h. Pigmentasi kulit
1) Sekitar Pipi : cloasma gravidarum.
Keluarnya melanophore hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi pada kulit .
2) Dinding Perut.
Striae lividae, Striae nigra dan Linea alba makin hitam.
3) Sekitar Payudara
Hiperpigmentasi areola mamae, kelenjar montgomery
menonjol, pembuluh darah manifes sekitar payudara.
i. Epulis / hipertropi gusi, dapat terjadi bila hamil.
j. Varices / penampakan pembuluh darah vena :
a). Karena pengaruh estrogen dan progesterone terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat.
b). Terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki, betis dan payudara.
c). Dapat menghilang setelah persalinan (Manuaba, 2010:107-
108).
2. Tanda tidak pasti kehamilan :
a. Pembesaran abdomen
Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus.
1. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah
besar dengan cepat Selama kehamilan dan pulih kembali seperti
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada
perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10
ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 1
bahkan dapat mencapai 20 1 atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g.
2. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Berbeda
kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10 — 15 % otot polos.
jaringan ikat ekstraselular serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3 dan
sedikit tipe 4 pada membrane basalis. Di antara molekul-molekul
kolagen itu, berkatalasi glikosaminoglikan dan proteoglikan, terutama
dermatan sulfat, asam hialuronat, dan heparin sulfat. juga ditemukan
fibronektin dan elastin di antara serabut kolagen. Rasio tertinggi
elastin terhadap kolagen terdapat di ostium interna. Baik elastin
maupun otot polos semakin menurun iumlahnya mulai dari ostium
interna ke ostium eksterna.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel barii juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6 -
7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.
5. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang jugs akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari
striae sebelumnya.
6. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan
pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum
dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolaktin inhibiting
hormone.
7. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan
cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg.
8. Sistem Kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan im terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik.
Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-
10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi
peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan
dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan
perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga akan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan. peningkatan estrogen dan
progesteron juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan
penurunan resistensi vaskular perifer.
9. Traktus Digestives
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan
terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestives
dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung
sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang
disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai
akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tones sfingter
esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam
hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai akibat
penurunan motilitas usus besar.
3. Imunisasi
Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil yang terutama adalah
tetanus toksoid. Imunisasi lain diberikan sesuai indikasi.
4. Bepergian/mobilisasi
Tidak perlu khawatir bepergian dengan menumpang pesawat,
monil, yag penting adalah memperhatikan posisi duduk, tidak
mengangkat barang bawaan yang berat dan menggunakan sepatu yang
haknya lebih rendah.
9. Merokok/minuman keras/obat-obatan
Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan
sampai persalinan, nifas, dan menyusui selesai. Obat-obat depresan
adiktif (narkotika dan sebagainya) mendepresi sirkulasi janin dan
menekan perkembangan susunan saraf pusat pada janin, maka sebaiknya
dihindari untuk pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama
trimester I.
TINJAUAN PUSTAKA
A. .Defenisi
Persalinan adalah suaatu proses yang di mulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabakan terjadinya dilatasi progresif dari serviks,kelahiran bayi
dan kelahiran placenta,dan proses tersebut merupakan proses alamiah
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari dalam Rahim
melalui jalan lahir atau melaluui jalan lain,yang kemudian janin dapat hidup ke
dunia luar
Persalinan di mulai ( inpartu ) sejak uterus berkontraksi , sehingga dengan
lahirnya placenta secara lengkap ( Asuhan persalinan Normal ,2007 )
Persalinan adalah proses alamiah yang di alami perempuan,merupakan
pengeluaran hasil konsepsi yang telah mampu hidup di luar kandungan melalui
beberapa proses seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks,serta adanya
kontraksi yang berlangsung dalam waktu tertentu tanpa adanya penyulit.
B. Bentuk Persalinan
1. Persalinan Spontan : bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri
2. Persalinan Buatan : bila persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga
dari luar
3. Persalinan Anjuran : bila kekuatan yang di perlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsangan.
Istilah yang berhubungan dengan Partus ( Labor )
Cara persalinan
1. Partus bbiasa ( Normal ) atau di sebut juga pertus spontan adalah prosese
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi,umumnya berlangsung kurang dari 24
jam
Persalinan Normal di anggap normal jika proses terjadinya pada usi kehamilan
cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa di sertai penyulit.
2. Partus luar biasa ( abnormal ) adalah persalinan pervaginanm dengan
bantuan alat – alat melalui dinding perut dengan operasi Sectio Casrarea ( SC )
2. Kala II
Kala II persalinan di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan
berakhir dengan lahirnya bayi . Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam
dan pada multipara 1 jam
Tanda Gejala kala II
1) His semakin kuat,dengan interval 2 sampai 3 menit
2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
3) Ibu merasa makin meningkatnya tekanan pada rectum dana tau vagina
4) Vulva – Vagina dan spingter ani terlihat membuka
5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Diagnosis Kala II di tegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
1) Pembukaan serviks telah lengkap
2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina
Lamnya Persalinan
Primipara Multipara
G. Kebijakan asuhan
1. Semua persalinan harus di hadiri dan di pantau oleh petugas kesehatah
yang terlatih
2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk
menangani kegawat daruratan obstertrik dan neonatal harus tersedia 24 jam
3. Obat – obatan esensial,bahaan,dan perlengkapan harus tersedia bagi
seluruh petugas terlatih.
H. Rekomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran
1. Asuhan saying ibu dan saying bayi harus di masukan sebagai bagian dari
persalinan bersih dana man,termasuk hadirnya keluarga atau orang – orang yang
hanya memberikan dukungan
2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi
sebagai suatu catatan /rekam medik untuk persalinan
3. Selama persalinan normal ,intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi
Prosedur ini bukan di butuhkan jika ada infeksi / penyulit
4. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi
5. Manajemen aktif kala III , termasuk melakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat secara dini .Memberikan suntikan oksitosin IM,melakukan
penegangan tali pusat terkendali ( PTT ),dan segera melakukan masasse
fundus,hal – hal tersebut harus dilakukan pada sema persalinan normal
6. Penolong peraslinan hars tetap tinggal bersama ibu setidak – tidaknya 2
jam pertama setelah kelahiran ,atau sampai kedaan ibu stabil.Fundus harus di
periksa tiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua .
Massase fundus harus di lakukan sesuai kebutuhan untuk memaastikan tonus
uterus tetap baik,perdarahan minimal,,dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
7. Selama 24 jam pertama setelah persalinan ,fundus harus sering di periksa
dan di massase sampai tonus baik.Ibu atau anggota keluarga dapat di ajarkan
untuk melakukan massase fundus
8. Segera setelah lahir,seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera di
selimuti dan di keringkan,juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi
9. Obat – obat esensial ,bahan,dan perlengkapan harus di sediakan oleh
petugas dan keluarga.
Daftar Pustaka
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam
paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, Sehingga tekanan jantung kiri
lebih besar daripada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya
foramen oval secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah
kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden
naik dank arena rangsangan biokimian (paO2 yang naik), duktus arteriosus
berobliterasi ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96 liter/menit/m 2 dan
bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus
arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang
melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk
kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kita 85/40 mmHg (Armini, dkk.
2017:6-7).
c. Suhu Tubuh
Ada 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannya.
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung). Contoh: Menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang
dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL.
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah
panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara). Contoh:
membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di
ruangan yang terpasang kipas angin.
3. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antara 2 objek yang berbeda). Contoh: bayi baru lahir dibiarkan
dalam ruangan AC tanpa di berikan pemanas (radiant warmer), bayi baru lahir
dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan
ruang yang dingin, misalnya dekat tembok.
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap).
Evaporasi dipengaruhi oleh: jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara,
aliran udara yang melewati. Mencegah kehilangan panas: keringkan bayi secara
saksama, selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup
bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, tempatkan bayi di lingkungan
yang hangat.
Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami: stress pada BBL
menyebabkan hipotermi, BBL mudah kehilangan panas, bayi menggunakan
timbunan lemak cokelat untuk meningkatkan suhu tubuhnya, lemak cokelat
terbatas, sehingga apabila habis akan menyebabkan adanya stress dingin (Armini,
dkk. 2017: 7-9).
d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Pada jam-jam pertama
energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari ke dua energi basal
dari pembakaran lemak
(Marmi dan rahardjo2014:23-24).
e. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar
dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna
karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal.
