Anda di halaman 1dari 3

Notulen Hasil Diskusi Persentasi Kelompok 1 dan 2

Tanggal : 02 Mei 2023


Tempat Diskusi : Ruang Roling Door Utara Poltekkes Mataram
Waktu Diskusi : Pukul 08.00 – 10.00 wita
Moderator : Nurol Hifzi Putri Rizki
Anggota kelompok 1 yg hadir : Mutiara Rohmah, Luh Ketut Sovia Wulandari, Syakiratun
Nikmah, Tiwi Andriana
Anggota kelompok 2 yg hadir : Annida Setya Tahira, Lalu Ahmad Rikoh Hamdani, Melia
Herdianti Putri, Nurhafizah, M. Faisal Kurahman
Peserta : Mahasiswa kelas A Tingkat II
Uraian Pelaksanaan Diskusi : Secara umum persentasi berjalan dengan lancar, aman dan tertib
selama dua jam perkuliahan tanpa mengalami masalah yang ber-
arti. Jika melihat jalannya diskusi banyak peserta yang antusias
untuk berpartisipasi mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan Kelompok 1
Pertanyaan 1 : Pertanyaan dari Teteh Intan Lestari dari kelompok 5
“Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan, pada diagnosa
bersihan jalan napas pada kasus pnemonia, kelompok mengambil
intervensi keperawatan melatih batuk efektif. Pertanyaan,
bapaimana cara kita mengajarkan cara batuk efektif tersebut pada
anak"?
Jawaban kelmpk : Menurut saya pribadi, cara mengajarkan anak untuk melatih batuk
efektif untuk mengeluarkan dahak nya tersebut adalah dengan cara
komunikasikan dengan keluarga, kita tau pasti terkadang anak lebih
nyaman dengan orang yang dia rasa nyaman, maka dari itu kita
sebagai perawat bisa melakukan edukasi terhadap orang tua
bagaimana cara batuk efektif seperti memberikan air hangat
sebelum latihan batuk, dan arahkan anak untuk mencoba
mengeluarga dahak yang membuat anak tidak nyaman. Namun
selain latihan batuk efektif, terdapat tindakan keperawat secara
kolaborasi yaitu pemberian nebulizer terhadap anak, untuk
mengurangi penumpukan sekret ataupun pemberian antibiotik.
Pertanyaan 2 : pertanyaan Baiq candri Tanjungtilah dari kelompok 4,
“mengapa diare pada anak dapat mengakibatkan kematian? dan
mengapa anak, khususnya bayi lebih sering diare dibandingkan
orang dewasa?”
Jawaban kelompk :”Diare pada anak dapat mengakibatkan kematian dikarenakan
kekebalan tubuh anak yang masih belum terbentuk secara
maksimal, kondisi anatomis tubuh anak juga cenderung lebih
banyak cairan dibandingkan orang dewasa, bahkan pada bayi
prematur dapat mencapai 80%, hal tersebut mengakibatkan
kebutuhan anak terhadap cairan sangat tinggi, pasien yang terkena
diare cenderung mengeluarkan cairan yang lebih banyak baik
melalui feses maupun dari mual muntah yang diakibatkan oleh
diare tersebut. Dikutip pada tribunews.com "Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukan 31,4 persen dari kematian
bayi dan 25,2 persen dari kematian balita di Indonesia disebabkan
diare. Tubuh bayi yang masih mungil banyak berisi cairan. Ketika
cairan itu banyak terbuang, artinya, bayi mengalami dehidrasi
hebat." Membahas seringnya diare pada bayi, menurut kami, bayi
cenderung lebih sering mengalami diare dikarenakan sumber
makanan bayi yang cenderung lebih lunak dibandingkan orang
dewasa. Dikutip pada hellosehat.com "Bayi yang minum ASI
biasanya memiliki warna kotoran yang terlihat lebih pucat dan
teksturnya sedikit berair seperti diare.”

Pertanyaan Kelompok 2
Pertanyaan 1 : Pertanyaan dari Baiq candri tanjungtilah dari Klmpok 4
“Bagaimana penatalaksanaan thalasemia ini? Apakah pasien
dapat sembuh secara total setelah terkena penyakit ini? Berapa
kali ditransfusi agar dapat mencapai kesembuhan?”

Jawaban kelmpk : “Thalasemia tidak bisa sembuh tapi bisa di cegah Talasemia
merupakan salah satu penyakit kelainan darah genetik yang cukup
banyak diderita oleh masyarakat di dunia. Indonesia termasuk salah
satu negara dalam sabuk talasemia dunia, artinya negara dengan
frekuensi gen (angka pembawa sifat) talasemia yang tinggi. Trafusi
yang dilakukan adalah tranfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita
Thalasemia dengan mempertahankan kadar Hb dj atas 10 g/dl.
Tranfusi darah ini dilakukan seumur hidup”
Pertanyaan 2 : Pertanyaan dari Lisa Maulia Safitri dari kelompok 3
“Pada diagnosa keperawatan penyakit TOF, kenapa kelompok
mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas dan risiko infeksi.
Bagaimanakah hasil pengkajian dari diagnosa tersebut pada
penyakit TOF Dan di bagian pemeriksaan fisik terdapat suhu tubuh
meningkat, kenapa pada diagnosa tidak ada diagnosa hipertermia di
cantumkan”

Jawaban kelmpk : “Alasan kelompok kami mengangkat diagnosa resiko infeksi


karena peyakit TOF ini juga akan menganggu sirkulasi darah
sehingga kadar hemoglobin akan mengalami penurunan sehingga
resiko terjadinya infeksi pada anak sangat rentan terjadi. Diagnosa
hipertermi sebenarnya bisa masuk pada penyakit TOF ini karena
ditandai dengan suhu tubuh meningkat akan tetapi menurut kami
diagnosa hipertemi merupakan bukan diagnosa utama yang kita
angkat”

Anda mungkin juga menyukai