Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN

PERIMENOPOUSE TENTANG
KELUARGA BERENCANA

OLEH :
Intan Anggraini
Shely Sagita Putri
Suci Adelliah

Dosen Pengampu :
Dewi Riastawaty Skm.,M.Kes

PROGRAM S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS


ADIWANGSA JAMBI
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena

atas rahmat dan karunianya penulisan dapat menyelesaikan makalah ini berjudul

“ Keluarga Berencana (KB)” Adapun tujuana dari penulisan makalah ini adalah

untuk memenuhi tugas dosen,selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang metode keluarga berencana bagi para pembaca dan

juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen yang telah

memberikan tugas inisehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

sesuai dengan bidang studi yang telah saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang sya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi kesempurnaa makalah ini.

Jambi, Maret 2020

Penyusun

penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR …………………………...............................................2

DAFTAR ISI ………………………………….................................................3

BAB I PENDAHULUAN ………………………..............................................4

1.1 Latar Belakang ………………………………………….................4


1.2 Tujuan ...............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN …………………………. .........................................6

2.1 Definisi Keluarga Berencana ………………………………..……6


2.2 Tujuan KB ……………………………………...............................6
2.3 Ruang Lingkup KB ………………………………………..............9
2.4 Pengertian Kontrasepsi ………………………………....................10
2.5 Efektivitas Kontrasepsi……………………………........................10
2.6 Metode Kontrasepsi……………….. ..............................................10
2.7 Macam- macam Kontrasepsi …………………………………...…11

BAB III PENUTUP …………………………………………..........................27

3.1 Simpulan ……………………………………………………..........27


3.2 Saran …………………………………………………………........27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan


kesehatan preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut
WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk


mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini
dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing
jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir
sama (Gustikawati, 2014).

Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama


antara pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi
yang akan dipilih sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama.
Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom,
coitus interuptus (senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu
apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan

4
penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian
kontrasepsi (Saifuddin, 2010).
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun.
Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan
untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian
pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau
pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis
kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi


adalah pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik
pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam
menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam penggunaan
kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman
baik akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti program keluarga
berencana (Gustikawati, 2014). Dukungan suami juga mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi, karena istri yang mendapat dukungan dari suami
akan menggunakan kontrasepsi secara terus menerus sedangkan yang tidak
mendapatkan dukungan akan sedikit yang menggunakan kontrasepsi
(Aryanti,2014).

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui Defisini KB
b. Untuk mengetahui tujuan dari KB
C. Untuk mengetahui Ruang lingkup KB
d. Untuk mengetahui Efektifitas KB
e. Untuk mengetahui macam- macam KB

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Keluarga Berencana


2.1.1 Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1967. Pada tahun
tersebut didirikan perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat
itu program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan
(bukan urusan kependudukan). Belum ada political will dari pemerintah
saat itu, karena program KB masih dianggap belum terlalu penting.
Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena
masih ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.
Begitu memasuki Orde Baru, program KB mulai menjadi
perhatian pemerintah. Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola
dan concern terhadap program KB mulai diakui sebagai badan hukum
oleh Departemen Kehakiman. Pemerintahan Orde Baru yang
menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa
program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program
pemerintah dengan ditandai pencanangan Hari Keluarga Nasional pada
tanggal 29 Juni 1970. Pada tanggal tersebut pemerintah mulai
memperkuat dan memperluas

6
program KB ke seluruh Indonesia.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas. Keluarga berkualitas adalah keluarga
yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Keluarga Berencana menurut WHO (dalam Hartanto, 2003: 26-27)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk:
a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu,
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
d. Mengatur interval di antara kehamilan,
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami-
isteri,
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Islam adalah merencanakan jumlah
keturunan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan jarak
kelahiran sesuai syariat (Anton, 2008: 65). Sedangkan pengertian
Keluarga Berencana secara luas ialah merencanakan keluarga atau
perencanaan keluarga sehingga persoalannya bukan sekedar mengatur
besarnya atau jum;lah anak atau menjarangkan anak, akan tetapi lebih
luas dari itu semua, yaitu merencanakan dan mengatur segala aspek
kehidupan keluarga supaya tercapai suatu keluarga yang bahagia
( Widiyanti,1987:157).

7
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
(Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk
menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan
tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan
pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada
usia tua (Hartanto, 2002).
Menurut Soekanto (2006 : 339) Gerakan Keluarga Berencana
Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
ibu-ibu dan anak-anak maupun keluarga serta bangsa secara
menyeluruh. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan
masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan
penduduk tidak melebihi kapasitas produksi.
Habibah (2012) mengatakan gerakan KB dan pelayanan
kontrasepsi memiliki tujuan:
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini
tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR
(Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,00 per wanita.
Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan
mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam
serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan
penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini
diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur,
sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.

