Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
- Kehamilan post term, disebut juga kehamilan lewat waktu, kehamilan
serotinus adalah kehamilan yang bealangsung ampai 42 minggu (294 hari)
atau lebih (Wiknjosastro, 2009: 686).
- Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 4
minggu lengkap (Mansjoer, 2000: 275).
- Yang dimaksud kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur
kehamilannya lebih dari 42 minggu (Saifuddin, 2001: 305).

B. FREKUENSI
Menurut Mochtar (1998: 222) yaitu:
- Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4-12%
- Apabila batas waktu 43 minggu frekuensi 3,4 – 4%

C. ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui, factor yang dikemukakan adalah hormonal,
yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosisn berkurang. Factor lain
adalah factor herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu (Mochtar, 1998: 222).

D. PERMASALAHAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU


Menurut Manuaba (1998: 234) permasalahan kehamilan lewat waktu adalah
placenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga
janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin
menurunnya sirkulasi placenta dapat mengakibatkan:
1. Pertumbuhan janin makin lambat
2. Terjadi perubaha metabolism janin

1
2

3. Air ketuban berkurang dan makin kental


4. Sebagian janin bertambah berat, sehingga memerlukan tindakan operasi
persalinan
5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan
setiap saat dapat meninggal dala rahim
6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Pengaruh kehamilan lewat waktu terhadap ibu menurut Mochtar (1998: 223)
dapat menyebabkan distosia karena:
1. Aksi uterus tidak terkoordinir
2. Janin besar
3. Moulding (molase) kepala kurang
Maka sering dijumpai: partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia
bahu, dan perdarahan post partum. Hal ini akan menaikkan angka mortalitas
dan morbiditas.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Manrsjoer (2000: 276) pemeriksaan penunjang untuk kehamilan
post term adalah:
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
placenta
2. KTG (kardiotokografi) untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin)
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan index kariopiknotik > 20%

F. DIAGNOSIS
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan dignosa
kehamlan post term karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur
kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang
dinyatakan sebgai kehamilan post term merupakan kesalahan dalam
menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan post term yang tidak dapat
3

ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%. Dalam menentukan


diagnosis kehamilan post term disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat
pula hasil pemeriksaan antenatal (Wiknjosastro, 2009: 687).

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Mochtar (1998: 34) penatalaksanaan kehamlan postmatur adalah:
1. Setelah usia kahamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya
2. Apabila tidak ada insufisiensi placenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan servix, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
4. Ibu dirawat di RS apabila:
a. Riwayat kemailan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
b. Terdapat hipertensi, pre eklamsi
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
d. Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu
Menurut Mansjoer (2000: 276) penatalaksanaan jika kedaan jann baik adalah:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan test tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bila hasil positif, segera
lakukan seksio sesarea.
2. Induksi persalinan
Menurut Wiknjosastro (2009: 285) untuk menilai kesejahteraan janin pada
kehamilan risiko tinggi dapat dilakukan berbagai jenis pemeriksaan,
diantaranya pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh ibu sendiri yaitu dengan
menghitung gerakan menendang/tendangan janin sebanyak 10 gerakan/12
jam. Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janin meninggal.
4

H. PENCEGAHAN
Pencegahan menurut Saifuddin (2001: 307):
1. Konseling ante natal yang baik
2. Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan tidak
naik, oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa untuk
konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi
I. INDUKSI PERSALINAN
1. Pengertian
a. Augmentasi adalah stimulasi kontraksi spontan (sudah terjadi) yang
dianggap kurang memadai karena gagalnya pembukaan serviksa atau
penurunan janin (Leveno, 2009: 207).
b. Induksi persalinan (induction of labor) ialah satu tindakan/langkah untuk
memulai suatu persalinan, baik secara mekanik ataupun secara kimiawi
(farmakologik). Bila pasien telah inpartu, dilakukan
percepatan/akselerasi disebut augmentationor acceleration of labor,
biasanya hanya dilakukan dengan memberikan obat golongan uterotonika
tertentu (misalnya Oksitosin). Tingkat kematangan serviks dinilai dengan
Nilai/Skor Bishop (Achadiat, 2004: 15).
2. Jenis-jenis induksi persalinan
Menurut Wiknjosastro (2005: 74-78) jenis-jenis induksi persalinan sebagai
berikut:
a. Secara medis
1) Indus oksitosin
Agar infus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak
memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan
syarat-syarat sebagai berikut:
a) Kehamilan aterm
b) Ukuran panggul normal
c) Tidak ada CPD
d) Janin dalam presentasi kepala
5

e) Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar


dan sudah mulai membuka.
Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor Bishop, yaitu bila
nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
2) Prostaglandin
Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot
rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah
PGE2 dan PGF2alpha. Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat
diberikan secara intravena, oral, vaginal, rektal dan intra amnion. Pada
kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostaglandin cukup
efektif. Pengaruh sampingan dari pemberian prostaglandin ialah mual,
muntah, diare.
3) Cairan hipertonik intrauterin
Pemberian cairan hipertonik intraamnion dipakai untuk merangsang
kontraksi rahim pada kehamilan denga janin mati. Cairan hipertonik
yang dipakai berupa cairan garam hipertonik 20%, urea dan lain-lain.
Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk
memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim. Cara ini dapat
menimbulkan penyulit yang cukup berbahaya, misalnya
hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.
b. Secara manipulatif/dengan tindakan
1) Amniotomi
Amniotomi artifisialis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban
baik di bagian bawah depan (fore water) maupun di bagian belakang
(hind water) dengan suatu alat khusus (Drewsmith catheter-
Macdonald klem). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti
bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya
kontraksi. Beberapa teori mengemukakan bahwa:
a) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga
tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks.
6

b) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah di dalam


rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga
berkurangnya oksigenasi otot-otot rahim dan keadaan ini
meningkatkan kepekaan otot rahim.
c) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding
serviks dimana di dalamnya terdapat banyak syaraf-syaraf yang
merangsang kontraksi rahim.
Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-
tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara-cara lain
untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infus oksitosin.. pada
amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit seperti,
infeksi, prolapsus funikuli, gawat janin, tanda-tanda solusio plasenta
(bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara cepat).
2) Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim (stripping of the
membrane).
Yang dimaksud stripping of the membrane, yaitu melepaskan ketuban
dari dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi
mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam
merangsang timbulnya his.
Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini,
ialah:
a) Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari.
b) Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak boleh
dilakukan.
c) Bila kepala belum cukup turun dala rongga panggul.
3) Pemakaian rangsangan listrik.
Dengan dua elektrode, yang satu diletakkan dalam serviks, sedang
yang lain ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudian dialirkan
listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk
menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat-alat ini bermacam-macam,
bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa-bawa
7

dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemkaaian alat ini perlu
dijelaskan dan disetujui oleh pasien.
4) Rangsangan pada puting susu
Sebagaimana diketahui rangsangan puting susu dapat mempengaruhi
hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga terjadi
kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah dicoba dilakukan
induksi persalinan pada kehamilan dengan merangsang puting susu.
Pada salah satu puting susu, atau daerah areola mammae dilakukan
masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada
daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah puting puting dan areola
mammae diberi minyak pelicin. Lamanya tiap kali masase ini dapat
½-1 jam, kemudian istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan
lagi, sehingga dalam 1 hari maksimal dilakukan 3 jam. tidak
dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudara
bersamaan, karena ditakutkan terjadinya perangsangan berlebihan.
Menurut penelitian diluar negeri cara induksi ini memberi hasil yang
baik. Cara-cara ini baik sekali untuk melakukan pematangan serviks
pada kasus-kasus kehamilan lewat waktu.
3. Beberapa hal yang harus diperhatikan
Menurut Achadiat (2004: 15) ada bebrapa hal yang harus dperhatikan dalam
induksi persalinan, antara lain:
a. Pasien yang dilakukan induksi persalinan harus dirawat dan diawasi di
rumah sakit, artinya tidak lagi diperkenankan rawat jalan atau pulang ke
rumah
b. Pasien yang akan dilakukan induksi persalinan, harus dikaji secara
saksama dan menyeluruh dalam beberapa hal, yaitu indikasi,
kontraindikasi, syarat-syarat, komplikasi
c. Pemeriksaan penunjang, meliputi: darah dan urine lengkap; kesejahteraan
janin (Fetal Wellbeing) meliputi Non Stress Test (NST), Conraction
Stress Test (CST), maupun Biophysical Profile (BPP); skor Bishop
8

d. Slama menjalani induksi persalinan, pasien diawasi secara periodik, bila


memungkinkan dengan Continuous Fetal Herat Rate Cardiotocography
(CTG). Setiap hasil rekaman CTG harus dilaporkankepada dokter untuk
dievaluasi dan ditindaklanjuti
Untuk FHR manual (Doppler atau fetoscope Laennec):
1) Setiap 15-30 menit pada fase laten
2) Setiap 5-10 menit pada fase aktif
3) Setiap usaikontraksi pada kala II
e. Harus diingat bahwa induksi persalinan merupakan salah satu upaya
melahirkan per vaginam dan sama sekali bukanlah uatu sarana atau dalih
untuk persalinan per abdominam (SC)
4. Indikasi induksi persalinan
Menurut Achadiat (2004: 16) indikasi induksi persalinan adalah:
a. Hipertensi dalam kehamilan (Eklampsia atau Pre Eklampsia)
b. Kehamilan lewat waktu (post term)
c. Pertumbuhan janin terhambat/PJT (IUGR = Intra Uterine Growth
Retardation)
d. Hipertensi kronik
e. Kematian janin intra uterin
f. Inkompatibilitas rhesus
g. Amnionitis atau Korioamnionitis
h. Abrupsio/solusio plasenta
i. Diabetes mellitus
5. Kontraindikasi induksi persalinan
Menurut Achadiat (2004: 17) kontra indikasi induksi persalinan adalah:
a. Malpresentasi janin
b. Bekas SC atau operasi uterus lainnya (tidak mutlak)
c. Placenta previa
d. Adanya tumor dinding uterus (seperti mioma uteri)
e. Insufisiensi utero-plasenta tipe maligna ataupun gawat janin, atau
kesejahteraan janin yang disangsikan (melalui proses NST maupun CST)
9

f. Cephalo-Pelvic Dysproportion (CPD)


6. Nilai/Skor Bishop
Menurut Achadiat (2004: 17) skor Bishop adalah suatu cara untuk meniali
kematangan serviks dan responnya terhadap suatu induksi persalinan, karena
telah diketahui bahwa serviks dengan skor Bishop rendah (artinya serviks
belum matang) memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding
serviks yang matang (ripenend). Lima kondisi yang dinilai dari seviks ialah
pembukaan (dilatation), pendataran (effacement), penurunan kepala (station),
konsistensi (consistency), posisi ostium uteri (position).
Tabel 1.1
Skor Bishop
Skor 0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Station -3 -2 -1 +1 +2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Amat lunak
Posisi Posterior Tengan Anterior Anterior
(Sumber: Achadiat, 2004: 17)

Tabel 1.2
Cara Pemakaian Skor Bishop
Tambah 1 angka untuk: Kurangi 1 angka untuk:
Pre eklamsia Post date
Setiap normal partus Nullipara
Ketuban negatif/lama
(Sumber: Achadiat, 2004: 17)

7. Keberhasilan induksi persalinan


Kemungkinan keberhasilan induksi persalinan menurut Achadiat (2004: 18)
Bila skor total Kemungkinan
10

Berhasil Gagal
0-4 50-60% 40-50%
5-9 90% 10%
10-13 100% 0%

Yang dimaksud induksi persalinan berhasil dalam obstetri modern ialah: bayi
lahir pervaginam dengan skor APGAR baik (>6), termasuk yang harus
dibantu dengan ekstraksi forsep maupun vakum.
8. Pelaksanaan induksi persalinan
Menurut Achadiat (2004: 18) pelaksanaan induksi persalinan yaitu:
a. Pasien dievaluasi secara menyeluruh, khususnya mengenai kesejahteraan
janin. Janin yang tidak sejahtera adalah kontraindikasi mutlak untuk
induksi persalinan, demikian pula apabila dalam induksi terjadi penurunan
kesejahteraan janin (yang terlihat dari hasil pemantauan bunyi jantung
janin).
b. Indikasi dilakukan dengan memberikan tablet Misoprostol / Cytotec 25-50
mg yang diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam sehingga dicapai
his/kontraksi yang memadai sesuai dengan tahap persalinan.
c. Setelah pemberian 3 kali berturut turut belum menunjukkan kontraksi
yang memadai, harus dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pasien.
Jika semuanya dalam keadaan baik, pasien diistirahatakan dulu selama 24
jam dan untuk kemudian prosedur di atas pada butir 1 dapat diulang
kembali
d. Sebelum melakukan induksi ulangan, pasien dipersiapkan keembali
sebagaimana butir 1, khususnya melalui kesejahteraan janin
e. Induksi persalinan dianggap gagal bila setelah seri kedua tidak terjadi
kontraksi yang memadai untuk persalinan, atau tidak tercapai skor Bishop
>5. Bila terjadi kegagalan induksi (hanya sekitar 5% dengan
menggunakan tablet Misoprstol/Cytotec), maka langkah yang dilakukan
adalah SC berencana/elektif apabila ada tidak ada kegawatan ibu dan/atau
janin, SC segera bila terjadi kegawatan
11

