Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. E.

M G2P1A0
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM GRADE I
DI RS.ST.GABRIEL KEWAPANTE

O L E H: APRIANA ERISTA YOSIN,Amd.Keb

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum lalu terjadi
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung 40 minggu atau 10 bulan menurut
Kalender Internasonal (prawirohardjo, 2009).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan karenameningkatnya kadar hormon
estrogen HCG dalam serum. Pengaruh fisiologis kenaikan hormon ini belum
jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang
kurang.
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini
meskipun demikian gejala mual muntah yang berat berlangsung sampai
empat bulan . Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk.keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala
dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. Hiperemesis
gravidarum yang tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat pula
menyebabkan kematian pada ibu hamil (wink josastro, 2007) .
WHO (Word Health Organitation) memperkirakan setiap tahunnya
500.000 ibu meninggal sebagai akibat langsung dari kehamilan. Ironisnya
sebagian besar kematian ibu dapat dicegah dengan teknologi sederhana.
Kesukaran dalam mengukur kematian ibu sudah lama menjadi kendala dalam
menyadarkan perencana kesehatan dan pihak lainya akan besarnya masalah
serta penyebabnya,sehingga menghambat intervensi yang efektif dalam porsi
yang memadai. Lebih dari dua pertiga kejadian kehamilan masih berada
dalam perlindungan atau pertolongan para dukun yang mudah dimengerti
mempunyai tingkat keamanan yang rendah ( Denis, 2008 ).

2
Angka Kematian Ibu ( AKI ) adalah jumlah wanita yang meninggal
mulai dari saat sedang hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000
persalinan.
Hiperemesis gravidarum merupakan gangguan yang paling sering
dijumpai pada kehamilan muda. Hiperemesis gravidarum biasanya cukup
ringan dan terjadi pada pagi hari, tapi kadang – kadang juga cukup parah dan
berlangsung sepanjang hari dengan derajad yang berbeda – beda. Sebanyak
90 % ibu mengalami mual selama kehamilan dan sekitar setengahnya disertai
muntah, hal tersebut terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan, menurut ahli
merupakan penolakan tubuh terhadap makanan yang mengandung toksin
(Maulana, 2010). Pada keadaan hiperemesis gravidarum perlu dilakukan
penanganan dengan pengobatan rawat inap atau diet ibu hamil dengan
memberikan makanan yang mudah dicerna, tidak merangsang dan diberikan
dalam porsi sedikit tapi sering. Pemberian makanan dan cairan disesuaikan
keadaan ibu hamil (Rumdasih dkk, 2005).
Dampak hiperemesis gravidarum yaitu dehidrasi yang menimbulkan
konsumsi O2 menurun, gangguan gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus,
terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan
fungsi umum dan mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan
gangguan fungsi umum alat – alat vital yang menimbulkan kematian
(Manuaba, 2007).
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengambil judul Karya
Tulis ini dengan judul “Asuhan Kebidanan ibuhamil trimester I pada Ny. S
G3OO2Ab0 dengan hiperemesis gravidarum grade II di Rs. St.Gabriel
Kewapante” dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut manajemen
varney.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan “
Bagaimana Asuhan Kebidanan ibu hamil trimester I pada Ny.S.M G3002Ab0
dengan hiperemesis gravidarum grade II di Rs.St.Gabriel Kewapante dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut varney?” .

3
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Mampu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman nyata penulis untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut varney.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengidentifikasikan kesenjangan antara teori dan praktek
pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II.
b. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah terhadapap
kesenjangan teori dan praktekpada ibu hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade II

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian kehamilan
1) Menurut wiknjosastro (2005), kehamilan adalah proses mulai
dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari atau 40 minggu
dan tidak lebih dari 300 hari atau 43 minggu.
2) Menurut saifuddin (2006 ), kehamilan adalah masa dimulainya
konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir.
3) Menurut kisanti (2008) , kehamilan adalah pertemuan sel
sperma dan sel telur yang terjadi dari hubungan laki – laki dan
wanita. Pembuahan didalam rahim ketika wanita sedang berada
dalam masa subur.
b. Fisiologi kehamilan
Fisiologi berhubungan dengan fertilasi yang mempunyai arti
pembuahan yang terjadi pada umumnya di ampulantuba. Proses
pembuahan dimana ovum dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan
bila tidak akan segera mati dalam 24 jam. Dalam saluran reproduksi
wanita spermatozoa mengalami kapasistas sebelum membuahi ovum
kemudian dilepaskan enzim corona penetrating enzyme (CPE)untuk
mencerna corona radiate hialuronidase untuk mencerna zona
(saifuddin, 2002).
c. Klasifikasi kehamilan
Menurut Manuaba (2007), klasifikasi kehamilan meliputi :
1. Kehamilan trimester I : 0 sampai 14 minggu
2. Kehamilan trimester II : 14 – 28 minggu
3. Kehamilan trimester III : 28 – 40 minggu

5
d. Proses kehamilan
Menurut wiknjosastro (2006), proses kehamilan merupakan mata
rantai yang berkesinambungan yang terdiri atas :
1) Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormon yang kompleks.
2) Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum dengan gerak aktif tuba
yang memiliki fibriae, maka ovum diangkat dan menuju uterus,
sedangkan spermatozoa masuk kedalam alat genitalia menuju
tuba fallopi.
3) Konsepsi dan pertumbuhan zigot adalah pertemuan inti ovum
dan inti spermatozoa.
4) Nidasi (implantasi) pada uterus adalah proses penempelan
konsepsi didalam endometrium.
5) Pembentukan palsenta.
6) Tumbuh kembang hasil konsepsi hingga aterm.
e. Tanda – tanda kehamilan
1) Tanda – tanda kemungkinan hamil
Tanda – tanda kemungkinan hamil menurut wiknjosastro
(2007), adalah :
a) Amenorhoe, (tidak dapat haid) gejala ini penting karena
wanita hamil tidak haid lagi.
b) Nausea (enek) dan emesis (mual) enek terjadi umumnya
pada bulan pertama kehamilan disertai kadang – kadang
oleh emesis pada pagi hari.
c) Sering buang air kecil
d) Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara
e) Perubahan warna pada jaringan vagina dan servik
f) Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar – kelenjar
disekitar puting menjadi menonjol
g) Mengidam, sering terjadi pada bulan pertama tetapi
menghilang dengan tuanya kehamilan
h) Pembesaran rahim dengan perut

6
2) Kontraksi sebentar – sebentar tersa nyeri
Tanda – tanda tidak pasti kehamilan
Menurut wiknjosastro (2007) tanda – tanda tidak pasti hamil ,
yaitu :
a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
b) Tanda hegar, perlunaan pada segmen bawah uterus
c) Tanda chadwick, vagina livid terjadi kira – kira minggu ke
6
d) Tanda piscaseck, uterus membesar ke salah satu jurusan
e) Tanda braxton hicks, uterus berkontraksi bila dirangsang
f) Suhu basal terus meningkat 37,2℃ - 37,8℃
g) Test kehamilan, yang banyak dipakai adalah pemeriksaan
hormone korionik gonadotropin (HCG dalam urine)
3) Tanda – tanda pasti kehamilan
Tanda – tanda pasti kehamilan menurut wiknjosastro (2006)
yaitu :
a) Gambaran janin pada katong gestasi pada ultrasonografi
b) Detak jantung didengarkan menggunakan stetoskop leenec
dan dilihat melalui gambaran USG
c) Gerak janin terasa melalui dinding perut
f. Perubahan fisiologi ibu hamil
Menurut manuaba (2007) perubahan fisiologi ibu hamil meliputi :
1. Perubahan pada sistem gastrointestinal
Sebagian besar terjadi oleh karena makin meningkatnya hormon
progesteron yang dapat mengurangi peristaltik usus dan
menimbulkan komplikasi ringan sampai berat. Proses mual dan
muntah dapat berlangsung cukup berat sehingga menimbulkan
gangguan kehidupan sehari – hari sehingga dapat menimbulkan
sulit makan, BB menurun, menimbulkan metabolisme anaerobik
dan menimbulkan ketosis serta gangguan elektrolit.

