Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA NATAL DENGAN INDIKASI POST DATE


Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Maternitas di
ruang VK RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :
Vanessa Salvadilah
106117046
D3 Keperawatan 2B

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-
ISLAMIYAH
CILACAP
2019
A. Pengertian
Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai
terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi persalinan adalah
meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam
persalinan. (Saifuddin, 2002).
Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi
persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane. Augmentasi
merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap tidak
adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin. (Cunningham,
2013).
Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-cara
buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan
merangsang timbulnya his. (Sinclair, 2010)
Secara umum induksi persalinan adalah berbagai macam tindakan
terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun
medisinal, untuk merangsang timbulnya atau mempertahankan kontraksi
rahim sehingga terjadi persalinan. Atau dapat juga diartikan sebagai inisiasi
persalinan secara buatan setelah janin viable. (Llewellyn, 2002)
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan
dari perhitungan usia kehamilan,seperti rumus Naegele atau dengan tinggi
fundus uteri serial. ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi III, 2008)
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut Naegele dengan siklus rata – rata 28 hari.(WHO 1977.FIGO
1986) ( Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,2009)

B. Fisiologi / Patofisiologi
Kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar,
Rustam, 2009). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin.
Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga
berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak
pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu,
terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga
spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai
oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin.
Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan
kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi
postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain:
a. Hipoplasia hipofise
b. Anensefalus
c. Devisiensi enzim sulfarase plasenta
d. Hormon estriol yang rendah.

C. Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori yang diajukan pada
umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post term sebagai akibat
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain
sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya merupakan
kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin. Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan karena
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
member kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut.
3. Teori Kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruh pada
meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendah merupakan
tidak timbulnya HIS.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi
tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan
bagian bawah maasih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm.
5. Heriditer
Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak permpuannya akan mengalami
kehamilan pos term. (Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 2009)
6. Kurangnya air ketuban
7. Insufisiensi plasenta
( Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, 2008)

D. Manifestasi Klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara
obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
3. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
4. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
5. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat.

E. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas


1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi
uterus tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang. Maka akan
sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu
dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan
mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali
lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang
berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi
kematian janin dalam kandungan.

F. Komplikasi
1. Bayi besar, dapat menyebabkan DKP
2. Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin
sampai bayi meninnggal
3. Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi meconium
(Saiffudin, 2006)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas
plasenta.
2. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes
tekanan oksitosin
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %
( Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I, 2008 )

H. Penatalaksanaan
Bila keadaan bayi baik :n tes tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bisa hasil positif
segera lakukan SC.
1. Induksi persalinan: Metode farmakologis diantaranya yaitu
pemberian prostaglandin E (dinoprostone, cervidil, dan prepidil),
prostaglandin E (Misoprostol atau cytotec), dan donor nitrit oksida.
Sedangkan ynag termasuk kedalam metode mekanis yakni kateter
transservikal (kateter foley), ekstra amnionik salin infusion (EASI),
dilator servikal higroskopik, dan stripping membrane. (Cunningham,
2013)

Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan atau
persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulit
bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang cukup.
Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan
induksi sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin, yang
memerlukan pertolongan segera.
Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
1. Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5
unit dalam 500 cc glukosa 5 %, banyak dipergunakan
Teknik induksi dengan infuse glukosa lebih sederhana, dan
mulai dengan 8 tts/mnt, dengan maksimal 40 tts/mnt.
Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tts sampai
kontraksi optimal tercapai.
Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal telah tercapai, maka
tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan.
Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan
selang waktu 24-48 jam.
2. Amniotomi
Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk
mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu
sekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan
berlangsung.
Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat
diikuti induksi persalinan dengan infuse glukosa yang
mengandung 5 IU oksitosin.
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama
dirnagsang oleh prostaglandin sebagai induksi persalinan
dapat dalam bentuk infuse intravena (Nalator) dan
pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria)
Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks
selama induksi persalinan.
Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan
periksa DJJ.
Kaji ulang indikasi
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg
ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi
6 jam kemudian (jika his tidak timbul)
Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse
oksitosin, jika :
Ketuban pecah, pematangan serviks telah tercapai, proses
persalinan telah berlangsung, pemakaian prostaglandin telah
24 jam.
4. Pemberian misoprostol
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya
pad kasus-kasus tertentu misalnya,
Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu
premature untuk bisa hidup.

I. Fokus Pengkajian
1. Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
2. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
3. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
4. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
5. Pemerikasaan fisik
- Keadaan umum klien
- Abdomen (DJJ Bayi, gerakan bayi)
- Saluran cerna
- Alat kemih (Genetalia)
- Lochea
- Vagina (perdarahan, cairan amnion)
- Perinium + rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
6. Pemeriksaan psikososial
- Respon + persepsi keluarga
- Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

J. Diagnosa yang mungkin muncul


1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Ansietas

4. Rediko pendarahan

5. keletihan

K. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
NOC :
 Pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada
klien diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan KH:
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang denga menggunakan
mangement nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC : Pain mangement
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Kaji kultur yang menyebabkan nyeri
3. Ajarkan tekhnik nonfarmokologi
4. Atur posisi senyaman mungkin
5. Kaji TTV
6. Kaji tipe dan sumber nyeri
7. Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian obat analgetik

2. Resiko Infeksi b.d trauma jaringan


NOC :

 Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pada klien diharapkan tidak terjadi infeksi dengan KH:
1. Klien bebas dari tanda gejala infeksi
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Menunjukan prilaku hidup sehat
NIC : Infection control (kontrol infeksi)
1. Bersih lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan tekhnik isolasi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
4. Monitor tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghindari infeksi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi diit TKTP
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik
3. Cemas sehubungan dengan perubahan status kesehatan
NOC :
NIC : anxiety reduction (penurunan kecemasan).
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Jelaskan selama prosedur dan apa yang dirasakan selama prosdur
3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa
takut
4. Libatkan keluarga untuk menemani pasien
5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
4. Resiko pendarahan
NOC:
NIC :
5. Keletihan
NOC:
NIC;

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC


NANDA, NIC- NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis & NAND, NIC- NOC.Jakarta: Media Action Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka
Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Saifudin. 2008. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo
0

Anda mungkin juga menyukai