f. Bila skor Bishop >5, dapat dlanjutkan dengan augmentasi/akselerasi


secara titrasi larutan Oksitosin 5 IU dalam Dextrose 5% 500 ml, dengan
kecepatan tetesan 8 tpm dan ditingkatkan setiap 15 menit dengan 4 tpm,
sampai maksimal 40 tpm. Selama proses pemacuan maupun induksi ini,
semua prosedur pengawasan terhadap kehamilan di atas harus tetap
dilakukan dengan baik. Penghitungan tetesan dapat pula menggunakan
mesi khusus untuk titrasi tersebut secara otomatis.
g. Bila his/kontraksi telah memadai untuk tahap persalinan tertentu, maka
dipertahankan dan tidak perlu ditingkatkan lagi.
h. Bila tidak terjadi kontraksi yang berarti setelah pemberian 2 botol larutan
Oksitosin tersebut, maka augmentasi dianggap gagal dan pasien disiapkan
untuk SC
i. Demikian pula jika dengan 2 jam his baik ternyata tak ada kemajuan
persalinan, dilakukan tindakan SC. Penilaian persalinan didasarkan pada 3
kriteria (namun cukup 1 saja yang perlu untuk menilai majunya
persalinan), yakni pembukaan (dilatasi) serviks, penurunan (station)
kepala, perputaran (rotasi) kepala janin
9. Alternatif teknik induksi persalinan
a. Titrasi/drip oksitosin dosis rendah yakni dengan titrsai oksitosin 5 IU
dalam dextrose 5% 500 ml, diberikan secara drip sampai maksimal 3
botol (1500 ml). Bila setelah 3 botol belum terjadi kontraksi atau belum
mencapai skor Bishop >5, maka pasien diistirahatkan selama 24 jam
kemudian diulangi lagi. Bila 2 seri induksi ternyata tak ada konttraksi atau
tidak tercapai skor Bishop >5, maka induksi dapat disebut gagal.
b. Insersi Folley catheter Intaruterin
c. Penggunaan batang laminaria
10. Komplikasi Induksi Persalinan
Penyulit Induksi oksitosin menurut Winknjosastro (2000: 74 – 75):
a. Tetania Uteri, Ruptra Uteri membakat dan ruptura Uteri.
b. Gawat janin.
Menurut Mochtar (1998: 60) terhadap ibu:
12

a. Kegagalan Induksi
b. Kelelahan Ibu dan emosional
c. Inersia Uteri dan parts lama
d. Tetania Uteri (Tamultous labor) yang dapat menyebabkan solusi plasenta,
ruptur uteri, dan laserasi jalan lahir lainnya.
Terhadap janin
a. Trauma pada janin
b. Prolapsus tali pusat
c. Infeksi Intrapartal pada janin
13

BAB 2
LANDASAN TEORI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN POST DATE

A. Data Subjektif
1. Biodata
Primigravida tua (> 35 tahun) merupakan resiko tinggi kehamilan lewat
waktu yang pengakhiran kehamilannya dilakukan dengan sectio caesarea
(Manuaba, 1998: 227-228).
2. Keluhan utama
Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu. Gerak janinnya
makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali (Manuaba, 1998:
225).
3. Riwayat kesehatan
Bila terdapat hipertensi, pre eklampsi pada kehamilan lebih dari 40-42
minggu, maka ibu harus dirawat di RS (Mochtar, 1998: 223).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Factor predisposisi kehamilan post partum adalah factor hevediter, karena
post maturitas seirng dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Mochtar, 1998:
222).
5. Riwayat kebidanan
a. Haid
Diagnosis kehamilan post term tidak terlalu sulit untuk dtegakkan
bilamana hari pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti
(Wiknjosastro, 2009: 687).
b. Riwayat kehamilan
Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim dan
kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas pada kehamilan
lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di RS (Mochtar, 1998:
223).

13
14

Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu (Manuaba,


1998: 225).
c. Riwayat persalinan
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamila post term mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat bulan pada kehamilan berikutnya (Wiknjosastro: 2009: 687).
6. Psikososial
Kehamila lewat waktu otot rahim tidak sensitive terhadap rangsangan,
karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 1998:
224).
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Sebagai pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan
kandungannya dapat diukur beradasarkan kenaikan BB nya (Mochtar,
1998: 60).
b. Eliminasi
Harus dijaga supaya sedapat mungkin teratur, setiap hari dapat BAB
(Ibrahim, 1993: 161).
c. Istirhat dan tidur
Perlu diperhatikan denga baik, karena istirahat dan tidur yang teraur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani (Manuaba, 1998:
140).
d. Personal hygiene
Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu
diperhatikan dalam hygiene kehamilan (Ibrahim, 1993:159).
e. Aktifitas
Kehamilan bukanlah merupakan halangan untuk berkarya asalkan
dikerjakan dengan pengertian sedang hamil (Manuaba, 1998:139).
f. Kehidupan seksual
Kehamilan bukanlah merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual (Manuaba, 1998:139).
15

B. Data Obyektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis
2. TTV
a. Tekanan darah : dinyatakan tinggi apabila lebih dari 140/90 mmHg
(Depkes RI, 1994:11).
b. Nadi : nadi yang normal adalah 80 x/menit (Depkes RI, 1994:11).
c. Respirasi : meningkat karena cemas
d. Suhu : suhu normal 36-37,5 oC (Depkes RI 1993: 68).
3. Berat badan
Berat badan ibu mendatar atau menurun (Manuaba, 1998:225).
4. Inspeksi
Abdomen: Inspeksi tinggi fundus uteri, keadaan dinding abdomen, gerak
janin yang tampak (Manuaba, 1998:132).
5. Pemeriksaan lain
 TFU Mc. Donald: jarak fundus-simfisis dalam cm
 TBJ Rumus Jhonson-Tausak: BB = (MD – 12) x 155
= …………gr
(Mochtar, 1998:53).
6. Palpasi
Pemeriksaan Leopold menurut Manuaba (1998:135):
- Leopold I
Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur
sungsang, kepala bulat keras dan melenting pada goyangan, pada letak
kepala akan teraba bokong pada fundus, tidak keras tak melenting dan
tidak bulat: pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian-
bagian janin.
- Leopold II
Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata
dengan tulang iga seperti papan cuci. Pada letak lintang dapat
ditetapkan dimana kepala janin.
16