7
2. Perubahan pada kulit
Terjadi karena hormon khusus. Perubahan kulit dalam bentuk
hiperpigmentasi dan hipertermi di beberapa tempat.
3. Abdomen
Terjadi perubahan striae lividae / nigra yang disebabkan oleh
kombinasi melanocyte stimulating hormon estrogen dan
progesteron.
4. Payudara
Putting susu dan areola mammae bertambah hitam, kelenjar
montgomery makin menonjol. Ketiganya disebabkan oleh
kombinasipeningkatan hormon seperti diatas.
5. Perubahan sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan untuk dapat
mendukung peningkatan metabolisme sehingga tumbuh
kembangnyajanin sesuai dengan kebutuhannya.
6. Perubahan sistem genitalia
Perubahan yanga paling besar terjadipada sistem genitalia,
karena merupakn tempat tumbuh kembangnya hasil konsepsi
yang terus berlajut sampai aterm didalam uterus.
7. Perubahan sistem kelenjar endokrin
Kehamilan telah mengubah seluruh sistem sehingga bersama –
sama dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya
janindalam uterus dengan sempurna. Demikaianlah kelenjar
endokrin mengalamiperubahan berupa peningkatan produksi
dalam bentuk hormon, bahkan dapat terjadi pembesaran.
8. Perubahan metabolisme
Kehamilan merupakan satu tambahan kehidupan intra uteri yang
memerlukan nutrisi, elektrolit, trace element dan lainnya
sehingga secara keseluruhan metabolisme anak meningkat
sekitar 20 – 25 %

8
g. Komplikasi kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu hamil adalah :
1. Keguguguran (aborsi spontan) dan kelahiran mati. Keguguran
adalah kehilangan janin karena penyebab alami sebelum usia
kehamilan mencapai 20 minggu, sedangkan kelahiran mati
(stillbirth) kehilangan janin karena penyebab alami pada usia
kehamilan mencapai lebih dari 20 minggu.
2. Kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan) kehamilan
dimana janin berkembang diluar rahim yaitu didalam tuba
fallopi (saluran telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim )
dan ronnga panggul maupun rongga perut.
3. Anemia, keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin ( protein pengangkut O2) kurang dari normal.
Selama hamil volume darah bertambah sehingga penurunan
konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang sifatnya
mencegah adalah normal.
4. Abrupsio plasenta dan palasenta previa. Abrupsio plasenta
adalah pelepasan plasenta yang berada dalam posisi normal pada
dinding rahim sebelum waktunya yang terjadi pada saat
kehamilan. Sedangkan plasenta previa dimana plasenta yang
tertanam diatas atau didekat servik (leher rahim) pada rahim
bagian bawah. Didalam rahim plasenta bisa menutupi lubang
serviks secara keseluruhan atau sebagian. Plasenta previa
biasanya terjadi pada wanita yang telah hamil lebih dari satu kali
atau wanita yang mempunya kelainan rahim misalnya fibroid.
5. Hiperemesis gravidaru salah satu komplikasi kehamilan dimana
mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil yang dapt
menyebabkan dehidrasi dan kelaparan

9
6. Pre-eklamsi merupakan tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria ( protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan ) yang terjadi pada kehamilan 20 minggu
sampai akhir minggu pertama setelah melahirkan.

2. Hiperemesis Gravidarum
a. Pengertian
Menurut Manuaba (2008), Hipremesis Gravidarum adalah mual atau
muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan akitfitas
sehari hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil.
Hipermesis Gravidarum adalah gejalah klinis yang memerlukan
perawatan, seperti muntah yang berlebihan yang dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan berat badan menurun.Menurut wiknjosastro
(2005), Hiperemesis Gravidarum adalah perasaan mual dan muntah
yang disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG, sering terjadi pada kehamilan trimester I.
b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan
susunan saraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat – zat lain
akibat inanisi. Menurut Manuaba (2008), faktor – faktor penyebab
hiperemesis gravidarum yang ditemukan,
antara lain :
1) Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola
hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan
kadar HCG. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon
memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadrotopin dibentuk berlebihan.

10
2) Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus maternal
dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu.
3) Faktor alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan
4) Faktor psikologis, faktor ini memegang peran penting pada
hiperremesis gravidarum walaupun hubungannya dengan
terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Sebagai contoh rumah tangga yang rusak, kehilangan pekerjaan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan takut sebagai tanggung
jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhapa keengganan menjadi hamilatau sebagai pelarian
kesuksesan hidup.
c. Patofisiologi Hiperemesis gravidarum
Patofisiologi hiperemesis gravidarum menurut Manuaba (2008),
diawali dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi,tekanan darah turun dan disuresismenurun.
Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan, menutup untuk
memberikan nutrisi dan menkonsumsi O2. Oleh karena itu dapat
terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobikyang
menimbulkan benda ketondan asam laktat. Muntah yang berlebih
dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi
lebih tinggi. Dampak dari semua itu masalah tersebut menimbulkan
gangguan fungsi alat vital sebagai berikut :
1) Hepar
a) Dehidrasi menimbulkan konsumsi O2 menurun.
b) Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus
c) Terjadi perdarahan pada parenkin lever sehingga
menyebabkan ganggguan fungsi umum
2) Ginjal
a) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme
tertimbun

11
b) Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
c) Sistem saraf pusat, terjadi nekrosis dan perdarahan otak
diantaranya perdarahan ventrikel
d. Gejala dan tingkat Hiperemesis Gravidarum
Menurut Manuaba (2008), gejala Hiperemesis Gravidarum secara
klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat, meliputi :
1) Hiperemesis Graviradum grade I dengan gejala mual dan muntah
terus menerus, dehidrasi dan turgor kulit berkurang, lidah kering,
tekanan darah turundan suhu tubuh naik, nyeri epigastrium.
2) Hiperemesis Gravidarum grade II dengan gejala dehidrasi
bertambah, turgor kulit makin berkurang, lidah kering dan kotor,
mata cekung, tekanan darah turun dan nadi meningkat, mata
ikterik, urine berkurang, nafas berbau aseton.
3) Hipiremesis Gravidarum grade IIIdengan gejala dehidrasi makin
berat, mual dan muntah berhenti, terjadi perdarahan dari
esofagus, lambung dan retina, gangguan fungsi hati bertambah,
ikterus meningkat, gangguan kesadaran (sommnolen sampai
koma).
e. Diagnosis
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak terlalu sukar
karena penyakit ini berkaitan dengan gestose (gestatid-hamil), yaitu
hanya terdapat pada ibu hamil (Manuaba,2008)
Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yanga dapat mempengaruhi perkembangan
janin, sehinggapengobatan perlu segera diberikan (Wiknjosastro,
2005).
f. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum
Menurut Prawiryoharrdjo (2005) pencegahan terhadap Hiperemesis
Gravidarum perlu dilaksanakan dengan cara memberikan informasi
tengang kehamilan dan persalinan sebagai proses jalan yang
fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan

12
hilang setelah kehamilan 4 bulan. Beberapa hal untuk mencegah
Hiperemesis Gravidarum adalah : menganjurkan makan sedikit tapi
sering,menghindari makanan yang berlemak, minum yang cukup
untuk menghindari dehidrasi.
g. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Menurut wiknjosastro (2006), bila pencegahan tidak berhasil, maka
diperlukan pengobatan ,yaitu :
1. Terapi obat menggunakan sedatif yang sering diberikan adalah
phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B 1 dan
B 6. Antihistamin juga dianjurkan seperti dramamin dan
avomin. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
hidrokhkloride atau khlorpromasin.
2. Penanganan Hiperemesis Gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.
3. Isolasi, penderita dipisahkan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar
dan masuk. Hanya dokter dan perawat atau bidan yang boleh
masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berenti dan
pasien mau makan.tidak diberikan makan atau minum selama 24
jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan
hilang atau berkurang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologi perlu diyakinkan kepada penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya menjadi latar belakang dari penyakit ini.
5. Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup
elektrolit, kabohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam
cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu
dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena.

13
6. Penghentian kehamilan,pada sebagian kasus keadaan menjadi
baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik danpsikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium,kebutaan
,takhikardi, ikterus,anuria dan perdarahan merupakanmanifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimangkan untuk mengakhiri kehamilan.
h. Prognosis Hiperemesis Gravidarum
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum
sangat memuaskan, penyakit ini biasanya dapat membatasi diri,
namun demikian pada tingkatan yang berat penyakit ini dapat
mengancam ibu dan janin (winkjosastro, 2006).