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa
(Indrayani & Djami, 2013).
f. Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina propia
ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari anti
antigen dan stres imunologis.
Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat
melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat
melalui plasenta (Lues, toksoplasma, herpes simpleks, dll) raeksi imunologis dapat
terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibody gama A, G dan M (Armini,
dkk. 2017:10).
g. Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih Panjang dibandingkan dengan orang
dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang brwarna hitam
kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
meconium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah
berbentuk serta berwarna normal. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali amylase pankreas. Bayi sudah ada refleks hisap dan
menelan, sehingga pada saat bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering
terjadi akibat dari hubungan esofagus bahwa dengan lambung belum sempurna, dan
kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu ± 30 cc (Indrayani dan Djami, 2013).
h. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum
aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga
belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari
50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Marmi dan rahardjo,
2014: 22-23).
i. Keseimbangan Asam Basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam
neonatus telah mengompensasi asidosis ini (Indarayani & Djami, 2013).
3. Pemeriksaan fisik
a. Menilai keadaan umum
Langkah yang awal dilakukan untuk menilai saat bayi lahir untuk pemberian asuhan
selanjutnya yaitu
1) Lahir cukup bulan ?
2) Cairan ketuban jernih?
3) Bernafas atau menangis?
4) Denyut jantung >100 kali/menit ?
5) Tonus otot baik? (Lissauer dan Fanaroff, 2013:54)
b. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakkan untuk mengukur keadaan bayi saat setelah
lahir.
1) Pemeriksaan suhu tubuh bayi dengan menghindari memandikan bayi hingga
sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan
jika suhunya 36,5 C kemudian bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat
hingga kepala tertutup (Saifuddin, 2014).
2) Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika bbl kekurangan
oksigen
(Dewi, 2014:18).
3) Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas dalam menilai
biasanya terdapat kesalahan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan hanya
menghitung frekuensi nadi per menit. Padahal seharusnya penilaian nadi harus
mencakup frekuensi atau laju nadi,
irama, isi atau kualitas serta ekualitas nadi (Wahidiyat dan Sastroasmoro, 2014:27)
c. Telinga
Pemeriksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala
d. Mata
Melihat tanda-tanda infeksi seperti adanya pus
e. Hidung dan mulut
Melihat bentuk bibir dan langit-langit, periksa adanya sumbing dan refleks hisap
dengan penilaian mengamati bayi pada saat menyusu
f. Leher
Melihat adanya pembengkakan dan gumpalan
g. Dada
Melihat bentuk, puting, bunyi napas dan bunyi jantung
h. Bahu, lengan, dan tangan
Melihat gerakan normal dan jumlah jari
i. Sistem syaraf
Adanya refleks moro, lakukan rangsangan dengan suara keras dengan tepukan
tangan
j. Perut
Melihat bentuk, penonjolan atau lembek sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat?
k. Kelamin perempuan
Ditandai dengan vagina berlubang, uretra berlubang dan labia minora menutupi
labia mayora.
l. Kelamin laki-laki
Diliahat dari testis berada dalam skrotum dan penis berlubang dan pada ujung letak
lubang.
m. Tungkai dan kaki
Dilihat dari gerakan normal, tampak normal dan jumlah jari.
n. Punggung dan anus
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat pembengkakan atau ada cekungan, ada
anus dan lubang.
o. Kulit
Pemeriksaan dengan melihat Verniks (tidak perlu dibersihkan karena menjaga
kehangatan tubuh bayi), warna, ada pembengkakan atau bercakbercak hitam, dan
tanda-tanda lahir (Saifuddin,2014).
4. Ballard score
Sistem penilaian untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuscular dan fisik. Penilaian neuromuskuler meliputi postur, jendela
pergerakan tangan, gerakan lengan membalik,sudut popliteal, tanda selandang,
lutut ke telinga sedangkan pemeriksaan fisik meliputi kulit, lanugo, permukaan
plantar, payudara, mata/telinga dan genitaliaperempuan/laki-laki (Ballard JL, dkk.
1991). Kemudian hasil penilaian baik dari maturitas neuromuskuler maupun
fisik akan disesuaikan dengan skor dan dijumlahkan hasilnya
c. Nilai Apgar
Tanda 0 1 2
Appearance Seluruhnya biru Kulit tubuh merah muda, Seluruh tubuh merah
ekstrimitas biru muda
Pulse Tidak ada <100x/m >100x/m
Grimace Tidak ada respon Meringis/ menangis Meringis/bersin/
batuk
Activity Lemah/tidak ada Sedikit gerak Bergerak aktif
Respiration Tidak ada Lemah atau tidak teratur Menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur
1. Langkah Awal
Langkah awal ini perlu dilakukan secara tepat (dalam waktu 30 detik).Secara
umum, 6 langkah awal merangsang bayi baru lahir untuk bernapas spontan dan
teratur.
1) Jaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum,
selimuti bayi dengan kain tersebut, pindahkan bayi ke atas kain ke tempat
resusitasi.
2) Atur posisi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong, ganjal bahu agar
kepala sedikit ekstensi.
3) Isap lendir
Gunakan alat penghisap lendir Delee atau bola karet
a. Pertama, isap lendir di dalam mulut kemudian baru hisap lendir di hidung.
b. Hisap lendir sambil menarik keluar penghisap (bukan pada saat memasukkan).
c. Bila menggunakan penghisap lendir Delee, jangan memasukkan ujung penghisap
terlalu dalam (Lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung)
karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti nafas bayi.
4) Keringkan dan rangsang taktil
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
takanan. Rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau bernapas lebih baik
dan lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
1) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
2) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
5) Reposisi Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi.
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering.
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
c. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi.
6) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur? Lakukan
penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas. Maka
meletakkan bayi diatas dada itu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu dan bayi selanjutnya anjurkan ibu untuk
menyusukan bayi sambil membelainya. Bila bayi tidak bernapas atau megap-
megap, maka segera lakukan tindakan ventilasi
(Indrayani & Djami, 2013:359-360).
2. Ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah udara
ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi.
a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan sungkup pasang dan pegang sungkup agar
menutupi mulut dan hidung bayi.
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi bila tidak
mengembang periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar kemudian bila
dada mengembang lakukan ke tahap selanjutnya
c. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik dan pastikan udarah masuk (dada mengembang) dalam 30 detik
tindakan.
d. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur. Bila bayi
sudah bernapas normal maka hentikan ventilasi secara bertahap, bila bayi tidak
bernapas atau magap-magap lanjutkan VTP kemudian siapkan rujukan bila bayi
belum bernapas spontan setelah 2 menit di ventilasi namun bila tidak dirujuk
lakukan ventilasi sampa 20 menit
(Indrayani & Djami, 2013:361-363).
3. Kompresi dada
Kompresi dada terdiri dari kompresi ritmik stertum yang menekan jantung terhadap
tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal danmensirkulasikan darah ke
organ-organ vital. Kompresi dada harus selalu disertai dengan ventilasi
menggunakan oksigen 100% untuk memastikan bahwa darah dalam sirkulasi
teroksigenasi dengan baik. Langkah-langkah kompresi dada:
Sumber: Dallas,1991
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Berat
1. Pengertian manajemen asuhan kebidananManajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Proses manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana di setiap
langkah disempurnakan secara periodik, proses ini dimulai dari pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi (Varney, 2001). Dengan adanya proses
manajemen ini maka mudah kita dapatkan mengenali dan mengidentifikasi masalah
selanjutnya, merencanakan dan melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.
2. Tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
Asfiksia berat Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimana dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa di
aplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisadipecah-
pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi
Asiksia berat. Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut
Varney
(2003), Adapun tahapan manajemen asuhan kebidanan menurut Langkah Varney
adalah sebagai berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan data dasar)
Pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai yang menyangkut keadaan
bayi yang meliputi riwayat kesehatan bayi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium serta laporan keterangan tambahan lain yang berhubungan dengan
kondisi klien. Data tersebut
didapatkan melalui wawancara dengan orang tua atau keluarga klien dan bidan
penolong persalinan. Pada kasus bayi baru lahir kemungkinan anamnesa yang
didapatkan atau data subjektif adalah bayi lahir normal di tolong oleh bidan, segera
menangis, usia kehamilan 37 minggu- 42 minggu, bayi berjenis kelamin perempuan
atau laki-laki dengan berat badan 2500 4000 gram dan keadaan ibu dan bayi sehat.