- Leopold III
Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis. Kepala
akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba dan tidak bulat.
Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong.
- Leopold IV
Bila bagian terendah masuk PAP telah melampau lingkaran
terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksa divergen,
sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan
pemeriksa konvergen.
7. Auskultasi
Dalam keadaan normal DJJ berkisar antara 120-160 (Depkes RI, 1999:53).
8. Pemeriksaan penunjang
USG, KTG, amnioskopi, sitologi vagina (Mansjoer, 2000:276)

J. ASSESMENT
G PAPIAH, umur kehamilan >42 minggu, tunggal/gemelli, hidup/mati
intra/ekstra uteri, bujur/lintang, puka/puki, fleksi/defleksi, presentasi
kepala/bokong, hodge, dengan masalah:
1) Cemas karena tidak segera melahirkan bai
2) Potensial terjadi foetal distress sehubungan dengan penurunan fungsi
plasenta
Prognosa baik

K. PLANNING
1) Diagnosa : G PAPIAH, umur kehamilan >42 minggu, tunggal/gemelli,
hidup/mati intra/ekstra uteri, bujur/lintang, puka/puki, fleksi/defleksi,
presentasi kepala/bokong, hodge. KU baik.
Tujuan : Ibu dan janin dalam keadaan sehat sampai
persalinan
17

Kriteria :
- Keadaan umum ibu baik
- Secara verbal ibu bisa menjelaskan kebutuhan tentang kehamilan
lewat waktu.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T: 120/80-140/90 mmHg
S: 36,5-37,5oC
N: 80-100 x/mnt
R: 16-24 x/mnt
- DJJ dalam batas normal yaitu 120-160 x/menit
- Tidak dilakukan tindakan SC.
- Bayi lahir langsung menangis dan gerak aktif
- Perdarahan kurang dari 500 cc
Intervensi
a. Bina hubungan baik dengan komunikasi terapeutik
R/ Tercipta hubungan saling percaya sehingga ibu kooperatif dalam
tindakan.
b. Jelaskan pada ibu mengenai kehamilan postdate.
R/ ibu mengetahui kondisinya, sehingga kooperatif dalam asuhan
c. Jelaskan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan yaitu induksi
persalinan termasuk kemungkinan operasi.
R/ Klien mengerti dan kooperatif dalam tindakan.
d. Pantau tanda-tanda vital ibu dan DJJ janin.
R/ Perubahan tanda vital dari batas normal menunjukkan suatu
keadaan patologi. Peningkatan ataupun penurunan denyut jantung
menandakan adana gawat janin.
e. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi oksitosin
drip
R/ oksitosin drip berfungsi dalam mempercepat pembukaan sehingga
bayi dapat segera lahir.
18

f. Observasi keadaan ibu, pembukaan bila tidak ada kemajuan setelah di


induksi rencanakan SC
R/ Deteksi dini adanya komplikasi dan pengurangan resiko terhadap
bayi.
2. Masalah I : Cemas karena tidak segera melahirkan bayi.
Tujuan : Cemas hilang/berkurang
Kriteria : Ekspresi wajah tenang dan ibu tampak rileks
Intervensi:
a. Berikan perawatan primer atau dukungan professional inpartu
continue sesuai indikasi
R/ Terpenuhinya kebutuhan dan mengurangi kecemasan
b. Kaji tingkat dan penyebab kecemasan
R/ Cemas memperberat persepsi nyeri dan mempengaruhi teknik
penggunaan coping.
c. Anjurkan berbagai aktivitas misalnya membaca buku, mengajak
mengobrol.
R/ Membantu mengalihkan perhatian dari persalinan.
3. Masalah II : Potensial terjadi foetal distress sehubungan dengan
penurunan fungsi plasenta
Tujuan : Foetal distress tidak terjadi
Kriteria : - DJJ dalam batas normal: 120-160 x/mnt
- Air ketuban jernih dan utuh
- Bayi langsung menangis dan gerakan aktif
Intervensi, menurut Doenges (2001:110-111) adalah sebagai berikut:
a. Kaji KU ibu dan janin.
R/ Untuk mengetahui kondisi ibu dan mencegah kegawatdaruratan.
b. Anjurkan ibu untuk menhitung gerakan janin.
R/ Deteksi dini terjadinya gawat janin.
c. Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri.
R/ Meningkatkan perfusi plasenta, mencegah supine hipotensif
syndrome.
19

d. Observasi DJJ.
R/ Mengetahui kondisi janin, bila DJJ < 100 dan > 160 merupakan
tanda gawat janin.
e. Observasi TTV.
R/ Deteksi dini adanya kelainan.

L. PELAKSANAAN
Langkah-langkah pelaksanaan dalam proses manajemen kebidanan dilakukan
oleh bidan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Bidan
melakukan mandiri bila peril dilakukan tindakan diluar kewenangannya
bidan melakukan kolaborasi maupun rujukan. Intervensi dilakukan kepada
klien, bidan memonitor dan mengawasi kemajuan kesehatan klien atau
keluarga. Pelaksanaan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan
berkualitas (Depkes RI, 1995:11).