3. Hiperemesis Gravidarum Grade II


a. Pengertian
1) Menurut Prawirohardjo (2005), hiperemesis gravidarum grade II
mual dan muntah yang sering kedapatan pada trimester I gejala
ini kurang lebih terjadi 6 setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang dari 10 minggu.
2) Menurut Manuaba (2007), hiperemesis gravidarum grade II
adalah mual muntah yang berlebihan dan mengakibatkan aktivitas
sehari – hari terganggu dan dapt membahayakan hidupnya.
b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum Grade II
Menurut Hacker (2002), penyebab yang mendasari mual dan muntah
selama kehamilan tidak diketahui dengan baik. Ada beberapa
hipotesis diusulkan :
1) Peristiwa psikis. Pasien yang berada dalam keadaan stres
kejiwaan akan lebih mudah untuk mengalami mual danmuntah.
2) Perubahan neuroendokrin, timbulnya mual dan muntah
diperkirakan sejajar dengan peningkatan korionik gonadotropin
serum.
3) Gangguan fungsi adrenal dan hipofisis, pasien dengan penyakit
addison atau insufiensi adrenokotikal setelah adrenalektomi akan

14
mengeluh mual dan muntah. Pemberian hormon adrenokortikal
tropic (ACTH) pada pasien dengan hiperemesis gravidarum
sering menimbulkan respon terapeutik. Tetapi kedua kelenjar
berfungsi secara normal pada pasien hiperemesis.
4) Hipertirosemia. Hipertirosemia terdapat pada sekitar 70% pasien
dengan hiperemesis gravidarum.
5) Ketidakseimbangan steroid seks.defisiensi progesteron dan
kelebihan estrogen telah terlibat, meskipun tadak ada data yang
memperkuat pernyataan ini.
6) Obat – obat dan bahan kimia dapat mencetus mual dan muntah
melaluai perubahannya dari kemo reseptor pada dasar vertikel ke
empat, prostaglandin, obat glikosuda jantung diperkirakan dapat
bekerja melalui mekanisme semacam itu.
c. Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum grade II
Menurut Wiknjosastro (2006), tanda dan gejala hiperemesis
gravidarum grade II adalah :
1) Mual dan muntah yang berlebihan ± 8 – 10 x per hari
2) Dehidrasi bertambah
3) Turgor kulit makin berkurang
4) Lidah kering dan kotor
5) Mata cekung
6) Berat badan turun≥ 5% dari berat dari berat sebelum hamil
7) Tekanan darah turun dan nadi meningkat
8) Gejala hemokonsentrasi makin tampak, urine berkurang, terdapat
aseton dalam urine
9) Terjadi gangguan buang air besar
10) Nafas berbau aseton
d. Pencegahan hiperemesis gravidarum grade II
Prinsip pencegahan menurut mansjoer (2003), adalah mengobati
emesis agar tidak menjadi hiperemesis, yaitu:
1) Penerapan bahwa kehamilan dan pesalinan merupakan proses
fisiologis

15
2) Makan sedikit – sedikit tapai sering, berikan makanan selingan
seperti biskuit,roti kering dan teh hangat saat bangun tidur dan
sebelum tidur. Hindari makanan yang berminyak dan berbau,
sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas atau hangat.
e. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum grade II
Menurut Manuaba (2008), bila pencegahan tidak berhasil , maka
diperlukan pengobatan yaitu :
1) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah, dengan
pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental
dengan glukosa 5% sebanyak 2 – 3 liter per hari
2) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
3) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
baik, coba berikan makanan dan minuman sedikit demi sedikit
tapi sering
4) Sedative yang diberikanadalah fenobarbital
5) Dianjurkan untuk memberikan vitamin B1 dan B6 tambahan
6) Pada keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti
metokloramide, disiktomin hiroklorida atau klorpormasin
7) Berikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien bahwa
penyakitnya bisa disembuhkan ser ta menghilangkan rasa takut
hamil dan konflik yang melatar belakangi hiperemesis
gravidarum
8) Berikan obat anti histamine, seperti dramamin dan avomin
f. Komplikasi hiperemesis gravidarum grade II
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi ibu dan janin, seperti ibu
akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu
menjadi lemah dan dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa,
pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi
yang menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan
kerusakaaan ginjal, ini akan meu tidak memberi pengaruh
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak

16
terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan
peredaran darah janin berkurang (Setiawan, 2007).
Pada bayi, jika hiperemisis ini terjadi hanya diawal kehanilan
berdampak terlalu serius, tetapi sepanjang kehamilan si ibu menderita
hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami
BBLR, IUGR, premature , hingga terjadi abortus (Wiknjosastro,
2007).

B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan menggunakan
langkah – langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja
dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah – langkah dalam suatu
urusan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun bidan
(Varney, 2004).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan manajemen
kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II
menurut 7 langkah varney karena metode dan pendekatannya sistematik
dan analitik sehingga memudahkan pengarahan pemecahan masalah
terhadap klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu :
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari kebidanan dan merupakan uatu
proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2008).
Pengumpulan data ini meliputi :
a. Data Subyektif
Data suyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut

17
tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatansecara independen tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).
Data subyektif disini meliputi:
1) Identitas klien dan suami menurut (Nursalam,2008)
a) Nama
Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien, agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui umur pasien. Umur ibu hamil yang
terlalu muda kurang dari 20 tahun lebih potensial terhadap
hiperemesis grafidarum grade II
c) Agama
Dikaji untuk memberi motivasi kepada pasien sesuai
agamanya
d) Suku atau bangsa
Dikaji untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien
e) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingakat pengetahuan pasien,
sehingga mempermudah dalam memberikan kesehatan.
Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu
terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum grade II
f) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukan
tingkat keadaan ekonomi keluarga
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, serta
mempermudah pemantauan
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan
singkat dengan menggunakan bahasa yang dipakai si pemberi
keterangan. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan

18
klien datang, apakah untuk memeriksakan kehamilan atau untuk
memeriksakan keluhan lain. Keluhan yang muncul pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II adalah mual muntah 8 – 10x
per hari (Winkjosastro,2006) .
3) Riwayat haid atau menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang
dirasakan saat menstruasi dan mentruasi terkhir yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan
dan perkiraan kelahiran (winkjosastro, 2006). Pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II riwayat menstruasi terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selam kurang 10 minggu (Prawirohardjo, 2005).
4) Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kehamilan saat ini, terutama
mengenai keteraturan ibu dalam memeriksakan kehamilanya,
karena dari ANC yang rutin diketahui keluhan-keluhan yang
dirasakan, misalkan : pemeriksaan hiperemesis gravidarum dan
pemeriksaan yang lain sehingga dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya faktor resiko terjadinya hiperemesis
gravidarum (Prawirohardjo, 2005).
5) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita sekarang, apakah
pada keadaan ibu hamil hiperemesis gravidarum grade II
menderita sakit flu, batuk dan demam (Winkjosastro,2005).
b. Riwayat penyakit sistematis
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistematik pada
ibu hamil diantaranya jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis,
diabetes melitus, hipertensi dan epilepsi yang dapat
mempengaruhi kehamilan (Winkjosastro, 2005).

19
c. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam
keluarga seperti asma , DM , hipertensi, jantung dan
riwayat menular seperti TBC dan hepatitis baik dalam
keluarga ibu maupun ayah yang dapat mempengaruhi
kehamilan (Farrer, 2002).
d. Riwayat keturunan kembar
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
mempunyai riwayat keturunan kembar (saifuddin, 2006).
e. Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan
tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat
mengganggu dalam proses kehamilan ini (Winkjosastro,
2006).
f. Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah,
dengan suami sekarang merupakan istri yang keberapa, dan
mengetahui jumlah anaknya (Varney, 2004).
g. Riwayat keluarga berencana
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah
dipakai dan berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
h. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
i. Kehamilan : dikaji untuk mengetahui berapa umur
kehamilan janin (Winkjosastro, 2006)
ii. Persalinan : dikaji untuk mengetahui persalinan ibu
yang lalu apakah normal atau tindakan
(oprerasi sc,vakum ekstraksi), lahir
aterm atau premature, ada perdarahan,
waktu persalinan ditolong oleh siapa,

20
dimana tempat melahirkan
(winkjosastro, 2006)
iii. Nifas : dikaji untuk mengetahui apakah
komplikasi pada masa nifas
sebelumnya, untuk dapat melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan
komplikasi lainnya (Nursalam, 2008).
iv. Anak : dikaji untuk mengetahui riwayat anak,
jenis kelamin, hidup atau mati, kalau
meninggal pada usia berapa dan sebab
meninggal, berat badan dan panjang
waktu lahir (Winkjosastro, 2006).
v. Riwayat laktasi
Diksji untuk mengetahui berapa lam ibu pernah
menyusui, adakah keluhan atau tidak saat menyusui
(Winkjosastro, 2005).
i. Pola kebiasaan sehari – hari dan selama hamil
a) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan
selam hamil, apakah mengalami perubahan, frekuensi
makan, jenis makanan, kualitas dan kuantitas makanan,
serta berapa banyak ibu minum tiap hari. Pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II asupan
makanan dan minuman berkurang, ibu mengalami mual
dan muntah setelah makan (Manuaba, 2008).
b) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK
pasien sebelum dan selama hamil, BAB meliputi
jumlah,frekuensi, konsistensi, dan bau serta BAK
meliputi frekuensi, warna dan jumlah. Pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II, frekuensi berkurang
karena adanya dehidrasi (Manuaba, 2008).

