombang
yang dapat dikenali dalam pelacakan tekanan atrium. Gelombang a adalah
sistolik atrium. Gelombang c mendahului kontraksi ventrikel, dan dikatakan
gelombang ini diakibatkan penonjolan katup AV ke dalam atrium. Gelombang
v adalah hasil meningkatnya tekanan venous return sebelum katup AV terbuka
kembali. Penurunan x adalah menurunnya tekanan antara gelombang c dan v,
disebabkan penarikan atrium oleh kontraksi ventrikel. Inkompetensi katup AV
pada kedua sisi jantung meniadakan penurunan x, sehingga nampak
gelombang cv yang nyata. Penurunan y mengikuti gelombang v dan mewakili
penurunan tekanan atrium ketika katup AV terbuka. Lekuk pada pelacakan
tekanan aorta disebut insisura dan mewakili aliran darah kembali sementara ke
ventrikel kiri tepat sebelum katup aorta tertutup.
Dimana MAP adalah mean arterial pressure (rata-rata tekanan arteri) dalam
millimeter raksa, CVP adalah central venous pressure (tekanan vena sentral)
dalam millimeter raksa, dan CO adalah cardiac output (output jantung) dalam
liter per menit. RVS normal adalah 900–1500 dyn · s cm –5. Tekanan darah
sistolik juga dapat digunakan sebagai perkiraan afterload ventrikel kiri tanpa
adanya perubahan kronik dalam ukuran, bentuk, atau ketebalan dinding
ventrikel atau perubahan akut dalam hamabatan vaskuler sistemik. Beberapa
klinisi lebih memilih menggunakan CI dibanding CO dalam menghitung
indeks resistensi vaskuler sistemik (IRVS) sehingga IRVS = RVS x BSA.
Afterload ventrikel kanan terutama bergantung pada resistensi vaskuler
sistemik (RVS) dan diekspresikan dalam persamaan berikut:
Dimana PAP adalah rerata tekanan arteri pulmonalis (mean pulmonary arterial
pressure) dan LAP adalah tekanan atrium kiri (left atrial pressure). Pada
praktiknya, tekanan kapiler pulmonalis biasanya digantikan disubstitusi
sebagai perkiraan LAP (lihat Bab 6). PVR normal adalah 50–150 dyn · s cm–5.
Cardiac output berhubungan terbalik dengan afterload (Gambar 19-8).
Karena dindingnya yang lebih tipis, ventrikel kanan lebih sensitif terhadap
perubahan afterload dibandingkan dengan ventrikel kiri. Cardiac output pada
pasien dengan kelainan ventrikel kanan atau kiri yang bermakna sangat
sensitif terhadap peningkatan akut pada afterload. Hal tersebut terutama terjadi
pada keadaan depresi miokard (sebagaimana sering terjadi selama anestesia).
Kontraktilitas
Kontraktilitas jantung (inotropik) adalah kemampuan intrinsik miokard
untuk memompa tanpa adanya perubahan dalam preload atau afterload.
Kontraktilitas berhubungan dengan kecepatan pemendekan otot miokard, yang
mana bergantung pada konsentrasi kalsium intraseluler selama sistol.
Peningkatan nadi jantung dapat pula memicu kontraktilitas di bawah kondisi
tertentu, kemungkinan karena meningkatnya ketersediaan kalsium intraseluler.
Kontraktilitas dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh syaraf, humoral,
atay farmakologis. Aktivitas sistem syaraf simpatis normalnya mempunyai
efek yang paling penting pada kontraktilitas. Serat-serat simpatis menginervasi
otot atrium dan ventrikel serta jaringan nodus. Selain efek kronotropik
posistifnya, pengeluaran norepinefrin juga meningkatkan kontraktilitas
melalui aktivasi reseptor. Reseptor adrenergik juga terdapat di miokard tetapi
hanya mempunyai efek inotropik dan kronotropik positif yang minor. Obat-
obat simpatomimetik dan sekresi epinefrin dari kelenjar adrenal sama-sama
meningkatkan kontraktilitas melalui aktivasi reseptor ??-1.
Kontraktilitas miokard ditekan oleh keadaan anoksia, asidosis, deplesi
simpanan katekolamin dalam jantung, dan kehilangan massa otot yang
fungsional akibat iskemia atau infark. Sebagian besar agen anestesi dan
antiaritmia bersifat inotropik negatif (seperti, menurunkan kontraktilitas).