M. EVALUASI
Merupakan langkah akhir dalam proses manajemen kebidanan, merupakan
pengukuran antara keberhasilan dengan rencana dan bertujuan mengetahui
sejauh mana keberhasilannya. Menurut (Depkes RI, 1995:7-10) antara lain:
S : Data Subyektif
Mendokumentasikan data yang dikumpulkan melalui anamnesa
O : Data Obyektif
Mendokumentasikan hasil intrepretasi data subyektif dan obyektif dalam
situasi identifikasi
A : Diagnosa/masalah
Antisipasi diagnose/masalah lain
P : Planning
Menggambarkan dokumentasi perencanaan, tindakan dan evaluasi.
20

BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Tanggal pengkajian : 07-10-2014
Waktu pengkajian : 08.00 WIB
Tempat pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun

a. Data Subyektif
1) Biodata

Istri Suami

Nama : Ny. W Tn. R


Umur : 20 tahun 22 tahun
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Pegawai Pabrik
Penghasilan :- Rp. 2.000.000/bln
Usia menikah : 16 tahun 18 tahun
Lama/berapa kali : 4 tahun/ 1 kali 4 tahun/ 1kali
Alamat : Desa J , glonggong Madiun

2) Keluhan utama
Ibu mengatakan kehamilannya sudah lewat bulan yaitu lebih 2 minggu
dari hari perkiraan lahir. Ibu merasa cemas tentang kondisinya.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan sehat, tidak pernah menderita penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, batuk lama yang tidak sembuh-sembuh,
21

penakit dengan gejala sering makan, sering minum, sering kencing


(DM), badan kuning, sclera kuning (Hepatitis), nyeri saat BAK,
keputihan yang berbau, gatal (PMS).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sehat, tidak pernah menderita penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, batuk lama yang tidak sembuh-sembuh,
penakit dengan gejala sering makan, sering minum, sering kencing
(DM), badan kuning, sclera kuning (Hepatitis), nyeri saat BAK,
keputihan yang berbau, gatal (PMS).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu sehat, tidak ada yang
menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis,
atau batuk ang tidak sembuh-sembuh. Ibu mengatakan tidak ada
keturunan kembar dalam keluarganya.
d) Saat ini dalam kondisi sehat, tidak sedang pengobatan penyakit.
Saat ibu batuk pilek, ibu berobat ke bidan dan diberi obat sembuh.
4) Riwayat kebidanan
a) Haid
Ibu mengatakan haid pertama kali usia 14 tahun, teratur, siklus 28
hari, darah encer, lama 6 hari, ganti pembalut 2 kali sehari, tidak
nyeri haid keputihan sebeluumdatang bulan, tidak berbau dan tidak
gatal.
HPHT : 15-12-2013 HPL : 22-09-2014
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan hamil anak pertama normal, rutin periksa ke bidan,
ibu mengalami mual dan muntah pada usia kehamilan 2-3 bulan
kemudian sembuh. Ibu mendapatkan suntik TT 3 kali pada usia
kehamilan 4 dan 5 bulan. Dan setelah itu tidak ada keluhan pada
TM II dan TM III. Persalinan cukup bulan, spontan belakang
kepala, ditolong bidan, bayi lahir langsung menangis, gerak aktif,
BB 2800 gram, PB 50 cm, jenis kelamin laki-laki dan usia anak
22

sekarang 2 tahun 5 bulan. Plasenta lahir spontan danlengkap, tidak


ada perdarahan setelah bayi lahir sampai 6 minggu postpartum.
Selama nifas ibu sehat. Anak pertama langsung diberi ASI sampai
6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun serta ditambah PASI.
c) Riwayat kehamilan sekarang
Iu mengatakan hamil anak kedua,tidak ada masalah, mual dan
muntah terjadi pada usia kehamilan 2-3 bulan, kemudian sembuh.
Ibu mendapat suntik TT 2 kali pada usia kehamilan 4 bulan dan 4
bulan. Ibu periksa rutin ke bidan. Pada usia kehamilan 39-40
minggu ibu periksa kebidan tidak ada keluhan dan oleh bidan
disuruh kembali lagi 1 minggu lagi dan diberi vitamin. Setelah itu
usia 40-41 minggu ibu datang ke bidan tidak ada keluhan kenceng-
kenceng, oleh bidan dianjurkan untuk melakukan USG dirumah
sakit dan diberi surat rujukan, tetapi ibu masih menunggu dirumah
akhirnya ibu datang kerumah sakit usia 42 minggu untuk
melakukan USG. Setelah dilakukan USG ibu dianjurkan untuk
MRS karena sudah termasuk kehamilan lewat waktu.
d) Riwayat KB
Setelah menikah ibu tidak menggunakan kontrasepsi karena ingin
segera memiliki anak. Setelah melahirkan anak pertama ibu
menggunakan kontrasepsi pil selama 3 tahun dan gagal pil karena
ibu sering lupa dalam minum pil.
5) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3x sehari, porsi sedang, komposisi nasi,
lauk pauk paling sering tahu, tempe, kadang
telur/ayam, minum 3-4 gelas/hari air putih dan 1
gelas teh manis di pagi hari.
Selama hamil : Makan 3x sehari, porsi sedang, komposisi nasi,
lauk-pauk (ikan laut, ayam, tahu, tempe)
sayuran hijau yang paling sering sawi, bayam,
23

kacang panjang, makan buah 2x seminggu.


Minum 4-5 kali sehari air putih dan 1 gelas susu.
b) Eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1x/hari, BAK 3-4x sehari tidak ada
keluhan.
Selama hamil : BAB 1x/hari konsistensi faeses agak keras,
BAK 6-7x sehari, terutama lebih sering pada
malam hari pada awal kehamilan.
c) Istirahat tidur
Sebelum hamil : Tidur siang 1-2 jam sehari, tidur malam  7-8
jam mulai pukul 21.00-05.00 WIB.
Selama hamil : Tidur siang 1-2 jam sehari. Tidur malam 6 jam
sering susah tidur karena terbangun untuk BAK
pada malam hari.
d) Aktivitas
Sebelum hamil : Ibu melakukan aktifitas rumah tangga seperti
biasa (menyapu, mengepel, mencuci).
Selama hamil : Ibu melakukan aktifitas rumah tangga dibantu
oleh suami jika lelah. Ibu istirahat dan
melakukan senam hamil saat waktu senggang.
e) Personal hygiene
Sebelum hamil : Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi tiap kali mandi,
keramas 2x seminggu, ganti baju setiap kali
mandi dan celana dalam setiap kali basah atau
kotor.
Selama hamil : Ibu mandi 2x sehari dan ganti baju setiap selesai
mandi dan ganti celana dalam setiap kali bash.
Ibu melakukan perawatan payudara.
f) Pola seksual
Sebelum hamil : Ibu melakukan hubungan seksual 2-3x
seminggu, tidak ada keluhan.
24

