Anda di halaman 1dari 118

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANA

PADA NY. Y.R DENGAN CONTINUITY OF CARE


DI PUSTU MARIADEI KAMPUNG KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Ny. Y.R dengan Continuty of care


di Pustu Mariadei KampungKabupaten Kepulauan Yapen
Mahasiswa atas nama :

Nama : Frice Feronika Rawar


NIM : 202006090174

Telah disahkan pada tanggal…………………………………….

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Mayasari Putri Ardela,S.Keb,Bd,M,Kes ……………………………


TINJAUAN PUSTAKA
I.KONSEP DASAR KEHAMILAN
A. Pengertian
Kehamilan sebagai fertilisais atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dilanjutkan dengan nidasi/implantasi (Prawirohardjo, 2010 :
213). Sedangkan menurut Astuti (2010 :16), kehamilan adalah masa
ketika seorang wanita membawa embrio atau fetus didalam tubuhnya.

Proses terjadinya kehamilan karena bertemunya sel telur dan sel


sperma, maka terjadilah pembuahan. Lebih lanjut dikatakan Manuaba,
bahwa kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Prawirohardjo, 2008:214).

Lama kehamilan berlangsung sampai pada masa persalinan aterm


sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

1. Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1.000 gram bila


berakhir disebut keguguran.
2. Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut
prematuritas.
3. Kehamilan berumur 37 sampai 42 minggu disebut aterm.
4. Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau
postdatism (serotinus)
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, yaitu :

1. Triwulan pertama : 0 sampai 12 minggu


2. Triwulan kedua : 13 sampai 28 minggu
3. Triwulan ketiga : 29 sampai 42 minggu (Prawirohardjo, 2010:213)
B. Tujuan Asuhan Kehamilan
1. Tujuan utama
Menurunkan atau mencegah kesakitan, serta kematian maternal dan
perinatal.
2. Tujuan khusus
a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu
dan perkembangan bayi yang normal.
b. Menganali secara dini penyimpangan dari normal dan memberiskan
penatalaksanaan yang diperlukan
c. Membina hubungan saling percaya antra ibu dan bidan dalam
rangkan mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional
serta logis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan adanya
komplikasi (Dewi dan Sunarsih, 2011:14).
C. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan adalah sebagai berikut :

1. Tanda-tanda dugaan hamil :


a. Berhenti menstruasi (Amenorea) :
1) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
volikel de graaf dan ovulasi
2) Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus
naegle ditentukan perkiraan persalinan.
b. Mual (nausea) dan muntah (emesis):
1) Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan.
2) Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang
disebut morning sickness.
3) Gejala ini muncul sekitar 6 minggu setelah mulainya periode
mentruasi terakhir dan biasanya menghilang spontan 6 sampai
12 minggu kemudian.
c. Ngidam
Waktu hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam.
d. Sinkope/Pingsan :
1) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat.
2) Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e. Payudara tegang :
3) Pengaruh estrogen – progesteron dan somatomamotropin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
4) Payudara membesar dan tegang
5) Ujung syaraf tertekan menimbulkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama.
f. Gangguan kencing
1) Uterus yang sedang membesar mendesak kandung kencing
sehingga dapat mengakibatkan kandung kemih cepat terasa
penuh sehingga sering kecing.
2) Pada triwulan kedua sudah menghilang tetapi gejala ini muncul
kembali pada waktu mendekati akhir kehamilan, ketika kepala
bayi turun ke panggul ibu.
g. Konstipasi atau obstipasi :
Pengaruh progesterone menghambat peristaltic usus
menyebabkan kesulitan buang air besar.

h. Pigmentasi kulit
1) Sekitar Pipi : cloasma gravidarum.
Keluarnya melanophore hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi pada kulit .

2) Dinding Perut.
Striae lividae, Striae nigra dan Linea alba makin hitam.

3) Sekitar Payudara
Hiperpigmentasi areola mamae, kelenjar montgomery
menonjol, pembuluh darah manifes sekitar payudara.
i. Epulis / hipertropi gusi, dapat terjadi bila hamil.
j. Varices / penampakan pembuluh darah vena :
a). Karena pengaruh estrogen dan progesterone terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat.
b). Terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki, betis dan payudara.
c). Dapat menghilang setelah persalinan (Manuaba, 2010:107-
108).
2. Tanda tidak pasti kehamilan :
a. Pembesaran abdomen
Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus.

b. Pada pemeriksaan dijumpai :


1) Tanda Hegar : rahim (isthmus uteri ) menjadi lebih panjang
dan lunak.
2) Tanda Chadwicks : Vulva dan vagina mengalami peningkatan
pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak
makin merah dan kebiru-biruan.
3) Tanda Piskaceck : terjadinya pertumbuhan yang cepat di
daerah implantasi placenta sehingga rahim bentuknya tidak
sama.
4) Kontraksi Braxton Hicks : hormon progesterone mengalami
penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim.
5) Teraba Ballotement (Man).
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif sebagian kemungkinan
positif palsu (Manuaba, 2010 : 108).
3. Tanda pasti kehamilan :
Tiga tanda pasti kehamilan adalah :

a. Denyut jantung janin terpisah dan dapat dibedakan dengan denyut


jantung ibu.
b. Persepsi gerakan aktif janin dan perabaan bagian – bagian terbesar
janin oleh pemeriksaan.
Perasaan gerakan janin, kadang kala antara 16 sampai 20
minggu setelah mulainya periode menstruasi terakhir, wanita
hamil biasanya merasakan gerakan – gerakan yang berdenyut
di abdomen dan secara bertahap bertambah intensitasnya
disebut quickening

c. Pada kehamilan Ultrasonografi dapat dilihat bagian – bagian janin


(Manuaba, 2010 : 109).
4. Diagnosis banding kehamilan :
Pembesaran perut wanita tidak selamanya suatu kehamilan sehingga
perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya :

a. Hamil palsu (pseudocyesis ) atau kehamilan spuria.


Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat
canggih dan tes biologi tidak menunjukkan kehamilan.

b. Tumor kandungan atau mioma uteri


1) Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil.
2) Bentuk pembesaran tidak merata
3) Perdarahan banyak saat menstruasi
c. Kista ovarium
1) Pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda hamil.
2) Datang bulan terus berlangsung.
3) Lamanya pembesaran perut dapat melampaui umur kehamilan.
4) Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif.
d. Hematometra
1) Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur hamil.
2) Perut sakit setiap bulan.
3) Terjadi tumpukan darah dalam rahim (Manuaba, 2010:108)
4) Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang
positif.
5) Sebab himen in perforata.
e. Kandung kemih yang penuh
Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan
menghilang (Manuaba, 2010:109).

D. Perubahan Anatomi Wanita Hamil


Kehamilan mempengaruhi tubuh ibu secara keseluruhan dengan
menimbulkan perubahan anatomi dan fisiologi ibu, agar tubuh ibu
mampu melindungi embrio/janin yang sedang berkembang dan
memberikan semua yang diperlukan serta beradaptasi menyediakan
tempat bagi pertumbuhan embrio/janin, hingga pemberian makanannya
ketika janin lahir (Manuaba dkk, 2010:85).

Perubahan anatomi dan fisiologi dalam kehamilan sebagai berikut :

1. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah
besar dengan cepat Selama kehamilan dan pulih kembali seperti
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada
perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10
ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 1
bahkan dapat mencapai 20 1 atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g.

2. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Berbeda
kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10 — 15 % otot polos.
jaringan ikat ekstraselular serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3 dan
sedikit tipe 4 pada membrane basalis. Di antara molekul-molekul
kolagen itu, berkatalasi glikosaminoglikan dan proteoglikan, terutama
dermatan sulfat, asam hialuronat, dan heparin sulfat. juga ditemukan
fibronektin dan elastin di antara serabut kolagen. Rasio tertinggi
elastin terhadap kolagen terdapat di ostium interna. Baik elastin
maupun otot polos semakin menurun iumlahnya mulai dari ostium
interna ke ostium eksterna.

3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel barii juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6 -
7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.

4. Vagina dan Perineum


Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga
pada vagina akan terlihat berwama keunguan yang dikenal dengan
tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

5. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang jugs akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari
striae sebelumnya.

6. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan
pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum
dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolaktin inhibiting
hormone.

7. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan
cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg.

8. Sistem Kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan im terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik.
Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-
10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi
peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan
dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan
perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga akan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan. peningkatan estrogen dan
progesteron juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan
penurunan resistensi vaskular perifer.

9. Traktus Digestives
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan
terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestives
dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung
sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang
disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai
akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tones sfingter
esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam
hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai akibat
penurunan motilitas usus besar.

10. Traktus Urinarius


Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan
sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul,
keluhan itu akan timbul kembali. Ginjal akan membesar, glomerular
filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada
ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air
dalam jumlah yang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan suatu hal
yang umum, tetapi kemungkinan adanya diabetes mellitus juga tetap
harus diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan hematuria
merupakan suatu hal yang abnormal.
11. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±
135 %. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting
dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi
persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan
meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah
persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga
ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui. Kelenjar tiroid akan
mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat
dari hiperplasia kelenjar clan peningkatan vaskularisasi.

Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan eras


dengan magnesium, fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan
kalsitomn. Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan
menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma
hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan
kemudian akan meningkat secara.

12. Sistem Muskuloskeletal


Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua
tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang cliperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan (Saifudin A. B, 2010 :175-186).