8
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak
pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan,
hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga biahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga
berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang
harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan, dan
produktif dari segi ekonomi.
2.1.3 Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
2.1.4 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengatur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Kontrasepsi ialah

9
metode-metode untuk mencegah terjadinya kehamilan. Metode-metode
itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Kontrasepsi
yang bersifat permanen bagi wanita dinamakan tubektomi dan bagi pria
dinamakan vasektomi.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Menurut
Prawirohardjo (2009: 534), kontrasepsi yang ideal itu harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut;
a. Dapat dipercaya,
b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan,
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan,
d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus,
e. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus,
f. Mudah pelaksanaannya,
g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat,
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
2.1.5 Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara
kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu
cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti
aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati,
kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.
2.1.6 Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang
baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah

10
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode
kontrasepsi yaitu:
a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul
2.1.7 Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi
(Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana
estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel
dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

11
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba,
2010).
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal
kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik
dan implant (Handayani, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan
mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan
isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon
tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi
kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan
dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus,
sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara
primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of
hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di
dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan
isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang
terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit

12
kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa
mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung.
Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan
natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan
oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi
dan dapat diberikan diuretik. Kadang- kadang efek samping demikian
mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi
hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk
melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon
estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon
estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam
dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne
(jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus
(keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang
ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis
tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida
albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang,
retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri
kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran
leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen
progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan
rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram
(Manuaba, 2010).
1) Macam- macam kontrapsepsi hormonal
a) Kontrasepsi Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002). Efektivitas pada

13
penggunaan yang sempurna adalah 99,5-99,9% dan 97%
(Handayani, 2010).
1. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam
dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
← Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua
dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi.
← Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan
tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi setiap hari.
selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah,
payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
2. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi
c. Mengentalkan lendir serviks
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan terganggu.
3. Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a. Tidak mengganggu hubungan seksual
b. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c. Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
e. Mudah dihentikan setiap saat
f. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan

14
g. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
4. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
a. Amenorhea
b. Perdarahan haid yang berat
c. Perdarahan diantara siklus haid
d. Depresi
e. Kenaikan berat badan
f. Mual dan muntah
g. Perubahan libido
h. Hipertensi
i. Jerawat
j. Nyeri tekan payudara
k. Pusing
l. Sakit kepala
m. Kesemutan dan baal bilateral ringan
n. Mencetuskan moniliasis
o. Cloasma
p. Hirsutisme
q. leukorhea
r. Pelumasan yang tidak mencukupi
s. Perubahan lemak
t. Disminorea
u. Kerusakan toleransi glukosa
v. Hipertrofi atau ekropi serviks
w. Perubahan visual
x. Peningkatan episode sistitis
y. Perubahan fibroid uterus.
b) Kontrasepsi Suntik
Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi
suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30%
kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

15
DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode
kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami
kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100
wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
1. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis
kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu :
← Depo Mendroksi Progesteron (DMPA),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan
dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).
← Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap
dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat atau bokong).
Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013)
yaitu:
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.

2. Keuntungan kontrasepsi Suntik


Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif,
pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping
sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai
perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium
dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak
payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).

16
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut
Sulistyawati
(2013) yaitu:
a. Gangguan haid
b. Leukorhea atau Keputihan
c. Galaktorea
d. Jerawat
e. Rambut Rontok
f. Perubahan Berat Badan
g. Perubahan libido.
a. Kontrasepsi Implant
Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
← Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implanon
a. Nyaman
b. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
c. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
d. Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
e. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
f. Aman dipakai pada masa laktasi.
Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
← Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi
dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
← Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan
68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
← Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75
mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
1. Cara kerja
kontrasepsi
Implant menurut
Saifuddin (2010)
yaitu:

17
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi.
2. Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu:
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
f) Tidak mengganggu ASI
g) Klien hanya kembali jika ada keluhan
h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
i) Mengurangi nyeri haid
j) Mengurangi jumlah darah haid
k) Mengurangi dan memperbaiki anemia
l) Melindungi terjadinya kanker endometrium
m)Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
n) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul
o) Menurunkan kejadian endometriosis.
3. Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan
perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting),
hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorrhea.
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan
yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang
mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu

18
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
1. Jenis – Jenis AKDR
a) AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. karena itu
berpuluh-puluh macam AKDR telah di kembangkan. Mulai dari
generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai
generasi plastik (polietilen) baik yang di tambah obat maupun
tidak.
Menurur bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :
a. Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya : LippesLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil,
Multiload, Nova-T.
b. Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring, Ayigon, dan Graten Berg Ring.
Menurut tambahan atau metal :
a. Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220(daya kerja
3 tahun) , Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380A (daya kerja
8 tahun), Cu-7 Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun). Pada jenis Mediciated IUD angka yang tertera di
belakang IUD menunjukan luasnya kawat halus tembaga yang
di tambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah
200mm2. Cara inersi : withdrawal.
b. Un Mediciated IUD
Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
Cara inersi lippes loop : Push Out
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya
sampai menopouse, sepanjang tidak ada keluhan dan atau
persoalan bagi akseptornya.
b) AKDR  yang mengandung hormonal (Progestasert –T = Alza T)
a. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam.
b. Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan
65mcg progesteron per hari.