Selama hamil : Pada awal kehamilan ibu takut berhubungan


seksual 1-2x seminggu, tidak ada keluhan, hamil
tua ini dianjurkan sering dipakai untuk
hubungan seksual.
g) Rekreasi
Sebelum dan selama hamil ibu tidak pernah pergi ke tempat
rekreasi. Ibu mengisi waktu luang dengan nonton TV, membaca
majalah, dan berkunjung kerumah tetangga.
h) Pola ketergantungan
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok dan
minumminuman beralkohol serta ketergantungan terhadap jamu-
jamuan tradisional dan obat-obatan tertentu, suami ibu merokok
tetapi selama ibu hamil, suami merokok jauh dari ibu.
i) Latar belakang social budaya
Dalam keluarga tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu.
Ibu tidak pernah pijat perut ke dukun. Ibu tidak pernah minum
jamu-jamuan. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.
j) Psikososial dan spiritual
- Ibu merasa cmas karena kehamilannya sudah cukup bulan dan
sudah waktunya melahirkan tetapi belum ada tanda-tanda
persalinan. Ibu ingin anak kedua ini dapat lahir normal tanpa
operasi. Keluarga ibu pun cemas dengan kondisi I bud an
baina. Takut jika bai lahir cacat dan mati.
- Ibu selalu berdoa bagi keselamatan dirinya dan bayinya sampai
persalinan selesai nanti.
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum baik
Kesadaran composmentis
2) Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
25

R : 18 x/menit
S : 36,7∘C
3) Pemeriksaan antropometri
BB sebelumnya : 70 kg
BB sekarang : 70 kg
TB : 160 cm
LILA 24 cm
4) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, lurus, warna hitam tidak mudah
rontok dan tidak ada ketombe.
Muka : Tidak sembab, tidak terdapat cloasma gravidarum,
tidak pucat.
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva tampak merah
muda.
Hidung : Bersih tidak ada sekret, tidak ada polip.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe, tidak ada pembendungan vena
jugularis.
Dada : Simetris, terdapat hiperpigmentasi, areola dan
papila mammae, puting menonjol, colostrum ,
tidak ada ronchi, wheezing, teratur, bunyi normal.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, perut membesar,
membujur, ada striae lividae, tampak gerakan
janin, pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan.
Genetalia : Bersih, tidak terdapat varices, tidak terdapat
kondiloma akuminata maupun kondiloma
matalata, tidak ada flour albus.
Ekstremitas : Tidak ada oedema pada tangan dan kaki, tidak
terdapat varices pada kaki, kuku bersih, reflek
patella +/+.
26

5) Pemeriksaan khusus
a. TFU Mc donald : 30 cm
TBJ : (30-12)x155
: 2790 gram
DJJ :  136 x/mnt, kuat, teratur
b. Leopold

Leopold I : TFU 3 jari bawah px, pada bagian fundus teraba


bagian yang lunak, kurang bundar, kurang
melenting (bokong)

Leopold II : Pada sisi kanan teraba bagian yang panjang, keras


seperti papan, sedangkan pada sisi kiri terdapat
bagian kecil janin (puka)

Leopold III : Pada bagian bawah janin teraba bagian yang


bundar keras dan sulit digoyangkan (preskep)

Leopold IV : Bagian rendah sudah masuk PAP divergen

6) Pemeriksaan tambahan
- Hasil VT tanggal 07-10-2014 pukul 08.00 WIB
V/V taa, Ø 1cm, eff 25%, ketuban , preskep HI, UUK kadep,
teraba sutura sagitalis, tidak teraba bagian kecil disamping kepala
janin, arkus pubis >90∘, kesan jalan lahir normal.
- Penurunan kepala 4/5 bagian

B. Analisa Data
No. Diagnose/masalah Data dasar
1 GIIP10001, usia kehamilan DS : Ibu mengatakan ini kehamilan yang
42 minggu, tunggal, kedua.
hidup, intrauterine, situs - Ibu mengatakan kehamilannya sudah
bujur, habitus fleksi, lewat bulan yaitu lebih 2 minggu dari hari
27

punggung kanan, perkiraan lahir. Ibu merasa cemas dengan


presentasi kepala HI, kondisinya saat ini.
inpartu kala I fase laten, - HPHT : 15-12-2014
kesan jalan lahir normal. DO : KU Baik, keasadaran komposmentis
KU ibu dan janin baik - TD : 110/80 mmHg
- TB 160 cm, BB terakhir 70 kg, LILA 24
cm.
- Leopold I : TFU 3 jari bawah px dan
posisi bokong
- Leopold II : Puka
- Leopold III : Preskep
- Leopold IV : Divergen
- TFU 30 cm, TBJ 2790 gram
- DJJ  136 x/menit (11-11-12) teratur,
kuat, punctum maksimum 3 jari kanan
bawah pusat.
- Reflek patella +/+
- His 2x dalam 10 menit lamanya 20 detik.
- Hasil VT (07-10-2014) pukul 08.00 WIB:
V/V taa, Ø 1cm, eff 25%, ketuban ,
preskep HI, UUK kadep, teraba sutura
sagitalis, tidak teraba bagian kecil
disamping kepala janin, arkus pubis >90∘,
kesan jalan lahir normal.
Penurunan kepala 4/5
- Genetalia tidak odema dan varises, tidak
ada fluor albus, tidak ada kondiloma
akuminata dan matalata, bloody slym Ɵ.
2 Potensial terjadi fetal DS : Ibu mengatakan cemas karena bayinya
distress sehubungan tidak segera lahir dan takut jika terjadi
28

dengan penurunan masalah pada bayinya dan ibu hamil sudah


fungsi plasenta 9 bulan lebih.
DO : HPHT : 15-12-2014
- HPL : 22-09-2014
- DJJ  136 x/menit (11-11-12) teratur,
kuat, punctum maksimum 3 jari kanan
bawah pusat.

C. Diagnosa Kebidanan
GIIP10001, usia kehamilan 42 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, situs bujur,
habitus fleksi, punggung kanan, presentasi kepala HI, inpartu kala I fase laten,
kesan jalan lahir normal. KU ibu dan janin baik dengan masalah potensial
terjadi fetal distress sehubungan dengan penurunan fungsi plasenta. Prognosa
baik.