E. Perubahan dan Adaptasi psikologis dalam kehamilan


Menurut Dewi dan Sunarsih dalam bukunya asuhan kehamilan untuk
kebidanan (2011:108), bahwa perubahan dan adaptasi psikologis dalam
kehamilan dalam pembagian trimester adalah sebagai berikut :
1. Trimester I (1 – 3 bulan)
Segera setelah terjadi konsepsi kadar hormon progesteron dan
estrogen dalam tubuh meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual
muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu
merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya. Banyak ibu
yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Seringkali pada awal kehamilan, ibu berharap untuk tidak hamil.
Pada trimester pertama seseorang ibu akan selalu mencari tanda-
tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan
seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seseorang ibu untuk mungkin diberitahunya kepada orang lain atau
dirahasiakannya. Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada wanita
pada trimester pertama ini berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita
mengalami gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka
mengalami penurunan libido selama priode ini. Keadaan ini
menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur
dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan
merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa berhubungan seks.
Libido sangat dipengarui oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran
payudara, keprihatinan. Semua ini merupakan bagian normal dari
proses kehamilan pada trimester pertama.
2. Trimester II (4-6 bulan)
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu meraasa sehat. Tubuh
ibu sudah terbiasa dengan keadaan hormone yang lebih tinggi dan
merasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum
terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah
menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat
merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran
bayinya sebagai seseorang di luar dirinya sendiri. Banyak ibu yang
merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang
dirasakn pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
3. Trimester ketiga (7 – 9 bulan)
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir
bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan
terjadinya persalinan. Ibu seringkali takut kalau-kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja
yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin
mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul
pada waktu melahirkan.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek.
Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
Pada trimester inilah ibu memerlukan perhatian dan dukungan dari
suami, keluarga dan bidan (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 108-110).
F. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan
1. Faktor Fisik
a. Status kesehatan
Selama kehamilan seorang wanita menglamai perubahan
secara fisik seperti uterus akan membesar karena didalamya telah
tumbuh janin, tentunya dengana danya perubahan tersebut, keadan
kesehatan ibu akan berubah pula karena tubuh ibu dipersiapkan
unutk mengdukung perkembangan dari kehidupan yang baru dan
untuk menyiapkan janin hidup di luar kandungan.
b. Status gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kehamilan. Banyak wanita yang tidak mengetahui manfaat izi bagi
ibu hamil (diet ibu hamil). Dengan mengikuti anjuran diet atau
makanan yang terbaik bahwa wanita hamil akan sangat membantu
mendapatkan kehamilan yang nyaman, tidak saja membantu
menghindari atau mengurangi rasa mual di pagi hari dan gangguan
pada pencernaan. Kebutuhan nutrisi ibu hamil lebih tinggi
dibandingkan saat sebelum hamil. Kecukupan gizi ibu hamil dan
pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan
berat badannya.
c. Gaya Hidup
Cara hidup yang serba sibuk dan terburu – buru seperti yang
banyak dijalani oleh para wanita pada masa kini dapat memperbesar
kemungkinan bahkan kadang – kadang langsung menyebabkan salah
satu gejala kehamilan seperti mual muntah, keletihan dan gangguan
pencernaan. Gaya hidup tesebut meliputi :
1) Konsumsi alkohol
2) Merokok
3) Hamil diluar nikah/kehamilan tidak diharapkan, sehingga ibu
hamil tidak tulus merawat kehamilannya (Dewi dan Sunarsih,
2011:118-120).
2. Faktor Psikologis
a. Stresor internal dan eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi adalah wanita yang
mempunyai emosi yang labil dan hubungan personal yang tidak
adekuat. Sedangkan faktor eskternal yang mempengaruhi adalah
trauma psikologs, kekecewaan yang tidak terselesaikan dan adanya
minor disorder, misalnya ras amual dan konstipasi.
b. Dukungan keluarga
Psikologi ibu hamil yang cenderung lebih labil daripada wanita
yang tidak hamil memerlukan banyak dukungan dari keluarga
terutama suami.
c. Wanita yang memakai obat – obatan. Banyak wanita yang
Banyak wanita secara kimiawi kecanduan akan merasa bersalah
karena menggunakan obat-obatan dan takut kalau bayi mereka akan
diambil. Dengan persepsi yang mereka miliki bahwa dengan
pemakaian obat dan alkohol pada wanita hamil dapat mengubah
kehidupan mereka. Hal ini berarti memberi suatu kehidupan yang
utuh kepada ibu dan bayinya, serta mencegah bayi mengalami
keterlambatan perkembangan, retardasi, atau bahkan kematian.

d. Kekerasan selama kehamilan


Kekerasan selama kehamilan oleh pasangan dapat terjadi baik
secara, fisik, psikis, ataupun seksual sehingga dapat terjadi rasa nyeri
dan trauma. Kekerasan yang terjadi sekitar 7-11% dari wanita yang
hamil. Efek kekerasan pada ibu hamil dapat berupa langsung
maupun tidak langsung. Bentuk langsung antara lain trauma dan
kerusakan fisik pada ibu serta bayinya misalnya solusio plasenta,
fraktur tulang, ruptur uteri dan perdarahan; sedangkan efek yang
tidak langsung adalah reaksi emosional, peningkatan kecernasan,
depresi, rentan terhadap penyakit. Trauma pada kehamilan juga
dapat menyebabkan nafsu makan yang menurun dan peningkatan
frekuensi merokok, serta meminum alkohol.
e. Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
1) Adat istiadat
Berbagai kebudayaan percaya akan hubungan asosiatif
antara suatu bahan makanan menurut bentuk atas sifatnya
dengan akibat buruk yang ditimbulkannya sehingga
menimbulkan kepercayaan untuk memberikan pantangan jenis
makanan yang dianggap dapat membahayakan kondisi ibu atau
janin yang dikandungnya.
2) Fasilitas Kesehatan
Untuk mencapai suatu kondisi yang sehat diperlukan adanya
sarana dan prasarana (fasilitas kesehatan) yang memadai.
Masalah yang timbul karena faktor keterlambatan, yaitu sebagai
berikut.
a) Keterlambatan dalani, pengambilan keputusan dalam
mencari pelayanan kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh status
ekonomi, status pendidikan, status wanita, dan karekteristik
penyakit.
b) Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan itu,
sendiri. Hal ini disebabkan oleh jarak, transportasi, jalan, dan
biaya.
c) Keterlambatan dalam menerima penanganan yang tepat
dipengaruhi oleh kualitas tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
f. Ekonomi
Aspek finansial ini dapat menjadi masalah jika misalnya ibu
hamil yang suaminya belum bekerja, berhenti bekerja, atau dengan
penghasilan kurang membuat ibu harus tinggal di rumah kontrakan
yang murah dan kumuh sehingga membuat ibu rentang terhadap
penyakit (Dewi dan Sunarsih, 2011:121-123).

G. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


1. Aktivitas fisik
Aktiivitas fisik dapat dilakukan seperti biasa (tingkat aktivitas
ringan sampai sedang), seperti istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika
duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktivitas
berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat
ringan sampai sedang, sebaiknya dipertahankan jangan sampai denyut
nadi melebihi 140 kali per menit. Jika ada gangguan/keluhan yang dapat
membahayakan (misalnya perdarahan per vaginam), maka aktivitas fisik
harus dihentikan.
2. Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan, terlalu berat, atau
berhubungan dengan radiasi/bahan kimia, terutama pada usia kehamilan
muda.

3. Imunisasi
Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil yang terutama adalah
tetanus toksoid. Imunisasi lain diberikan sesuai indikasi.

4. Bepergian/mobilisasi
Tidak perlu khawatir bepergian dengan menumpang pesawat,
monil, yag penting adalah memperhatikan posisi duduk, tidak
mengangkat barang bawaan yang berat dan menggunakan sepatu yang
haknya lebih rendah.

5. Mandi dan cara berpakaian


Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus/antiseptik
vagina tidak dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal
vagina. Penggunaan pakaian tidak boleh ketat atau tidak menekan vena,
Berpakaian nyaman sebaiknya memungkinkan pergerakan, pernapasan,
dan perspirasi yang leluasa dengan jenis pakain yang dapat menyerap
keringat.

6. Sanggama atau koitus


Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa kecuali jika
terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, maka harus
dihentikan (abstinentia). Jika ada, riwayat abortus sebelumnya, koitus
ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di mana diharapkan
plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik.

7. Perawatan mammae dan abdomen


Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papilla untuk ditarik secara
manual dengan pelan. Striae atau hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak
perlu dikhawatirkan berlebihan.
8. Hewan peliharaan
Hewan peliharaan dapat menjadi pembawa infeksi (misalnya bulu
kucing/ burung dapat mengandung parasit toksoplasma). Oleh karena itu,
dianjurkan untuk menghindari kontak.

9. Merokok/minuman keras/obat-obatan
Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan
sampai persalinan, nifas, dan menyusui selesai. Obat-obat depresan
adiktif (narkotika dan sebagainya) mendepresi sirkulasi janin dan
menekan perkembangan susunan saraf pusat pada janin, maka sebaiknya
dihindari untuk pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama
trimester I.

10. Gizi atau nutrisi


Makanan sehari-hari yang dianjurkan adalah yang memenuhi
standar kecukupan gizi untuk ibu. hamil. Untuk pencegahan anemia
defisiensi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe (Dewi dan Sunarsih,
2011 : 124 – 125).