Data objektif menurut Marmi dan Rahardjo (2014) yang didapatkan bayi
baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang berusia 0-28
hari, sedangkan menurut Dwienda, dkk (2014) bayi baru lahir normal adalah berat
badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar
kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120- 160x/menit, pernapasan 40-60x/menit,
kulit kemerah-merahan, rambut kepala biasanya telah sempurna, genetalia jika
perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan pada laki-laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada, daerah mulut terbentuk dengan baik,
eliminasi baik, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Dwienda, dkk: 2014).
Kemudian pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berat kemungkinan anamnesa
yang didapatkan atau data subjektif yaitu Riwayat penyakit selama hamil,
persalinan patologis (presentasi bokong, letak lintang, partus lama atau macet dan
vakum ekstaksi), kehamilan lewat bulan dan yang mungkin didapatkan dari bayi
yaitu bayi prematur, kelainan konginetal dan air ketuban becampur mekonium serta
dari tali pusat yaitu solusio plasenta, lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapsus
tali pusat kemudian bayi lahir didapatka tanda seperti bayi tidak bernapas segera
setelah lahir, warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat, kejang dan tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan kemudian.
Data objektif yang didapatkan yaitu bayi tidak bernapas atau megap-megap, tidak
ada denyut jantung, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bergerak atau
lemah. Kemudian pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan pH darah janin
untuk mengetahui adanya asidosis menyebabkan turunnya pH sebagai tanda bahaya
gawat janin (Wiknjosastro, 1999).
b. Langkah II (Merumuskan diagnosa actual)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan intervensi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosis adalah hasil analisa dan perumusan masalah yangdiputuskan dalam
menegakkan diagnosa bidan dengan menggunakan pengetahuan sebagai dasar atau
arahan untuk mengambil tindakan. Setalah melakukan pemeriksaan maka akan
didapatkan kesimpulan bahwa masalah bayi baru lahir dengan asfiksia berat
ditetapkan berdasarkan interpretasi data yang dikumpulkan saat melakukan
pemeriksaan serta pengumpulan data subjektif dan data objektif. Pada kasus bayi
baru lahir dengan asfiksia berat kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau data
subjektif yaitu riwayat penyakit selama hamil, persalinan patologis (presentasi
bokong, letak lintang, partus lama atau macet dan vakum ekstraksi), kehamilan
lewat bulan dan yang mungkin didapatkan dari bayi yaitu bayi prematur, kelainan
konginetal dan air ketuban becampur mekonium serta dari tali pusat yaitu solusio
plasenta, plasenta kecil, plasentah rapuh, lilitan tali pusat, tali pusat pendek
kemudian bayi lahir didapatka tanda seperti bayi tidak bernafas segera setelah lahir
dengan tidak benangis, warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat, kejang dan tidak
ada respon terhadap refleks rangsangan kemudian.
Data objektif yang didapatkan yaitu bayi tidak bernapas atau megap-megap, tidak
ada denyut jantung, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bergerak atau
lemah. Kemudian pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan pH darah janin
untuk mengetahui adanya asidosis menyebabkan turunnya pH sebagai tanda bahaya
gawat janin (Wiknjosastro, 1999).
c. Langkah III (Merumuskan diagnosis/masalah potensial yang membutuhkan
antisipasi masalah potensial) Megidentifikasi adanya diagnosis atau masalah
potensial yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Masalah yang mungkin timbul dari bayi baru lahir dengan asfiksia
berat adalah dapat mengalami gangguan pernapasan akan berisiko mengalami
kejang, kerusakan otak, asidosis, hipoksemia (tubuh kekurangan oksigen),
gangguan paru-paru dan lemah denyut jantung hingga pada tahap kematian bayi.
Kerusakan otak dapat mengakibatkan anak dapat mengalami kesulitan berbicara,
bergerak, berjalan dan mendengar yang merupakan ciri-ciri keterbelakangan mental
yang disebabkan stroke janin akibat gangguan suplai darah ke otak janin yang
berguna untuk perkembangan pertumbuhan dan kekurangan oksigen selama proses
kelahiran. Sianosis memicu pada kebiruan warna kulit, kuku dan membrane
mukosa akibat penurunan oksigen dalam darah, sedangkan hipoksia terjadi bila
terdapat gangguan dalam sistem transportasi oksigen ke seluruh sel tubuh biasanya
terjadi denyut jantung cepat, napas pendek dan cepat warna kulit berubah ke biruan
atau kemerahan sesuai penyebab hipoksia dan kehilangan kesadaran.
d. Langkah IV (Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera) Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim
kesehatan lain sesuai kondisi bayi. Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berat
diperlukan adanya tindakan segera dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain,
masalah pada bayi dengan asfiksia maka tindakan segera yang harus dilakukan
yaitu resusitasi agar bayi dapat bernapas spontan kemudian dengan melakukan
suction atau delee untuk membersikan jalan napas dan pemberian O2 untuk
membatuh pemberian oksigen serta kolaborasi dengan dokter dan persiapan
rujukan.
e. Langkah V (Merencanakan asuhan secara menyeluruh) Merencanakan asuhan
menyeluruh yang rasional berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Rencana tindakan yang dapat dilakukan
pada bayi dengan asfiksia adalah: Nilai keadaan bayi, menjaga kehangatan bayi
dengan mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih
dan kering kecuali muka dan dada, memposisikan bayi sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu bayi dengan kain, membersikan jalan nafas dengan alat penghisap
lender menggunakan Delee, nilai kembali keadaan bayi, berikan rangsangan taktil
dengan cara menggosok dan menepuk punggung dan kaki bayi, atur kembali posisi
bayi, nilai keadaan bayi. Jika bayi bernapas normal, warna kulit kemerahan, tonus
otot baik atau pergerakan aktif maka dilakukan asuhan pasca resusitasi yaitu dengan
pemantauan tanda bahaya, perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, pencegahan
hipotermi, pemberian Vit K, pemberian salep mata/ tetes mata, pemeriksaan fisik.
Kemudian jika bayi tidak bernafas/ bernapas megap-megap maka dilakukan
ventilasi dengan memasang sungkup, perhatikam letak pasang sungkup menutupi
dagu, hidung dan mulut, ventilasi 2 x dengan tekanan 30 cm air jika dada
mengembang lakukan ventilasi 20 x dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik,
menilai keadaan bayi. Jika bayi mulai bernapas normal maka hentikan ventilasi lalu
lakukan asuhan pasca resusitasi, tetapi jika bayi masih blum bernapas atau bernapas
megap-megap maka ulangi ventilasi sebanyak 20 x selama 30 detik, hentikan
kemudian nilai kembali napas bayi tiap 30 detik, jika bayi tidak bernapas spontan
sesudah 2 menit resusitasi maka siapkan rujukan, nilai denyut jantung. Tetapi ketika
tidak dirujuk maka sesudah 10 menit bayi tidak bernapas spontan dan tidak
terdengar denyut jantung maka pertimbangkan menghentikan resusitasi, koseling
dan kemudian pencatata dokumentasi.
f. Langkah VI (Melaksanakan perencanaan)
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan Ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau hanya sebagian dan
dilakukan oleh anggota tim kesehatan yang lain. Rencana yang dilakukan pada bayi
baru lahir dengan kasus asfiksia berat yaitu dengan melakukan perencanakan
asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh.
g. Langkah VII (Evaluasi)
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan hingga terjadi perubahan
dari bayi baru lahir dengan asfiksia berat, mengulangi kembali proses manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetap belum
efektif dengan melihat perubahanperubahan yang terjadi pada bayi baru lahir. Nilai
pernapasan, jika napas spontan lakukan penilaian denyut jantung. Denyut jantung
>100x/menit nilai warna kulit jika merah/ sinosis prefer lakukan observasi apabila
biru berikan oksigen. Penilaian denyut jantung bila 100x maka hentikan bantuan
napas observasi napas tetapi jika tidak ada peningkatan maka lakukan PPV disertai
kompresi jantung, jika denyut jantung 80x/menit kompresi jantung berhenti
lakukan PPV denyut jantung >100x/menit. Jika tidak lakukan pemberian obat epine
1:10.000 dosis 0,2-0,3 mL/kg BB secara IV. Lakukan penilaian denyut jantung jika
berhasil hentika obat dan jika tidak berikan obat sesuai dosis dalam 3-5 menit
kemudia lakukan penilaian denyut jantung jika tidak ada respon tanpa ada
hipovolemi berikan bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/ kg BB secara IV delama 2
menit. Kemudian ketika bayi tampak membaik maka dilakukan asuhan perawatan
bayi normal dengan menganjurkan ibu menyusui sambilmemperhatikan dan
membelai beyinya serta pemberian vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi
hepatitis B, lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pascaresusitasi selama 2
jam pertama.
1) Perhatikantanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi. Tarikan intercostal, napas
megap-megap, frekuensi napas <30 x/menit atau >60x/menit, bayi kebiruan atau
pucat, bayi lemas.
2) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal yaitu
dengan menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP) Metode 4 langkah
pendokumentasian yang disebut SOAP ini dijadikan proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan. Metode ini diperkenalkan untuk mendokumentasikan
hasil pemeriksaan klien dalam rekaman medis sebagai catatan perkembangan
kemajuan yaitu:
a. Subjektif (s)
Merupakan ringkasan dari langkah I dalam proses manajemen asuhan kebidanan
bayi baru lahir dengan asfiksia berat yang diperoleh dari apa yang dikatakan,
disampaikan dan dikeluhkan oleh klien melalui anamnesa dengan kedua orang tua,
keluarga pasien dan bidan penolong persalinan. Pada kasus bayi baru lahir
kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau data subjektif adalah bayi lahir
normal di tolong oleh bidan, segera menangis, usia kehamilan 37 minggu- 42
minggu, bayi berjenis kelamin perempuan atau laki-laki dengan berat badan 2500-
4000 gram dan keadaan ibu dan bayi sehat. Kemudian pada kasus bayi baru lahir
dengan asfiksia berat kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau data subjektif
yaitu Riwayat penyakit selama hamil, persalinan patologis (presentasi bokong, letak
lintang, partus lama atau macet dan vakum ekstaksi), kehamilan lewat bulan dan
yang mungkin didapatkan dari bayi yaitu bayi premature, kelainan konginetal dan
air ketuban becampur mekonium serta dari plasenta yaitu solusio plasenta, plasenta
kecil, plasenta rapuh kemudian bayi lahir didapatka tanda seperti bayi tidak
bernapas segera setelah lahir dengan tidak menangis, warna kulit kebiruan kulit
sianosis, pucat, kejang, dan tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
b. Objective (o)
Merupakan ringkasan dari langkah I dalam proses manajemen asuhan kebidana
yang diperoleh melalui beberapa pertanyaan yang di tanyakan kepada orang tua
atau keluarga, bidan penolong persalinan dan melihat kondisi bayi sesuai dengan
tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia berat dengan melakukan
pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi serta pemeriksaan
penunjang untuk melakukan diagnose aktual. Data objektif yang didapatkan bayi
baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang berusia 0-28 hari
Marmi dan Rahardjo (2014), memiliki berat badan 2500-4000 gram, panjang badan
48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-
160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, kulit kemerah-merahan, rambut kepala
biasanya telah sempurna, genetalia jika perempuan labia mayora sudah menutupi
labia minora sedangkan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, daerah
mulut terbentuk dengan baik, eliminasi baik, mekonium berwarna hitam kecoklatan
(Dwienda, dkk: 2014). Data objektif yang mungkin didapatkan dari bayi baru lahir
dengan asfiksia berat yaitu bayi tidak bernapas atau megap-megap, tidak ada denyut
jantung, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bergerak atau lemah.
Kemudian pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan pH darah janin untuk
mengetahui adanya asidosis menyebabkan turunnya pH sebagai tanda bahaya gawat
janin (Wiknjosastro, 1999).
c. Assesment (a)
Merupakan ringkasan dari langkah II, III dan IV dalam proses manajemen asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia berat dimana dibuat kesimpulan
berdasarkan dari data subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan
klinis terhadap klien, apakah bayi baru lahir masuk kategori asfiksia berat. Pada
kasus asfiksia menegakkan diagnosa bahwa benar pasien menderita asfiksia berat
pada bayi baru lahir berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang didapatkan
kemudian setelah menegakkan diagnose asfiksia pada bayi baru lahir kita perlu
mengantisipasi terjadinya gangguan pernafasan yang akan berisiko mengalami
kejang, kerusakan otak, asidosis, hipoksemia (tubuh kekurangan oksigen),
gangguan paruparu dan lemah denyut jantung hingga pada tahap kematian bayi.
d. Planning (p)
Merupakan ringkasan dari langkah V, VI dan VII dalam proses manajemen asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia berat di mana planning ini dilakukan
berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klien yang diambil
dalam rangka mengatasi masalah klien dan memenuhi kebutuhan klien. SOAP ini
dilakukan pada asuhan terhadap bayi baru lahir dengan asfiksia berat pada tahap
berikutnya. Adapun penatalaksanaan asfiksia berat yaitu mengatur posisi bayi
karena itu adalah langkah utama untuk memperbaiki jalan napas bayi kemudian
merangsang bayi dengan menepuk atau menyentil telapak kaki atau menggosok
punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan kemudian
keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya. Selanjutnya melakukan
kunjungan ulang dan mengkaji keadaan umum bayi dan observasi TTV bayi untuk
memastikan bayi sudah bernafas normal seperti bayi lainnya serta rawat gabung
dengan ibu dan dapat ASI eksklusif.
Kemudian dilakukan kunjungan neonatus hari pertama hingga usia 28 hari dengan
jadwal kunjungan, (KN I) dilaksanakan saat usia 6 jam – 48 jam, (KN II)
dilaksanakan saat usia 3 hari – 7 hari, (KN III) dilaksanakan saat usia 8 hari 28 hari
(Hidayat, 2016).
1) Kujungan I (1 hari) : Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi dan
menggunakan sarung tangan, memotong tali pusat, menilai usaha napas, warna kulit
dan frekuensi denyut jantung kemudian melakukan 6 langka awal resusitasi dalam
30 detik, melanjutkan dengan resusitasi tekanan positif, pemberian O2 secara nasal
1 liter/menit, kolaborasi dengan dokter dengan pemberian infus Dextrose 10% 8
tpm, perawatan tali pusat dengan melihat adanya tanda infeksi yaitu tali pusat
merah, bengkak, ada pengeluaran nanah/darah, injeksi vit K 1 mg, pemberian salep
mata, mengobservasi TTV tiap 15 menit tempatka di atas infant warmer, status
puasa, kemudian memperbaiki kondisi umum bayi mencegah bayi kehilangan
panas, mengobservasi keadaan umum , tanda-tanda kesulitan bernapas, warna kulit
dan refleks bayi secara ketat selama 2 jam pertama dan melakukan asuhan
pascaresusitasi selama 24 jam pertama.
2) Kunjungan II (2 hari): Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan, mengobservasi
TTV dan pola napas, mempertahankan pemberian O2 sesuai indikasi 0,5 liter/menit,
menjaga kehangatan bayi dan infus tridex 8 tpm.
3) Kunjungan III (3 hari) : Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan,
mempertahankan kehangatan bayi, menjaga personal hygiene, perawatan tali pusat
dan mengobservasi ttv bayi dan persiapan pulang ke rumah.
4) Kunjungan IV (10 hari) : Memberitahu ibu dan keluarga kondisi dan
perkembangan bayi saat ini, mengonservasi keadaan umum bayi, menjaga personal
hygiene, menganjurkan ibu memberikan ASI secara on demand sesuai kebutuhan
bayi.
5) Kunjungan V (18 hari) : Memberitahu ibu dan keluarga kondisi dan
perkembangan bayi saat ini, mengobservasi keadaan umum bayi, tetap menjaga
personal hygiene dan memberikan ASI pada bayi sesuai kebutuhan.
6) Kunjungan VI (28 hari) : Memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi serta
perkembangan bayi, mengobservasi keadaan umum, tetap menjaga personal
hygiene dan memberikan ASI secara on demand.
1. Pengertian
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, orgnan reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaansebelum hamil. Perubahan organ reproduksi
ini disebut involusi (Maritalia,2012).