D. Perencanaan
1. Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 42 minggu, tunggal, hidup,
intrauterine, situs bujur, habitus fleksi, punggung kanan,
presentasi kepala HI, inpartu kala I fase laten, kesan jalan
lahir normal. KU ibu dan janin baik.
Tujuan : Ibu dan janin dalam keadaan sehat sampai persalinan dan
bayi lahir selamat.
Kriteria : - His kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 60-90 detik
- DJJ dalam batas normal : 120-160 x/mnt
- TTV dalam batas normal
T : 110/60-140/90 mmHg
N : 76-90 x/mnt
S : 36,5-37,5oC
R : 16-24 x/mnt
- Paling lambat pukul 19.00 WIB masuk kala II
- Kala II kurang dari 2 jam
29

- Partus spontan pervaginam


- Bayi lahir spontan belakang kepala, langsung menangis dan
gerakan aktif
- Kala II kurang dari 30 menit, plasenta lahir spontan lengkap
- Perdarahan dalam batas normal (< 500 cc)

Intervensi :

a) Bina hubungan baik dengan komunikasi terapeutik


R/ Tercipta hubungan saling percaya sehingga ibu kooperatif dalam
tindakan.
b) Kaji pengetahuan klien/ibu mengenai kehamilan post term
R/ Pengetahuan ibu mengenai hamil post date itu sampai seberapa
sehingga ibu tidak mengalami cemas.
c) Jelaskan pada ibu mengenai kehamilan lewat waktu
R/ Informasi ang tepat akan membantu menurunkan kecemasan pada
ibu dan lebih kooperatif dalam tindakan tindakan yang dilakukan.
d) Lakukan VT bila ada tanda gejala kala II dan ketuban pecah.
R/ Mengetahui kemajuan persalinan dan menghindari infeksi.
e) Jelaskan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan termasuk
kemungkinan operasi.
R/ Ibu mendapatkan informasi sehingga ibu dapt bersiap-siap dan
mengerti.
f) Pantau tanda vital ibu dan DJJ janin.
R/ Deteksi dini komplikasi atau perubahan kondisi ibu dan janin.
g) Lakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemeriksaan USG dan
NST
R/ Mengetahui kondisi bayi dalam rahin dan denut jantung janin.
h) Lakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian drip oksitosin
kepada ibu.
R/ Drip oksitosin dapat membuat suatu persalinan mejadi cepat karena
mempengaruhi rahim untuk selalu berkontraksi.
30

2. Masalah I : Potensial terjadi fetal distress sehubungan dengan


penurunan fungsi plasenta
Tujuan : Fetal distress tidak terjadi
Criteria : - DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit
- Air ketuban jernih dan utuh
- Bayi lahir langsung menangis dan gerak aktif
Intervensi :
a) Kaji KU ibu dan janin
R/ Mengetahui kondisi ibu dan janin serta mencegah terjadinya
kegawatdaruratan
b) Anjurkan ibu untuk menghitung gerakan janin
R/ Deteksi dini adanya gawat janin
c) Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri
R/ Dengan tidur miring kiri dapat meningkatkan perfusi plasenta
sehingga mencegah supine hipotensif sindrome
d) Observasi DJJ
R/ Bila DJJ <100 dan > 160 merupakan tanda gawat janin sehingga
bisa dilakukan tindak lanjut
e) Observasi TTV
R/ Deteksi dini komplikasi dan perubahan kondisi ibu dan janin
f) Kolaborasi dengan SpOG untuk penanganan post date jika tidak ada
kemajuan persalinan (SC)
R/ Antisipasi dini untuk mencegah komplikasi, agar klien mendapat
penanganan yang cepat dan tepat

5. Pelaksanaan
Tanggal : 07-10-2014 pukul : 08.30 WIB
1. Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 42 minggu, tunggal, hidup,
intrauterine, situs bujur, habitus fleksi, punggung kanan,
presentasi kepala HI, inpartu kala I fase laten, kesan jalan
lahir normal. KU ibu dan janin baik.
31

Implementasi :
a) Membina hubungan baik dengan komunikasi terapeutik yaitu dengan
sikap ramah, tersenyum pada klien, pendekatan pada klien, komunikasi
terus dengan pasien, memberikan motivasi dan sentuhan.
b) Mengkaji dan menanyakan kepada klien hal-hal yang diketahui tentang
keahamilan lewat waktu yaitu ibu tahu bahwa hamil lewa waktu itu
hamil lebih dari 2 minggu dari tafsiran perkiraan tanggal lahir.
c) Menjelaskan pada ibu mengenai kehamilan lewat waktu yaitu hamil
yang melebihi waktu yang biasanya> 42 atau 43 minggu. kehamilan
ibu adalah > 42 minggu. hal ini biasanya disebabkan oleh beberapa
factor yaitu mulai dari hormonal, psikologis ibu yang stress ataupun
kelainan pada alat kandungan serta factor keturunan ataupun ibu lupa
dengan haid terakhirnya.
d) Melakukan VT bila ada tanda gejala kala II dan ketuban pecah.
e) Menjelaskan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan termasuk
kemungkinan operasi bila induksi persalinan tidak berhasil.
f) Memantau tanda-tanda vital ibu dan DJJ janin
g) Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan USG dan
NST. Hasilnya normal masih bisa lahir spontan.
h) Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian terapi drip
oksitosin yaitu ½ ampul dan infuse RL dimulai dari 12 tpm.
2. Masalah I
Implementasi :
a) Mengkaji KU ibu dan janin. KU ibu baik dan janin baik.
b) Menganjurkan ibu untuk menghitung gerakan janin yaitu 3x dalam 10
menit.
c) Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri agar janin mendapatkan
oksigen dan tidak mengalami fetal distress.
d) Mengobservasi DJJ. DJJ janin yaitu 132 x/menit (11-11-11), kuat
teratur di punctum maksimum 3 jari kanan bawah pusat.
e) Mengobservasi TTV dan hasilnya dalam batas normal.
32

f) Melakukan kolaborasi dengan SpOG untuk penanganan post date jika


tidak ada kemajuan persalinan (SC)

6. Evaluasi
Tanggal 07-10-2014, pukul 11.30 WIB
S : Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering
O : KU ibu baik, kesadran komposmentis
- Terdapat blood slym
- His 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik.
- DJJ  144 x/menit (12-12-12), kuat teratur punctum maksimum 3
jari kanan bawah pusat
- Hasil VT tanggal 07-10-2014 pukul 11.30 WIB
V/V taa, Ø 7 cm, eff 75%, ketuban , preskep HII, UUK kadep,
teraba sutura sagitalis, tidak ada bagian kecil disamping kepala
janin, kesan jalan lahir normal.
A : GIIP10001 inpartu kala I fase dilatasi maksimal, keadaan umum ibu
dan janin baik, prognosa baik.
P : - Mengobservasi DJJ, nadi, his, setiap 30 menit, pembukaan 2 jam lagi
bila ada tanda gejala kala II
- Menyiapkan alat persalinan, ruangan dan pasien.

