Anda di halaman 1dari 23

1

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kehamilan

1.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah proses yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama terakhir haid (Saifuddin,2005). Kehamilan adalah proses dimulai dari
ovulasi sampai partus, lamanya 280 hari dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu )
(Wiknjosastro, 2005). Kehamilan adalah pertemuan antara sel sperma dan sel telur
yang terjadi melalui hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan pembuahan
terjadi di dalam rahim ketika wanita sedang pada masa subur (Kisanti, 2008).

1.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2006), tanda kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu :


1. Tanda tidak pasti kehamilan :
a) Amenorea (tidak dapat haid) gejala ini penting karena wanita hamil
tidak haid lagi dan perlu diketahui tanggal hari pertama haid terakhir
untuk menentukan tuanya kehamilan,
b) Nausea dan emesis, sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu
c) Mengidam, terjadi pada bulan pertama dan menghilang dengan makin
tuanya kehamilan
d) Mammae menjadi tegang dan membesar
e) Tidak ada nafsu makan
f) Sering kencing terjadi karena kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar
g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun

Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid


plasenta yang merangsang melanofor dan kulit

2. Tanda kemungkinan kehamilan


a) Perut membesar

I
2

b) Uterus membesar
c) Tanda Hegar, hipertropi ismus, ismus menjadi panjang dan
melunak
d) Tanda Chadwick, vagina dan vulva mengalami peningkatan
pembuluh darah karena pengaruh hormon esterogen sehingga
tampak memerah dan dan kebiruan
e) Tanda piscaseck, uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga
menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut
f) Kontraksi- kontraksi kecil uterus atau broxton hiks
g) Teraba ballotement, lentingan dari bawah janin

3. Tanda pasti kehamilan


a) Pada umur kehamilan 20minggu gerakan janin kadang-kadang dapat di
raba secara obyektif oleh pemeriksa dan bagian-bagian janin dapat
diraba pada kehamilan makin tua
b) Bunyi denyut jantung janin dapat di dengar pada umur kehamilan 18-
20 minggu memakai doppler dan stateskop leannec
c) Pada primigravida ibu dapat merasakan gerakan janin pada usia
kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida umur 16 minggu
d) Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka janin dapat
dilihat

1.1.3 Klasifikasi Kehamilan

Menurut Manuaba (2007) klasifikasi kehamilan meliputi :


a) Kehamilan trisemester 1 : 0- 14 minggu
b) Kehamilan trisemester 2 : 14-28 minggu
c) Kehamilan trisemester 3 :28-40 minggu

1.1.4 komplikasi kehamilan

a) hiperemis gravidarum
adalah rasa mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari. Gejala ini kurang
lebih terjadi pada 6minggu setelah haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10minggu
b) pre eklamsia dan eklamsia

I
3

pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odedema, dan


proteinuria. Eklmsia adalah umumnya timbul pada wanita atau dalam nifas
dengan tanda-tanda preeklamsia dan timbul serangan kejang diikuti oleh koma.
c) Persalinan pretem
Persalinan yang terjadi pada 37 minggu atau kurang merupakan hal yang
berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kemampuan
perinatal.
d) Kehamilan kembar
Kehamilan dengan dua janin atau lebih

e) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin hidup diluar kandungan

1.2 Abortus

1.2.1 Definisi Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan


janin <500gram atau kematian kurang dari 20minggu. Insiden 15% dari semua
kehamilan yang diketahui (Naylor,2005). Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Wiknjosastro,2005). Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Saiffudin, 2005).
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan
dengan berat badan kurang dari 1000gr atau umur kehamilan kurang dari 28minggu
(Manuaba,2007)

1.2.2 Insiden Abortus

Insiden abortus spontan bervariasi tergantung ketelitian metode yang


dgunakan. Wilcox dan koleganya yang meneliti 221 wanita sehat selama 707 siklus
menstruasi, menemukan bahwa 31 % kehamilan mengalami abortus setelah implantasi.
Dengan menggunakan metode yang sangat spesifik, yang mampu mendeteksi beta
human chrionic gonadotropin pada serum ibu dalam konsentrasi yang masih sangat
rendah, dua pertiga dari abortus digolongkan sebagai silent abortus secara klinis

