BAB I
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
- Kehamilan post term, disebut juga kehamilan lewat waktu, kehamilan
serotinus adalah kehamilan yang bealangsung ampai 42 minggu (294 hari)
atau lebih (Wiknjosastro, 2009: 686).
- Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 4
minggu lengkap (Mansjoer, 2000: 275).
- Yang dimaksud kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur
kehamilannya lebih dari 42 minggu (Saifuddin, 2001: 305).
B. FREKUENSI
Menurut Mochtar (1998: 222) yaitu:
- Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4-12%
- Apabila batas waktu 43 minggu frekuensi 3,4 – 4%
C. ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui, factor yang dikemukakan adalah hormonal,
yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosisn berkurang. Factor lain
adalah factor herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu (Mochtar, 1998: 222).
1
2
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Manrsjoer (2000: 276) pemeriksaan penunjang untuk kehamilan
post term adalah:
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
placenta
2. KTG (kardiotokografi) untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin)
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan index kariopiknotik > 20%
F. DIAGNOSIS
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan dignosa
kehamlan post term karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur
kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang
dinyatakan sebgai kehamilan post term merupakan kesalahan dalam
menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan post term yang tidak dapat
3
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Mochtar (1998: 34) penatalaksanaan kehamlan postmatur adalah:
1. Setelah usia kahamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya
2. Apabila tidak ada insufisiensi placenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan servix, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
4. Ibu dirawat di RS apabila:
a. Riwayat kemailan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
b. Terdapat hipertensi, pre eklamsi
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
d. Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu
Menurut Mansjoer (2000: 276) penatalaksanaan jika kedaan jann baik adalah:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan test tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bila hasil positif, segera
lakukan seksio sesarea.
2. Induksi persalinan
Menurut Wiknjosastro (2009: 285) untuk menilai kesejahteraan janin pada
kehamilan risiko tinggi dapat dilakukan berbagai jenis pemeriksaan,
diantaranya pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh ibu sendiri yaitu dengan
menghitung gerakan menendang/tendangan janin sebanyak 10 gerakan/12
jam. Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janin meninggal.
4
H. PENCEGAHAN
Pencegahan menurut Saifuddin (2001: 307):
1. Konseling ante natal yang baik
2. Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan tidak
naik, oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa untuk
konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi
I. INDUKSI PERSALINAN
1. Pengertian
a. Augmentasi adalah stimulasi kontraksi spontan (sudah terjadi) yang
dianggap kurang memadai karena gagalnya pembukaan serviksa atau
penurunan janin (Leveno, 2009: 207).
b. Induksi persalinan (induction of labor) ialah satu tindakan/langkah untuk
memulai suatu persalinan, baik secara mekanik ataupun secara kimiawi
(farmakologik). Bila pasien telah inpartu, dilakukan
percepatan/akselerasi disebut augmentationor acceleration of labor,
biasanya hanya dilakukan dengan memberikan obat golongan uterotonika
tertentu (misalnya Oksitosin). Tingkat kematangan serviks dinilai dengan
Nilai/Skor Bishop (Achadiat, 2004: 15).
2. Jenis-jenis induksi persalinan
Menurut Wiknjosastro (2005: 74-78) jenis-jenis induksi persalinan sebagai
berikut:
a. Secara medis
1) Indus oksitosin
Agar infus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak
memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan
syarat-syarat sebagai berikut:
a) Kehamilan aterm
b) Ukuran panggul normal
c) Tidak ada CPD
d) Janin dalam presentasi kepala
5
dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemkaaian alat ini perlu
dijelaskan dan disetujui oleh pasien.
4) Rangsangan pada puting susu
Sebagaimana diketahui rangsangan puting susu dapat mempengaruhi
hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga terjadi
kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah dicoba dilakukan
induksi persalinan pada kehamilan dengan merangsang puting susu.
