Anda di halaman 1dari 13

UNIT 1

ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN ANTEPARTUM

I. PENDAHULUAN
Pada kegiatan belajar modul ini akan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan perdarahan antepartum. Sebelum melaksanakan asuahn
keperawatan pada ibu hamil dengan asuhan keperawatan perdarahan
antepartum seorang perawat terlebih dahulu memahami konsep dasar dalam
melaksanakan perawatan tersebut.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan belajar modul ini diharapkan peserta
kegiatan belajar dapat memahami tentang asuhan keperawatan
perdarahan antepartum
B. Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala,
komplikasi, penatalaksanaan perdarahan antepartum
2. Memahami Pengkajian, dianosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan perdarahan antepartum

III. KEGIATAN 4 : PERDARAHAN ANTEPARTUM


A. Pengertian Perdarahan Antepartum
Ada berbagai pendapat ahli yang mendefinisikan tentang perdarahan
ante partum antara lain:
1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
diatas 28 minggu atau lebih (Manuaba,2010)
2. Perdarahan antepartum (Antepartum Haemoragic;APH) diartikan
sebagai perdarahan yang terjadi dari traktus genetalia pada kehamilan
setelah 20 minggu. Perdarahan ini dianggap dari placenta sebelum
terbukti akibat penyebab yang lain ( Farrer,1999)
3. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu, dari traktus genetalis sebelum partus
(Hidayat,2009)
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa perdarah
antepartum adalah perdarahan pervaginam pada usia kehamilan > 20
minggu dan terjadi diluar fase inpartu.

B. Klasifikasi Perdarahan Antepartum

Pembagian kejadian perdarahan antepartum dibagi menjadi 2 yaitu


1. Placenta Previa
a. pengertian
Menurut Bobak, 2004, placenta previa adalah placenta yang
berimplantasi pada bagian bawah rahim Menurut Hanaiah, 2004,
placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum.
b. Etiologi
Secara pasti penyebab terjadinya placenta previa belum diketahui
dengan jelas, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan
resiko terjadinya placenta previa (manuaba, 2010) adalah:
1) multiparitas dan umur lanjut > 35tahun
2) defek vascularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat
perubahan atroik dan inflamatorik
3) cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas
pembedahan ( SC,curretage dll)
4) chorion leavepersisten
5) korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi
6) konsepsi dan nidasilambat
7) placenta besar pada kehamilan ganda/gemelli.
c. Patofisiologi

Placenta previa diawali dengan implantasi embrio ( embryonic


plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan
bertumbuhnya placenta, placenta yang telah berkembang bisa
menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vascularisasi
desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.
d. Klasifikasi Placenta Previa

Kejadian placenta previa dapat dibagi menjadi beberapa yaitu:


1) placenta previa totalis
letak placenta yang menutupi segmen bawah rahim secara total
2) placenta previa partialis
letak placenta sebagian menutupi segmen bawah rahim
3) placenta previa marginalis tepi dari placenta beradadi
4) placenta previa letak rendah ( low lyingprevia)

e. Tanda dan Gejala

Gejala yang paling khas dari placenta previa adalah perdarahan


pervaginam tanpa disertai rasa nyeri, warna darah merah segar,
dan jumlahnya tidak banyak. Menurut FKUI, 2000 tanda dan
gejala placenta previa adalah:
1) perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanyaberulang
2) darah biasanya berwarna merahsegar
3) Terjadi saat tidur atau melakukanaktivitas
4) bagian terendah janintinggi
5) perdarahan biasanyaberulang
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis placenta
previa adalah dengan USG sudah tercapai tujuan untuk
menegakan diagnosa. Walaupun masih banyak pemeriksaan
radiologi yang dapat digunakan, secara sederhana USG dapat
dipercaya untuk menegakan diagnosa.
g. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang dapat timbul menurut Manuaba,
2010 adalah:
1) Placenta abruptio. Pemisahan placenta dari dindingrahim
2) Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat
menyebabkanhisterektomi
3) Placenta akreta, placenta inkreta dan placentaperkreta
4) Prematur atau kelahiran bayi kurang bulan ( < 37minggu)
5) Kecacatan padabayi
2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Solutio placenta adalah terlepasnya placenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan
( Sarwono P, 2009)Solutio lacenta adalah pelepasan sebagian atau
seluruh placenta yang normal implantasinya antara minggu ke 22
sampai lahirnya anak (Saefuddin AB, 2006)
Dari kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa solution
placenta adalah pelepasan placenta dari tempat implantasinya yang
normal sebelum waktu persalinan
b. Etiologi
Penyebab pasti solutio placenta adalah belum pasti, namun ada
beberapa faktor resiko yang menjadi pemicu terjadinya solutio
placenta adalah:
1) Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi adalah:
 Dekompresi uterus pada hidramnion dangemelli
 Tarikan tali pusat yang pendek akibat pergerakan
janin, versi luar atau tindkan pertolongan
persalinan.
 Trauma langsung abdomen
2) Faktor kardiorenovasculer
 hipertensi pada kehamilan
 penyakit glomerulonefritis kronik
 sindrome preeklampsia/eklampsia
 tekanan pada pada vena cavainferior