I
4

(Cunningham dkk,2010). Sekitar 80 % abortus terjadi pada trimester pertama yaitu


hingga umur kehamilan 14 minggu 9 Cunningham dkk,201(Cunningham dkk,2010).
Frekuensi abortus berkurang dengan semakin meningkatkan umur kehamilan
(Puscheck dan Pradhan, 2006).
Setelah mengalami abortus satu kali, kemungkinan untuk terjadinya abortus
berulang sebesar 15% sedangkan bila mengalami 2x abortus spontan kemungkinan
terjadi abortus ketiga kalinya sebesar 30% (Petrozza dan Berlin,2010). Bahkan setelah
mengalami abortus spontan 3x dan 4x kemungkinan untuk terjadi abortus berikutnya
berturut-turut sebesar 45% dan 54,3% (Turrentine,2008)

1.2.3 Mekanisme Abortus


Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruhnya bagian embrio akibat adanya pendarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat pendarahan subdesidua tersebut
mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali pross abortus. Pada
kehamilan kurang dari 8minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung keluarkan
secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau dicanalis servicalis. Pendarahan pervaginam terjadi saat
proses pengeluaran hasil konsepsi
Pada kehamilan 8-14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau di
awali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dahulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam vacum
uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih
melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan pendarahan
pervaginam yang banyak. Pada kehamilan ke 14 sampai 22 janin biasanya
sudah di keluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian, kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi pendarahan pervaginam
yang banyak. Pendarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
masih menonjol , dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya pendarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam
(Prawirohardjo,2006).

I
5

1.2.4 Tahapan Abortus

Abortus dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Abortus Spontan
Menurut saifuddin (2005), abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara
alamiah tanpa interfensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut,
berdasarkan gambaran kliniknya, abortus dapat dibagi menjadi :

a. Abortus Iminens : peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan


sebelum 20minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa
adanya dilatasi serviks (Wiknjosastro, 2007)
b. Missed Abortion : kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. (Wiknjosastro, 2007)
c. Abortus insipiens : peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. (Wiknjosastro, 2007)
d. Abortus inkompletus : pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. (Wiknjosastro, 2007)
e. Abortus kompletus : pendarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil
konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri. (Saifuddin, 2005)
f. Abortus Habitualis : abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-
turut (Wiknjosastro, 2007).
g. Abortus infeksiosus dan abortus septic : abortus infeksiosus adalah keguguran
yang disertai infeksi genetalia, sedangkan abortus septic adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toxinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium (Wiknjosastro, 2007).

2. Abortus Provokatus
Merupakan abortus yang disengaja baik dengan menggunakan obat-obatan
maupuan dengan alat-alat . abortus ini terbagi lagi menjadi :

I
6

a. Abortus medisinalis : abortus karena tindakan kita sendiri, dengan


alasan bila kehamilan dilakukan dapat membahayakan jiwa itu
(berdasarkan tindakan medis) (Winkjosastro,2007)
b. Abortus kriminalis : abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional
(winkjosastro,2007)

1.2.5 Etiologi Abortus

Menurut Winknjosastro (2005), hal-hal yang dapat menyebabkan abortus adalah


sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan ini dapat mengakibatkan
kematian atau dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan cacat. Faktor yang
dapat menyebabkan kelainan hasil konsepsi adalah :
a. Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus
spontan adalah trisoni poloploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks
b. Lingkungan kurang sempurna, bila kurang di endometrium yang
terdapat disekitar implantasi kurang sempurna hingga pemberian zat
makanan pada hasil konsepsi terganggu
c. Pengaruh dari luar, radias yang mengenai ibu, virus obat-obatan yang
digunakan ibu dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya didalam uterus

2. Kelainan pada plasenta,ini akan kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit
hipertensi yang menahun, toxemia gravidarum dan lain lain
3. Penyakit ibu, penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam tinggi,
pneumonia,tifoid,rubella yang dapat menyebabkan abortus
4. Kelainan traktus genetalis, seperti retroversi uteri, mioma uteri atau kelainan
bawaan uterusyang dapat menyebabkan abortus. Penyebab lain dari abortus
dalam trisemester 2 adalah servik inkompeten yang disebabkan kelemahan
bawaan servik, dilatasi servik berlebihan, konisasi, amputasi atau robekanservik
yang tidak dijahit