Masa nifas (puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu puer yang artinya bayi dn
porous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan
masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari
saat setelah lahirnya bayi
sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau
mendekati keadaan sebelum hamil. Periode masa nifas (puerperium) periode waktu
selama 6-8 minggu setelah persalinan. Prosesdimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena proses persalinan(Saleha, 2013)
7) Biorhytmic(Irama Kehidupan)
Dalam rahim janin belajar menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya seperti
detak jantung. Kurang lebih 40 minggu dalam Rahim janin tersebut mendengar
suara detak jantung ibu, dari suara detak tersebut, janin mencoba mengenali
biorhytmic ibu dan menyesuaikan
dengan irama dirinya.
8. Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau setelah proses persalinan
dan kala I sampai kala IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu
terbebas dari bahaya komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dilami ibu pada saat
nifas dan bila tidak ditangani dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup
besar terhadap tingginya Angka
Kematian Ibu(AKI). Beberapa penyulit dan komplikasi yang dialami ibu selama
masa nifas akan dibahas sebagai berikut:
1. Endometritis
Endometritis adalah peradangan atau infeksi infeksi yang terjadi pada masa
nifas.Mikroorganisme masuk kedalam endometrium melalui luka bekas insersi
plasenta dan dalam waktu singkat dapat menyebar keseluruh endometrium.
2. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada peritoneum(selaput
dinding perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau
meluasnya infeksi yang terjadi pada uterus melalui pembuluh linfe. Berbeda dengan
perotonitis umum, peritonitis ini biasanya
terbatas pada daerah pelvis sehingga gejalanya tidak seberat pada peritonitis umum.
3. Mastitis
Mastitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau mammae.
Dalam masa nifas dapat terjadi peradangan atau infeksi pada mammae, terutama
pada primipara. Penyebab infeksi yang paling sering staphilococusaureus.
Manifestasi klinik atau tanda-tanda ibu yang mengalami mastitis adalah rasa panas
dingin dengan peningkatan suhu tubuh, lesu dan tidak ada nafsu makan, mammae
membesar dan rasa nyeri pada saat perabaan dan kulit kemerahan. Jika tidak
ditangani segera dapat menjadi abses, Berdasarkan tempatnya infeksi dapat
dibedakan menjadi:
a. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae
b. Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat tersebut.
c. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan
abses antar mammae dan otot-otot dibawahnya.
d. Mastitis dapat dicegah dengan perawatan yang benar pada mammae terutam
puting susu(areola dan papila mammae)
e. Thrombophlebitis
Thrombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi pada masa
nifas karena terbukanya vena-vena selama proses persalinan sehingga memudahkan
masuknya mikroorganisme pathogen. Trombhophlebitis sering menyebabkan
kematian karena mikroorganisme dapat dengan mudah dan cepat menjalar
keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah dan menyebabkan infeksi pada
orang tertentu. Dua golongan vena yang memegang peran dalam menyebabkan
thrombophlebitis yaitu:
1) Vena-vena dinding rahim ligamentum latum seperti vena ofarica, vena uterine
dan vena hipogastika(thrombophlebitis pelviks). Vena ofarica merupakan vena
yang sering meradang karena vena ini mengalirkan dara dari luka bekas plasenta.
2) Vena-vena tungkai seperti vena femorali, poplitea, dan
saphead(Thtombophlebitis femorali). Peradangan dari vena ini berasal dari
thrombophlebitis vena saphead magna atau peradangan vena femoralis sendiri.
3) Infeksi Luka Perineum
Infeksi luka perineum adalah infeksi yang terjadi masuknya mikroorganisme
kedalam luka perineum. Luka perineum dpat terjadi karena episiotomi/ rupture
/robekan pada saat proses persalinan. Luka perineum yang mengalami infeksi akan
terasa lebih nyeri,
merah dan bengkak. Bila tidak segera ditangani luka tersebut akan segera melebar,
terbuka dan mengeluarkan getah bernana (Martalia,2012).
9. Penanganan infeksi nifas secara umum
1. Antisipasi setiap kondisi yang ada
2. Beri pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap infeksi yang di kenali saat
kehamilan atau persalinan.
4. Jangan biarkan pasien pulang bila masa krisis belum di lalui
5. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala yang
harus di waspadai dan harus mendapat pertolongan segera.
6. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan
7. Berikan hidrasi oral/IV secukupnya
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan dan Darwis. 2003. METODE PENELITIAN
KEBIDANAN.Jakarta : EGC
Maritalia Dewi,2012. Asuhan Kebidanan nifas dan Menyusui. Yogyakarta
Maryunani, Anik. 2016. Asuhan Kegawatdaruratan Kebidanan. Edisi
Kedua.Jakarta : TIM.
Medforth, dkk. 2011. Kebidanan Oxford. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Muslihatun, Wafi Nur, dkk. 2002. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta; EGC
Oxorn, Harry dan Forte, Willian R. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi Dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : ANDI
Prawirohardjo.Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T. Bina Pustaka
Saiffudin, Abdul Bari. 2009. ILMU KEBIDANAN. Edisi Keempat Cetakan Kedua.
Jakarta : PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Saleha,Siti. 2013.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Sudarti dan Fauziah, Afroh. 2010. BUKU AJAR DOKUMENTASI KEBIDANAN.
Yogyakarta : Nuha Medika
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
a. Keluarga berencana merupakan usaha suami isteri untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki-laki mecapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi)
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplanasi (melekat ) dan
berkembang didalam rahim. (Purwoastuti & Walyani, 2015:182).
b. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita yang harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya terbatasnya jumlah metode yang tersedia
tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualis
wanita atau biaya untuk memperoleh kontasepsi (Tresnawati, 2013:120).
2. Tujuan KB
a. Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan khusus
Meningkatkan pengguanaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga berencana
dengan cara pengaturan jarak kelahiran. (Purwoastuti & Walyani,2015:182 ).
3. Syarat-syarat Kontrasepsi
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b. Lama kerja dapat diatur menurut keinginan
c. Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal
d. Harganya dapat dijangkau masyarakat
e. Cara penggunaannya sederhana
f. Tidak mengganggu hubungan suami istri
g. Tidak memerlukan kontrol yang ketat selama pemakaian (Firdayanti, 2012:42).
4. Macam macam alat kontrasepsi.
a. Metode Amenorea Laktasi
Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. MAL dapat dipakai sebagai
kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila
pemberian ≥ 8 x sehari, belum haid dan umur bayi kurang dari 6 bulan. Efektif
sampai 6 bulan, dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi
lainnya. Cara kerjanya yaitu penundaan/penekanan ovulasi.
(Prawirohardjo,2012:MK-1).
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode untuk mengatur kehamilan secara
alamiah, tanpa menggunakan alat apapun. Metode ini dilakukan dengan
menentukan periode/masa subur yang biasanya terjadi sekitar 14 hari sebelum
menstruasi sebelumnya, memperhitungkan masa hidup sperma dalam vagina (48-
72 jam), masa hidup ovum (12-24 jam), dan menghindari senggama
selama kurang lebih 7-18 hari termsuk masa subur dari setiap siklus. Kb alamiah
terdiri dari metode kalender, metode suhu badan basal (termal), metode lendir
serviks (Bilings), metode simto termal, dan koitus interuptus (Yuhedi &
Kurniawati, 2015:49).
1) Metode Kalender (Ogino-Knaus)/Pantang Berkala
Pantang berkala atau lebih dikenal dengan system kalender merupakan salah satu
cara/metode kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan
suami isteri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur. Metode ini lebih
efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan system kalender
setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya.
(Melani,dkk, 2012).
Metode kalender memerlukan ketekunan ibu untuk mencatat waktu menstruasinya
selama 6-12 bulan agar waktu ovulasi dapat ditentukan. Perhitungan masa subur
didasarkan pada ovulasi (umumnya terjadi pada hari ke 14+2 hari sebelum
menstruasi berikutnya), masa hidup ovum
(24 jam), dan masa hidup spermatozoa (2-3 hari). Angka kegagalan metode ini
sebesar 14,4-47 kehamilan pada setiap wanita 100 wanita per tahun. (Yuhedi &
Kurniawati, 2015: 50)
2) Metode Suhu Badan Basal
Metode kontrasepsi ini dilakukan berdasarkan pada perubahan subu tubuh.