Tanggal : 07-10-2014, pukul 13.15 WIB

S : - Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin kuat dan sering


- Ibu mengatakan ingin meneran dan tidak bias ditahan lagi seperi mau
BAB.
O : - KU baik, kesadaran komposmentis
- Perineum menonjol dan vulva membuka
- Muka tampak kemerahan dan berkeringat
- His 5x dalam 10 menit lamanya 60 detik
- DJJ 140 x/menit (11-12-12), teratur, kuat, dipunctum maksimum 3 jari
kanan bawah pusat.
33

- Hasil VT tanggal 07-10-2014 pukul 13.15 WIB:


V/V taa, Ø 10 cm, eff 100%, ketuban Ɵ, jernih, preskep, HIII, UUK
dibawah simpisis, teraba sutura sagitalis, tidak teraba bagian kecil janin
disamping kepala, kesan jalan lahir normal.
A : Inpartu kala II. KU ibu dan janin baik.

P :
1. Menyiapkan alat-alat persalinan dan siapkan diri, alat-alat sudah disiapkan
lengkap dan siap-siap memakai celemek, cuci tangan, kemudian
memasukkan oksitosin dalam spuit.
2. Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan bayi akan
segera lahir.
3. Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu
4. Memimpin ibu meneran sewaktu ada his, ibu tampak meneran dengan
benar.
5. Memberikan support dan pujian pada ibu
6. Memberikan ibu minum setelah his
7. Mengobservasi DJJ diantara 2 his
8. Membantu kelahiran bayi dengan teknik yang benar sesuai standar. Ketika
kepala bayi membuka vulva 3-4 cm, letakkan handuk diperut, measang
underpet dan kain bersih dibawah bokong, membuka partus set dan
memakai sarung tangan.
9. Menolong kepala bayi dengan menahan kepala bai defleksi diatas simpisis
dan tangan lainnya melindungi perineum. Menganjurkan ibu untuk
bernafas cepat dan dangkal serta jangan meneran setelah kepala bayi lahir.
10. Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar, melahirkan bahu secara
biparietal. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan kearah atas
untuk melahirkan bahu belakang.
11. Setelah kedua bahu lahir, melahirkan badan dengan menyangga kepala,
lengan serta siku bawah dan menelusuri serta memegang lengan dan siku
bagian atas sampai seluruh tubuh bayi lahir.
34

12. Menilai bayi dengan cepat dengan 2 pertanyaan yaitu tangisan dan gerakan

Tanggal 07-10-2014, pukul 13.15 WIB

S : Ibu mengatakan lega bayinya telah lahir


O : Pukul 13.15 bayi lahir spontan belakang kepala, tangisan kuat dan
gerakan aktif, jenis kelamin perempuan, BB : 3000 gr, PB : 49 cm, AS :
8-9, LIKA 33 cm, LIDA 32 cm, LP 29 cm.
A : Bayi baru lahir normal, KU baik
P : - Mengeringkan dan membungkus bayi dengan handuk (kain bersih)
- Menjepit dan memotong tali pusat serta mengikat tali pusat, tali pusat
dijepit dengan klem, kemudian dipotong diantara 2 klem dan diikat
dengan benang DTT dengan simpul kunci disisi lainnya.
- Meletakkan bayi didada ibu agar ada kontak kulit ibu dengan bayi serta
selimuti bayi dengan kain hangat dan pasang tapi di kepala.
- Lakukan penimbangan bayi, ukur PB, LK, LD, LA, bayi
- Berikan tetes mata antibiotic praflaksis, kemudian injeksi vitamin K 1
minggu IM dip aha kiri antero lateral
- Setelah 1 jam injeksi vitamin KI, kemudian berikan imunisasi hepatitis
B dipaha kanan antero lateral
- Periksa nafas dan suhu bayi

Tanggal 07-10-2014, pukul 13.20 WIB


S : Ibu mengatakan perutnya terasa mules
O : - Tali pusat di depan vulva
- Cu baik, uterus keras dan bundar
- TFU setinggi pusat
- Kandung kemih kosong
A : Kala III
P : - Memastikan uterus tidak ada janin kembar
- Menyuntikan oksitosin 10 IU IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
35

- Melakukan PTT sewaktu ada his, PTT dilakukan sampai terdapat tanda
lepas plasenta, tali pusat bertambah panjang dan keluar darah tiba-tiba,
tidak ada tahanan membantu melahirkan plasenta
- Massase uterus 15 detik/15x dan pastikan Cu baik
- Memeriksa kelengkapan plasenta, perdarahan dan laserasi jalan lahir.

Tanggal 07-10-2014, pukul 13.30 WIB


S : Ibu merasa lega bayi dan plasenta sudah lahir
O : - Plasenta lahir spontan lengkap pukul 13.20 WIB
- Sisi maternal : selaput amnion lengkap, d : 20 cm, tebal : 2 cm
- Sisi fetal : insersi sentralis P : 50 cm, tidak ada pembuluh darah yang
terputus
- Perdarahan  150 cc
- TFU 1 jari bawah pusat
- Cu keras dan bundar
- Kandung kemih kosong
- Laserasi spontan derajat I tidak dijahit
A : Kala IV
P : - Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan 2-3 kali pada 15 menit
pertama, tiap 15 menit pada 1 jam PP, 20-30 menit pada 2 jam PP
- Memeriksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, tiap 15 menit pada 1
jam pertama dan 30 menit pada jam kedua serta suhu tiap 1 jam
- Mengajarkan cara masase uterus
- Mendekontaminasi perdarahan dan tempat persalinan
- Membersihkan ibu dan memberi makan dan minum
- Menganjurkan ibu untuk miring kanan dan miring kiri setelah 2 jam
PP
- Menjelaskan tanda bahaya kala IV
- Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi:
Amoxicillin 500 mg 3x1/oral 10 tablet
Asam mefenamat 500 mg 3x1/oral 10 tablet
36

- Melengkapi partograf.
Mahasiswa

NOFI ERNAWATI
37

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:


EGC
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta: Pusdiknakes
_______. 1994. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.
Jakarta: Pusdiknakes
_______. 1999. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta: Pusdiknakes

Doenges, Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal Dan Bayi. Jakarta: EGC.

Ibrahim, Christina. 1993. Perawatan Kebidanan Jilid 3. Jakarta: Bharata

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Rigkas. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2000. FK UI Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapius
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Saifuddin, AB. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: YBP-SP
_______. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

_______. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

_______. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

21

Anda mungkin juga menyukai