21
c) Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui pola aktivitas pasien sehari-
hari. Pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
grade II aktivitas menjadi terganggu (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).
d) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur
pasien,berapa lama kebiasaan tidur siang dan malam.
Pada ibu dengan hiperemesis gravidarum grade II
kebutuhan istirahat akan berkurang dikarenakan adanya
gangguan rasa nyaman ibu mengalami mual dan
muntah, ibu dianjurkan untuk bedtrest total (Ambarwati
dan Wulandari, 2008).
e) Seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dalam seminggu, ada keluhan atau
tidak (saifuddin, 2006).
j. Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaimana peresaan ibu dalam
menjalani kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin
yang diharapkan, kehamilan ini direncanakan atau tidak.
Adakah pantangan makanan selama kehamilan, kebiasaan
atau adat istiadat dalam kehamilan. Pada kasus hiperemesis
gravidarum grade II yang takut pada kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dam nuntah ( Saifuddin,2006 ).
k. Penggunaan obat-obatan atau rokok
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai
obat-obatan selama hamil atau tidak (Nursalam, 2008)

22
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat di observasi dan diukur
(Nursalam, 2008) meliputi:
1) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadan umum ibu apakah baik
(memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
oranglain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan), lemah atau buruk (kurang
atau tidak memberi respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, seta pasien sudah tidak mampu untuk
berjaln sendiri). Pada hiperemesis gravidarum grade II
keadaan umum ibu lemah (sulistyawati, 2009).
b) Kedadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, menurut
Nursalam (2008), meliputi :
(1) Composmentis ( kesadaran penuh dengan memberi
respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan)
(2) Somnolen (kesadaran yang mau tidur saja. Dapat
dibangun dengan rangsang nyeri, tetapi jatuh tidur lagi)
(3) Koma ( tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun, refleks pupil terhadap cahaya tidak
ada)
(4) Apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan disekitarnya)
pada keadaan ibu hamil denganhiperemesis gravidarum
grade II kesadaran ibu apatis (alimul, 2006)
c) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi
dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya
antara 90/60 – 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik
tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak
lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal pasien atau paling

23
sedikit pada pengukuran 2 kali berturut – turut dalam waktu
1 jam.pada kasus ibu dengan hiperemesis gravidarum grade
II terjadi penurunan tekanan darah (Manuaba, 2007)
d) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demanm
atau febris yang merupakan adanya gejala infeksi yang
berdampak pada kehamilan hiperemesis gravidarum suhu
diukur dengan menggunakan skala derajat celcius. Batas
normal 36,5-37,5℃ (Saifuddin, 2006). Pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II keadaan suhu badan
mengalami kenaikan dari batas normal karena dehidrasi
(Manuaba, 2008).
e) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam
1 menit, denyut nadi normal dalah 70x/menit sampai
88x/menit (saifuddin,2002). Nadi pada hiperemesis
gravidarum grade II sekitar 100x/menit (Mansjoer, 2002).
f) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung
dalam 1 menit, respirasi normal adalah 12x/menit sampai
20x/menit. Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II
pernafasan akan lebih cepat (Saifuddin, 2002).
g) Berat badan
Untuk mengetahui status gizi ibu, berat dan badan ibu
hamil bertambah 0,5 kg per minggu, bila kurang perhatikan
apakah ada malnutrisi, malaborsi, atau pemakain alkohol ,
obat-obatan, atau rokok.sebaliknya, bila lebih dari 0,5 kg,
perhatikan adanya diabetes militus, kehamilan ganda,
hidrmnion, atau oedema. Pada kasus hiperemesis
gravidarum grade II berat badan menurun sekitar 4-5% dari
berat badan sebelumnya (Markum, 2002).

24
h) Tinggi badan, untuk mengetahui tinggi badan pasien.
i) Lila, untuk mengetahui status gizi ibu hamil, dengan batas
lingkar lengan normal, yaitu 23,5cm (Winkjosastro, 2006).
2) Pemeriksaan sistematis
a) Inspeksi
(1) Kepala, meliputi :
(a) Rambut , ntuk mengetahui rambut rontok atau tidak,
menilai warnanya, kelebatan dan karakteristik
rambaut (Alimul, 2006).
(b) Muka , untuk mengetahui apakah simetris atau tidak
(Alimul, 2006). Muka pucat atau tidak, ada oedema
dan cloasma gravidarum atau tidak. Pada ibu hamil
hiperemesis gravidarum grade II muka terlihat pucat
(Wiknjosastro,2005).
(c) Mata , untuk mengetahui adanya oedema atau tidak,
keadaan conjungtiva pucat atau merah muda, warna
sklera mata putih atau kuning, mata cekunga atau
tidak. Pada ibu hamil hiperemesis gravidarum grade
II mata terlihat cekung, mata ikterik (Alimul, 2006)
(d) Hidung , untuk mengetahui keadaan hidung ada
polip atau tidak (Alimul, 2006).
(e) Telinga , untuk mengetahui keadaan telinga simetris
apa tidak, ada serumen atau tidak (Aimul, 2006)
(f) Mulut , untuk mengetahui keadaan mulut adakah
caries, bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau
tidak, lidah kotor dan berbau aseton atau tidak. Pada
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II
mulut berbau aseton, lidah kering (alimul, 2006).
(2) Leher , untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar
godok atau pembesaran kelenjar limfe (Alimul, 2006)
(3) Dada dan axila, untuk mengetahui keadaan payudara
membesar atau tidak, piting susu menonjol atau tidak,

25
areola hiperpigmentasi atau tidak, keadaan axilla ada
benjolan dan nyeri atau tidak (Farrer, 2002).
(4) Abdomen , untuk mengetahui adanya pembesaran
abdomen atau perut, adanya jaringan parut, luka bekas
operasi dan pergerakan janin (Farrer, 2002).
(5) Genetalia, untuk mengetahui adanya varices atau tidak,
mengetahui adanya pembengkakan kelejar bartolini
aatau tidak, mengetahui pengeluaran yaitu perdarahan
dan flour albus (Winkjosastro, 2005)
(6) Anus, adanya haemoroid atau tidak, adanya varices atau
tidak (Winkjosastro, 2005)
(7) Ekstremitas , untuk mengetahui adanya oedema atau
tidak, adanya varices, refleks patella positif dan negatif
betis merah,lembek atau keras (Wiknjosastro, 2005)
(8) Kulit , untuk mengetahui turgor kulit berkurang . pada
kasus hiperemesis gravidarum grade II turgor kulit
berkurang (Mansjoer, 2002).
b) Palpasi
Menurut Manuaba (2007), yaitu :
(1) Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri
bagian janin dalam fundus serta
konsistensi uterus.
(2) Leopold II : untuk menentukan bagian kanan dan
kiri pada perut ibu.
(3) Leopold III : untuk mengetahui bagian apa yang
terdapat dibagian bawah perut dan
apakah bagian bawah perut tersebut
sudah atau belum masuk pintu atas
panggul.
(4) Leopold IV : untuk mengetahui seberapa masuknya
bagian bawah janin kedalam rongga
panggul.

26
c) Auskultasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya DJJ
karena merupakan tanda pasti kehamilan. Terdengarnya
DJJ menunjukan bahwa janin dalam keadaan hidup
(Manuaba, 2007)
3) Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa dari pemeriksaan fisik, pada
kasus hiperemesis gravidarum grade II pemeriksaan yang
dilakukan : Elektrolit darah dan Urinalisis. Pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II urine terdapat aseton
(Mansjoer, 2002 ).

Langakah II: Interpretasi Data


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan pasien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikansehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik ( Varney, 2004).
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Diagnosa yang
dapat ditegakkan dalam kasus hiperemesis gravidarum
adalah “ Ny.X G..P..A..umur..tahun..hamil..minggu,
dengan hiperemesis gravidarum grade II”.
Dasar :
Data Subyektif : menurut Winkjosastro (2006), yaitu :
a. Mengatakan hari pertama haid terkhir pada tanggal....
b. Ibu mengatakan ini hamil yang ....
c. Ibu mengatakan mual muntah 8-10x/hari
d. Ibu mengatakan badanya lemas

27
e. Ibu mengatakan nafsu makan berkurang
f. Ibu mengatakan frekuensi BAK berkurang
Data Obyektif : menurut Winkjosastro (2006), yaitu:
a. HPL
b. Keadaan umumlemah dan kesadaran apatis
c. Tekanan darah turun
d. Nadi kecil sekitar 100x/menit dan cepat
e. Suhu kadang – kadang naik
f. Berat badan menurun
g. Turgor kulit berkurang
h. Mata cekung
i. Lidah mengering dan kotor
j. Nafas berbau aseton
k. Palpasi abdomen
2. Masalah
Masalah adalah hal – hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai denga pengkajian , sebagi
contoh pada kasus Hiperemesis Gravidarum Grade II
adalah ibu merasa cemas dengan kehamilannya (Mansjoer,
2002).
3. Kebutuhan
4. Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan pasien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data, sebagai pada
contoh pada kasus Hiperemesis Gravidaru Grade II adalah
memberikan konseling dan motivasi kepada ibu (Mansjoer,
2002).

Langkah III : Diagnosa Potensial.


Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah
atau potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi (Nursalam, 2004).

28
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnosa atau masalah
potensial benar-benar terjadi. Dan yang paling penting
adalah melakukan asuhan yang aman. Dari kasus
Hiperemesis Gravidarum Grade II didapatkan diagnosa
potensial terjadinya dehidrasi danterganggunya
keseimbangan elektrolit, dan dapat mengarah ke
Hiperemesis Gravidarum Grade IIIyang dapat
membahayakan hidup ibu dan janin (Varney, 2004).