TINJAUAN PUSTAKA

A. .Defenisi
Persalinan adalah suaatu proses yang di mulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabakan terjadinya dilatasi progresif dari serviks,kelahiran bayi
dan kelahiran placenta,dan proses tersebut merupakan proses alamiah
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari dalam Rahim
melalui jalan lahir atau melaluui jalan lain,yang kemudian janin dapat hidup ke
dunia luar
Persalinan di mulai ( inpartu ) sejak uterus berkontraksi , sehingga dengan
lahirnya placenta secara lengkap ( Asuhan persalinan Normal ,2007 )
Persalinan adalah proses alamiah yang di alami perempuan,merupakan
pengeluaran hasil konsepsi yang telah mampu hidup di luar kandungan melalui
beberapa proses seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks,serta adanya
kontraksi yang berlangsung dalam waktu tertentu tanpa adanya penyulit.

B. Bentuk Persalinan
1. Persalinan Spontan : bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri
2. Persalinan Buatan : bila persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga
dari luar
3. Persalinan Anjuran : bila kekuatan yang di perlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsangan.
Istilah yang berhubungan dengan Partus ( Labor )
Cara persalinan
1. Partus bbiasa ( Normal ) atau di sebut juga pertus spontan adalah prosese
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi,umumnya berlangsung kurang dari 24
jam
Persalinan Normal di anggap normal jika proses terjadinya pada usi kehamilan
cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa di sertai penyulit.
2. Partus luar biasa ( abnormal ) adalah persalinan pervaginanm dengan
bantuan alat – alat melalui dinding perut dengan operasi Sectio Casrarea ( SC )

C. Sebab – sebab Persalinan Normal


Hal yang menjdi penyebab mulainya persalinan belum diketahui benar , yang ada
hanyalah merupakn teori – teori yang kompleks.dan perlu di ketahui bahwa ada 2
hormon yang dominan saat hamil yaitu :
1. Estrogen
a. Meningkatakan sensivitas otot Rahim
b. Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin ,rangsangan prostaglandin ,serta rangsangan mekanik.
2. Progesteron
a. Menurunkan sensivitas otot Rahim
b. Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rsngsangan oksitosin,rangsangan
prostaglandin,serta rangsangan mekanis.
c. Menyebabkan otot Rahim dan otot polos relaksasi
3. Teori penyebab persalinan
a. Teori Keregangan Otot
a) Otot Rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
b) Setelah melewati batas tersebut,maka akan terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat di mulai
b. Teori Penurunaan progesterone
a) Proses penuaan placenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu ,di
mana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu
b) Produksi progesterone mengalami penurunan sehingga otot Rahim lebih
sensitif terhadap oksotosin
c) Akibatnya otot Rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu
c. Teori oksotosin internal
a) Oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior
b) Perubahan keseimbangan estrogen daan progesterone dapat mengubah
sensivitas otot Rahim sehingga sering terjadi Braxton hicks
c) Menurunnya konsentrasi Progesteron akibat tuanya usia kehamilan
menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga persalinan di mulai
d. Teori Prostaglandin
a) Konsentrasi Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu,yang di keluarkan oleh desidua
b) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
Rahim sehingga hasil konsepsi dapat di keluarkan
c) Prostaglandin di anggap sebagai pemicu terjadinya persalinan

D. Tanda dan gejajala di mulainya Persalinana


Sebelum terjadinya Persalinan ,beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
kala pendahuluan ( preparatory stage of labor ),dengan tanda – tanda sebagai
berikut :
1) Terjadi ligthtening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida ,terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk PAP,pada multi gravida tanda ini tidak begitu
kelihatan.
Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu
menjelang persalinan.Bila bagian terbawah janin telah turun ,maka ibu akan
merasa tidak nyaman ,selain napas pendek pada trimester ke 3,ketidaknyamanan
di sebabkab karena adanya tekanan bagian terbawah pada strukturdaerah
pelvis,secara spesifik akan mengalami hal berikut :
a) Kandung kemih tertekan sedikit ,menyebabkan peluang untuk melakukan
ekspansi berkurang ,sehingga frekwensi berkemih meningkat
b) Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf yang
melewati foramn obturator yang menuju kaki,menyebabkan sering terjadinya
kram pada kaki.
c) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan
terjadinya udema karena bagian terbesar janin menghambat darah yang kembali
dari bagian bawah tubuh
2) Terjadinya his permulaan
Sifat his permulaan ( palsu ) adalah sebagai berikut :
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datang tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Durasi pendek
e) Tidak bertambahh bila beraktivitas
3) Perut kelihaatan lebih melebar,fundus uteri turun
4) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin
5) Serviks menjadi lembek,mulai mendatar,dan sekresinya bertambah,kadang
bercampur darah (bloody show) .Dengan mendekatnya persalinan ,maka serviks
menjadi matang dan lembut,serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan
sedikit dilatasi.
E. Tahapan Persalinan
1. Kala I ( Kala Pembukaan )
Kala I pembukaan di mulai sejak terjadunya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks,sehingga mencapai pembukaan lengkap ( 10 cm )
Persalinan kala I di bagi menjadi 2 fase yaitu : fase laten dan fase aktif
a. Fase Laten,di mana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
awal kontraksi yang menyebabakan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm,berlangsung dalam 7 – 8 jam
b. Fase Aktif,( pembukaan serviks 4 – 10 cm ) berlangsung selama 6 jam dan
di bagi dalam 3 sub fase
1) Periode Akselerasi : Berlangsung selama 2 jam ,pembukaan 4 cm
2) Periode Dilatasi Maksimal : berlangsung selama 2 jam ,pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
3) Periode Deselerasi : berlangsung lambat ,dalam 2 jam pembukaan jadi 10
cm atau lengkap

2. Kala II
Kala II persalinan di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan
berakhir dengan lahirnya bayi . Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam
dan pada multipara 1 jam
Tanda Gejala kala II
1) His semakin kuat,dengan interval 2 sampai 3 menit
2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
3) Ibu merasa makin meningkatnya tekanan pada rectum dana tau vagina
4) Vulva – Vagina dan spingter ani terlihat membuka
5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Diagnosis Kala II di tegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
1) Pembukaan serviks telah lengkap
2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

Lamnya Persalinan
Primipara Multipara

Kala I 13 Jam 13 Jam


Kala II 1 Jam 1 Jam
Kala III ½ Jam ½ Jam
14 ½ Jam 1 ¾ Jam

Penatalaksanaan Fisoilogis Kala II


Pentalaksanaan di dasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakaan
peristiwa normal yang di akhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya
intervensi.Saat pembukaan sudah lengkap ,biarkan ibu mengeluarkan suara
selama proses persalinan dan kelahiran berlangsung.
Biasanya ibu akan dibimbing untuk meneran tanpa berhanti selama 10 detikatau
lebih,3-4 kali perkontraksi ( Sagady,1995 ) Meneran dengan cara ini di kenal
sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava maneuver.Pada
banyak penelitian ,meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian
menurunnya DJJ dan rengahnya nilai APGAR
( Enkin,et al.200) oleh karena cara ini berkaitan dengan buruknya keluaran janin
,maka cara ini tidak di anjurkan
Perubahan Psikologis Kala II
Pada kala II,his terkoordinasi kuat,cepat,dan lebih lama ; kira – kira 2 – 3 menit
sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul,sehingga terjadilah
tekanan pada otot dasar panggul yang secara flektoris menimbulkan rasaa iingin
meneran. Karena tekanan rectum ,ibu merasa seperti mau buang air besar,dengan
tanda anus terbuka. Pada waktu terjadinya his , kepala janin mulai kelihatan,vulva
membuka,dan perineum meregang,dengan his meneran yang terpimpin ,maka
akan lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan janin

Kala III ( Kala Pengeluaran )


Kala III perrsalinan di mulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
placenta dan selaput ketuban .Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit
setelah bayi lahir.

Perubahan Fisiologis Kala III


Kala III persalinan, otot uterus menyebabakan berkurangnya ukuran rongga uterus
secara tiba – tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan Implantasi menjadi semakin kecil. Sedangkan ukuran placenta tidak
berubah. Oleh karena itu placenta akan menekuk ,menebal,kemudian terlepas dri
dinding uterus . Setelah lepas , placenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
bagian atas vagina ( APN,2007 )
Perubahan Psikologis Kala III
1) Ibu ingin melihat ,menyentuh , dan memeluk bayinya
2) Merasa gembira,lega,dan bangga akan dirinya,juga merasa sangat lelah
3) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu di jahit
4) Menaruh perhatian terhadap placenta

Kala IV ( Kala Pengawasan )


Kala IV di mulai setelah lahirnya placenta dan berakhir dua jam setelah proses
tersebut
Observasi yang harus di lakukan pada kala IV
1) Tingkaat Kesadaran
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan,Perdarahan di anggap masih normal,jika jumlahnya
tidak melebihi 400 samapi 500 cc

Asuhan dan Pemantauan Pada Kala IV


1) Lakukan rangsangan taktil ( seperti pemijatan )pada uterus,untuk
merangsang uterus berkontraksi
2) Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri
3) Perkirakan kehilangan drarah secara keseluruhan
4) P eriksa perineum dari perdarahan aktif ( misalnya,apakah ada laseraasi
atau episiotomi )
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halaman belakang partograf segera setelah asuhan di berikan atau setelah
penilaian dilakukan
Pemantauan keadaan Umum
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan dan terajdi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi . Karena
alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap
tahapan kala persalinan diselesaikan.
Hal – hal yang perlu di pantau selama 2 jam pertama pasca persalinan
1) Pantau tekanan darah,nadi,tinggi fundus,kandung kemih,dan perdarahan
setiap 15 menit,dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua
pada kala IV
2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras ,setiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV
3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua
pasca persalinan
4) Nilai perdarahan ,periksa perineum dan vagina tiap 15 menit dalam satu
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan
uterus,juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek
F. Tujuan Asuhan Kebidanan
Tujuan Asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan,dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dana man
dengan memperhatikan aspek saying bayi.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,melalui upaya
yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal.
Setiap intervensi yang akan di aplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus
mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut
bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.