1.2.6 Komplikasi Abortus

I
7

a. Pendarahan : pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari


sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah
b. Perforasi : perforasi uterus pada saat kuretase dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang di
kerjakan oleh orang biasa menimbulkan persoalan gawat karena perlakuan
uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih
c. Infeksi : biasanya pada abortus kriminalis infeksi kandung sampai
sepsis dan infeksi tulang dapat menyebabkan kemandulan
d. Syok : syok pada abortus biasanya terjadi karena pendarahan (syok
haemoragik) dan kaerna infeksi berat ( syok endoseptik ),

1.3 Abortus Inkomplet

1.3.1 Definisi Abortus Inkomplet

Abortus inkomplet adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Wiknjosastro, 2007). Abortus inkomplet adalah pendarahan pada kehamilan muda
dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Rukiyah, 2010).
Abortus inkomplet adalah keluarnya sebagian, tetapi tidak selurubg hasil konsepsi,
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dan sebelum berat janin 500 gr
(SPMPOGI, 2006). Abortus inkomplet adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gr
(Prawirorahardjo, 2006).

1.3.2 Penyebab Abortus Inkomplet

I
8

Penyebab abortus dapat dibedakan menjadi faktor nfetus dan faktor maternal.
Faktor fetus seperti kelainan kromosom menjadi penyebab sekitar 50% kejadian
abortus spontan, dimana sekitar 95% disebabkan oleh kesalahan gametogenesis dari
pihak ibu, kelainan kromosom yang paling sering ditemukan berupa autisomal trisomi
dari kromosom 13,16, 18,21 dan 22. Dari penelitian terhadap 47.000 wanita Bianco
dan koleganya (2006) menemukan resiko aneuploid pada fetus meningkat sesuai
dengan semakin seringnya abortus. Bila tidak pernah abortus resikonya 1,39% satu
kali abortus resikonya menjadi 1,84%, duakali abortus 1,84% 3x abortus menjadi
2,18%

Faktor maternal sebagai penyebab abortus dapat dikelompokkan menjadi


kelainan anatomis sistem reproduksi: mioma uteri dan kelainan uterus, usia,faktor
imunologis, infeksi, penyakit kronis, kelainan endokrin, nutrisi dan lingkungan
(Speroff dan Fritz,2005)

1.3.3 Tanda dan Gejala Abortus Inkomplet

Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala abortus adalah :


a. Pendarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus
b. Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules
c. Pada pemeriksaan dalam bila abortus baru terjadi didapati servik terbuka
terkadang dapat sisa-sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri
dan uterus lebih kecil dari seharusnya kehamilan

1.3.4 Diagnosa Abortus Inkomplit

Diagnosa abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan


a. Anamnesis
Adanya amenore pada masa produksi
Pendarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi
Rasa sakit atau kram perut didaerah atas simpis
b. Pemeriksaan fisik
Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri saat ditekan
Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan didalam uterus
dapat juga menonjol keluar atau didapat di liang vagina
Servik terlihat dilatasi dan tidak menonjol
Pada pemeriksaan bimanual didapat uterus membesar dan lunak
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,
waktu bekuan, waktu perdarahan dan trombosit

I
9

Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada hasil sisa
konsepsi

1.3.5 Penanganan Abortus inkomplit

Menurut saifuddin (2005) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penangganan


abortus inkomplit sebagai berikut :
1. Jika pendarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan
berhenti beri ergometrin0,2mg IM atau misoprostol 400mg/oral
2. Jika pendarahan banyak dan terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari
16minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
Aspirasi Vakum Manual (Avm) merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evaluasi dengan kuretase tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manual tidak tersedia
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
IM ( diulangi setelah 15menit jika perlu ) atau misoprostol
400mg/oral ( dapat di ulangi 4jam lagi jika perlu)
3. Jika kehamilan lebih dari 16minggu :
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500ml cairan IV ( garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40tetes/menit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200mg/vaginam setiap 4jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800mg)
Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus

1.3.6 Tindakan Operatif Abortus Inkomplit

I
10

Pengeluaran secara digital

Hal ini sering sering kita laksanakan pada keguguran bersisa, pembersihan
secara digital hanya dapat dilaksanakan bila telah ada pembentukkan servik uteri yang
dapat dilalui oleh satu janinh longgar dan dalam vakum uteri cukup luas, karena
manipulasi ini dapat menyebabkan nyeri

Kuretase

Kuretase adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase


(sendok kerokan ), sebelum melakukan kuretase penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, kedaan servik dan besarnya
uterus. (Saifuddin, 2005 )

a. Persiapan sebelum kuretase :


1. Persiapan penderita
2. Lakukan pemeriksaan : tekanan darah, nadi, keadaan
jantung, paru-paru dan lainnya
3. Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis
4. Persiapan alat-alat kuretase. Alat-alat kuretase hendaknya telah
tersedia dalam bak alat dalamkeadaan aseptik, yang berisi :
Spekulum 2buah
Sonde (penduga) uterus
Cunam muzeux atau cunam porsio
Berbagai ukuran busi (dilatator) hegar
Berbagai macam sendokan kerokan (kuret)
Cunam abortus (kecil dan besar )
Pinset dan klem
Kain steril dan sarung tangan steril
5. Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi
6. Pada umumnya diperlukan anastesi infiktrasi lokal atau umum
secara intravena dengan ketalar
b. Teknik kuretase
1. Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeiksaan
dalam alat-alat yang dipaki umumnya terbuat dari metal yang
biasanya melengkung karena itu memasukkan alat-alat ini
harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunakanlah agar jangan
terjadi salah arah dan perforasi.

I
11

2. Penduga rahim (sandage) masukkanlah penduga rahim sesuai


denga letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya
penduga rahim, caranya adalah setelah ujung sonde terasa
membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau
dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca
berapa cm dalamnya rahim
3. Dilatasi, bila pembukaan servik belum cukup untuk
memaskkan sendok kuretase, lakukanlah terlebih dahulu
dilatasi dengan dilatator atau busi hegar. Pandangilah busi
seperti memegangi pensil dan masukkanlah hati-hati sesuai
letak rahim. Untuk sendok kurek terkecil biasanya diperlukan
dilatasi sampai hegar no.7, untuk mencegah kemungkinan
perforasi usuhakanlah memakai sendok kuret yang agak besar
dengan dilatasi lebih besar
4. Kuretase, seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuretase
yang agak besar. Memasukkan bukan dengan kekuatandan
melalukan kerokan biasanya mulailah dibagian tengah,
pakailah sendok kuretase yang tajam (ada tanda bergerigi)
karena pada dinding rahim dalam (seperti pengukur kepala)

1.3.7 Komplikasi Abortus Inkomplit

Komplikasi yang dapat ditimbulkan sebagai berikut :


a. Pendarahan. Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah, kematian karena
pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi.perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi, dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus
c. Syok. Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan dan karena infeksi
berat
d. Infeksi. Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina di huni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
Treponema, Streptococci, gram negatif enteric bacilli, mycoplasma,
treponema (selaim T. Pallidum) , Leptospira, Staphylococci, gram negatif

I
12

enteric bacilli, clostridium sp, bacteroides sp, listeria dan jamur


(prawirohardjo,2006)

BAB 2
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Sartini


Suami : Tn. E / 36th/ swasta
Alamat : Dsn.Bulu, Rt.007/Rw.02 Putren-Sukomoro
Umur : 36th
No RM : 16369101
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

STATUS DI POLI

I
13

Datang ke poli Rabu, 26-10-2016

Anamnesa/Pmx.fisik/Diagnosa/Konsultasi penderita

-Nyeri perut seperti kram disertai keluar darah pervaginam sedikit-sedikit dan terasa pusing
sebelumnya amonore 2bl

-darah keluar disertai gumpalan darah lunak sehingga menggunakan softek lebih dari 1
kemudian periksa ke bidan 25-10-2016 kemudian dirujuk ke RSUD