Langakah IV : Antisipasi
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien (sofyan, 2006). Antisipasi
dalam kasus Hiperemesis Gravidarum Grade II yaitu
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi vit B1,
B6, sedative, anti emetik, dan anti histamin, serta motivasi
untuk bedrest total (wiknjosastro, 2006).

Langakah V : Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi
atau data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar-benar valid berdasrkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan
klien (Varney, 2004). Rencana asuhan dari diagnosa yang

29
akan diberikan dalam kasus Hiperemesis Gravidarum
Grade II menurut Manuaba (2008), adalah :
1. Isolasi, penderita dalam kamar yang tenang dan cerah
dengan pertukaran udara yang baik, kalori diberikan
secara parental dengan glukosa 5% dalam cairan
fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari
2. Jaga keseimbangan cairan
3. Bila selam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum menjadi baik, diberikan minuman dan makanan
yang sedikit demi sedikit ditambah
4. Berikan sedative yaitu fenobarbital
5. Anjurkan pemberian vitamin B 1 dan B 6 tmbahan
6. Berikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin
hiroklorida atau klorpromasin
7. Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien
penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkan
rasa takut hamil dan konflik yang melatar belakangi
hiperemesis gravidarum
8. Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, avomin

Langkah VI : Pelaksanaan (Implementasi)


Menurut varney (2004), pada langakah ini rencana
asuahan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah ke
lima, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian oleh klien atau tenaga sehat lainya. Walaupun
bidan tidak melakukan sendiri tetapi dia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya: memastikan langkah-langakah tersebut benar
terlaksana ) (Varney, 2004).
1. Isolasi, penderita dalam kamar yang tenang dan cerah
dengan pertukaran udara yang baik, kalori diberikan

30
secara parental dengan glukosa 5% dalam cairan
fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari
2. Bila selam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum menjadi baik, diberikan minuman dan makanan
yang sedikit demi sedikit ditambah
3. Jaga keseimbangan cairan
4. Berikan sedative yaitu fenobarbital
5. Anjurkan pemberian vitamin B 1 dan B 6 tmbahan
6. Berikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin
hiroklorida atau klorpromasin
7. Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien
penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkan
rasa takut hamil dan konflik yang melatar belakangi
hiperemesis gravidarum
8. Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, avomin
(Wiknjosastro, 2006)

Langkah VII : Evaluasi


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan menandakan seberapa jauh
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
(Nursalam, 2008). Pada langkah ini dilakukan keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi
sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelayanannya (Varney, 2004).
1. Mual dan muntah berkurang
2. Keadaan umum baik
3. Ibu dan janin sehat
4. Nafsu makan sudah baik
5. Berat badan naik

31
6. Tidak terjadi dehidrasi
7. Tidak terjadi Hipremesis Gravidarum Grade II

c. Perkembangan
Didalam memberikan rencana asuhan lanjutan digunakan tujuh
langkah manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan
dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian.
Menurut Varney (2004), sistem pendokumentasian kebidanan
dengan menggunakan SOAP, yaitu :
1. S (Subyektif ) : menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah
satu Varney.
2. O (Obyektif ) : menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostic
lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan langkah satu Varney.
3. A (assesment ) : mengggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan intepretasi data subyektif dan obyektif suatu
identifikasi :
a. Diagnosa atau Masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi
atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II,III,IV
Varney.
4. P (Planning ) : menggambarkan pendokumentasian dari
tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assesment
sebagai langkah V,VI,VII Varney.

32
d. Landasan Hukum
Berdasarkan Permenkes NO 1464 / MENKES / PER / X / 2010
Pasal 10 ayat (1). Bidan dalam praktek berwenang untuk memberi
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada
masa pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, masa antara
dua kehamilan (Depkes RI, 2010). Berdasarkan wewenang bidan
menurut Kepmenkes : 369 / SK / III / 2007 mengenai keyakinan
tentang kolaborasi. Praktek kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman
holostik terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis
emosional, sosial budaya, spiritual, serta pengalaman reproduksinya.
Bidan memiliki otonomi penuh dalam prakteknya yang berkolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya (Menkes RI, 2007).

33
BAB III
METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus


Laporan studi kasus ini dengan metode deskriptif yaitu suatu metode
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat
gambaran tentang studi keadaan secara obyektif. Studi kasus adalah studi
yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses
yang terdiri dari unit tunggal, satu orang atau sekelompok penduduk yang
terkena suatu masalah (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi Studi Kasus


Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2010 ). Studi kasus ini dilaksanakan di Rs. St. Gabriel
Kewapante.

C. Subyek Studi Kasus


Dalam penulisan studi kasus ini subyek merupakan orang yang
menjadi responden dalam pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek
laporan kasus ini ibu hamil Ny. S.M.U G3002 Ab0 dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade II.

D. Waktu Studi Kasus


Waktu studi kasus merupakan kapan pengambilan studi kasus akan
dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan pada 08
sampai 11 April 2019.

E. Instrumen Studi Kasus


Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data ( Arikunto, 2006). Pada kasus ini instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada ibu
hamil.

34
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil
data primer dan data sekunder :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambil dari obyek
/ obyek peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2006). Data
primer diperoleh dengan cara :
1. Pemeriksaan fisik , pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat
teknik, yaitu :
a) Inspeksi, adalah prosesobservasi yang dilaksanakan secara
sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran, dan penciuman ( Nursalam, 2008).
Inspeksi dilakukan secara berurutan dimulai dari kepala sampai
kaki. Pada kasus ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
pemeriksaan dimilai dari kepala, leher, dada, axilla, abdomen,
genetalia, anus, ekstremitas, kulit, dan mammae (wiknjosastro,
2005).
b) Palpasi, adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba.
Tangan dan jari – jari merupakan instrumen yang sensitif
(Nursalam, 2008). Pada ibu hamil dengan kasus Hiperemesis
Gravidarum Grade II pemeriksaan leopold I – IV (Wiknjosastro,
2007).
c) Perkusi, adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk –
ngetukkan jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk
membandingkan bagian yang kiri dengan kanan (Nursalam ,
2008). Pada ksus ini ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
grade II seperti pada reflek patella kiri dan kanan positif atau
negatif (Mufdlila, 2009).
d) Auskultasi, adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
(Nursalam, 2008).pada kasus ibu hamil auskultasi yang
didengarkan adalah denyut jantung janin (Manuaba, 2007).

35
2. Wawancara, adalah suatu metode untuk mengumpulkan data, dimana
peneliti mendapakan keterangan atau peneliti secara lisan dari
seorang responden atau sasaran peneliti atau brcakap – cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
(Notoatmodjo, 2010).
3. Observasi, adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan seluruh alat indera mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,
dan pengecapan (Arikunto ,2006). Dalam studi kasus ini observasi
terhapa ibu hamil denga hiperemesis gravidarum grade II adalah
observasi intake dan output (Mansjoer, 2003).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber
informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi
masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan
dan memonitor respon klien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2010 ).
1. Studi dokumentasi, adalah setiap bahan tertulis yang dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang penyidik (Nursalam, 2008).
Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data
yang diambil dari catatatan rekammedik klien berupa jumlah ibu
hamil di Rs.St.Gabriel Kewapante.
2. Studi kepustakaan, adalah bahan- bahan pustaka yang sangat penting
dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Studi kepustakaan pada ibu hamil denga
hiperemesis gravidarum grade II diambil dari buku – buku kesehatan
tahun 2003 – 2012.