19
c. Tabung insersinya berbentuk lengkung.
d. Daya kerja : 18 bulan.
e. Tehnik insersi : plunging ( modified withdrawal).
c) AKDR LNG-20
a. Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan
20mcg per hari.
b. Sedang diteliti di Finlandia.
c. Angka kegagalan/kehamilan rendah : 0,5 per 100 wanita per
tahun.
d. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi di bandingkan IUD lainnya,
karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang
sangat sedikit. 
Diantara jenis AKDR diatas Cu T – 380 A adalah yang
sampai sekarang digunakan di Indonesia. Cu T 380 A adalah
primadona BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana)
karena banyak kelebihannya. Pertimbangan mengapa BKKBN
memilih Cu T 380 A sebagai primadona yaitu:
a.Teknik pemasangan mudah, tidak sakit
b. Efektivitas tinggi
c.Kejadian ekspulsi rendah
d. Tidak mudah menimbulkan perforasi
e.Tidak banyak menimbulkan komplikasi
f. Tidak banyak menimbulkan trauma
g. Kembalinya kesuburan berjalan lancar 
2. Mekanisme Kerja AKDR
a. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini masih belum di ketahui
secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda
asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan
serbukan lekosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
b. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan- perubahan
pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak
dapat hidup dalam uterus.

20
c. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang
dapat menghalangi nidasi
d. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengental lendir
servikssehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat
melewati cavum uteri.
e. Pergerakan ovum bertambah cepat di dalam tiba fallopi.
f. Sebagai metode biasa (yang di pasang sebelum hubungan sexual
terjadi) AKDR mengubah trasportasi tuba dalam rahim dan
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak
terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (di pasang setelah hubungan
sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki
mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah
terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah di
buahi ke dalam dinding rahim.
3. Keuntungan
a. Efektivitasnya tinggi,Sangat efektif à 0,6 – 08 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama.
b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang
d. Sangat praktis karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T –
380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir).
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik 
4. Kerugian
a. Menorrhagia yaitu haid dengan perdarahan yang berlebih

21
b. Dismenorrhea yaitu nyeri sewaktu haid
c. Peningkatan resiko infeksi panggul
d. AKDR dapat terlepas keluar
e. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih
f. Malposisi AKDR
g. Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran, perforasi, atau
malposisi
5. Yang dapat menggunakan AKDR
a. Ibu usia reproduktif
b. Ibu yang menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang
c. Ibu menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
e. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
f. Ibu dengan risiko rendah dari IMS (Infeksi Menular Seksual)
g. Ibu yang tidak menghendaki metode hormonal
h. Ibu yang tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap
hari
i. Ibu yang tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
sanggama
Selain keadaan diatas ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat
menggunakan AKDR
a. Penderita tumor jinak payudara
b. Penderita kanker payudara
c. Pusing-pusing, sakit kepala
d. Tekanan darah tinggi
e. Varises ditungkai atau vulva
f. Penderita penyakit jantung
g. Pernah menderita stroke
h. Penderita diabetes
i. Penderita penyakit hati atau empedu
j. Malaria
k. Skistosomiasis yaitu infeksi yang disebabkan oleh cacing pipih
darah (tanpa anemia)
l. Penyakit Tiroid

22
m. Epilepsi
6. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR
a. Sedang hamil
b. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis : bila
penyebab didiagnosis dan diobati, AKDR dapat dipasang.
c. Kehamilan ektopik sebelumnya
d. Infeksi panggul atau vagina, bila telah diobati, AKDR dapat
dipasang
e. Kelainan pada uterus, misal uterus bikornu
f. Alergi terhadap komponen AKDR, misalnya : tembaga
g. Penyakit trofoblas yang ganas
h. Diketahui menderita TBC pelvik
i. Kanker alat genital
j. Anemia 
7. Efek samping yang umum dan permasalahan yang lain
/komplikasi
a. Perdarahan
Bentuk gangguan perdarahan pada pemakaian AKDR yang
paling sering adalah perdarahan lama dan banyak
(hipermenorrhea atau menorrhagi). Selain itu sering terjadi
(spotting) antar menstruasi.
b. Rasa nyeri
Keadaan ini terjadi pada beberapa bulan pertama pemakaian dan
cenderung berkurang sesudahnya.
c. Leukorea (keputihan)
Keluarnya discharge yang berlebihan biasanya karena adanya
vaginitis atau servisitis.
d. Ekspulsi
Ekspulsi adalah keluarnya AKDR dari kavum uteri melalui
kanalis servikalis, baik sempurna maupun sebagian.
e. Perforasi dan translokasi
Perforasi dapat terjadi pada saat pemasangan (primer) maupun
sesudah AKDR berada ditempatnya (sekunda). Adanya perforasi
menyebabkan AKDR menembus dinding rahim sehingga
lokasinya berubah yang dikenal dengan nama translokasi.