Pada salah satu puting susu, atau daerah areola mammae dilakukan
masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada
daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah puting puting dan areola
mammae diberi minyak pelicin. Lamanya tiap kali masase ini dapat
½-1 jam, kemudian istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan
lagi, sehingga dalam 1 hari maksimal dilakukan 3 jam. tidak
dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudara
bersamaan, karena ditakutkan terjadinya perangsangan berlebihan.
Menurut penelitian diluar negeri cara induksi ini memberi hasil yang
baik. Cara-cara ini baik sekali untuk melakukan pematangan serviks
pada kasus-kasus kehamilan lewat waktu.
3. Beberapa hal yang harus diperhatikan
Menurut Achadiat (2004: 15) ada bebrapa hal yang harus dperhatikan dalam
induksi persalinan, antara lain:
a. Pasien yang dilakukan induksi persalinan harus dirawat dan diawasi di
rumah sakit, artinya tidak lagi diperkenankan rawat jalan atau pulang ke
rumah
b. Pasien yang akan dilakukan induksi persalinan, harus dikaji secara
saksama dan menyeluruh dalam beberapa hal, yaitu indikasi,
kontraindikasi, syarat-syarat, komplikasi
c. Pemeriksaan penunjang, meliputi: darah dan urine lengkap; kesejahteraan
janin (Fetal Wellbeing) meliputi Non Stress Test (NST), Conraction
Stress Test (CST), maupun Biophysical Profile (BPP); skor Bishop
8
Tabel 1.2
Cara Pemakaian Skor Bishop
Tambah 1 angka untuk: Kurangi 1 angka untuk:
Pre eklamsia Post date
Setiap normal partus Nullipara
Ketuban negatif/lama
(Sumber: Achadiat, 2004: 17)
Berhasil Gagal
0-4 50-60% 40-50%
5-9 90% 10%
10-13 100% 0%
Yang dimaksud induksi persalinan berhasil dalam obstetri modern ialah: bayi
lahir pervaginam dengan skor APGAR baik (>6), termasuk yang harus
dibantu dengan ekstraksi forsep maupun vakum.
8. Pelaksanaan induksi persalinan
Menurut Achadiat (2004: 18) pelaksanaan induksi persalinan yaitu:
a. Pasien dievaluasi secara menyeluruh, khususnya mengenai kesejahteraan
janin. Janin yang tidak sejahtera adalah kontraindikasi mutlak untuk
induksi persalinan, demikian pula apabila dalam induksi terjadi penurunan
kesejahteraan janin (yang terlihat dari hasil pemantauan bunyi jantung
janin).
b. Indikasi dilakukan dengan memberikan tablet Misoprostol / Cytotec 25-50
mg yang diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam sehingga dicapai
his/kontraksi yang memadai sesuai dengan tahap persalinan.
c. Setelah pemberian 3 kali berturut turut belum menunjukkan kontraksi
yang memadai, harus dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pasien.
Jika semuanya dalam keadaan baik, pasien diistirahatakan dulu selama 24
jam dan untuk kemudian prosedur di atas pada butir 1 dapat diulang
kembali
d. Sebelum melakukan induksi ulangan, pasien dipersiapkan keembali
sebagaimana butir 1, khususnya melalui kesejahteraan janin
e. Induksi persalinan dianggap gagal bila setelah seri kedua tidak terjadi
kontraksi yang memadai untuk persalinan, atau tidak tercapai skor Bishop
>5. Bila terjadi kegagalan induksi (hanya sekitar 5% dengan
menggunakan tablet Misoprstol/Cytotec), maka langkah yang dilakukan
adalah SC berencana/elektif apabila ada tidak ada kegawatan ibu dan/atau
janin, SC segera bila terjadi kegawatan
11
a. Kegagalan Induksi
b. Kelelahan Ibu dan emosional
c. Inersia Uteri dan parts lama
d. Tetania Uteri (Tamultous labor) yang dapat menyebabkan solusi plasenta,
ruptur uteri, dan laserasi jalan lahir lainnya.