36
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tanggal : 08 – 04 – 2019
Jam : 13.49 Wita
Tempat : Rs.St.Gabriel Kewapante
I. PENGKAJIAN (pengumpulan data dasar)
A. IDENTITAS / BIODATA
Identitas pasien Identitas suami
Nama : Ny.S Nama : Tn. Ml
Umur : 29 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / : Suku/Bangsa :
Bangsa Bajo/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidika : PT Pendidikan : PT
n
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Polisi
Alamat : Asrama
polisi
maumere

B. ANAMNESA (Data Suyektif)


1) Keluhan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan hamil 8-9 minggu, hamil anak ke tiga belumpernah
keguguran.Ibu mengeluh sejak 1minggu yang lalu mual dan muntah
±10x/hari, berupa cairan dan gumpalan darah sedikit sehabis makan
dan minum. Badan lemas, pusing dan nafsu makan tidaka ada.
2) Riwayat menstruasi
a. Menarche : ibu mengatakan haid pertama pada usia 12 tahun
b. Siklus : ibu mengataka siklus menstruasinya teratur (28
hari)
c. Lamanya : ibu mengatakan lamanya 6-7 hari
d. Banyaknya : ibu mengatakan saat haid sehari ganti pembalut 3-
4 x/ hari

37
e. Sifat darah : ibu mengatakan sifat darahnya encer dan
berwarna merah
f. Dismenorhoe : ibu mengatakan saat haid tidak mengalami nyeri
3) Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 26 – 01 – 2019
b. TP : 13 – 10 – 2019
c. Gerakan janin : ibu mengatakan belum ada gerakan
janin
d. Obat yang dikonsumsi : ibumengatakan hanya
mengkonsumsi obat dari bidan
seperti anti muntah dan vitamin
e. Keluhan – keluhan pada
Trimester I : ibu mengatakan sering mual dan
muntah pada pagi hari, tetapi sejak 1
minggu yang lalu mengalami mual
dan muntah ±10 x/hari berupa cairan
dan sedikit gumpalan darah setelah
makan dan minum.
f. ANC : ibu mengatakan sudah dua kali
memeriksakan kehamilan di bidan
pada umur kehamilan 1 dan 2 bulan.
g. Penyuluhan yang pernah didapat : ibu mengatakan sudah
mendapatkan penyuluhan tentang
gizi ibu hamil.
h. Imunisasi TT yang didapat 1 kali pada tanggal 26 – 02 -2019
i. Kekhawatiran khusus : ibu mengatakan merasa cemas pada
kehamilan yang sekarang

38
4) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan ibu mengatakan mual dan muntah sejak 1
minggu yang lalu, mual dan muntah ± 10 x/hari isi cairan dan
sedikit gumpalan darah setelah habis makan dan minum, pusing,
badan lemah dan nafsu makan tidak ada.
b. Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak
berdebar-debar dan tidak keluar keringat
dingin pada telapak tangan.
(2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah sakit pinggang
saat BAK
(3) Asma/TBC : ibu mengatakan tidak pernah mengalami
batuk sampai 3 bulan atau lebuh dan ibu
tidak pernah mengalami sesak nafas
(4) Hepatitis : ibu mengatakan pada kuku, mata, kulitnya
tidak bewarna kuning.
(5) DM : ibu mengatakan tidak mudah haus, lapar
dan tidak sering BAK pada malam hari ≥ 8
kali.
(6) Hipertensi : ibu mengatakan tidak pernah mengalami
tekanan darah tinggi lebih dari 140/90
mmHg, dengan keluhan misalnya: pusing,
tengkuk terasa kaku dan tegang.
(7) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang samoai
mengelurkan busa dari mulut
(8) Lain – lainya: ibu mengatakan tidak mengalami riwayat
penyakit apapun, misalkan : HIV/AIDS,
malaria dan lainya.

39
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga baik dai pihak ayah maupun ibu
tidak mengalami penyakit menurun seperti :
asma,TBC,hepatitis, jantung darah tinngi, DM, dan lainya.
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan bahwa baik dari pihak ayah maupun ibu tidaka
ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar.
e. Riwayat operasi
Ibu mengatakan bahwa belum pernah operasi apapun.
5) Riwayat perkawinan
a. Status perkawinan sah, kawin 1 kali
b. Kawin pertama umur 23 tahun, dengan suami umur 27 tahun
lamanya 7 tahun memiliki tiga anak dan belum pernah
keguguran
6) Riwayat keluarga berencana
Ibu mengatakan setelah kehamilan kedua ibu menggunakan KB
inplant selama ± 4 tahun dan lepas dari KB inplant karena ingin
mempunyai anak lagi.
7) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Riwaya
Keadaa
Riwayat Jenis t
Penolon jenis n anak Menyus
No kehamilan persalina periniu
g kelamin sekaran ui
yang lalu n m yang
g
lalu
1 Aterm,20 norma bidan laki−laki hidu baik ya
11 l p
2 Aterm, Norm Bida Laki- Hidu Baik ya
2015 al n laki p

3 Hamil ini

40
8) Pola kebiasaan sehari – hari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil
Ibu mengatakan makan poersi sedang dengan menu
nasi, sayur hijau, tahu/tempe. Tidak memiliki pantangan
makanan, ibu minum 7-8 gelas per hari dengan air
putih.
2. Selama hamil
Ibu mengatakan sejak 1 minggu nafsu makan menurun
dan merasa malas untuk makan dan minum kerna selalu
muntah. Makan tidak teratur dengan porsi sedikit tapi
sering dengan menu nasi, sayur hijau, tempe/tahu dan
buah-buahan. Dan menghindari makanan pedas dan
bersantan untuk mengurangi rasa mual, ibu minum 6
gelas per hari ( 4 gelas air putih dan 2 gelas teh manis
tiap pagi dan sore).
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil
Ibu mengatakan buang air kecil dengan frekuensi ± 6-7
kali sehari, adan buang air besar dengan frekuensi 1 x
sehari dengan konsistensi lunak, tidak ada keluhan.
2. Selama hamil
Ibu mengatakan buang air kecil dengan frekuensi ± 4-
5 kali perhari, warna kuning jernih, bau khas urine
dan buang air besar 1 kali per hari, konsistensi lunak,
tidak ada keluhan.
c. Aktivitas
1. Sebelum hamil
Ibu mengatakan beraktivitas normal seperti memasak,
menyapu, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

41
2. Selama hamil
Ibu mengatakan tetap beraktivitas seperti biasa dan
dibantu oleh suami dan keluarga , tetapi sejak 1minggu
belakangan ini lebih sering tiduran, cepat lelah, dan
lemas.
d. Istirahat / tidur
1. Sebelum hamil, ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan
malam ±9 jam.
2. Selama hamil, ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam dan
malam ± 5 jam dengan keluhan sering terbangun karena
mual dan muntah.
e. Seksualitas
1. Sebelum hamil, ibu mengatakan melakukan hubungan
suami istri 3x seminggu.
2. Selama hamil, ibu mengatakan tidak pernah melakukan
hubungan suami istri selama hamil.
f. Persoanal hygiene
1. Sebelum hamil, ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,
keramas 3 kali seminggu, gosok gigi 2 kali sehari, dan
ganti baju 2 kali sehari
2. Selama hamil, ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,
keramas 3 kali seminggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti
baju 2 kali sehari dengan keluhan ibu merasa mual dan
muntah setiap kali gosok gigi.
g. Psikososial budaya
1. Perasaan tentang kehamilan ini, ibu merasa senang
dengan kehamilan ini dan ibu kawatir dengan keadaannya
sekarang
2. Kehamilan ini direncanakan atau tidak, ibu mengatakan
kehamilan ini direncanakan

42
3. Jenis kelamin yang diharapkan, ibu mengatakan tidak
masalah dengan jenis kelamin (perempuan/laki-laki) yang
terpenting bisa lahir normal dan sehat.
4. Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, ibu
mengatakan mendapat dukungan dar suami dan keluarga
5. Keluarga lain yang tinggal serumah adalah suami dan
anak-anak
6. Pantangan makan, ibu menghindari makanan yang pedas,
bersantan yang dapat memicu terjadinya mual dan
muntah
7. Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan, tidak ada tradisi
mitoni
h. Menggunakan obat-obatan dan rokok
Ibu mengatakan tidak pernah menkonsumsi obat lain selain
dari bidan. Ibu dan suami juga tidak merokok.
9) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium, Hb : 14,7 gr/dl, eritrosit : 4.650.000
cmm, leukosit : 12.000cmm, trobosit : 225.000 cmm,
HCT/PCV : 36,7%, HbsAg : non reaktif, golongan darah : O,
HIV : negatif, dilakukan pada tanggal 08-04-2019.

C. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : lemah
b) Kesedaran : composmentis
c) TTV : TD : 100/80 mmHg
Nd: 99x / menit
Suhu : 36,5℃
Rr : 22 x / menit
d) Tinggi badan : 155 cm
e) Berat badan sebelum hamil : 48 kg
f) Berat badan sekarang : 46 kg

43
g) Lila : 24 cm
b. Pemeriksaan sistematis
a. Kepala
1. Rambut : hitam, bersih, tidak ketombe dan
rontok
2. Muka : pucat, bersih, tidak ada
cloasmagravidaru dan oedema
3. Mata
a) Conjungtiva : pucat
b) Sklera : putih kekuningan
c) Oedema : tidak oedema
d) Mata : cekung
e) Hidung :normal bersih, tidak ada
sekret dan polip
f) Telinga : normal, simetris, bersih, dan
tidak ada serumen
g) Mulut / gigi / gusi :lidah kotor, warnah
keputihan, tercium bau aseton,tidak ada caries
gigi, gusi tidak ada luka, tidak ada stomatitis
b. Leher
1. Kelenjar gondok : tidak mengalami pembesaran
2. Tumor : tidak ada benjolan
3. Pembesaran kelenjar limfe : tidak mengalami
pembesaran parotitis
c. Dada dan axilla
1. Mammae
a) Membesar secara fisiologik
b) Tumor tidak ada benjolan
c) Simetris : simetris kanan dan kiri
d) Areola : hiperpigmentasi
e) Putting susu : menonjol
f) Kolostrum : belum keluar

44
2. Axilla, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
d. Abdomen
1. Luka bekas operasi : tidak ada bekas
2. Linea alba / nigra : linea alba
3. Strie albican / livide : tidak ada strie
e. Ekstremitas
1. Varices : tidak ada
2. Oedema : tidak ada
3. Reflek patella: positif kiri dan kanan
4. Betis merah/lembek/keras : betis tidak merah dan
lembek
5. Pada tangan sebelah kiri : terpasang infus D10%
dengan kekuatan tetasan 20 tetes per menit
6. Kulit : turgor kulit berkurang dan kering
c. Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
Abdomen
a) Inspeksi
1. Pembesaran perut :sesuai dengan umur kehamilan
2. Bentuk perut : simetris
3. Kelainan : tidak ada
4. Gerakan janin : belum ada
b) Palpasi, hanya lakukan leopold 1:konsistensi uerus teraba
keras dan tegang
c)Asukultasi tidak dilakukan

Interpretasi data
Tanggal 08 – 04 – 2019 jam 13.49 Wita
a. Diagnosa kebidanan
Ny.S.M G3002 Ab0 umur 29 tahun hamil 8-9
minggudengan hiperemesis gravidarum grade II.