Disfungsi Katup
Disfungsi katup dapat melibatkan katup manapun dari keempat katup
yang ada di jantung dan dapat menyebabkan stenosis, regurgitasi
(inkompetensi), atau keduanya. Stenosis suatu katup AV (atrioventrikular)
(tricuspid dan mitral) mengurangi stroke volume terutama dengan menurunkan
preload ventrikel, sedangkan katup semilunar (pulmonalis atau aorta)
mengurangi stroke volume terutama dengan meningkatkan afterload ventrikel
(lihat Bab 20). Sebaliknya, regurgitasi katup dapat menurunkan stroke volume
tanpa perubahan dalam preload, afterload, atau kontraktilitas dan tanpa
abnormalitas gerakan dinding. Stroke volume yang efektif dikurangi oleh
volume yang mengalami regurgitasi pada setiap kontraksi. Ketika katup AV
inkompeten, bagian yang signifikan dari volume end-diastolic ventrikel dapat
mengalir mundur ke dalam atrium selama sistol; stroke volume dikurangi oleh
volume yang regurgitasi. Hal yang sama juga terjadi ketika katup semilunar
inkompeten, fraksi volume end-diastolic kembali mundur ke ventrikel selama
diastol
.
PENILAIAN FUNGSI VENTRIKEL
Kurva Fungsi Ventrikel
Menggambar cardiac output atau stroke volume terhadap preload
berguna dalam mengevaluasi keadaan patologis dan memahami terapi obat.
Kurva fungsi ventrikel kanan dan kiri yang normal terlihat pada Gambar 19-9
Diagram tekanan ventrikel-voulme bahkan lebih berguna karena dapat
memisahkan kontraktilitas dari preload dan afterload. Dua poin diketahui pada
diagram tersebut: -systolic point (poin akhir-sistolik) (ESP) dan end-diastolic
point (EDP) (poin end-diastolic) (Gambar 19-10). ESP mencerminkan fungsi
sistol, sedangkan EDP lebih mencerminkan fungsi diastolik Pada keadaan
kontraktil, seluruh ESP berada pada garis yang sama—seperti, hubungan
antara volume end-systolic dan tekanan end-systolic diperbaiki.
Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi ventrikel (EF/Ejection Fraction), fraksi dari volume end-
diastolic ventrikel yang dikeluarkan, adalah ukuran klinis dari fungsi sistolik.
yang paling sering digunakan. EF dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Dimana EDV adalah volume diastolic ventrikel kiri dan ESV adalah volume
end-systolic. EF normal kira-kira 0.67 ± 0.08. Pengukuran dapat dilakukan
sebelum dilakukan operasi kateterisasi jantung, penelitian radionukleotida,
atau transthoracic atau TEE. Kateter arteri pulmonalis dengan termistor respon
cepat memungkinkan pengukuran EF ventrikel kanan. Sayangnya, ketika
resistensi vaskuler paru meningkat, penurunan EF ventrikel kanan lebih
mencerminkan afterload dibandingkan kontraktilitas.
Penilaian Fungsi Diastolik
Fungsi diastolic ventrikel kiri dapat dinilai secara klinis dengan
ekokardiografi Doppler pada pemeriksaan transthoracic atau transesophageal.
Kecepatan aliran diukur melewati katup mitral selama diastol. Tiga pola
disfungsi diastolic umumnya dikenali berdasarkan waktu relaksasi
isovolumetrik, rasio puncak aliran diastolik awal (E) terhadap puncak aliran
sistolik atrium (A), dan waktu deselerasi (DT/Deceleration Time) dari E (DT E)
(Gambar 19-11).
Gambar 19-11
SIRKULASI SISTEMIK
Vaskularisasi sistemik menurut fungsinya dapat dibagi menjadi arteri,
arteriol, kapiler dan vena. Arteri adalah pipa/ saluran bertekanan tinggi yang
mensuplai berbagai organ. Arteriol adalah pembuluh darah kecil yang secara
langsung memberi nutrisi dan mengontrol aliran darah melalui tiap-tiap
cabang-cabang kapiler. Kapiler adalah pembuluh darah berdinding tipis yang
memungkinkan pertukaran nutrien antara darah dan jaringan (lihat Bab 28).
Vena mengembalikan darah dari cabang-cabang kapiler menuju jantung.
Distribusi darah antara komponen yang bervariasi dari sistem sirkulasi
ditunjukkan pada Tabel 19-5. Perhatikan bahwa sebagian besar volume darah
berada dalam sirkulasi sistemik—secara spesifik, di dalam vena sistemik.