G. Kebijakan asuhan
1. Semua persalinan harus di hadiri dan di pantau oleh petugas kesehatah
yang terlatih
2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk
menangani kegawat daruratan obstertrik dan neonatal harus tersedia 24 jam
3. Obat – obatan esensial,bahaan,dan perlengkapan harus tersedia bagi
seluruh petugas terlatih.
H. Rekomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran
1. Asuhan saying ibu dan saying bayi harus di masukan sebagai bagian dari
persalinan bersih dana man,termasuk hadirnya keluarga atau orang – orang yang
hanya memberikan dukungan
2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi
sebagai suatu catatan /rekam medik untuk persalinan
3. Selama persalinan normal ,intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi
Prosedur ini bukan di butuhkan jika ada infeksi / penyulit
4. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi
5. Manajemen aktif kala III , termasuk melakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat secara dini .Memberikan suntikan oksitosin IM,melakukan
penegangan tali pusat terkendali ( PTT ),dan segera melakukan masasse
fundus,hal – hal tersebut harus dilakukan pada sema persalinan normal
6. Penolong peraslinan hars tetap tinggal bersama ibu setidak – tidaknya 2
jam pertama setelah kelahiran ,atau sampai kedaan ibu stabil.Fundus harus di
periksa tiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua .
Massase fundus harus di lakukan sesuai kebutuhan untuk memaastikan tonus
uterus tetap baik,perdarahan minimal,,dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
7. Selama 24 jam pertama setelah persalinan ,fundus harus sering di periksa
dan di massase sampai tonus baik.Ibu atau anggota keluarga dapat di ajarkan
untuk melakukan massase fundus
8. Segera setelah lahir,seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera di
selimuti dan di keringkan,juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi
9. Obat – obat esensial ,bahan,dan perlengkapan harus di sediakan oleh
petugas dan keluarga.

I. Prinsip – Prinsip Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuuhan yang berbeda dengan
model praaktik kedokteran.Di harapkan mahasiswa dapat memahami perbedaan
dan bisa menjelaskan prinsip – prinsip yang memberi batasan tentang asuhan
kebidanan. Bidan – bidan diseluruh dunia sependapat bahwa prinsip asuhan
kebidanan mencakup hal – hal sebagai berikut :
1. Memahami bahwa kehamilan ,persalinan,dan kelahiran merupakan suatu
proses alamiah dan fisiologis
2. Menggunakan cara – cara yang sederhana,tidak melakukan intervensi
tanpa adanya indikasi sebelum menggunakan teknologi canggih
3. Aman,berdasarkan fakta,dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa
ibu
4. Terpusat pada ibu,bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan atau
lembaga ( Asuhan sayang ibu )
5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu
6. Membntu ibu agar merasa aman,nyaman,dandidukung secara emosional
7. Memastikan bahwa ibu mendapatkan informasi,penjelasan,dan konseling
yang cukup
8. Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat
keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka
dapatkan
9. Menghormati aspek budaya setempat ,kebiasaan,praktik – praktik adat
,dan keyakinan agama
10. Memantau kesejahteraan fisik,psikologis,spiritual,dan sosial ibu /
keluarganya selama kehamilan ,persalinan / kelahiran anak dan sampai 40 hari
pasca persalinan
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit

Daftar Pustaka

1. Asuhan Kebidadan Masa Persalinan


Penerbit : Salemba Medika
2. Asuhan Keperawatan Antenatal,,Intranatal,dan Bayi Baru Lahir “
Fisiologis dan Patologis “
Penerbit : ANDI
TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

A. Tinjauan umum tentang bayi baru lahir


1. Pengertian bayi baru lahir
Beberapa ahli telah memberikan pendapat tetang pengertian bayi baru lahir.
Diantaranya dari Marmi dan Rahardjo (2014:1) mengatakan bayi baru lahir adalah
bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang berusia 0-28 hari, kemudian
menurut BP IDAI (2013) hampir sama yaitu bayi baru lahir atau neonatus adalah
bayi yang baru saja dilahirkan ibu sampai umur 28 hari.Sedangkan bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dari usia kehamilan 3 samapai 42 minggu dan berat
badan lahir 2500 gram samapi 4000 gram (Saleh, 2012:2).
2. Perubahan fisiologis pada BBL Adapun beberapa perubahan yang terjadi pada
bayi ketika sudah lahir di dunia menurut beberapa ahli yaitu:
a. Sistem pernapasan
Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi
dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik
napas dan mengeluarkan napas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernapasan diafragmatik dan abdomen,
sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur. Apabila surfaktan berkurang,
maka alveoli akan kolaps dan paruparu kaku, sehingga terjadi atelektasis dalam
keadaan anoksia neonates masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolisme anaerobik (Indrayani dan Djami, 2013).
b. Peredaran darah
Pada masa fetus daerah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati,
sebagian ke langsung ke serabi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari
bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di
pompa sebagian ke paru dan Sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.

Gambar 2.1. Peredaran darah

Sumber: Jinxue, 2017: vol.33 no 5

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam
paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, Sehingga tekanan jantung kiri
lebih besar daripada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya
foramen oval secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah
kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden
naik dank arena rangsangan biokimian (paO2 yang naik), duktus arteriosus
berobliterasi ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96 liter/menit/m 2 dan
bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus
arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang
melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk
kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kita 85/40 mmHg (Armini, dkk.
2017:6-7).
c. Suhu Tubuh
Ada 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannya.
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung). Contoh: Menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang
dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL.
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah
panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara). Contoh:
membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di
ruangan yang terpasang kipas angin.
3. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antara 2 objek yang berbeda). Contoh: bayi baru lahir dibiarkan
dalam ruangan AC tanpa di berikan pemanas (radiant warmer), bayi baru lahir
dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan
ruang yang dingin, misalnya dekat tembok.
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap).
Evaporasi dipengaruhi oleh: jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara,
aliran udara yang melewati. Mencegah kehilangan panas: keringkan bayi secara
saksama, selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup
bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, tempatkan bayi di lingkungan
yang hangat.
Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami: stress pada BBL
menyebabkan hipotermi, BBL mudah kehilangan panas, bayi menggunakan
timbunan lemak cokelat untuk meningkatkan suhu tubuhnya, lemak cokelat
terbatas, sehingga apabila habis akan menyebabkan adanya stress dingin (Armini,
dkk. 2017: 7-9).
d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Pada jam-jam pertama
energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari ke dua energi basal
dari pembakaran lemak
(Marmi dan rahardjo2014:23-24).
e. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar
dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna
karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal.
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa
(Indrayani & Djami, 2013).
f. Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina propia
ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari anti
antigen dan stres imunologis.
Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat
melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat
melalui plasenta (Lues, toksoplasma, herpes simpleks, dll) raeksi imunologis dapat
terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibody gama A, G dan M (Armini,
dkk. 2017:10).
g. Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih Panjang dibandingkan dengan orang
dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang brwarna hitam
kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
meconium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah
berbentuk serta berwarna normal. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali amylase pankreas. Bayi sudah ada refleks hisap dan
menelan, sehingga pada saat bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering
terjadi akibat dari hubungan esofagus bahwa dengan lambung belum sempurna, dan
kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu ± 30 cc (Indrayani dan Djami, 2013).
h. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum
aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga
belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari
50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Marmi dan rahardjo,
2014: 22-23).
i. Keseimbangan Asam Basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam
neonatus telah mengompensasi asidosis ini (Indarayani & Djami, 2013).
3. Pemeriksaan fisik
a. Menilai keadaan umum
Langkah yang awal dilakukan untuk menilai saat bayi lahir untuk pemberian asuhan
selanjutnya yaitu
1) Lahir cukup bulan ?
2) Cairan ketuban jernih?
3) Bernafas atau menangis?
4) Denyut jantung >100 kali/menit ?
5) Tonus otot baik? (Lissauer dan Fanaroff, 2013:54)
b. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakkan untuk mengukur keadaan bayi saat setelah
lahir.
1) Pemeriksaan suhu tubuh bayi dengan menghindari memandikan bayi hingga
sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan
jika suhunya 36,5 C kemudian bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat
hingga kepala tertutup (Saifuddin, 2014).
2) Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika bbl kekurangan
oksigen
(Dewi, 2014:18).
3) Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas dalam menilai
biasanya terdapat kesalahan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan hanya
menghitung frekuensi nadi per menit. Padahal seharusnya penilaian nadi harus
mencakup frekuensi atau laju nadi,
irama, isi atau kualitas serta ekualitas nadi (Wahidiyat dan Sastroasmoro, 2014:27)
c. Telinga
Pemeriksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala
d. Mata
Melihat tanda-tanda infeksi seperti adanya pus
e. Hidung dan mulut
Melihat bentuk bibir dan langit-langit, periksa adanya sumbing dan refleks hisap
dengan penilaian mengamati bayi pada saat menyusu
f. Leher
Melihat adanya pembengkakan dan gumpalan
g. Dada
Melihat bentuk, puting, bunyi napas dan bunyi jantung
h. Bahu, lengan, dan tangan
Melihat gerakan normal dan jumlah jari
i. Sistem syaraf
Adanya refleks moro, lakukan rangsangan dengan suara keras dengan tepukan
tangan
j. Perut
Melihat bentuk, penonjolan atau lembek sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat?
k. Kelamin perempuan
Ditandai dengan vagina berlubang, uretra berlubang dan labia minora menutupi
labia mayora.
l. Kelamin laki-laki
Diliahat dari testis berada dalam skrotum dan penis berlubang dan pada ujung letak
lubang.
m. Tungkai dan kaki
Dilihat dari gerakan normal, tampak normal dan jumlah jari.
n. Punggung dan anus
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat pembengkakan atau ada cekungan, ada
anus dan lubang.
o. Kulit
Pemeriksaan dengan melihat Verniks (tidak perlu dibersihkan karena menjaga
kehangatan tubuh bayi), warna, ada pembengkakan atau bercakbercak hitam, dan
tanda-tanda lahir (Saifuddin,2014).
4. Ballard score
Sistem penilaian untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuscular dan fisik. Penilaian neuromuskuler meliputi postur, jendela
pergerakan tangan, gerakan lengan membalik,sudut popliteal, tanda selandang,
lutut ke telinga sedangkan pemeriksaan fisik meliputi kulit, lanugo, permukaan
plantar, payudara, mata/telinga dan genitaliaperempuan/laki-laki (Ballard JL, dkk.
1991). Kemudian hasil penilaian baik dari maturitas neuromuskuler maupun
fisik akan disesuaikan dengan skor dan dijumlahkan hasilnya