Pengukuran dilakukan dengan pengukuran suhu basal (pengukuran suhu yang
dilakukan ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur). Tujuan
pengukuran ini adalah mengetahui masa ovulasi. Waktu pengukuran harus
dilakukan pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak ±3-5 jam serta
dalam keadaan istiraha. Pengukuran dapat dilakukan per oral (3 menit), per rectal
(1 menit) dan per vagina. Suhu tubuh basal dapat meningkat sebesar 0,2-0,50C
ketika ovulasi.
Peningkatan suhu basal dimulai 1-2 hari setelah ovulasi disebabkan peningkatan
hormon progestero. Metode ini memiliki angka kegagalan sebesar 0,3-6,6 per 100
wanita pertahun. Kerugian utama metode suhu basal ini adalah abstinensia
(menahan diri tidak melakukan senggama) sudah harus dilakukan pada masa
praovulasi. (Yuhedi & Kurniawati, 2015:51-52).
3) Metode Lendir Serviks
Metode kontrasepsi ini dilakukan berdasarkan perubahan siklus lendir serviks yang
terjadi karena perubahan kadar etrogen. Pada setiap siklus mentruasi, sel serviks
memproduksi 2 macam lendir serviks, yaitu lendir estrogenik (tipe E) lendir jenis
ini diproduksi pada fase akhir sebelum ovulasi dan fase ovulasi. Sifat lendir ini
banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah, elastisitas besar, bila
dikeringkan akan membentuk gambaran seperti daun pakis (fernlike patterns,
ferning,arborization) sedangkan gestagenik (tipe G) lendir jenis ini diproduksi pada
fase awal sebelum ovulasi dan setelah ovulasi. Sifat lendir ini kental, viskositas
tinggi dan kerun. Angka kegagalan 0,4-39,7 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
Kegagalan ini disebabkan
pengeluaran lendir yang mulainya terlambat, lendir tidak dirasakan oleh ibu dan
kesalahan saat menilai lendir. (Yuhedi & Kurniawati, 2015: 52-54).
4) Metode Simto Termal
Metode ini menggunakan perubahan siklis lendir serviks yang terjadi karena
perubahan kadar estrogen untuk menentukan saat yang aman untuk bersenggama.
Metode simto termal ini gabungan dari metode suhu basal, metode lendir serviks ,
dan metode kalender. Tanda dari salah satu metode tersebut dapat dipakai untuk
mencocokkan dengan metode lainnya sehingga dapat lebih akurat pada saat
menentukan hari-hari aman bersenggama. Sebagai contoh, menyimpan catatan
lendir serviks dapat bermanfaat pada saat suhu tubuh tinggi karena demam. Angka
kegagalan metode ini sebesar 4,9-34,4 kehamilan pada 100 wanita per tahun
. (Yuhedi &Kurniawati, 2015:54).
5) Coitus Interuptus
Senggama Terputus (Koitus Interruptus), ialah penarikan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya
ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih
ada waktu kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat
digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungan, carai ini tidak
membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan, tetapi kekurangannya adalah
untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak
laki-laki (Prabowo, Edisi 3:438).
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relative sehat
untuk digunakan wanita dibanding dengan metode kontrasepsi lain, resiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi. (Padila, 2014:200).
c. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari
karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai
bahan yang ditambahnkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya
(misalnya penambahan spermisida) maupun berbagai aktivitas seksual. Kondom ini
tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
Pada umunya standar ketebalan adalah 0,02 mm. Secara ilmiah didapatkan hanya
sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan
pertahun.
(Prawirohardjo, 2012:MK-17-18). Cara kerja kondom adalah menghalangi
spermatozoa agar tidak masuk kedalam traktus genitalia interna wanita. (Yuhedi &
Kurniawati, 2015: 55).
2) Kontrasepsi Barier- Intra-Vagina
Jenis konrasepsi barier intra-vagina, yaitu diafragma, kap serviks, spons, dan
kondom wanita.
a) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhunbungan seksual dan menutupi serviks.
Cara kerja diafragma adalah menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai
saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida. (Prawirohardjo, 2012: MK-21).
Menurut teori, angka kegagalan penggunaan diafragma adalah sebesar 2-3
kehamilan per 100 wanita pertahun. Akan tetapi, berdasarkan praktik angka
kegagalan penggunaan kontrasepsi ini adalah sebesar 6-25 kehamilan per 100
wanita pertahun.(Yuhedi & Kurniawati, 2015: 58-59).
b) Kap Serviks
Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi Billings
(MOB), dilakukan dengan wanita mengalami lendir serviksnya setiap hari. Lendir
berfariasi selama siklus, mungkin tidak ada lendir atau mungkin terlihat lengket dan
jika direntangkan diantara kedua jari, akan putus lendir tersebut dikenal dengan
lendir tidak subur (Everett, 2012:43). Ibu post partum <6-12 minggu juga tidak
boleh mnggunakan kap serviks, akan lebih baik bagi ibu memakai kondom jika
melakukan senggama. Efektivitas kap serviks cukup baik, hal ini dibuktikan dengan
tingkat kegagalan pemakaian yang berkisar 8-20 kehamilan pada setiap 100 wanita
pertahun. Selain itu, kegagalan metode berkisar pada 2 kehamilan pada setiap 100
wanita per tahun. (Yuhedi & Kurniawati, 2015: 59-60).
c) Spons
Spons di gunakan pada tahun 1983 setelah FDA mengeluarkan izin penggunaannya.
Spons memiliki bentuk seperti bantal polyurethane yang mengandung spermisida.
Pada salah satu sisi berbentuk cekung (konkaf) agar dapat menutupi serviks dan
pada sisi lainnya terdapat tali untuk mempermudah pengeluaran. Kontrasepsi jenis
ini dapat menimbulkan efek samping dan komplikasi seperti kemungkinan infeksi
vagina oleh jamur tambahan banyak. Angka kegagalan
metode kontrasepsi ini adalah sebesar 5-8 kehamilan (secara teoretis) hingga 9-27
kehamilan (secara praktis) pada setiap 100 wanita pertahun. (Yuhedi &
Kurniawati,2015: 61-62)
d) Kondom Wanita
Kondom wanita sebenarnya merupakan kombinasi antara diafragma dan kondom.
Alasan utama dibuatnya kondom wanita karena kondom pria dan diafragma biasa
tidak dapat menutupi daerah perineum sehingga masih ada kemungkinan
penyebaran mikroorganisme penyebab IMS. (Yuhedi & Kurniawati, 2015: 62)
e) Spermisida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
mneghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan
jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan
kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma. Angaka kegagalan 11-31%.
(Padila, 2014:210).
d. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
a) Pil Kombinasi
Pil kombinasi ini dapat diminum setiap hari, efektif dan reversibel, pada bulan-
bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak
berbahaya dan segera akan hilang, efek samping serius jarang terjadi, dapat dipakai
semua ibu usia reproduki, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum, dapat
dimulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil, tidak dianjurkan pada
ibu yang mnyusui dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Pil kombinasi
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pil monofasik yaitupil yang tersedia dalam kemasan
21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosisi yang
sama, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif, sedangkan pil bifasik yaitu pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan
dua dosisi yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, dan pil trifasik, yaitu
pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif
estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif. (Prawirohardjo, 2012, MK-30-31).
b) Mini Pil (Pil Progestin)
Kontrasepsi minipil ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil
KB, sangat efektif pada masa laktasi, dosis rendah, tidak menurunkan produksi ASI,
tidak memberikan efek samping estrogen, efek samping utama adalah gangguan
perdarahan; perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur, dan dapat dipakai
kontrasepsi darurat. Kontrasepsi mini pil dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kemasan
dengan isi 35 pil 300 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron, dan kemasan
dengan isi 28 pil 75μg desogesterel. Kontrasepsi mini pil sangat efektif
(98,5%), pada pengguna mini pil jangan sampai ada tablet yang terlupa, tablet
digunakan pada jam yang sama (malam hari), dan senggama sebaiknya dilakukan
3-20 jam setelah penggunaan mini pil. (Prawirohardjo, 2012, MK-50-51)
2) Kontrasepsi Suntik
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan
(DMPA. Efek sampinya terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat,
perubahan berat badan, pemakaina jangka panjang bisa terjadi penurunan libido,
dan densitas tulang. (Padila, 2015:210). Cara kerjanya mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat transportasi
gamet oleh tuba. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi,
dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan. (Prawirohardjo
3) Kontrasepsi Implan
Implan adalah alat kontarsepsi yang disusupkan di bawah kulit, biasanya di lengan
atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implan mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implan ini antara lain tanah sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%. (Padila, 2014:201).