Perubahan pada tonus vena sistemik memungkinkan pembuluh darah ini untuk
berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah. Pada keadaan kehilangan darah
atau cairan dalam jumlah yang signifikan, peningkatan tonus vena yang
diperantarai syaraf simpatis mengurangi kaliber pembuluh darah dan
memindahkan darah menuju bagian lain dari sistem sirkulasi. Sebaliknya,
dilatasi vena memungkinkan pembuluh darah ini untuk membantu
meningkatkan volume darah. Pengaturan simpatis dari tonus vena merupakan
penentu penting dari aliran darah balik (venous return) ke jantung. Kehilangan
tonus ini yang menyertai induksi anesthesia sering menyebabkan hipotensi.
Keanekaragaman faktor yang mempengaruhi aliran darah pada pohon
vaskuler. Faktor tersebut meliputi mekanisme pengaturan lokal dan metabolik,
faktor yang berasal dari endotel, sistem syaraf otonom dan hormon yang
bersirkulasi.
Autoregulasi
Sebagian besar jaringan mengatur aliran darahnya sendiri
(autoregulasi). Arteriol umumnya berdilatasi sebagai respon terhadap
menurunnya tekanan perfusi atau meningkatnya kebutuhan jaringan.
Sebaliknya, arteriol mengalami konstriksi sebagai respon terhadap
meningkatnya tekanan atau menurunnya kebutuhan jaringan. Fenomena ini
mungkin disebabkan baik karena respon intrinsik otot polos vaskuler untuk
meregang dan akumulasi produk metabolik yang bersifat vasodilator. Produk
metabolik yang dimaksud meliputi K+ , H+, CO2, adenosin, dan laktat.
Dimana tekanan nadi merupakan perbedaan antara tekanan darah sistolik dan
diastolik. Tekanan nadi arterial secara langsung berhubungan dengan stroke
volume tetapi tidak bersesuaian dengan komplians pohon arterial. Meskipun
demikian, penurunan tekanan nadi mungkin disebabkan olej penurunan stroke
volume, peningkatan SVR, atau keduanya.
Transmisi gelombang arterial dari arteri besar sampai pembuluh darah yang
lebih kecil di perifer lebih cepat dibndingkan kecepatan darah yang
sesungguhnya; gelombangnya berjalan dengan kecepatan 15 kali kecepatan
darah di aorta. Selain itu, refleksi dari dinding arteri yang menyebarkan
gelombang memperluas tekanan nadi sebelum gelombang nadi mengecil
seluruhnya di arteri yang sangat kecil (lihat Bab 6).
Pengaturan Cepat
Kontrol tekanan darah menit ke menit merupakan fungsi utama dari
refleks sistem syaraf otonom. Perubahan pada tekanan darah dirasakan baik di
sentral (di area hipotalamus dan batang otak) dan di perifer oleh sensor khusus
(baroreseptor). Penurunan tekanan darah arterial memacu tonus simpatis,
meningkatkan sekresi adrenal yaitu epinefrin, dan menekan aktivitas vagal.
Vasokonstriksi sistemik yang timbul, peninggian denyut jantung dan
peningkatan kontraktilitas jantung meningkatkan tekanan darah.
Sebaliknya, hipertensi menurunkan aliran simpatis dan memacu tonus
vagal.
Gambar 19-12
Anatomi arteri koronaria pada pasien dengan sirkulasi dominan kanan. A:
gambaran oblique anterior kanan. B: Gambaran oblique anterior kiri.
Arteri koronaria kanan (RCA: Right Coronary Artery) normalnya
memsuplai darah ke atrium kanan, sebagian besar ventrikel kanan dan bagian-
bagian tertentu pada ventrikel kiri (dinding inferior). Pada 85% orang, RCA
member percabangan ke arteri desenden posterior (PDA: Posterior Descending
Artery), yang mensuplai septum interventrikuler superior-posterior dan
dinding inferior—sirkulasi dominan kanan; pada 15% orang lainnya, PDA
adalah cabang dari arteri koronaria kiri—sirkulasi dominan kiri.
Arteri koronaria kiri normalnya mensuplai atrium kiri dan sebagian
besar septum interventrikuler dan ventrikel kiri (dinding septal, anterior dan
lateral). Ateri koronaria kiri bercabang menjadi arteri desenden anterior kiri
(LAD) dan arteri sirkumfleksa (CX); LAD mensuplai dinding septum dan
dinding anterior dan CX mensuplai dinding lateral. Pada sirkulasi dominan
kiri, CX melanjut sebagai PDA yang juga mensuplai sebagian besar dinding
septum posterior dan dinding inferior.