Gambar 2. 2. Ballard Score


Sumber : Ballard JL, dkk. 1991

Berdasarkan pertumbuhan intra uterin dilihat dari kurva lubchenco dan


batalgin, penilaian Sesuai Masa kehamilan (SMK) yaitu bayi dengan lahir sesuai
dengan berat lahir untuk masa gestasi dan pada IUGC terletak antara persentil ke
10 dan ke 90, Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu bayi dengan lahir lebih kecil
dari berat lahir untuk masa gestasi dan mengalami gangguan pertumbuhan intra
uteri diliat dari IUGC dibawah persentil ke 10 kemudian
Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu bayi dengan berat lahir lebih dari berat lahir
untuk masa gestasinya dilihat dari IUGC > 9 (Singhal, Dkk, 2017)

Gambar 2.3. Kurva Lubchenco


Sumber : Singhal, Dkk, 2017

5. Ciri-ciri bayi baru lahir


Bayi baru lahir dapat dikatakan normal jika memiliki ciri-ciri tersendiri diantaranya
yaitu, memiliki berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar
dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-160x/menit,
pernapasan 40-60x/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub
kutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna,
kuku agak panjang dan lemas, genetalia jika perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora sedangkan pada lakilaki testis sudah turun, skrotum sudah
ada. Kemudian refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, refleks
morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, refleks graps atau
menggenggam sudah baik, refleks rooting mencari putting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik, eliminasi baik, meconium
akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan
(Dwienda, dkk: 2014:5).
6. Lingkup neonatus bermasalah
Pada bayi baru lahir sangat diharapkan dan di inginkan lahir dengan normal tanpa
ada masalah apapun, namun kenyataannya berbagai masalah dapat terjadi pada bayi
baru lahir diantaranya yaitu asfiksia (Tidak bernapas/sulit bernapas), hipotermia
dan hipetermia, bayi berat lahir rendah (BBLR), dehidrasi, ikterus neonatorum,
kejang, obstipasi, Infeksi, sindrom kematian bayi mendadak, diare (Dwienda, dkk:
2014:14-15).
7. Fisiologis pernapasan bayi baru lahir
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan. Selama
di dalam Rahim janin mendapatkan oksigen dan nutrisi dari ibu melalui mekanisme
difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada janin. Sebelum lahir,
alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak berfungsi
sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan CO2 (karbondioksida)
sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam jumlah besar. Setelah
lahir, bayi tidak berhubungan dengan plasenta lagi sehingga akan segera bergantung
kepada paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, maka beberapa saat
sesudah lahir paru harus segera terisi oksigen dan pembulu darah paru harus
berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk
diedarkan ke seluruh tubuh (Dwienda, dkk. 2014:15).
B. Tinjauan umum tentang asfiksia
1. Pengertian Asfiksia
Didapatkan beberapa definisi tentang Asfiksia yang di jelaskan oleh para Ahli
diantaranya yaitu dari Dwienda (2014:15), mengatakan bahwa asfiksia neonatorum
adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut. Sedangkan dari Sembiring (2017), mengatakan
asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam
darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.
2. Penyebab Asfiksia
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia
dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia (Sembiring, 2017).
a. Faktor Keadaan Ibu
Fakator yang didapatkan dari keadaan ibu yaitu:
1) penyakit kronis (TBC, jantung, kekurangan gizi, ginjal)
2) penyakit selama kehamilan (Preeklampsia dan eklampsia)
3) penyakit genetik
4) persalinan patologis (presentasi bokong, letak lintang, partus lama atau partus
macet, demam sebelum dan selama persalinan, vakum ekstraksi, forceps)
5) infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
6) kehamilan lebih bulan yaitu lebih 42 minggu kehamilan (Dewi, 2014:12-13).
b. Faktor Keadaan Tali Pusat
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan sirkulasi uteroplasenter yang dapat
mengakibatkan menurunnya pasokan oksigen ke bayi sehingga dapat menyebabkan
asfiksia pada bayu baru lahir adalah Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali
pusat dan prolapsus tali pusat (Indrayani &Djami, 2013:345).
c. Faktor plasenta
Adapun yang mengakibatkan asfiksia didapat dari faktor plasenta diantaranya:
1) Infark plasenta yaitu terjadinya pemadatan plasenta, nuduler dan keras shingga
tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi.
2) Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir. biasanya terjadi pada trimester III, walaupun dapat pula
terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.
3) Plasenta previa yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawahuterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. pada
keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus (Dewi, 2014:14-15).
d. Faktor dari bayi
Asfiksia dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda dan gejala gawat janin. Namun
bisa didapatkan dari faktor bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan),
persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum
dan ekstraksi forsep), kelainan konginetaldan air ketuban bercampur meconium
(Indrayani & Djami, 2013:345- 346).
3. Patofisiologi Asfisika
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin
menunjukkan perubahan alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru sebelum
lahir, seluruh oksigen yang digunakan janin berasal dari difusi darah ibu ke darah
janin melewati membrane plasenta. Hanya sebagian
kecil darah janin yang mengalir ke paru-paru janin (sekitar 4%) paru janin tidak
berfungsi sebagai jalur transportasi oksigen ataupun untuk ekskreasi karbon
dioksida aliran darah ke paru-paru belum mempunyai peran penting untuk
oksigenasi maupun untuk keseimbangan asam basa pada janin. Paru janin
mengembang dalam uterus akan tetapi kantung-kantung udara yang akan menjadi
alveoli berisi cairan, bukan udara. sebagian besar darah dari sisi kanan jantung tidak
dapat memasuki paru karena resistensi pembuluh darah paru janin yang mengkerut
masih tinggi, sehingga Sebagian besar aliran darah ini mengambil jalur yang
mempunyai resistensi yang lebih rendah yaitu melewati duktus arteriosus menuju
aorta. Pada saat lahir bayi mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru
dan cairan paru diabsorbsi oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan berikutnya,
udara yang masuk dalam alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorbsi
sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran
darah paru meningkat secara dramatis.hal ini disebabkan aliran ekspansi paru yang
membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih
tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya
menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah dari
arteri pulmonalis paru setelah lahir aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai
beralih arah, yang kemudian duktus arteriosus tidak berfungsi
lagi.kegagalanpenurunan resistansi vaskuler paru menyebabkan hipertensi
pulmonal persisten. (PPH) pada BBL, sehingga duktus arteriosus botalli tetap
berfungsi lagi (menuju aorta), aliran darah ke paru menjadi inadekuat dan
hipoksemia terulang kembali. ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal
napas (Dewi, 2014:19-21).
4. Gejala klinis
Didapatkan manifestasi klinis asfiksia yaitu bayi tidak bernapas atau megapmegap,
denyut jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot menurun, warna kulit kebiruan
kulit sianosis, pucat, kejang dan penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan (Nadyah,2013:95).
5. Diangnosa
a. Anamnesis
Ditanyakan riwayat penyakit ibu yang lalu dan sekarang, adanya tanda-tanda
kehamilan resiko tinggi yang mengarah ke gawat janin, gangguan/kesulitan waktu
lahir, lahir tidak bernapas/ menangis.
b. Pemeriksaan fisik
Melihat bayi cukup bulan atau tidak (berat badan, panjang badan, tanda-tanda bayi
cukup bulan), bayi tidak bernapas atau napas megapmegap, retraksi dinding dada
dan tonus otot menurun (Dewi, 2014:21).

c. Nilai Apgar

Tabel 2. 1. APGAR score

Tanda 0 1 2

Appearance Seluruhnya biru Kulit tubuh merah muda, Seluruh tubuh merah
ekstrimitas biru muda
Pulse Tidak ada <100x/m >100x/m
Grimace Tidak ada respon Meringis/ menangis Meringis/bersin/
batuk
Activity Lemah/tidak ada Sedikit gerak Bergerak aktif
Respiration Tidak ada Lemah atau tidak teratur Menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur

Sumber: Nadyah, 2013: 96

Nilai 0-3 : Asfiksia berat


Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Asfiksia janin dalam rahim untuk menegakkan diagnosa gawat janin dapat
ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
a) Denyut jantung janin
denyut jantung janin normal antara 120-160x/menit. Terjadinya gawat janin
menimbulkan perubahan denyut jantung janin.
b) Mekonium dalam air ketuban. Pengeluaran mekonium pada letak kepala
menunjukkan gawat janin (Dwienda, 2014:16-17).
6. Klasifikasi klinis asfiksia
Sesuai data yang didapatkan terdapat 3 klasifikasi dari asfiksia yaitu asfiksia berat,
sedang dan ringan dan ditandai dengan ciri-cirinya masing-masing
diantaranya yaitu.
a. Asfiksia berat ditandai dengan bayi yang memiliki ciri seperti berikut yaitu, nilai
APGAR 0-3, frekuensi jantung kecil (<40x/menit), tidakn ada usaha napas, tonus
otot lemah, bahkan hampir tidak ada, Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika
diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu, terjadi
kekurangan O2 yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan. Penatalaksanaan →
resusitasi aktif dan segera.
b. Asfiksia sedang dikatakan jika memiliki ciri-ciri seperti berikut yaitu, nilai
APGAR 4-6, frekuensi jantung menurun (60-80x/menit), usaha napas lambat, tonus
otot biasanya dalam keadaan keadaan baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap
rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan O2 yang
bermakna selama proses persalinan.
Penatalaksanaan → resusitasi
.c. Asfiksia ringan dikatakan jika memiliki ciri-ciri seperti berikut yaitu, nilai
APGAR 7-10, Takipnea dengan napas >60x/menit, bayi tampak sianosis, adanya
retraksi sela iga, Bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping hidung, bayi
kurang aktifitas, dari pemeriksaan auskultasi
diperoleh wheezing positif. Pelaksanaan → Resusitasi (Dwienda, 2014:17-18).
7. Penatalaksanaan Asfiksia Bayi Baru Lahir
Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir
yang megalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa dikemudian
hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena
disamping menangani ibu bersalin, ia juga harus
menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia. Resusitasi BBL pada APN ini
dibatasi pada langkah-langkah penilaian, langkah awal dan ventilasi untuk inisiasi
pemulihan pernafasan.

Gambar 2. 4. Diagram alur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia


Sumber: Kemenkes RI, 2010: 5

1. Langkah Awal
Langkah awal ini perlu dilakukan secara tepat (dalam waktu 30 detik).Secara
umum, 6 langkah awal merangsang bayi baru lahir untuk bernapas spontan dan
teratur.
1) Jaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum,
selimuti bayi dengan kain tersebut, pindahkan bayi ke atas kain ke tempat
resusitasi.
2) Atur posisi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong, ganjal bahu agar
kepala sedikit ekstensi.

Gambar 2. 5. Posisi Bayi


Sumber: Beck et al, 2005

3) Isap lendir
Gunakan alat penghisap lendir Delee atau bola karet

Gambar 2. 6. Isap lendir

Sumber: AHA-APP, 2000

a. Pertama, isap lendir di dalam mulut kemudian baru hisap lendir di hidung.
b. Hisap lendir sambil menarik keluar penghisap (bukan pada saat memasukkan).
c. Bila menggunakan penghisap lendir Delee, jangan memasukkan ujung penghisap
terlalu dalam (Lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung)
karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti nafas bayi.
4) Keringkan dan rangsang taktil
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
takanan. Rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau bernapas lebih baik
dan lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
1) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
2) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
5) Reposisi Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi.
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering.
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
c. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi.
6) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur? Lakukan
penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas. Maka
meletakkan bayi diatas dada itu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu dan bayi selanjutnya anjurkan ibu untuk
menyusukan bayi sambil membelainya. Bila bayi tidak bernapas atau megap-
megap, maka segera lakukan tindakan ventilasi
(Indrayani & Djami, 2013:359-360).
2. Ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah udara
ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi.

Gambar 2. 7. Penggunaan sungkup

Sumber: Kemenkes RI, 2010

a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan sungkup pasang dan pegang sungkup agar
menutupi mulut dan hidung bayi.
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi bila tidak
mengembang periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar kemudian bila
dada mengembang lakukan ke tahap selanjutnya
c. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik dan pastikan udarah masuk (dada mengembang) dalam 30 detik
tindakan.
d. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur. Bila bayi
sudah bernapas normal maka hentikan ventilasi secara bertahap, bila bayi tidak
bernapas atau magap-magap lanjutkan VTP kemudian siapkan rujukan bila bayi
belum bernapas spontan setelah 2 menit di ventilasi namun bila tidak dirujuk
lakukan ventilasi sampa 20 menit
(Indrayani & Djami, 2013:361-363).
3. Kompresi dada
Kompresi dada terdiri dari kompresi ritmik stertum yang menekan jantung terhadap
tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal danmensirkulasikan darah ke
organ-organ vital. Kompresi dada harus selalu disertai dengan ventilasi
menggunakan oksigen 100% untuk memastikan bahwa darah dalam sirkulasi
teroksigenasi dengan baik. Langkah-langkah kompresi dada:

Gambar 2. 8. Kompresi Dada

Sumber: Dallas,1991

a. Kompresi dada dengan meletakkan kedua tangan di sekeliling dada neonatus


dengan jari-jari tangan di bawah punggung untuk memberikan topangan dan kedua
ibu jari berada pada sepertiga bawah stertum (tepat di atas prosesus xiphoideus)
atau gunakan jari satu tangan untuk mengompresi dan letakkan tangan yang lain di
bawah punggung untuk memberikan topangan.
b. Kompresi sternum dengan kedalaman kurang lebih sepertiga diameter antero-
posterior dada dan dengan tenaga yang cukup untuk menghasilkan denyut nadi yang
dapat teraba. Jari-jari tangan harus tetap menempel pada dada antar waktu
kompresi.
c. Lakukan tiga kompresi diikuti oleh satu ventilasi dengan kecepatan gabungan
kompresi dan ventilasi 120 kali setiap menit. Tindakan ini memberikan 90 kali
kompresi dan 30 ventilasi setiap menitnya. Berhenti selama ½ detik setelah setiap
kompresi ketiga untuk melakukan ventilasi.
d. Periksa frekuensi detak jantung setelah 30 detik. Bila detaknya 60x/menit atau
lebih, hentikan kompresi tetap lanjut ventilasi sampai kecepatan detak jantung lebih
dari 100x/menit dan muncul pernapasan normal (Lockhart, 2014:274-275).
4. Asuhan Pasca resusitasi
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima
tindakan resusitasi. Asihan pascaresusitasi di lakukan pada keadaan:
a. Resusitasi berhasil
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.
Perlu pemantauan dan dukungan resusitasi. Resusitasi dinyatakan berhasil apabila
pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti
dengan perbaikan tonus otot/ bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikut.
a. Konseling
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
a) Jawab setiap pertanyaan yang diajukan
b) ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila
ditemukan kelainan segera hubungi penolong
c) anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayi (Asuhan dengan metode kanguru)
d) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tandatanda bahaya baru lahir
dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut
pada bayi.
b. Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi :
Anjurkan ibu menyusui sambil memperhatikan dan membelai bayinya, berikan
vitamin K, antibiotic salep mata, imunisasi hepatitis B.
c. Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pascaresusitasi selama 2 jam
pertama.
Memperhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi dengan Tarikan
intercostals, napas megap-megap, frekuensi napas <30 x/menit atau >60x/menit,
bayi kebiruan atau pucat, bayi lemas Kemudian pantau jika bayi tampak pucat
walaupun tampak bernapas normal.

b. Resusitasi tidak berhasil


Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas atau bayi sudah
bernapas tetapi masih megap-megap atau pada saat pemantauan kondisi bayi makin
memburuk.
c. Resusitasi gagal
Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 20 menit ventilasi, bayi gagal bernapas
(Indrayani & Djami, 2013:366).
5. Asuhan tindak lanjutan pasc aresusitasi
Sesudah resusitasi, bayi masih perlu asuhan lanjutan yang diberikan melalui
kunjungan rumah. Tujuan asuhan lanjutan adalah untuk mamantau kondisi
kesehatan bayi setelah tindakan resusitasi. Kunjungan rumah (kunjungan neonates
0-7 hari) dilakukan sehari setelah bayi lahir. Gunakan algoritma, Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan pengobatan serta tindakan dan pengobatan serta tindak
lanjut.
1) Bila pada kunjungan rumah (hari-1) ternyata bayi termasuk dalam klasifikasi
merah maka bayi harus segera dirujuk
2) Bila termasuk klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali pada hari ke-2.
3) Bila termasuk klasifikasi hijau, anjurkan agar bayi mendapat perawatan bayi baru
lahir di Rumah.Untuk kunjungan rumah berikutnya (kunjungan neonates 8 sampai
dengan 28 hari), gunakan juga algoritmaq MTBM. Bayi dikatakan aman, apabila
ibu:
1) Tidak memiliki kekhawatiran mengenai perilaku bayinya
2) Memegang dan berbicara dengan bayinya dengan penuh kasih sayang.
3) Mengetahui tanda-tanda bahaya dan upaya apa yang harus dilakukan (Indrayani,
2013:36368)