Terhadap janin
a. Trauma pada janin
b. Prolapsus tali pusat
c. Infeksi Intrapartal pada janin
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN POST DATE
A. Data Subjektif
1. Biodata
Primigravida tua (> 35 tahun) merupakan resiko tinggi kehamilan lewat
waktu yang pengakhiran kehamilannya dilakukan dengan sectio caesarea
(Manuaba, 1998: 227-228).
2. Keluhan utama
Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu. Gerak janinnya
makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali (Manuaba, 1998:
225).
3. Riwayat kesehatan
Bila terdapat hipertensi, pre eklampsi pada kehamilan lebih dari 40-42
minggu, maka ibu harus dirawat di RS (Mochtar, 1998: 223).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Factor predisposisi kehamilan post partum adalah factor hevediter, karena
post maturitas seirng dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Mochtar, 1998:
222).
5. Riwayat kebidanan
a. Haid
Diagnosis kehamilan post term tidak terlalu sulit untuk dtegakkan
bilamana hari pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti
(Wiknjosastro, 2009: 687).
b. Riwayat kehamilan
Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim dan
kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas pada kehamilan
lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di RS (Mochtar, 1998:
223).
13
14
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis
2. TTV
a. Tekanan darah : dinyatakan tinggi apabila lebih dari 140/90 mmHg
(Depkes RI, 1994:11).
b. Nadi : nadi yang normal adalah 80 x/menit (Depkes RI, 1994:11).
c. Respirasi : meningkat karena cemas
d. Suhu : suhu normal 36-37,5 oC (Depkes RI 1993: 68).
3. Berat badan
Berat badan ibu mendatar atau menurun (Manuaba, 1998:225).
4. Inspeksi
Abdomen: Inspeksi tinggi fundus uteri, keadaan dinding abdomen, gerak
janin yang tampak (Manuaba, 1998:132).
5. Pemeriksaan lain
TFU Mc. Donald: jarak fundus-simfisis dalam cm
TBJ Rumus Jhonson-Tausak: BB = (MD – 12) x 155
= …………gr
(Mochtar, 1998:53).
6. Palpasi
Pemeriksaan Leopold menurut Manuaba (1998:135):
- Leopold I
Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur
sungsang, kepala bulat keras dan melenting pada goyangan, pada letak
kepala akan teraba bokong pada fundus, tidak keras tak melenting dan
tidak bulat: pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian-
bagian janin.
- Leopold II
Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata
dengan tulang iga seperti papan cuci. Pada letak lintang dapat
ditetapkan dimana kepala janin.
16
- Leopold III
Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis. Kepala
akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba dan tidak bulat.
Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong.
- Leopold IV
Bila bagian terendah masuk PAP telah melampau lingkaran
terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksa divergen,
sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan
pemeriksa konvergen.
7. Auskultasi
Dalam keadaan normal DJJ berkisar antara 120-160 (Depkes RI, 1999:53).
8. Pemeriksaan penunjang
USG, KTG, amnioskopi, sitologi vagina (Mansjoer, 2000:276)
J. ASSESMENT
G PAPIAH, umur kehamilan >42 minggu, tunggal/gemelli, hidup/mati
intra/ekstra uteri, bujur/lintang, puka/puki, fleksi/defleksi, presentasi
kepala/bokong, hodge, dengan masalah:
1) Cemas karena tidak segera melahirkan bai
2) Potensial terjadi foetal distress sehubungan dengan penurunan fungsi
plasenta
Prognosa baik
K. PLANNING
1) Diagnosa : G PAPIAH, umur kehamilan >42 minggu, tunggal/gemelli,
hidup/mati intra/ekstra uteri, bujur/lintang, puka/puki, fleksi/defleksi,
presentasi kepala/bokong, hodge. KU baik.