Suplai arterial ke nodus SA diperoleh dari RCA (pada 60% orang)
atau LAD (pada 40% orang). Nodus AV biasanya disuplai oleh RCA (85-
90%) atau, lebih jarang lagi, oleh CX (10-15%); Bundle His memiliki dua
suplai darah yaitu dari PDA dan LAD. Otot papilaris anterior dari katup mitral
juga memiliki dua suplai darah yaitu berasal dari cabang diagonal dari LAD
dan cabang marginal dari CX. Sebaliknya, otot papilaris posterior katup mitral
biasanya hanya disuplai oleh PDA dan oleh karena itu lebih rawan untuk
mengalami disfungsi iskemik.
Gambar 19-13
Aliran darah koroner selama siklus jantung.
(Dimodifikasi dan direproduksi, dengan ijin, dari Berne RM, Levy MD:
Cardiovascular Physiology, Edidi kedua. Mosby, 1972.).
Gambar 19-14
Hubungan antara waktu diastolic dan denyut jantung.
Denyut Jantung
Waktu diastolik
Konsentrasi hemoglobin
Kebutuhan
Kebutuhan basal
Denyut jantung
Tengangan dinding
Afterload
Kontraktilitas
Gambar 19-15
Hubungan tekanan ventrikel–volume pada disfungsi sistolik dan diastolik.
(Dimodifikasi dan direproduksi, dengan ijin, dari Zile MR: Mod Concepts
Cardiovasc Dis 1990;59:1.)
MEKANISME KOMPENSASI
Mekanisme kompensasi utama yang umumnya terjadi pada pasien
dengan gagal jantung meliputi meningkatnya preload, meningkatnya tonus
simpatis, aktivasi sistem renin-angitensin-aldosteron, pelepasan AVP, dan
hipertrofi ventrikel. Meskipun mekanisme ini awalnya dapat mengkompensasi
disfungsi jantung ringan sampai sedang, dengan meningkatnya keparahan
disfungsi, mekanisme tersebut malah akan menyebabkan gangguan jantung.
Meningkatnya Preload
Peningkatan ukuran ventrikel tidak hanya mencerminkan
ketidakmampuan untuk mengikuti venous return tetapi juga berperan
memaksimalkan stroke volume dengan menaikkan kurva Starling (lihat
Gambar 19-6). Bahkan ketika EF berkurang, peningkatan volume end-
diastolic ventrikel dapat mempertahankan stroke volume normal. Kongesti
vena yang semakin parah yang disebabkan oleh bendungan darah di belakang
ventrikel yang mengalami kegagalan dan dilatasi ventrikel yang berlebihan
dapat dengan cepat menyebabkan penurunan klinis. Kegagalan ventrikel kiri
menyebabkan kongesti vaskuler dan transudasi cairan yang progresif, pertama
menuju interstisial paru dan kemudian menuju alveoli (udem paru). Kegagalan
ventrikel kanan menyebabkan hipertensi vena sistemik, yang menyebabkan
udem perifer, kongesti dan disfungsi hepar, dan asites. Dilatasi annulus katup
AV ,enyebabkan regurgitasi katup, lebih jauh lagi mengganggu output
ventrikel.
Hipertrofi Ventrikel
Hipertrofi ventrikel dapat terjadi dengan atau tanpa dilatasi, tergantung
pada tipe stress yang terjadi pada ventrikel. Ketika jantung mengalami
overload volume ataupun tekanan, rspon awalnya adalah meningkatkan
panjang sarkomer dan menumpuk (overlapping) aktin dan myosin secara
optimal. Dengan berjalannya waktu, massa otot ventrikel mulai bertambah
sebagai respon terhadap stress yang abnormal.
Pada ventrikel yang mengalami kelebihan volume, masalahnya adalah
peningkatan stress pada dinding diastolik. Penambahan massa otot ventrikel
hanya cukup untuk mengkompensasi peningkatan diameter: rasio radius
ventrikel terhadap ketebalan dinding tidak berubah. Sarkomer bereplikasi
secara bertahap, menyebabkan hipertrofi eksentrik. Meskipun RF ventrikel
tetap tertekan, peningkatan volume end-diastolic dapat mempertahankan
stroke volume (dan cardiac output) saat istirahat tetap normal.
Masalah pada ventrikel yang mengalami tekanan berlebih adalah
adanya peningkatan stress pada dinding sistolik. Sarkomer pada kasus ini
terutama bereplikasi secara paralel, menyebabkan hipertrofi konsentrik.