3) factor ibu
 usia
 paritasibu
 kebiasaan merokok
 faktor penggunaan kokain
 riwayat solutio placenta sebelumnya
c. Patofisiologi
Solutio placenta diawali dari terjadinya perdarahan didalam desi
dua basalis. Deci dua basalis kemudian terpisah, meninggalkan
satu lapisan tipis yang melekat pada endometrium. Akibatnya,
proses ini pada tahap awal memperlihatkan sebagai bentuk
hematome desidua yang menyebabkan pemisahan, penekanan dan
akhirnya destruksi placenta yang ada didekatnya. Pada tahap awal
mungkin belum ada gejala klinis.
Terkadang arteri spiralis mengalami rupture sehingga
menyebabkan hematom retro placental. Seiring dengan waktu
hematom ini membesar dan mengakibatkan semakin banyaknya
pembuluh darah dan jaringan placenta terlepas. Bagian placenta
yang memisah dapat dengan cepat meluas dan mencapai tepi
placenta.
Karena uterus masih teregang dengan hasil konsepsi, maka
uterus tidak dapat berkontraksi untuk menjepitpembuluh darah
yang robek. Darah yang keluar dapat memisahkan selaput
ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai
perdarahan pervaginam atau perdarahan yang terakumulasi di
dalam uterus.
d. Klasifikasi Solutio Placenta
1) solutio placentaringan
terjadi ruptur sinus marginalis, bila terjadi perdarahan
pervaginam akan berwarna merah kehitaman. Perut terasa agak
sakit dan terus menrus agak tegang. Tetapi bagian janin masih
teraba
2) solutio placenta sedang
placenta telah terlepas seperempat sampai dua per tiga luas
permukaan placenta. Tanda dan gejala dapat timbul pelahan
atau mendadak dengan gejala nyeri perut terus menerus,
nyeri tekan, bagian janin sulit teraba, BJA sulit didengar.
Pada kondisi ini bisa terjadi kelainan pembekuan darah.
3) solutio placenta berat
placenta telah lepas 2/3 atau lebih dari luas permukaan
placenta, terjadi tiba-tiba dan ibu bisa mengalami syock dan
janin meninggal.
e. Komplikasi
Komplikasi solutio placenta tergantung dari luasnya placenta
yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio placenta
berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1) Syock perdarahan
2) Gagal ginjal
3) Kelainan pembekuan darah
4) Apoplexi utero placenta ( uterus couvelaire)
f. Penanganan
1) Konservatif
Menunda kelahiran sampai janin matur jika solutio placenta
derajat ringan.
2) Aktif
Sectio caesaria menjadi pilihan utama untuk melahirkan janin
secara cepat.