Tujuan : Ibu dan janin dalam keadaan sehat sampai
persalinan
17
Kriteria :
- Keadaan umum ibu baik
- Secara verbal ibu bisa menjelaskan kebutuhan tentang kehamilan
lewat waktu.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T: 120/80-140/90 mmHg
S: 36,5-37,5oC
N: 80-100 x/mnt
R: 16-24 x/mnt
- DJJ dalam batas normal yaitu 120-160 x/menit
- Tidak dilakukan tindakan SC.
- Bayi lahir langsung menangis dan gerak aktif
- Perdarahan kurang dari 500 cc
Intervensi
a. Bina hubungan baik dengan komunikasi terapeutik
R/ Tercipta hubungan saling percaya sehingga ibu kooperatif dalam
tindakan.
b. Jelaskan pada ibu mengenai kehamilan postdate.
R/ ibu mengetahui kondisinya, sehingga kooperatif dalam asuhan
c. Jelaskan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan yaitu induksi
persalinan termasuk kemungkinan operasi.
R/ Klien mengerti dan kooperatif dalam tindakan.
d. Pantau tanda-tanda vital ibu dan DJJ janin.
R/ Perubahan tanda vital dari batas normal menunjukkan suatu
keadaan patologi. Peningkatan ataupun penurunan denyut jantung
menandakan adana gawat janin.
e. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi oksitosin
drip
R/ oksitosin drip berfungsi dalam mempercepat pembukaan sehingga
bayi dapat segera lahir.
18
d. Observasi DJJ.
R/ Mengetahui kondisi janin, bila DJJ < 100 dan > 160 merupakan
tanda gawat janin.
e. Observasi TTV.
R/ Deteksi dini adanya kelainan.
L. PELAKSANAAN
Langkah-langkah pelaksanaan dalam proses manajemen kebidanan dilakukan
oleh bidan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Bidan
melakukan mandiri bila peril dilakukan tindakan diluar kewenangannya
bidan melakukan kolaborasi maupun rujukan. Intervensi dilakukan kepada
klien, bidan memonitor dan mengawasi kemajuan kesehatan klien atau
keluarga. Pelaksanaan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan
berkualitas (Depkes RI, 1995:11).
M. EVALUASI
Merupakan langkah akhir dalam proses manajemen kebidanan, merupakan
pengukuran antara keberhasilan dengan rencana dan bertujuan mengetahui
sejauh mana keberhasilannya. Menurut (Depkes RI, 1995:7-10) antara lain:
S : Data Subyektif
Mendokumentasikan data yang dikumpulkan melalui anamnesa
O : Data Obyektif
Mendokumentasikan hasil intrepretasi data subyektif dan obyektif dalam
situasi identifikasi
A : Diagnosa/masalah
Antisipasi diagnose/masalah lain
P : Planning
Menggambarkan dokumentasi perencanaan, tindakan dan evaluasi.
20
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Tanggal pengkajian : 07-10-2014
Waktu pengkajian : 08.00 WIB
Tempat pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun
a. Data Subyektif
1) Biodata
Istri Suami
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan kehamilannya sudah lewat bulan yaitu lebih 2 minggu
dari hari perkiraan lahir. Ibu merasa cemas tentang kondisinya.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan sehat, tidak pernah menderita penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, batuk lama yang tidak sembuh-sembuh,
21
R : 18 x/menit
S : 36,7∘C
3) Pemeriksaan antropometri
BB sebelumnya : 70 kg
BB sekarang : 70 kg
TB : 160 cm
LILA 24 cm
4) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, lurus, warna hitam tidak mudah
rontok dan tidak ada ketombe.
Muka : Tidak sembab, tidak terdapat cloasma gravidarum,
tidak pucat.
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva tampak merah
muda.
Hidung : Bersih tidak ada sekret, tidak ada polip.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe, tidak ada pembendungan vena
jugularis.
Dada : Simetris, terdapat hiperpigmentasi, areola dan
papila mammae, puting menonjol, colostrum ,
tidak ada ronchi, wheezing, teratur, bunyi normal.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, perut membesar,
membujur, ada striae lividae, tampak gerakan
janin, pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan.