45
Data dasar
Data subyektif :
1. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ketiga
belum pernah keguguran
2. Ibu mengatakan usinya 29 tahun
3. Ibu mengatakan HPHT tanggal 26 – 01 -2019
4. Ibu mengatakan sering mual dan muntah pada
pagi hari, tetapi sejak 1 minggu yang lalu ± 10 x
/ hari berupah cairan dan sedikit gumpalan darah
5. Ibu mengatakan badanya lemas dan pusing

Data obyektif :
1. TP : 13 -10 – 2019
2. Keadaan umum : lemah, kesadaran :
composmentis
3. TTV : TD : 100/80 mmHg, nadi : 99x/menit,
suhu : 36,6℃ , rr : 20x/menit
4. BB sebelum hamil 48 kg, BB sekarang 46
kg
5. Mata : konjungtiva pucat, mata cekung,
sklera mata bewarna putih kekuningan
6. Mulut, lidah kotor bewarna putih dan berbau
aseton
7. Kulit : turgor kulit kering
8. Palpasi abdomen : konsistensi uterus keras,
teraba tegang
9. Pemeriksaan penunjang, laboratorium
dilakukan pada tanggal 08 april 2019, Hb :
14,7 gr/dl, golongan darah O.

46
b. Masalah
Ibu merasa cemas pada kehamilannya karena
mengalami mual dan muntah yang berlebihan badan
lemas dan pusing.
c. Kebutuhan
1. Memberi support mental
2. Memberi informasi tentang keadaan saat ini
3. Memberi penjelasan mual dan muntah yang
sedang dialami oleh ibu
4. Memberi cairan adekuat agar terjadi
keseimbangan antara input dan output cairan
III. Diagnosis Potensial
Potensial terjadi hiperemesis gravidarum grade III

IV. Antisipasi
1. Informasi dan edukasi tentang kehamilannya
2. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
Terapi :
a. Pasang infus D10% : RL 4 : 1/ 24 jam dalam tetesan 20 tetes
per menit
b. Injeksi Ranitidine 2 x 1 amp/iv
c. Injeksi ondansentron 3x 8 mg/iv
d. Injeksi Neorobat 2 x 1 amp/iv
e. Antasida sirup 3 x 2 cth sebelum makan
3. Kolaborasi dengan petugas gizi untuk diet hiperemesis gravidarum grade II,
untuk memberi diet kering dan bubur
4. Ibu diisolasi dalam ruangan yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara
yang baik

V. Rencana tindakan

Tanggal 08 april 2019

47
Jam 15.00 wita
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan saat ini dan keadaan saat ini
2. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi dukunga atau support, agar
klien tidak merasa kawatir dan cemas
3. Observasi mual dan muntah setiap 2 jam
4. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap 4 jam
5. Lakukan kolaborasi denga dokter spesialis kebidanan dalam pemberian
terapi
6. Menganjurkan ibu untuk makin sedikit tapi sering dengan diet lunak dan
kering, frekuensi ± 3-4 kali per hari dengan porsi sedang.
7. Observasi BAK dan BAB setiap hari

VI. Implementasi

Tanggal dan jam Observasi


08 april 2019 / Memberitahu kepada ibu tentang hasil
15.30 wita pemeriksaan saat ini dan keadaan ibu saat
ini merupakan gejala mual muntah yang
berlebihan yang dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari yang akan
menghilang setelah usia kehamilan 4
bulan
Pukul 15.40 wita Memfasilitasi keluarga untuk
memberikan dukungan agar ibu tidak
cemas
Pukul 17.30 wita Melayani ibu terapi oral antasida sirup 2
cth
Pukul 18.00 wita Melayani pasien makan malam adan
observasi mual dan muntah setiap 2 jam
Pukul 20.30 wita Mengontrol ttv, td: 100/80mmHg, nadi:
99x/menit, suhu: 36℃, rr: 20x/menit
VII. Evaluasi

48
Tanggal 08 april 2019
Jam : 20.30 wita

a. Ibu sudah mengerti tentang keadaannya saat ini


b. Keluarga sudah mengerti bahwa klien harus bedtrest total dan siap
memberi dukungan
c. Ibu masih mual dan muntah
d. Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis
e. Dilakukan kolaborasi dengan dokter dan diberi terapi oral antasida sirup 2
cth
f. Ibu belum bisa makan

Data Perkembangan hari I

Tanggal 09 april 2019


Jam 04.30 wita

Data subyektif
1. Ibu mengatakan masih mual dan muntah ± 10 kali berupa cairan dan makanan
dan sedikit gumpalan darah dari jam 23.00 – 04.30 wita
2. Ibu mengataka BAK 3 kali dari jam 23.00 – 04.30 wita dan belum BAB
3. Ibu mengatakan badannya masih terasa lemas dan pusing
4. Ibu mengatakan pagi ini belum bisa makan karena masih mual
5. Ibu mengatakan tidur malam dari jam 20.00 samapi jam 03.00 wita dan sering
terbangun karena mual dan muntah

Data obyektif
1. Keadaaan umum lemah, kesadaran compos mentis
2. Ttv; td : 90/60 mmHg, nadi : 80x/menit, suhu: 37,8℃, rr : 20x/menit
3. Mata : sedikit cekung, sklera bewarna putih kekuningan, konjungtiva pucat.

49
4. Mulut : lidah kotor, dan masih sedikit tercium aseton pada pernafasannya
5. Kulit : turgor kulit masih kering
6. Ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infus D 10% 20 tpm

Assesment
Ny. S.M G3 P2002 Ab0 umur kehamilan 8-9 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade II hari ke 2

Planning
Tanggal 09 april 2019
Jam 05.00 wita
1. Jam 05.30 wita memberitahukan hasil pemeriksaan saat ini, bahwa ibu masih
mual dan muntah, melayani terapi antasida sirup 2cth dan menyuntik
ranitidine 1 amp/iv
2. Jam 06.00 wita menganjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering dengan diet
lunak dan kering
3. Jam 06.20 wita memfasilitasi keluarga untuk memberi dukungan dengan cara
meyakinkan ibu bahwa keadaannya akan membaik
4. Jam 06.30 wita mengobservasi mual dan muntah tiap 2 jam
5. Jam 08.00 wita mengobservasi BAB dan BAK
6. Jam 13.30 wita mengobservasi TTV setiap 4 jam

Evaluasi
Tanggal 09 april 2019
Jam : 13.30 wita
1. Ibu sudah dijelaskan mengenai keadaan ibu sekarang dan ibu sudah mengerti
2. Ibu makan siang 2 sendok bubur dan biskuit regal
3. Telah memberikan dukungan moril kepda ibu dan keluarga
4. Telah memberikan terapi dokter terapi oral dan ibu bersedia untuk
meminumnya
5. Ibu masih mual muntah senyak 6-7 kali setelah makan dan minum dan massih
ada fleh darah sedikit

50
6. Ibu sudah BAK 4x dari jam 05.00 sampai 13.30 wita belum BAB
7. Ibu sudah diberikan terapi injeksi ranitidine 1 amp/iv dan ondansentron 8
mg/iv dan tangan kiri terpasang infus D10%, 20 tpm, paracetamol 500 mg 1
tablet
8. Ibu bersedia untuk istirahat cukup dan minum obat oral sesuai anjuran.