Hipertrofi tersebut seperti yang terjadi bila rasio ketebalan dinding
miokardium terhadap radius ventrikel meningkat. Seperti yang terlihat pada
hukum Laplace, stres dinding sistolik kemudian dapat dinormalkan. Hipertrofi
ventrikel, khususnya yang disebabkan oleh tekana yang berlebihan, biasanya
menyebabkan disfungsi diastolik progresif.
Gambar 19-16
A–D: Mekanisme reentry. Lihat teks untuk penjelasannya.
Disopyramide NA
(Norpace) 1,4
Tocainide NA
(Tonocard)
Mexiletine (Mexitil) NA
Kelas Mekanisme Kerja Agen Loading Dose
Intravena
Moricizine NA
(Ethmozine)
Propafenone NA
(Rythmol)
Metoprolol 5–10 mg
(Lopressor)
Sotalol (Betapace)9 NA
Ibutilide (Corvert) 1 mg
Dofetilide (Tikosyn) NA
Adenosine 6–12 mg
Kelas Mekanisme Kerja Agen Loading Dose
Intravena
(Adenocard)
1
Vmax, kecepatan maksimum; APD, durasi potensial aksi ; NR, tidak
direkomendasikan; NA, tidak tersedia untuk penggunaan intravena.
2
Juga mempunyai efek antimuscarinic (aktivitas vagolitik).
3
Juga memblok reseptor -adrenergik .
4
Juga memperpanjang repolarisasi
5
Juga mengikat channel sodium cepat tak teraktivasi.
6
Juga memnyebabkan blokaade nonkompetitif - and -adrenergik .
7
Juga memblok channel kalsium lambat.
8
Melepaskan sementara simpanankatekolamin dari akhiran staraf
9
Juga memiliki aktivitas pengahmbatan -adrenergik nonselektif
1
Dari Katzung BG: Basic and Clinical Pharmacology, Edisi 8. McGraw-Hill,
2001.
2
Dapat mensupresi nodus sinus yang bermasalah.
3
Stimulasi awal oleh pelepasan norepinefrin endogen yang diikuti oleh depresi
4
Efek antikolinergik dan aksi depresan langsung
5
Khususnya pada sindroma Wolff–Parkinson–White.
6
Mungkin efektif pada aritmia atrial yang disebabkan oleh digitalis.
7
Waktu paruh dari metabolit aktif lebih panjang
Agen mana yang paling berguna untuk takiaritmia pada pasien dengan
sindrom WPW?
Kardioversi (lihat Bab 47) adalah treatment pilihan pada pasien yang
mengalami penurunan hemodinamik, Adenosin merupakan obat pilihan pada
PSVT karena durasi kerja nya yang singkat, Dosis kecil phenylephrine (100
g) brsama dengan maneuver vagal (pemijatan karotis) membantu mendukung
tekanan darah arterial dan dapat menghentikan aritmia. Agenfarmakologis
yang paling berguna adalah obat kelas Ia, khususnya prokainamid. Agen ini
meningkatkan periode refaraktory dan menurunkan konduksi jalur tambahan.
Selain itu, obat kelasi Ia sering menghentikan dan mensupresi rekurensi PSVT
dan fibrilasi atrium. Obat kelaos Ic dan amiodarone juga bermanfaat karena
emperlambat konduksi dan memperpanjang refractoriness pada nodus AV dan
ajlur tambahan. Aen penghambat beta adrenergic juga bermanfaat khususnya
dalam mengontrol kecepatan ventrikel ketika ritmenya terjadi. Verapamil dan
digoksin merupakankontraindikasi selama fibrilasi atrium karena dapat
mempercepat respon ventrikel. Kedua tipe agen menurunkan konduksi melalui
nodus AV, membantu menurunkan konduksi impuls jalur tambahan. Jalur
bypass mampu mengkonduksi impuls menuju ventrikel lebih cepat dari jalur
nodus AV. Digoksinjuga dapat meningkatkan respon ventrikel dengan
memperpendek periode refractory dan meninbgkatrkan konduksi jalur
tambahan. Meskipun verapamil dapat mengakhiri PSVT , penggunaannya
pada keadaan ini bisa membahayakan karena pasien dapat mengalami fibrilasi
atrium. Selain itu, fibrilasi atrium tidak mungkin dibedakan dari fibrilasi
ventrikel pada pasein ini bila takikari PRS lebar terjadi. Prokainamid lebih
dipilih daripada lidokain pada kasus ini karena umumnya efektif untuk kedua
jenis aritmia.