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic
(polyethylene). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada pula yang
dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang dibatangnya berisi
hormone progesterone (Suratun, dkk, 2013:87). Efektifitasnya tinggi, angka
kegagalannya 1%. (Padila, 2014:202).
f. Kontrasepsi Mantap (Kontap)
a) Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. Tubektomi termasuk metode
efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang, Jarang sekali tidak
ditemukan efek samping, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.(Prawirohardjo, 2012: MK-89).
Sterilisasi pada wanita atau tubektomi merupakan metode pengikatan dan
pemotongan tuba fallopi agar ovum tidak dapat dibuahi oleh sperma, cara kerja
tubektomi adalah perjanan ovum terhambat karena tuba fallopi tertutup.(Yuhedi &
Kurniawati, 2015:107).
b) Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini (Prawirohardjo, 2012:MK-95).
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.L M DENGAN HAMIL 37 MINGGU
DI PUSTU MARIADEI SERUI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil
Tanggal pengkajian : 22 – 12 – 2021 Jam 10.00 WIT
No register : 01 57 43
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama klien : NY. Y.R Namasuami : T.W
Umur : 23 tahun Umur : 24 tahun
Agama : K/P Agama : K/P
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Penghasilan : - Penghasilan : tidak tetap
Alamat : Kampung Mariadei
2. Alasan datang
- Untuk mengetahui kehamilan dan
- Untuk mengetahui kondisi janin
Kunjungan pertama kunjungan ulang
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan susah tidur pada malam hari ,dan sering kencing
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan penyakit yang pernah derita Malaria,Diare,Batuk pilek
b. Penyakit sekarang
Tidak ada
c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa ibu dan suami tidak memiliki penyakit keturunan maupun
Menular
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe : 37 minggu Dismenorhoe : Nyeri
Menarche : ± 13 tahun Fluoralbus : -
Lama : ± 3 hari HPHT : 05 – 04 - 2021
Banyak :3x ganti pembalut TP/HP : 12 – 01 - 2022
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : Tidak
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tgl/Bln/Thn Usia Tempat Jenis Penolong Penyulit Anak Nifa Usia
Kehamilan Persalinan Persalinan Kehamil jk BB P s Anak
an B
1 Thn 2018 Aterm RSUD Normal Bidan ♀- 3000 49 3 thn
2 Hamil ini
c. Riwayat Kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan ke dua Dengan usia kehamilan 8 bulan
ANC TM I : 1 kali
Keluhan : Muaal + , Muntah + ,Pusing + ,
Hasil pemeriksaan : TFU 3 jari atas simpisis ,Ballotemen
Terapi :
SF 30 Tablet ( 1x1 ) selama 30 hari
TT 1
Penyuluhan yg didapat :
1. Makan dalam porsi sedikit tapi sering
2. Hindari makanan yang dapat merangsang muntah
3. Jaga kebersihan diri
ANC TM II : 1 kali
Keluhan : -
Hasil pemeriksaan
Leopold I : TFU pertengahan simpisis pusat
Lopold II : Pu – Ki
Leopold III : Letak Kepala
Terapi :
SF 30 tab ( 1x1 ) selama 30 hari
TT 2
Penyuluhan yg didapat:
ANC TM III : 2 kali
Keluhan :
1. Susah tidur malam hari
2. Sering kencing
Hasil pemeriksaan
Leopold I : TFU 3jari bawah PX
Leopold II : Pu – Ki
Leopold III : Letak Kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
Terapi :
SF 30 tablet ( 1x1 ) Selama 30 hari
Penyuluhan yg didapat :
1. Istirahat yang cukup
2. Makan makanan bergizi
3. Anjurkan ibu lakukan persalinan di Rumah sakit
TT yang pernah didapat :
T1 : tanggal 18 – 08 - 2021
T2 : tanggal 15 – 09 - 2021
Status TT 1 : TT 2 Lengkap
Gerak anak sejak 4 bulan, gerak 24 jam terakhir 4 kali
6. Riwayat KB
Menjadi peserta KB :
1. Ibu mengikuti KB suntik Depoprovera hanya 1 tahun saja
7. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 .kali
Lama : 5 th
Usia pertama menikah : 18 tahun
8. Riwayat Psikososial
- Hubungan ibu dengan suami dan keluarga baik
- Hubungan ibu dengan petugas Baik
9. Riwayat Budaya
Ibu mengatakan keluarga tidak memiliki pantangan apapun selama masa hamil
10. Perilaku kesehatan
Jamu : Ibu mengatakan tidak konsumsi jamu selama hamil
Merokok : Tidak.
Minumminumankeras : Tidak
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Cara berjalan : Hiperlordosis
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD 100 / 70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,60C
Tinggi Badan : 155 cm
BB Tgl 18 – 08 – 2021 : 50 kg
BB sekarang Tgl 22 – 12 – 2020 : 53 kg
Lila : 23,5 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut : Bersih,tidak ada kutu
Wajah : Tidak tampak pucat dan udem , tampak cloasma Gravidarum
Mata : Conjungtiva tidak tampak anemis
Hidung : Simetris kiri kanan,tidak tampak mengeluarkan sekret
Telinga : Simetris kiri , kanan, tidak tampak mengeluarkan sekret
Mulut : Besih tidak ada caries gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe
Dada :
Mamae : Areola hiperpigmentasi
Putting : menonjol
Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilam
Genitalia :
Anus : Tidak ada Haemoroid
Ekstremitas
Atas : Normal ,tidak ada udem
Bawah : Normal ,tidak adaa udem dan Varices
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan Vena jugularis
Dada : Tidak teraba benjolan di payudara
Perut :
Leopold I : TFU 3 jari bawah PX
Leopold II : Pu - Ki
Leopold III : Letkep
Leopold IV : Kepala sudah masuk masih melayang
Variasi :
Mc. Donnald : TFU 31 cm
TBJ : 3100 gr
Ektremitas bawah:
Kaki kiri/kaki kanan: oedema - /-
c. Auskultasi
Dada
- Jantung : Normal
- Paru : tidak ada Whezzing
Punctum maximum : di sebelah iri
DJJ : 137x/menit , regular
d. Perkusi
Reflek patella : + / +
e. Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia spinarum : 25 cm
Distansia Cristarum : 20 cm
Boudeloque : 20 cm
Lingkar Panggul : 85
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 8 ,0 gr/dl
Golongan darah : “ O “
Reduksi : 950
Albumin : 28 mg/dl
4. USG : Janin Intra Uterin Tunggal hidup , mail 37 mgg , air ketuban cukup
V. INTERVENSI
Dx : NY. Y.R G2 P1 A0 Usia 23 tahun Hamil 37 minggu
Tujuan : Mencegah terjadi resiko kegawata daruratan pada ibu dan bayi
Kriteria Hasil : Hamil anak ke 2
TBJ 3100 gr
Intervensi :
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R : Dengan informasi yg jelas keluarga tidak merasa kuatir
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
R : Keluarga mengerti ,ibu dapat melakukan persalina di Rumah Sakit
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
R : tidak membuat ibu kelelahan
Mx : Gangguan pola tidur
Tujuan :
Kriteria Hasil :
- Hamil anak ke 2
- TBJ 3100 gr
Intervensi :
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R : Dengan informasi yg jelas keluarga tidak merasa kuatir
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
R : Keluarga mengerti ,ibu dapat melakukan persalina di Rumah Sakit
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
R : tidak membuat ibu kelelahan
4. KIE ibu dan keluarga untuk kontra sepsi Implant yang 3 kapsul
R : Resiko bagi ibu untuk hamil dengan jarak yang sangat dekat
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 22 – 12 – 2020 Jam : 10.30 wit
Dx : NY. Y .R G2 P1 A0 Usia 23 tahun hamil 37 mgg
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
4. KIE ibu dan keluarga untuk kontra sepsi Implan yang 3 kapsul
Mx : Gangguan pola tidur
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
4. KIE ibu dan keluarga untuk kontra sepsi Implant yang 3 kapsul
VII. EVALUASI
Tanggal 22 – 12 – 2021 Jam 11.00 wit
Dx : NY.Y . R G2 P1 A0,Usia 23 tahun hamil 37 minggu
S : Ibu mengatakan hamil anak ke 2
Sering buang air kecil pada malam hari
O : KU baik , Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 100/70 mmHG
Nadi : 76x/menit
RR : 20x / menit
Suhu : 36,60C
Tinggi Badan : 155 cm
BB Tgl 18 – 08 - 2021 : 50 kg
BB sekarang Tgl 22 – 12 – 2021 : 53 kg
Lila : 23,5 c
Leopold I : TFU 3 jari bawah PX
Leopold II : Pu – Ki
Leopold III : Let - kep
Leopold IV : Kepala sudah masuk masih melayang
Variasi :
Mc. Donnald : TFU 31 cm
TBJ : 3100 gr
HB : 8,0 gr/dl
Reduksi : 950
Albumin : 28 mg/dl
A : G2 P1 A0 usia 23 tahun , hamil 37 minggu
P:
1. Menganjurkan ibu untuk Makan makanan yang bergizi
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan pekerjaan yang
melelahkan
3. KIE ibu dan keluarga untuk mengikuti kontrasepsi Implant yang 3 kapsul
Hasil : Ibu dan keluarga ( suami ) bersedia
4. Menganjurkan ibu dan kelurga untuk melakukan persalinan du Rumah Sakit
Hasil : Ibu dan keluarga bersedia
5. Menganjurkan ibu untuk balik tanggal 29 – 12 – 2021 kontrol di pustu kalau belum
merasa sakit
2.1 Persalinan
FASE Laten
S : Ibu mengatakan merasa Kencang – Kencang sejak pukul 01.00 wit, perut terasa
mules semakin
O:
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 82x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,90C
Pemeriksaan Dalam
Effacement : 25 %
Ketuban : (+)
Hodge : II+
Denominator :-
P:
3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri sesuai punggung bayi,dan mencari
posisi
4. Melakukan Obsevasi Kala I fase laten dan aktif pada lembar observasi
5. Menganjurkan ibu untuk menarik napas dalam dari hidung dan dikeluarkan
lewat mulut
Minuma pada ibu tidak merasa sakit lagi,ibu bisa makan dan minum saat rasa
sakit hilang
FASE AKTIF
S : Ibu mengatakan sakit semakin sering , membuat ibu semakin tidak tahan sakit
O : KU : Baik
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,90C
VT :
Effacement : 75%
Ketuban : ( + ) menonjol
Hodge : III
Denominator : UUK
P:
2.Memberi tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan,bahwa keadaan ibu dan bayi
baik
3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri sesuai punggung bayi,dan mencari
posisi
Senyaman mungkin,ibu mau melakukan
4. Melakukan Obsevasi Kala I fase laten dan aktif pada lembar observasi
5. Menganjurkan ibu untuk menarik napas dalam dari hidung dan dikeluarkan
lewat mulut
Minuma pada ibu tidak merasa sakit lagi,ibu bisa makan dan minum saat rasa
sakit hilang
KALA II
S : Ibu mengatakan salik semakin kencang membuat semakit tidak tahan sakit,rasa
ingin BAB
Pemeriksaan Dalam
DJJ : 145x/menit
His : 5x10’50”
V/V : Bloedslym
KALA III
S : Ibu mengatakan senang bayinya telah lahir dengan baik,ibu menayakan apakah
ari – arinya
Sudah lahir
O : Terlihat tali pusat bertambah Panjang ,adanya semburan darah secara tiba – tiba
dari jalan lahir
P:
KALA IV
A : P2002 Kala IV
P:
1. Memberi tahu ibu bahwa Luka hecting pada perinium harus dirawat dengan
baik agar
Setiap 30 menit
2 Jam PP
TTV
P:
1.Membantu ibu untuk mobilisasi dini ibu bisa dududk ,berdiri tidak mrasa
pusing,dan ibu
S:-
Bayi lahir spontan,jenis kelamin laki – laki ( ♂ ) ,Menangis kuat, warna kulit
kemerahan,
1. Memotong tali pusat dan mengikat tali pusat ,tali pusat terikat kuat dan
tidak ada
perdarahan
2. Mengeringkan tubuh bayi ,serta menggosok dengan minyak telon agar bayi
3. Merawat tali pusat dengan kasa steril . Tali pusat terbungkus dengan kasa
steril
S:-
O:
KU : Baik
Antopometri
BB : 3640 gr
PB : 46 cm
LK : 33 cm
LD : 33 cm
Pemeriksaan Refleks
P:
panjang 46 cm
dengan dosis 0,1 cc, obat masuk semua tanpa penyulit dan tidak ada perdarahan
pasca penyuntikan.
17.00 wit
S:-
O : Ku : baik
RR : 45 kali/menit
Suhu : 36’5 ○C
BB : 3640 gram
PB :46 cm
Kepala : rambut hitam tipis, tidak ada caput succedenum, cepal hematom
Mata : Tidak ada kelainan, tidak ada tanda infeksi, sclera tidak ikhterus
Hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada labio palatoskisis
Antropometri
Lingkar Kepala : MO : 33 cm
FO : 33 cm
SOB : 32 cm
Lingkar Dada : 33 cm
P:
Catatan Perkembangan ke 3
S:-
RR : 46 kali/menit
Suhu : 36’5 ○C
P:
dimandikan
2. Merawat tali pusat dengan kasa seteril kering, tali pusat tampak layu
3. Menjangan agar bayi tetap hangat , bayi hangat dan tampak tenang.
KB )
1.a Nifas
HARI KE 1
Riwayat Obstetri
O : KU : baik
Suhu :36,5°c
P:
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu sehat tidak
3. Mengajarkan ibu cara menjaga kebersihan diri , ibu bersedia dan mau
melakukan
4. Mengajarkan ibu cara membuat menu gizi seimbang, ibu bersedia dan
mau melakukan
5. Menganjarkan ibu posisi menyusui bayi yang benar dan memberikan ASI
7. Mengajarkan ibu cara merawat bayi dan perwatan tali pusat, ibu bisa
melakukannya
dengan suami.
tanggal
HARI KE 5
15.30 wit
O : KU :baik
S :36, 5°c
N 72 kali/menit.
RR :16 kali/menit.
Abdomen : stri albica, kontraksi uterus ; baik, TFU : 1/2 symfisis pusat,
P:
ibu sehat tidak terdapat tanda – tanda bahaya. Ibu dan keluarga senang
bersedia.
suntik 3 bulan.
HARI KE 29
S :36,7°c
N :75 kali/menit
RR :20 kali/menit
P :
5. Memberitahu ibu bahwa masa nifas sampai 42 hari pasca melahirkan dan
7. Mendiskusikan kembali dengan ibu dan suami kapan ibu bisa di berikan
2.b.Neonatus
HARI KE 1
S :-
x/menit
Berat Badan : 3640 gram
Pernafasan : 40 x/menit
Panjang Badan : 46 cm
Suhu : 36,8○C
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Lengan : 10 cm
Ku : Baik
Bayi tampak sehat, warna kulit kemerahan
Abdomen : Tali pusat tampak masih agak basah dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
Eliminasi : BAB 1-2x sehari warna kuning pucat, lembek, BAK 7-9x
P :
tergedong rapi
HARI KE 3
S :-
O : KU : baik
Pernafasan : 40 x/menit
Suhu : 36,7○C
dikutip dari buku KIA
Panjang Badan : 46 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan : 10 cm
Ku : Baik
Pemeriksaan Fisik
Nutrisi : Minum ASI saja, setiap 2 jam sekali, dan menghisap dengan baik
Eliminasi : BAB 1-2x sehari, BAK 7-9x sehari (anamnesa pada ibu)
P :
1. Memandikan bayi dan Melakukan perawatan tali pusat, bayi bersih dan talipusat
2. Menjaga suhu hangat bayi dengan cara mengedong bayi, bayi tergedong rapi
Hari Ke 8
S :-
O :
Ku : Baik
Pernafasan : 40 x/menit
Suhu : 36,7○C
Pemeriksaan Fisik
P :
1. Memandikan bayi dan Melakuakan perawatan tali, bayi bersih dan talipusat
2. Menjaga suhu hangat bayi dengan cara mengedong bayi, bayi tergedong rapi
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit ANDI