IV. KONSEP ASUHANKEPERAWATAN


A. Pengkajian
Data Subjektif :
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien
dengan anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik:
1. Identitas
Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien.
Hasil temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi
<20 tahun dan > 35 tahun.
2. Keluhan utama
a. Keluhan yang paling sering muncul pada penderita perasaan sakit
di perut secara tiba-tiba, perdarahan pervaginam yang datang tiba-
tiba, warna darah bisa merah segar atau bekuan darah kehitaman.
b. Kepala terasa pusing hebat, mual muntah, mata berkunang-
kunang, badanlemas
c. Adanya riwayat trauma langsung pada abdomen
d. Pergerakan anak yang lain dari biasanya ( cepat, lambat atau
berhenti)
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang
menjadi pemicu munculnya placenta previa atau solutio placenta,misalnya:
a. riwayat tekanan darah sebelum hamil, riwayat
preeklampsia/eklampsia
b. riwayat solusio placenta pada kehamilan sebelumnya
c. riwayat hipertensi sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
6. Riwayat perkawinan
Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali
menikah dan berapa usia pernikahan saat ini
Data Objektif :
7. Riwayat obstertri
a. Riwayat haid : Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid ,
keluhan saat haid dan HPHT
b. Riwayat kehamilan : Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat
ini. Tanyakan riwayat ANC, keluhan saat hamil, hasil pemeriksaan
leopold, DJJ, pergerakan anak
8. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik menggunakan system pengkajian
head to toe dan data focus obstetri harus dapat ditemukan
a. Kepala leher
Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut, kaji expresi
wajah klien (pucat, kesakitan), tingkat kesadaran pasieen
baik secara, kualitatif maupu kuantitatif. Kesadaran kuantitatif
diukur dengan GCS, amati warna sklera mata ( ada tidaknya
ikterik) dan konjungtiva mata ( anemisada/tidak), amati dan
periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping
hidung, deformitas tulanghidung, amati kondisi bibir
( kelembaban, warna, dan kesimetrisan), kaji ada tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis
b. Thorak
1) Paru : Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan,
inspeksi pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak,
auskultasi dan identifikasi suara nafas pasien
2) Jantung dan sirkulasi darah : Raba kondisi akral hangat/dingin,
hitung denyut nadi, identifikasikan kecukupan volume pengisian
nadi, reguleritas denyut nadi, ukurlah tekanan darah pasien saat
pasien berbaring/istirahat dan diluar his. Identifikasikan ictus
cordis dan auskultasi jantung identifikasi bunyi jantung.
3) Payudara : Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting
masuk, menonjol, atau tidak) , kebersihan payudara dan produksi
ASI
c. Abdomen
kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan/tidak, lakukan
pemeriksaan leopold1-4, periksa DJJ berapa kali denyut jantung
janin dalam 1 menit, amati ada striae padaabdomen/tidak, amati
apakah uterus tegang baik waktu his atau diluarhis, ada tidaknya
nyeri tekan
d. Genetalia
Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam, Lakukan
pemeriksaan dalam didapatkan hasil serviks bias sudah terbuka
atau tertutup, jika sudah maka serviks akan menonjol.
e. Ekstremitas
Kaji ada tidaknya kelemahan, Capilerry revile time, Ada
tidaknya oedema, Kondisi akral hangat/dingin, Ada tidaknya
keringat dingin, Tonus otot , ada tidaknya kejang

9. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan laboratorium
1) albumin urine (+), penurunan kadarHB
2) pemeriksaan pembekuan darah tiap 1jam
b. pemeriksaan USG
1) Tampak tempat terlepasnya plasenta
2) Tepian placenta
3) Darah
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakan dengan panduan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia ( lihat SDKI ). Beberapa diagnosis yang dapat di
tegakan berdasarkan SDKI, 2017 adalah
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
2. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan kurang adekuatnya
observasi dan antisipasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencera fisiologis

C. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan akan di bahas 1 Diagnosis keperawatan sebagai
contoh, untuk selanjutnya mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan
perencanaan secara mandiri dengan menggunakan SIKI danSLKI.