HPHT : 17 agustus 2016

HPL : 24 11- 2016

Tensi : 100/80 mmHg

Dx : Abortus inkomplet

Terapi tindakan :MRS

STATUS GINEKOLOGI

Anamnesa : Pasien masuk kamar bersalin pada tanggal 27-10-2016 pukul 11.00
WIB, pasien merupakan rujukan dari bidan dengan anamnesa nyeri perut disertai dengan
keluar darah sedikit-sedikit pervaginam terdapat gumpalan lunak dan terasa pusing

Sebelumnya menggunakan KB pil

RPS : Pasien hamil dengan diagnosa G2-P10001 10-11 minggu

RPD : dbn

Pola Haid :

Menarche : 14tahun

Siklus : 5hari (banyak)

Nyeri : (+)

HPHT : 17 agustus 2016

I
14

Pemeriksaan fisik

Status umum
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 100/80
Nadi : 86x/menit
Suhu axillar : 36,5 c
Edema : (-)

Status lokalisasi
Abdomen : TFU tidak teraba

Pemeriksaan dalam
Vulva : terdapat fluxus (+) sedikit
Vagina : terdapat fluxus (+) sedikit
Portio : pembukaan (-)
CU :-
Adnexa kiri :-
Adnexa kanan :-
CD :-
Inspeculo :-
R.T :-

Kesimpulan : Hasil USG : Abortus Inkomplit


Penyakit penyerta :-

Rencana pengobatan: Ripening misoprostol 4x50 mg/vag/4jam


Pro curet

Hasil Laboratorium

Leukosit 5.75 10^3/uL 3.60-11.00

Jumlah Eritrosit 4.27 10^6/uL 3.80-5.20

Hemoglobin 12.8 g/dL 11.7-15.5

Hematokrit 39.4 % L 35.0-47.0

MCV 92.3 fL 80.0-100.0

I
15

MCH 30.0 pg 26.0-34.0

MCHC 32.5 g/L 32.0-36.0

Trombosit 26.7 10^3/uL 150-400

RDW-SD 42.8 fL 37-54

RDW-CV 12.9 % 11.0-15.0

PDW 14.9 fL

MPV 11.7 fL

P-LCR 37.9 %

PCT 0.31 %

PT 12.0 detik 11.0-15.0

APTT 35.0 detik 25.0-35.0

IMUNOLOGI

Hiv Non Reaktif

I
16

LAPORAN OPERASI

Nama Ahli Bedah : dr.Jaka sp.OG

Nama ahli anastesi : dr.Christanto sp.An

Jenis anastesi : GA

Nama/ macam anastesi : Curet

I
17

Tanggal operasi : 27-10-2016

Jam operasi : 11.00

Jam operasi selesai : 11.10

Lama operasi : 10 menit

Diagnosa pra bedah : Abortus Inkomplit

Diagnosa pasca bedah : Post curet abortus inkomplit

Tindakan pembedahan : Curet

Laporan Operasi

Posisi litotomi dengn GA


Desinfeksi vulva/vagina dengan betadine
Pasang doek steril
Spekulum dimasukkan kedalam vagina
Portio dijahit dengan tenaculum arah jam 11.00
Sonde dipasang dan kedalaman uterus 9cm
Dilakukan curet dengan sendok no.5 secara sistematis sampai bersih
Sisa jaringan kurang lebih 10cc
Operasi selesai

26-10-2016

I
18

S Keluhan utama : keluar darah dan terasa nyeri

O Status umum :

Kesadaran : Compos mentis

TD :100/80

N : 86

S : 36,5 C

K/L : a/i/c/d -/-/-/-

Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen : TFU belum teraba

Ekstremitas : AH +/+, Oedema -/-

Vulva/Vagina : fluxus (+)


A Abortus inkomplit

P USG
Puasa (pro evakuasi)

27-10-2016

S Masih keluar darah sedikit dan masih sedikit nyeri

I
19

O Status umum :

Kesadaran : compos mentis

TD :100/70

N :80

S :36C

K/L :a/i/c/d -/-/-/-

Cor :S1 S2 Tunggal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-

Abdomen : TFU belum teraba

Ekstremitas :oedema -/-

Vulva/Vagina :fluxus (+) sedikit

A Abortus inkomplit

P Pro curet abortus inkomplit

Terapi post kuret :