Data perkembangan II

Tanggal : 10 april 2019


Jam : 04.30 wita

Data subyektif
1. Ibu mengatakan mual dan muntah sebanyak 5 kali dari pukul 13.30 sampai
04.30 wita
2. Ibu mengatakan nafsu makan mulai membaik, makan 5-6 sendok bubur dan 1
gelas susu
3. Ibu mengatakan Bak 4 kali dari pukul 15.00 sampai 04.30 wita sudah BAB 1
kali
4. Ibu megatakan aktivitasnya ditempat tidur sambil miring kiri dan kanan

Data obyektif
1. Keadaaan umum masih agak lemah, kesadaran composmentis
2. Ttv; td : 100/60 mmHg, nadi : 80x/menit, suhu: 36,6℃, rr : 20x/menit
3. Mata : sedikit cekung, sklera bewarna putih kekuningan, konjungtiva pucat.
4. Mulut : lidah kotor, dan masih sedikit tercium aseton pada pernafasannya
5. Kulit : turgor kulit membaik
6. Ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infus D5 % drip neorobat amp, 28
tpm

Assesment

51
Ny. S.M G3 P2002 Ab0 umur kehamilan 8-9 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade II hari ke 3

Planning
Tanggal : 10 april 2019
Jam : 05.00 wita

1. Jam 05.00 wita, memberitahu hasil pemeriksaan saat ini, keadaan membaik,
mual muntah berkurang
2. Mengobservasi mual dan muntah setiap 2 jam
3. Jam 11.30 wita mengulangi kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
bubur hangat
4. Jam 13.30 wita mengobsrvasi Ttv dan keadaan umum
5. Jam 13.35 wita melanjutkan terapi :
a. Infus D5% drip neorobat 1 ampul
b. Injeksi ranitidine 50 mg/ iv
c. Injeksi ondansentron 8mg/iv
d. Antisida sirup 2 cth
e. Vitamin B6 1 tablet

Evaluasi
Tanggal 10 april 2019
Jam : 14.00 wita
1. Ibu sudah dijelaskan tentang hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang
dengan kondisinya yang membaik
2. Ibu sudah bisa bangun duduk dan brjalan didalam ruangan
3. Ibu mengatakan mual dan muntah sudah berkurang dan tidak ada gumpalan
darah
4. Ibu bersedia untuk makan bubur panas ± 6 sendok makan
5. Sudah dilakukan tanda-tanda vital; td : 100/60 mmHg, nadi : 88x/menit, rr:
20x /menit, suhu : 37,5℃, hasinya sudah di sampaikan kepada ibu dan
keluarga.

52
6. Ibu sudah minum obat sesuai anjuran

Data perkembangan 3

Tanggal 11 april 2019


Jam : 04.30 wita

Data subyektif
1. Ibu mengatakan keadaannya lebih baik adri kemarin
2. Ibu mengatakan tidak mual dan muntah lagi
3. Ibu mengatakan pagi ini sudah makan bubur ½ porsi dengan susu 1 gelas
diselingi dengan buah
4. Ibu mengatakan sudah tidak pusing, lemas, dan panas lagi
5. Ibu mengatakan BAK dari jam 20.00 sampai 05.00 wita dikamar mandi,
lancar dan tidak ada keluhan.
6. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan pagi ini di taman

Data obyektif
1. Keadaaan umum baik, kesadaran composmentis
2. Ttv; td : 100/60 mmHg, nadi : 80x/menit, suhu: 36,6℃, rr : 20x/menit
3. Mata : konjungtiva merah muda,sklera mata putih, tidak cekung
4. Mulut : lidah tampak tidak kotor, dan tidak tercium aseton pada
pernafasannya
5. Kulit : turgor kulit elastis
6. Ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infus D5 % drip neorobat amp, 28
tpm

53
Assesment
Ny. S.M G3 P2002 Ab0 umur kehamilan 8-9 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade II hari ke 4

Planning
1. Jam 05.00 wita, memberitahu kepada ibu semua hasil pemeriksaan baik dan
mual muntah sudah teratasidan kondisi ibu sudah baik
2. Jam 06.00 wita, menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin dan makan makanan yang bergizi, rendah lemah dan tinggi protein
seperti : nasi, sayur hijau, bayam, tahu, dan daging merah
3. Jam 08.00 wita mengobservasi mual dan muntah setiap 2 jam
4. Jam 11.30 wita kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet nasi lembek
5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dalam :
a. Infus D5% sudah dilepaskan
b. Antasida sirup 2 cth
c. Ranitidine tablet
d. Ondansentron tablet
e. Vitamin B6 tablet
f. Pasien diperbolehkan pulang, dengan terapi :
1) Ranitidine 2 x 1 tablet jumlah x tablet
2) Ondansentron 3 x 1 tablet jumlah x tablet
3) Antasida sirup 3 x 2 cth jumlah 1 botol

54
Pasien kontrol pada tanggal 22 april 2019 di Agradece dengan dokter Rudi,
Sp.OG.

Evaluasi

Tanggal 11 april 2019


Jam : 13.30 wita

1. Ibu sudah dijelaskan tentangkeadaan ibu bahwa ibu sudah sembuh dan sudah
diperbolehkan pulang oleh dokter
2. Ibu sudah tidak mual dan muntah lagi
3. Ibu sudah makan siang denga nasi lembek dengan porsi sedang
4. Ibu sudah minum obat sesuai anjuran dan infus sudah di lepas
5. Terapi obat pulang sudah diberikan
6. Ibu pulang tanggal 11 april 2019 jam 15.00 wita
7. Ibu sudah diberi pesanan untuk kontrol pada tanggal 22 april 2019 dan ibu
bersedia.

A. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis menguraikan tentang proses asuhan
kebidanan pada ibu hamil denga hiperemesis gravidarum grade II di
Rs.St.Gabriel Kewapante dengan menggunakn 7 langkah Varney.
Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil kesimpulan dan pemecahan
masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efiktif dan efisiensi.

55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Ny. S.M
G3P2002 Ab0 umur kehamilan 8-9 minggu dengan hiperemesis gravidarum
grade II di Rs.St.Gabriel Kewapante pada tahun 2019, yaitu :
1. Pengkajian data terhadap ibu hamil Ny. S.M G3P2002 Ab0 umur
kehamilan 8-9 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II diperoleh
data subyektif ibu mengatakan hamil anak ke 3, belum pernah
keguguran, umur 29 tahun, HPHT :26 – 01 – 2019 mengeluh sejak 1
minggu yang lalu mual dan muntah ± 10x/hari setelah makan dan minum
berupa cairan dan gumpalan darah sedikit, badan tersa lemah dan kepala
pusing. Sedangkan data obyektif didapat hasil pemeriksaan fisik; ku.
Lemah kesadaran: composmentis,td : 100/80 mmHg, nadi :99x/menit,
suhu: 36,6℃, rr : 20x/menit, BB turun dar 48kg ke 46 kg,konjungtiva
pucat ,mata cekung, sklera mata putih kekuningan, mulut dan lidah kotor
bewarna putih, mulut bau aseton. Turgor kulit berkurang dan kering,
pemeriksaan penunjang laboratorim dalam batas normal.
2. Interpretasi data dilakukan dengan mengumpulkan data secara teliti dan
akurat sehingga didapat diagnosa Ny. S.M G3P2002 Ab0 umur
kehamilan 8-9 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II.
3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. S.M tidak muncul karena dapat
ditangani secara tepat dan cepat sesuai prosedur.
4. Antisipasi pada Ny. S.M adalah dilakukan informasi dan edukasi tentang
kehamilannya, kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn dan kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet yang sesuai dengan kasus
hiperemesis gravidarum grade II.
5. Rencana tindakan yang diberikan pada Ny.S.M memberitahukan keadaan
ibu saat ini dan memfasilitasi keluarga untuk memberi dukungan. Ibu
dianjurkan untuk bedrest total.
6. Pelaksanaan, tindakan yang dilakukan kepada klien sesuai dengan
rencana tindakan yangtelah dibuat

56
7. Evaluasi, yang didapat setelah diberikan asuhan kebidanan selama 3 har
adalah ku. Baik, kesadaran composmentis, ttv dalam batas normal, mata
tidak cekung, sklera mata putih,konjungtiva merah mudah, tidak mual
dan muntah lagi.
8. Pada kasus Ny. S.M G3P2002 Ab0 umur kehamilan 8-9 minggu dengan
hiperemesis gravidarum grade II, tidak didapat kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada dibangsal tempat praktek.

B. SARAN
1. Bagi Institusi
Rumah sakit
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik lagi seperti
jam kunjung dan membatasi pengunjung sehingga pasien hiperemesis
merasa nyaman dan aman.
2. Bagi Bidan
Dalam menangani pasien hendaknya selalu menerapkan asuhan
kebidanan sehingga tenaga kesehatan atau bidan mampu memberikan
penanganan dengan kasus atau kondisi pasien.
3. Bagi klien
Diharapkan kepada klien untuk memeriksakan kehamilan secara teratur
agar dapat segera mendeteksi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada
hiperemesis gravidarum grade II dan menganjurkan pasien untuk mencari
informasi ketenaga kesehatan

57
DAFTAR PUSTAKA

Alilmul, H.A.A.2006. Pengantar Kubutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ambarwati, E.R, Wulandari, D.2009. Asuhan kebidanan (nifas). Yogyakarta :


Mitra Cendikia

58

Anda mungkin juga menyukai