23
c. Metode Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap adalah kontrasepsi yang ditujukan untuk


mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama (tidak terbatas).
Kontrasepsi mantap dapat dilakukan pada salah satu pasangan, dengan
persetujuan dari kedua belah pihak, serta tentunya atas hasil
pertimbangan yang matang.

Dengan efeknya yang dapat bersifat permanen, kontrasepsi


mantap menjadi pilihan terbaik bagi pasangan yang sepakat tidak lagi
menambah jumlah anak (atas berbagai alasan).

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode


Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah
pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal
dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).

1. Tubektomi

Metode kontrasepsi mantap yang dilakukan pada seorang


wanita adalah tubektomi. Tubektomi dilakukan dengan menghambat
saluran penghubung indung telur dan rahim (disebut tuba fallopi).
Dengan metode ini, sel telur yang dilepaskan dari indung telur tidak
akan mampu bertemu dengan sperma yang masuk, dan kehamilan
akan sulit terjadi.

Bagaimana cara menghambat saluran penghubung tersebut?


Caranya adalah dengan pengikatan atau pemotongan, serta
pemasangan cincin oleh dokter yang berkompeten. Anda dapat
memperolehnya kapanpun, termasuk saat proses persalinan sebagai
berikut:

a. Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca-persalinan.

24
b. Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi
cesar.
c. Bila tidak dilakukan dalam satu minggu pasca persalinan,
ditunda 4-6 minggu berikutnya.

Seberapa efektif metode ini? Berikut adalah manfaat-manfaat yang


dapat diperoleh dari tubektomi.

a. Efektivitas yang tinggi yaitu 99,5%.

b. Tidak mempengaruhi proses menyusui

c. Tidak mengganggu proses berhubungan seksual, dan tidak


mengubah fungsi seksual.

d. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

e. Mengurangi risiko kanker ovarium.

2. Vasektomi

Bila atas kesepakatan bersama, pihak suami yang akan


menjalani kontrasepsi mantap, maka vasektomi adalah pilihannya.
Vasektomi adalah metode kontrasepsi mantap pada pria. Metode
yang dilakukan hampir sama yaitu menghambat saluran yang
mengeluarkan sperma, sehingga sperma tidak akan dapat keluar dari
tubuh.

Jangan samakan tidak adanya sperma dan tidak adanya


ejakulasi (mengeluarkan cairan saat orgasme). Seorang pria yang
memperoleh vasektomi akan tetap ejakulasi, namun bedanya cairan
yang keluar tidak mengandung sperma, melainkan hanya berupa
cairan semen (hasil produksi beberapa kelenjar).

Vasektomi dapat dilakukan kapan saja. Dua jenis pengerjaan


yang ada adalah proses yang melibatkan proses penyayatan maupun
Vasektomi Tanpa Pisau (VTP). VTP menjadi metode yang dapat
mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Prosedur ini dilakukan hanya
secara singkat dan tidak membutuhkan bius umum.

25
Berikut adalah keuntungan yang didapat dari vasektomi:

a. Efektivitas tinggi 99,6%-99,8%.

b. Sangat aman, tidak terdapat efek jangka panjang.

c. Efektif dalam jangka waktu panjang.

Dibandingkan kontrasepsi kondom, vasektomi memberikan efisiensi


biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi.

Penting diingat, berbeda dengan tubektomi yang langsung


aktif, World Health Organization  (WHO) menyarankan
kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur atau kurang
lebih 20 ejakulasi setelah prosedur. Hal tersebut untuk meyakinkan
bahwa fungsi kontrasepsi mantap benar-benar berjalan.

26
BAB III
KESIMPULAN

3.1 SIMPULAN
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengatur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan.

3.2 SARAN
Diharapkan kepada akseptor KB suntik untuk selalu meningkatkan

pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kontrasepsi

melalui sumber informasi terpercaya, tenaga kesehatan agar pengetahuan akseptor

dapat ditingkatkan dan patuh dalam melakukan kontrasepsi apapun.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2004. KeluargaBerencanadanKontrasepsi,Jakarta:CV Mulyasari


Handayani, Sri.2010.Buku ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihanna
http://911medical.blogspot.com/2008/04/artikel-makalah-tentang-kb-
keluarga.html
http://kuliahbidan .word.ipb.ac.id/-tpb/?pilih=news&mod-yes&aksi=lihat&id=19

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Anda mungkin juga menyukai