Amoxicilin 500mg/po/8jam

As. Mefenamat 500mg/po/8jam

Bila mobilisasi baik, pendarahan (-) pro KRS siang/sore

Kontrol poli kandungan 1 minggu lagi

I
20

BAB 3

RINGKASAN

Pada kasus Ny.Sartini , didapati keluhan utama nyeri perut yang disertai dengan
keluar darah sedikit-sedikit dan terasa pusing, dimana darah yang keluar terus-menerus
hingga kurang dari 1 softek dan terdapat gumpalan-gumpalan lunak sehingga pasien
memeriksakan diri ke bidan dan mendapatkan rujukan untuk ke RSUD Nganjuk, saat ini
diketahui Ny.S sedang hamil 10-11 minggu dengan HPHT 17-08-2016. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan diregio abdomen TFU tidak teraba dan pada pemeriksaan dalam didapatkan
vulva/vagina terdapat fluxus (+) sedikit

I
21

Dari hasil pemeriksaan penunjaang hasil USG mendapatkan kesimpulan yaitu abortus
inkomplit dan rencana pengobatan pasien ini adalah ripening misoprostol 4x50 mg/vag/4 jam
dan pro curet pada tanggal 27-10-2016. Curetase adalah cara untuk mengambil hasil konsepsi
dengan memakai alat curetase (sendok korokan). Curet dilakukan pada tanggal 27-10-2016
dengan ahli bedah dr.Jaka sp.OG dengan general anastesi, setelah curet pasien mendapat
terapi amoxcillin 500 mg/po/8 jam dan As.mefenamat 500 mg/po/8 jam apabila pasien sudah
dapat mobilisasi dengan baik dan tidak terdapat perdarahan maka diijinkan untuk KRS

DAFTAR PUSTAKA

Alimanul, A.H. 2006. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta :


Salemba Medika

Azhari. 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Bagian Obsetri &
Ginekologi FK UNSRI/RSMH Palembang

Bianco, K., Caughey, A.B., Shaffer, B.L. 2006. History Of Miscarriage and Increased
Incidence of Fetal Aneuploidy In Subsequent Pregnancy.Obstetetrics and
Gynecology 107:1098-1102

I
22

Chairiyah, R. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dengan Abortus


Inkomplit di RSUD kota bekasi tahun 2010.bekasi : 2010.

Cunningham, FG & Gant, NF 2001. Hypertension Disorders in Pregnancy. In : Williams


Obstetrics. 21th ed. MC Graw Hill Med Publush Division. 567-618.

Gunanegara, R.F dkk. 2004. Hubungan Abortus Inkomplit Dengan Faktor Risiko Pada Ibu
Hamil Di Rumah Sakit PINDAD Bandung periode 2013-2014. Bagian Obstetri &
Ginekologi RSPIB/FK UKM Bandung.

Hadijanto B. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Penerbit PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.459-90

Manuaba, I.B.G.2007.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial


untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta :EGC, 2002.

Panggabean, M.Y.2010. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkomplitus Di


Rumah Sakit Haji Medan periode Januri 2008- April 2010. Bagian Obstetri &
Ginekologi FK USU Medan

Prawirohardjo, S.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rukiyah,Ai. Y,dkk.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta : TIM.

Saifuddin, A.B.2005.Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Speroff, L., Fritz, M.A. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology And Infertility. Seventh
Edition. Lippincott Williams & Wilkins

Taber. 2003. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetric and Ginekologi. Edisi 2. Alih Bahasa :
Supriyadi T, Gunawan. Jakarta : EGC

Tukan, M.F. 2014. Antioksidan Enzimatik Katalase Pada Abortus Inkomplit Lebih Rendah
Dibanding Dengan Kehamilan Normal Trisemester Pertama. Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Universitas Udayana Denpasar

I
23

Turrentine, J.E. 2008. Clinical Protocols in obstetrics and ginecology . third edition.
Informa health care

Varney, H. 2004. Varneys midwiffery text book third edition. London. James and barbell
publisher

Wiknjosastro,H. 2007. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai