Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR SVT (SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI)

1. Definisi

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai

dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar

antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup

komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan

SVT mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2006).

2. Etiologi

Menurut Hudak (1997),penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah

sebagai berikut :

a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi.

Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya mediatormediator

radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls.

b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,

iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah

yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi

koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga

terjadi gangguan penghantaran impuls.

c. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-obat anti

aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel otot jantung.

Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga

terjadi gangguan irama jantung.

d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion kalium

menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan

1
kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas

terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan

memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.

e. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan

irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat

memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara

meninggikan konduktansi ion kalium.

f. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas simpatis

dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi senteralntan.

g. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid

mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan sistem

saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.

h. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung

tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada gagal

jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul

dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.

i. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai

dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus ektopik

dan menimbulkan gangguan irama jantung.

j. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot

jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun

terganggu.

2
3. Patofisiologi

Menurut Sudoyo (2006). Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi

aritmia, termasuk aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered

activity

a. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari enteraltensial

aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus

pada gangguan akut seperti infark miocard akut, gangguan elektrolit, gangguan

keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila

berhadapan dengan aritmia ventrikel karena gangguan automaticity, perlu

dikoreksi faktor penyebabnya yang mendasarinya.

b. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan

oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dialtasi.

Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan

jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry.

Bila sirkuit ini terbentuk maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap

saat dan menyebabkan kematian mendadak

c. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme

diatas .mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam sel

sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari

aksi enteraltensial jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus

aksi enteraltensial baru. Keadaan ini baru disebut after deenterallarization

4. Manifestasi Klinis

Menurut Hudak & Galo, (1997) SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga

secara mendadak Serangan bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan

3
dapat menetap sampai berjam-jam. Tanda dan gejala supraventrikular takikardi

anatar lain :

a. Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit

b. Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur, kulit

pucat, sianosis, berkeringat

c. Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil

d. Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah

e. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan

f. Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi)

g. Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus otot.

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Sudoyo (2006) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk

membantu menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardi adalah

a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan

tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk

menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di

rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu

jantung/efek obat antidisritmia.

c. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan

dengan disfungsi ventrikel atau katup

d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan

miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan

dinding dan kemampuan enteralmpa.

4
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang

menyebabkan disritmia.

f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat

menyebabkan disritmia.

g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat

jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat

menyebabkan.meningkatkan disritmia.

i. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh

endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi

disritmia

B. KONSEP PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Airway Tidak ada masalah pada airway.

b. Breathing Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan

kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)

mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung

kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

c. Circulation Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak

teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut

menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,

5
berkeringat; edema, pengeluaran urin menruun bila curah jantung menurun

berat.

d. Drugs

e. Equipmen

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama Dada Kencang dan terasa berdebar debar

b. Riwayat kesehatan sekarang Klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan

Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit, Nyeri dada ringan

sampai berat, gelisah.

c. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya memiliki riwayat penyakit jantung,

hipertensi, dan stroke.

d. Riwayat keseahatan keluarga Apakah ada riwayat keluarga yang pernah

menderia atau sedang mendeita penyakit jantung, hipertensi, dan stroke

3. Pengkajian pola fungsional

a. Kebutuhan bernafas dengan normal Nafas pendek, batuk, perubahan

kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)

mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung

kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

b. Kebutuhan nutrisi adekuat. Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran

terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat badan.

c. Kebutuhan eliminasi Intensitas BAK klien mengalami penurunan.

d. Kebutuhan keseimbangan dan gerak

e. Kebutuhan istirahat atau tidur Gangguan pola tidur karena penyakit yang di

alami.

f. Kebutuhan mempertahankan temperature tubuh

6
g. Kebutuhan personal hygiene Frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik

sebelum dan selama dirawat

h. Kebutuhan berkommunikas

i. Kebutuhan spiritual

j. Kebutuhan berpakaian dan memilih pakaian

k. Kebutuhan rasa aman nyaman Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau

tidak dengan obat antiangina, dada berdebar debar yang mengakibatkan klien

tidak nyaman

l. Kebutuhan bekerja

m. Kebutuhan rekreasi

n. Kebutuhan belajar

Anda mungkin juga menyukai