Genetalia : Bersih, tidak terdapat varices, tidak terdapat
kondiloma akuminata maupun kondiloma
matalata, tidak ada flour albus.
Ekstremitas : Tidak ada oedema pada tangan dan kaki, tidak
terdapat varices pada kaki, kuku bersih, reflek
patella +/+.
26
5) Pemeriksaan khusus
a. TFU Mc donald : 30 cm
TBJ : (30-12)x155
: 2790 gram
DJJ : 136 x/mnt, kuat, teratur
b. Leopold
6) Pemeriksaan tambahan
- Hasil VT tanggal 07-10-2014 pukul 08.00 WIB
V/V taa, Ø 1cm, eff 25%, ketuban , preskep HI, UUK kadep,
teraba sutura sagitalis, tidak teraba bagian kecil disamping kepala
janin, arkus pubis >90∘, kesan jalan lahir normal.
- Penurunan kepala 4/5 bagian
B. Analisa Data
No. Diagnose/masalah Data dasar
1 GIIP10001, usia kehamilan DS : Ibu mengatakan ini kehamilan yang
42 minggu, tunggal, kedua.
hidup, intrauterine, situs - Ibu mengatakan kehamilannya sudah
bujur, habitus fleksi, lewat bulan yaitu lebih 2 minggu dari hari
27
C. Diagnosa Kebidanan
GIIP10001, usia kehamilan 42 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, situs bujur,
habitus fleksi, punggung kanan, presentasi kepala HI, inpartu kala I fase laten,
kesan jalan lahir normal. KU ibu dan janin baik dengan masalah potensial
terjadi fetal distress sehubungan dengan penurunan fungsi plasenta. Prognosa
baik.
D. Perencanaan
1. Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 42 minggu, tunggal, hidup,
intrauterine, situs bujur, habitus fleksi, punggung kanan,
presentasi kepala HI, inpartu kala I fase laten, kesan jalan
lahir normal. KU ibu dan janin baik.
Tujuan : Ibu dan janin dalam keadaan sehat sampai persalinan dan
bayi lahir selamat.
Kriteria : - His kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 60-90 detik
- DJJ dalam batas normal : 120-160 x/mnt
- TTV dalam batas normal
T : 110/60-140/90 mmHg
N : 76-90 x/mnt
S : 36,5-37,5oC
R : 16-24 x/mnt
- Paling lambat pukul 19.00 WIB masuk kala II
- Kala II kurang dari 2 jam
29
Intervensi :
5. Pelaksanaan
Tanggal : 07-10-2014 pukul : 08.30 WIB
1. Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 42 minggu, tunggal, hidup,
intrauterine, situs bujur, habitus fleksi, punggung kanan,
presentasi kepala HI, inpartu kala I fase laten, kesan jalan
lahir normal. KU ibu dan janin baik.
31
Implementasi :
a) Membina hubungan baik dengan komunikasi terapeutik yaitu dengan
sikap ramah, tersenyum pada klien, pendekatan pada klien, komunikasi
terus dengan pasien, memberikan motivasi dan sentuhan.
b) Mengkaji dan menanyakan kepada klien hal-hal yang diketahui tentang
keahamilan lewat waktu yaitu ibu tahu bahwa hamil lewa waktu itu
hamil lebih dari 2 minggu dari tafsiran perkiraan tanggal lahir.
c) Menjelaskan pada ibu mengenai kehamilan lewat waktu yaitu hamil
yang melebihi waktu yang biasanya> 42 atau 43 minggu. kehamilan
ibu adalah > 42 minggu. hal ini biasanya disebabkan oleh beberapa
factor yaitu mulai dari hormonal, psikologis ibu yang stress ataupun
kelainan pada alat kandungan serta factor keturunan ataupun ibu lupa
dengan haid terakhirnya.
d) Melakukan VT bila ada tanda gejala kala II dan ketuban pecah.
e) Menjelaskan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan termasuk
kemungkinan operasi bila induksi persalinan tidak berhasil.
f) Memantau tanda-tanda vital ibu dan DJJ janin
g) Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan USG dan
NST. Hasilnya normal masih bisa lahir spontan.
h) Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian terapi drip
oksitosin yaitu ½ ampul dan infuse RL dimulai dari 12 tpm.