No. Diagnosis Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
fisiologis diharapkan pasien mampu 1. Identifikasi lokasi,
menunjukkan : karakteristik, durasi,
SLKI : Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
1 = Menurun nyeri
2 = Cukup Menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3 = Sedang 3. Identifikasi respon nyeri non
4 = Cukup Meningkat verbal
5 = Meningkat 4. Identifikasi respons nyeri
non verbal
Dengan kriteria hasil : 5. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri 1/2/3/4/5 memperberat dan
2. Meringis 1/2/3/4/5 memperingan nyeri
3. Sikap protektif 1/2/3/4/5 6. Identifikasi pengetahuan dan
4. Gelisah 1/2/3/4/5 keyakinan tentang nyeri
5. Kesulitan tidur 1/2/3/4/5 7. Identifikasi pengaruh budaya
6. Frekuensi nadi 1/2/3/4/5 terhadap respon nyeri
8. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
9. Monitor keberhasilan
komplementer yang sudah
diberikan
10. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
11. Berikan terapi
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
12. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
13. Fasilitasi istirahat dan tidur
14. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
15. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
16. Jelaskan strategi
mmeredakan nyeri
17. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
18. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
19. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
20. Kolaborasi pemberian obat
analgetik, jika perlu
2 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Pencegahan Perdarahan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
komplikasi kehamilan diharapkan pasien mampu 1. Monitor tanda dan gejala
menunjukkan : perdarahan
SLKI : Tingkat Perdarahan 2. Monitor
1 = Menurun hematokrit/hemoglobin
2 = Cukup Menurun sebelum dan setelah
3 = Sedang kehilangan darah
4 = Cukup Meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital
5 = Meningkat ortostatik
Dengan kriteria hasil : 4. Monitor koagulasi
1. Kelembaban membran mukosa Terapeutik
1/2/3/4/5 5. Pertahankan bedrest selama
2. Kognitif 1/2/3/4/5 perdarahan
3. Hemoptisis 1/2/3/4/5 6. Batasi tindakan invasif
4. Hematemesis 1/2/3/4/5 Edukasi
5. Hematuria 1/2/3/4/5 7. Jelaskan tanda dan gejala
6. Distensi abdomen 1/2/3/4/5 perdarahan
7. Perdarahan vagina 1/2/3/4/5 8. Anjurkan meningkatkan
8. Hemoglobin 1/2/3/4/5 asupan cairan untuk
9. Hematokrit 1/2/3/4/5 menghindari konstipasi
10.Tekanan darah 1/2/3/4/5 9. Anjurkan segera melaporkan
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
10. Kolaborasi obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
11. Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
3 Resiko cedera pada ibu Setelah dilakukan tindakan SIKI : Perawatan Kehamilan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Risiko Tinggi
kurang adekuatnya diharapkan pasien mampu Observasi
observasi dan menunjukkan : 1. Identidikasi faktor risiko
antisipasi SLKI : Tingkat Cedera kehamilan
1 = Menurun 2. Identifikasi riwayat obstetris
2 = Cukup Menurun 3. Identifikasi sosial dan
3 = Sedang demografi
4 = Cukup Meningkat 4. Monitor status fisik dan
5 = Meningkat psikologis selama kehamilan
Dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Toleransi aktivitas 5. Dampingi ibu saat merasa
1/2/3/4/5 cemas
2. Nafsu makan 1/2/3/4/5 6. Diskusikan seksualitas aman
3. Toleransi makanan selama hamil
1/2/3/4/5 7. Diskusikan ketidaknyamanan
4. Kejadian cedera 1/2/3/4/5 selama hamil
8. Diskusikan persiapan
5. Ketegangan otot 1/2/3/4/5
persalinan dan kelahiran
6. Perdarahan 1/2/3/4/5 Edukasi
7. Tekanan darah 1/2/3/4/5 9. Jelaskan janin mengalami
8. Frekuensi nadi 1/2/3/4/5 kelahiran prematus
9. Frekuensi napas 1/2/3/4/5 10. Informasikan kemungkinan
10. Denyut nadi apikal intervensi selama proses
1/2/3/4/5 kelahiran
11. Denyut nadi radialis 11. Anjurkan melakukan
1/2/3/4/5 perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan
12. Anjurkan ibu untuk
beraktivitas dan beristirahat
yang cukup
13. Ajarkan cara menghitung
gerakan janin
14. Ajarkan aktivitas yang aman
selama hamil
15. Ajari mengenali tanda bahaya
Kolaborasi
16. Kolaborasi dengan spesialis
jika ditemukan tanda dan
bahaya kehamilan
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan menggunakan
SOAP. Catat apa saja keluhan yang dikatakan pasien, hasil pemeriksaan
yang dilakukan perawat, analisis dari hasil tindakan yang telah dilakukan
dan apakah tindakan keperawatan akan diteruskan atau dihentikan

Anda mungkin juga menyukai