2. Masalah I
Implementasi :
a) Mengkaji KU ibu dan janin. KU ibu baik dan janin baik.
b) Menganjurkan ibu untuk menghitung gerakan janin yaitu 3x dalam 10
menit.
c) Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri agar janin mendapatkan
oksigen dan tidak mengalami fetal distress.
d) Mengobservasi DJJ. DJJ janin yaitu 132 x/menit (11-11-11), kuat
teratur di punctum maksimum 3 jari kanan bawah pusat.
e) Mengobservasi TTV dan hasilnya dalam batas normal.
32
6. Evaluasi
Tanggal 07-10-2014, pukul 11.30 WIB
S : Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering
O : KU ibu baik, kesadran komposmentis
- Terdapat blood slym
- His 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik.
- DJJ 144 x/menit (12-12-12), kuat teratur punctum maksimum 3
jari kanan bawah pusat
- Hasil VT tanggal 07-10-2014 pukul 11.30 WIB
V/V taa, Ø 7 cm, eff 75%, ketuban , preskep HII, UUK kadep,
teraba sutura sagitalis, tidak ada bagian kecil disamping kepala
janin, kesan jalan lahir normal.
A : GIIP10001 inpartu kala I fase dilatasi maksimal, keadaan umum ibu
dan janin baik, prognosa baik.
P : - Mengobservasi DJJ, nadi, his, setiap 30 menit, pembukaan 2 jam lagi
bila ada tanda gejala kala II
- Menyiapkan alat persalinan, ruangan dan pasien.
P :
1. Menyiapkan alat-alat persalinan dan siapkan diri, alat-alat sudah disiapkan
lengkap dan siap-siap memakai celemek, cuci tangan, kemudian
memasukkan oksitosin dalam spuit.
2. Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan bayi akan
segera lahir.
3. Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu
4. Memimpin ibu meneran sewaktu ada his, ibu tampak meneran dengan
benar.
5. Memberikan support dan pujian pada ibu
6. Memberikan ibu minum setelah his
7. Mengobservasi DJJ diantara 2 his
8. Membantu kelahiran bayi dengan teknik yang benar sesuai standar. Ketika
kepala bayi membuka vulva 3-4 cm, letakkan handuk diperut, measang
underpet dan kain bersih dibawah bokong, membuka partus set dan
memakai sarung tangan.
9. Menolong kepala bayi dengan menahan kepala bai defleksi diatas simpisis
dan tangan lainnya melindungi perineum. Menganjurkan ibu untuk
bernafas cepat dan dangkal serta jangan meneran setelah kepala bayi lahir.
10. Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar, melahirkan bahu secara
biparietal. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan kearah atas
untuk melahirkan bahu belakang.
11. Setelah kedua bahu lahir, melahirkan badan dengan menyangga kepala,
lengan serta siku bawah dan menelusuri serta memegang lengan dan siku
bagian atas sampai seluruh tubuh bayi lahir.
34
12. Menilai bayi dengan cepat dengan 2 pertanyaan yaitu tangisan dan gerakan
- Melakukan PTT sewaktu ada his, PTT dilakukan sampai terdapat tanda
lepas plasenta, tali pusat bertambah panjang dan keluar darah tiba-tiba,
tidak ada tahanan membantu melahirkan plasenta
- Massase uterus 15 detik/15x dan pastikan Cu baik
- Memeriksa kelengkapan plasenta, perdarahan dan laserasi jalan lahir.
- Melengkapi partograf.
Mahasiswa
NOFI ERNAWATI
37
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal Dan Bayi. Jakarta: EGC.
Saifuddin, AB. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: YBP-SP
_______. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
21