C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Berat
1. Pengertian manajemen asuhan kebidananManajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Proses manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana di setiap
langkah disempurnakan secara periodik, proses ini dimulai dari pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi (Varney, 2001). Dengan adanya proses
manajemen ini maka mudah kita dapatkan mengenali dan mengidentifikasi masalah
selanjutnya, merencanakan dan melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.
2. Tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
Asfiksia berat Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimana dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa di
aplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisadipecah-
pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi
Asiksia berat. Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut
Varney
(2003), Adapun tahapan manajemen asuhan kebidanan menurut Langkah Varney
adalah sebagai berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan data dasar)
Pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai yang menyangkut keadaan
bayi yang meliputi riwayat kesehatan bayi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium serta laporan keterangan tambahan lain yang berhubungan dengan
kondisi klien. Data tersebut
didapatkan melalui wawancara dengan orang tua atau keluarga klien dan bidan
penolong persalinan. Pada kasus bayi baru lahir kemungkinan anamnesa yang
didapatkan atau data subjektif adalah bayi lahir normal di tolong oleh bidan, segera
menangis, usia kehamilan 37 minggu- 42 minggu, bayi berjenis kelamin perempuan
atau laki-laki dengan berat badan 2500 4000 gram dan keadaan ibu dan bayi sehat.
Data objektif menurut Marmi dan Rahardjo (2014) yang didapatkan bayi
baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang berusia 0-28
hari, sedangkan menurut Dwienda, dkk (2014) bayi baru lahir normal adalah berat
badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar
kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120- 160x/menit, pernapasan 40-60x/menit,
kulit kemerah-merahan, rambut kepala biasanya telah sempurna, genetalia jika
perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan pada laki-laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada, daerah mulut terbentuk dengan baik,
eliminasi baik, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Dwienda, dkk: 2014).
Kemudian pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berat kemungkinan anamnesa
yang didapatkan atau data subjektif yaitu Riwayat penyakit selama hamil,
persalinan patologis (presentasi bokong, letak lintang, partus lama atau macet dan
vakum ekstaksi), kehamilan lewat bulan dan yang mungkin didapatkan dari bayi
yaitu bayi prematur, kelainan konginetal dan air ketuban becampur mekonium serta
dari tali pusat yaitu solusio plasenta, lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapsus
tali pusat kemudian bayi lahir didapatka tanda seperti bayi tidak bernapas segera
setelah lahir, warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat, kejang dan tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan kemudian.
Data objektif yang didapatkan yaitu bayi tidak bernapas atau megap-megap, tidak
ada denyut jantung, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bergerak atau
lemah. Kemudian pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan pH darah janin
untuk mengetahui adanya asidosis menyebabkan turunnya pH sebagai tanda bahaya
gawat janin (Wiknjosastro, 1999).
b. Langkah II (Merumuskan diagnosa actual)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan intervensi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosis adalah hasil analisa dan perumusan masalah yangdiputuskan dalam
menegakkan diagnosa bidan dengan menggunakan pengetahuan sebagai dasar atau
arahan untuk mengambil tindakan. Setalah melakukan pemeriksaan maka akan
didapatkan kesimpulan bahwa masalah bayi baru lahir dengan asfiksia berat
ditetapkan berdasarkan interpretasi data yang dikumpulkan saat melakukan
pemeriksaan serta pengumpulan data subjektif dan data objektif. Pada kasus bayi
baru lahir dengan asfiksia berat kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau data
subjektif yaitu riwayat penyakit selama hamil, persalinan patologis (presentasi
bokong, letak lintang, partus lama atau macet dan vakum ekstraksi), kehamilan
lewat bulan dan yang mungkin didapatkan dari bayi yaitu bayi prematur, kelainan
konginetal dan air ketuban becampur mekonium serta dari tali pusat yaitu solusio
plasenta, plasenta kecil, plasentah rapuh, lilitan tali pusat, tali pusat pendek
kemudian bayi lahir didapatka tanda seperti bayi tidak bernafas segera setelah lahir
dengan tidak benangis, warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat, kejang dan tidak
ada respon terhadap refleks rangsangan kemudian.
Data objektif yang didapatkan yaitu bayi tidak bernapas atau megap-megap, tidak
ada denyut jantung, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bergerak atau
lemah. Kemudian pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan pH darah janin
untuk mengetahui adanya asidosis menyebabkan turunnya pH sebagai tanda bahaya
gawat janin (Wiknjosastro, 1999).
c. Langkah III (Merumuskan diagnosis/masalah potensial yang membutuhkan
antisipasi masalah potensial) Megidentifikasi adanya diagnosis atau masalah
potensial yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Masalah yang mungkin timbul dari bayi baru lahir dengan asfiksia
berat adalah dapat mengalami gangguan pernapasan akan berisiko mengalami
kejang, kerusakan otak, asidosis, hipoksemia (tubuh kekurangan oksigen),
gangguan paru-paru dan lemah denyut jantung hingga pada tahap kematian bayi.
Kerusakan otak dapat mengakibatkan anak dapat mengalami kesulitan berbicara,
bergerak, berjalan dan mendengar yang merupakan ciri-ciri keterbelakangan mental
yang disebabkan stroke janin akibat gangguan suplai darah ke otak janin yang
berguna untuk perkembangan pertumbuhan dan kekurangan oksigen selama proses
kelahiran. Sianosis memicu pada kebiruan warna kulit, kuku dan membrane
mukosa akibat penurunan oksigen dalam darah, sedangkan hipoksia terjadi bila
terdapat gangguan dalam sistem transportasi oksigen ke seluruh sel tubuh biasanya
terjadi denyut jantung cepat, napas pendek dan cepat warna kulit berubah ke biruan
atau kemerahan sesuai penyebab hipoksia dan kehilangan kesadaran.
d. Langkah IV (Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera) Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim
kesehatan lain sesuai kondisi bayi. Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berat
diperlukan adanya tindakan segera dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain,
masalah pada bayi dengan asfiksia maka tindakan segera yang harus dilakukan
yaitu resusitasi agar bayi dapat bernapas spontan kemudian dengan melakukan
suction atau delee untuk membersikan jalan napas dan pemberian O2 untuk
membatuh pemberian oksigen serta kolaborasi dengan dokter dan persiapan
rujukan.
e. Langkah V (Merencanakan asuhan secara menyeluruh) Merencanakan asuhan
menyeluruh yang rasional berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Rencana tindakan yang dapat dilakukan
pada bayi dengan asfiksia adalah: Nilai keadaan bayi, menjaga kehangatan bayi
dengan mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih
dan kering kecuali muka dan dada, memposisikan bayi sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu bayi dengan kain, membersikan jalan nafas dengan alat penghisap
lender menggunakan Delee, nilai kembali keadaan bayi, berikan rangsangan taktil
dengan cara menggosok dan menepuk punggung dan kaki bayi, atur kembali posisi
bayi, nilai keadaan bayi. Jika bayi bernapas normal, warna kulit kemerahan, tonus
otot baik atau pergerakan aktif maka dilakukan asuhan pasca resusitasi yaitu dengan
pemantauan tanda bahaya, perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, pencegahan
hipotermi, pemberian Vit K, pemberian salep mata/ tetes mata, pemeriksaan fisik.
Kemudian jika bayi tidak bernafas/ bernapas megap-megap maka dilakukan
ventilasi dengan memasang sungkup, perhatikam letak pasang sungkup menutupi
dagu, hidung dan mulut, ventilasi 2 x dengan tekanan 30 cm air jika dada
mengembang lakukan ventilasi 20 x dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik,
menilai keadaan bayi. Jika bayi mulai bernapas normal maka hentikan ventilasi lalu
lakukan asuhan pasca resusitasi, tetapi jika bayi masih blum bernapas atau bernapas
megap-megap maka ulangi ventilasi sebanyak 20 x selama 30 detik, hentikan
kemudian nilai kembali napas bayi tiap 30 detik, jika bayi tidak bernapas spontan
sesudah 2 menit resusitasi maka siapkan rujukan, nilai denyut jantung. Tetapi ketika
tidak dirujuk maka sesudah 10 menit bayi tidak bernapas spontan dan tidak
terdengar denyut jantung maka pertimbangkan menghentikan resusitasi, koseling
dan kemudian pencatata dokumentasi.
f. Langkah VI (Melaksanakan perencanaan)
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan Ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau hanya sebagian dan
dilakukan oleh anggota tim kesehatan yang lain. Rencana yang dilakukan pada bayi
baru lahir dengan kasus asfiksia berat yaitu dengan melakukan perencanakan
asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh.
g. Langkah VII (Evaluasi)
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan hingga terjadi perubahan
dari bayi baru lahir dengan asfiksia berat, mengulangi kembali proses manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetap belum
efektif dengan melihat perubahanperubahan yang terjadi pada bayi baru lahir. Nilai
pernapasan, jika napas spontan lakukan penilaian denyut jantung. Denyut jantung
>100x/menit nilai warna kulit jika merah/ sinosis prefer lakukan observasi apabila
biru berikan oksigen. Penilaian denyut jantung bila 100x maka hentikan bantuan
napas observasi napas tetapi jika tidak ada peningkatan maka lakukan PPV disertai
kompresi jantung, jika denyut jantung 80x/menit kompresi jantung berhenti
lakukan PPV denyut jantung >100x/menit. Jika tidak lakukan pemberian obat epine
1:10.000 dosis 0,2-0,3 mL/kg BB secara IV. Lakukan penilaian denyut jantung jika
berhasil hentika obat dan jika tidak berikan obat sesuai dosis dalam 3-5 menit
kemudia lakukan penilaian denyut jantung jika tidak ada respon tanpa ada
hipovolemi berikan bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/ kg BB secara IV delama 2
menit. Kemudian ketika bayi tampak membaik maka dilakukan asuhan perawatan
bayi normal dengan menganjurkan ibu menyusui sambilmemperhatikan dan
membelai beyinya serta pemberian vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi
hepatitis B, lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pascaresusitasi selama 2
jam pertama.
1) Perhatikantanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi. Tarikan intercostal, napas
megap-megap, frekuensi napas <30 x/menit atau >60x/menit, bayi kebiruan atau
pucat, bayi lemas.
2) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal yaitu
dengan menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP) Metode 4 langkah
pendokumentasian yang disebut SOAP ini dijadikan proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan. Metode ini diperkenalkan untuk mendokumentasikan
hasil pemeriksaan klien dalam rekaman medis sebagai catatan perkembangan
kemajuan yaitu:
a. Subjektif (s)
Merupakan ringkasan dari langkah I dalam proses manajemen asuhan kebidanan
bayi baru lahir dengan asfiksia berat yang diperoleh dari apa yang dikatakan,
disampaikan dan dikeluhkan oleh klien melalui anamnesa dengan kedua orang tua,
keluarga pasien dan bidan penolong persalinan. Pada kasus bayi baru lahir
kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau data subjektif adalah bayi lahir
normal di tolong oleh bidan, segera menangis, usia kehamilan 37 minggu- 42
minggu, bayi berjenis kelamin perempuan atau laki-laki dengan berat badan 2500-
4000 gram dan keadaan ibu dan bayi sehat. Kemudian pada kasus bayi baru lahir
dengan asfiksia berat kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau data subjektif
yaitu Riwayat penyakit selama hamil, persalinan patologis (presentasi bokong, letak
lintang, partus lama atau macet dan vakum ekstaksi), kehamilan lewat bulan dan
yang mungkin didapatkan dari bayi yaitu bayi premature, kelainan konginetal dan
air ketuban becampur mekonium serta dari plasenta yaitu solusio plasenta, plasenta
kecil, plasenta rapuh kemudian bayi lahir didapatka tanda seperti bayi tidak
bernapas segera setelah lahir dengan tidak menangis, warna kulit kebiruan kulit
sianosis, pucat, kejang, dan tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
b. Objective (o)
Merupakan ringkasan dari langkah I dalam proses manajemen asuhan kebidana
yang diperoleh melalui beberapa pertanyaan yang di tanyakan kepada orang tua
atau keluarga, bidan penolong persalinan dan melihat kondisi bayi sesuai dengan
tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia berat dengan melakukan
pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi serta pemeriksaan
penunjang untuk melakukan diagnose aktual. Data objektif yang didapatkan bayi
baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang berusia 0-28 hari
Marmi dan Rahardjo (2014), memiliki berat badan 2500-4000 gram, panjang badan
48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-
160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, kulit kemerah-merahan, rambut kepala
biasanya telah sempurna, genetalia jika perempuan labia mayora sudah menutupi
labia minora sedangkan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, daerah
mulut terbentuk dengan baik, eliminasi baik, mekonium berwarna hitam kecoklatan
(Dwienda, dkk: 2014). Data objektif yang mungkin didapatkan dari bayi baru lahir
dengan asfiksia berat yaitu bayi tidak bernapas atau megap-megap, tidak ada denyut
jantung, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bergerak atau lemah.
Kemudian pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan pH darah janin untuk
mengetahui adanya asidosis menyebabkan turunnya pH sebagai tanda bahaya gawat
janin (Wiknjosastro, 1999).
c. Assesment (a)
Merupakan ringkasan dari langkah II, III dan IV dalam proses manajemen asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia berat dimana dibuat kesimpulan
berdasarkan dari data subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan
klinis terhadap klien, apakah bayi baru lahir masuk kategori asfiksia berat. Pada
kasus asfiksia menegakkan diagnosa bahwa benar pasien menderita asfiksia berat
pada bayi baru lahir berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang didapatkan
kemudian setelah menegakkan diagnose asfiksia pada bayi baru lahir kita perlu
mengantisipasi terjadinya gangguan pernafasan yang akan berisiko mengalami
kejang, kerusakan otak, asidosis, hipoksemia (tubuh kekurangan oksigen),
gangguan paruparu dan lemah denyut jantung hingga pada tahap kematian bayi.
d. Planning (p)
Merupakan ringkasan dari langkah V, VI dan VII dalam proses manajemen asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia berat di mana planning ini dilakukan
berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klien yang diambil
dalam rangka mengatasi masalah klien dan memenuhi kebutuhan klien. SOAP ini
dilakukan pada asuhan terhadap bayi baru lahir dengan asfiksia berat pada tahap
berikutnya. Adapun penatalaksanaan asfiksia berat yaitu mengatur posisi bayi
karena itu adalah langkah utama untuk memperbaiki jalan napas bayi kemudian
merangsang bayi dengan menepuk atau menyentil telapak kaki atau menggosok
punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan kemudian
keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya. Selanjutnya melakukan
kunjungan ulang dan mengkaji keadaan umum bayi dan observasi TTV bayi untuk
memastikan bayi sudah bernafas normal seperti bayi lainnya serta rawat gabung
dengan ibu dan dapat ASI eksklusif.
Kemudian dilakukan kunjungan neonatus hari pertama hingga usia 28 hari dengan
jadwal kunjungan, (KN I) dilaksanakan saat usia 6 jam – 48 jam, (KN II)
dilaksanakan saat usia 3 hari – 7 hari, (KN III) dilaksanakan saat usia 8 hari 28 hari
(Hidayat, 2016).
1) Kujungan I (1 hari) : Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi dan
menggunakan sarung tangan, memotong tali pusat, menilai usaha napas, warna kulit
dan frekuensi denyut jantung kemudian melakukan 6 langka awal resusitasi dalam
30 detik, melanjutkan dengan resusitasi tekanan positif, pemberian O2 secara nasal
1 liter/menit, kolaborasi dengan dokter dengan pemberian infus Dextrose 10% 8
tpm, perawatan tali pusat dengan melihat adanya tanda infeksi yaitu tali pusat
merah, bengkak, ada pengeluaran nanah/darah, injeksi vit K 1 mg, pemberian salep
mata, mengobservasi TTV tiap 15 menit tempatka di atas infant warmer, status
puasa, kemudian memperbaiki kondisi umum bayi mencegah bayi kehilangan
panas, mengobservasi keadaan umum , tanda-tanda kesulitan bernapas, warna kulit
dan refleks bayi secara ketat selama 2 jam pertama dan melakukan asuhan
pascaresusitasi selama 24 jam pertama.
2) Kunjungan II (2 hari): Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan, mengobservasi
TTV dan pola napas, mempertahankan pemberian O2 sesuai indikasi 0,5 liter/menit,
menjaga kehangatan bayi dan infus tridex 8 tpm.
3) Kunjungan III (3 hari) : Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan,
mempertahankan kehangatan bayi, menjaga personal hygiene, perawatan tali pusat
dan mengobservasi ttv bayi dan persiapan pulang ke rumah.
4) Kunjungan IV (10 hari) : Memberitahu ibu dan keluarga kondisi dan
perkembangan bayi saat ini, mengonservasi keadaan umum bayi, menjaga personal
hygiene, menganjurkan ibu memberikan ASI secara on demand sesuai kebutuhan
bayi.
5) Kunjungan V (18 hari) : Memberitahu ibu dan keluarga kondisi dan
perkembangan bayi saat ini, mengobservasi keadaan umum bayi, tetap menjaga
personal hygiene dan memberikan ASI pada bayi sesuai kebutuhan.
6) Kunjungan VI (28 hari) : Memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi serta
perkembangan bayi, mengobservasi keadaan umum, tetap menjaga personal
hygiene dan memberikan ASI secara on demand.

D. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada BBL


1) Langkah 1. Pengkajian Data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan bayi baru lahir
a) Pengkajian segera setelah lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi
adanya bayi baru lahir kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu
dengan penilaian APGAR, meliputi : warna kulit, denyut jantung, Refelk, Tonus
otot, dan Pernapasan.
Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva.
b) Pengkajian keadaan fisik. Setelah pengkajian segera setelah lahir untuk
memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.Data
subjektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan, antara lain, yaitu riwayat
kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji, antara lain:
(i) Faktor genetic, meliputi: kelaianan/gangguan metabolic pada keluarga dan
sindroma genetic.
(ii) Faktor maternal (ibu), meliputi: adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,
penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan,
riwayat abortus, RH/Isoimunisasi.
(iii) Faktor antenatal, meliputi: pernah ANC atau tidak, adanya Riwayat perdarahan,
preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes
gestasionl, poli/oligohidramnion.
(iv) Faktor perinatal, meliputi: premature / postmatur, partus lama, penggunaan obat
selama persalinan gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air
ketuban bercampur mekoneal, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan
dalam persalinan,
prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain:
a) Pemeriksaan fisik
Prosedur pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir:
(1) Informasikan prosedur kepada orang tua dan dapatkan persetujuan orang tua
(2) Cuci tangan lalu keringkan, pakailah sarung tangan jika diperlukan
(3) Pastikan cukup penerangan dan kehangatan untuk bayi
(4) Periksalah bayi secara sistematis mulai dari kepala, muka kemudian klavikula,
lengan, tangan, dada dan abdomen, warna, tungkai, kaki, spina dan genetalia.
(5) Warna dan aktifitas bayi diidentifikasi
(6) Catat miksi dan defekasi (mekonium)
(7) Ukuran antropometri bayi
(8) Diskusikan hasil pemeriksaan ke orang tua bayi
(9) Catat hasil pengkajian sesuai hasil temuan
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apa pun lakukanlah
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Ketika memeriksa bayi baru lahir, ingat
butir-butir penting berikut ini:
(1) Periksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali
ada tanda-tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan
(2) Untuk kasus bayi baru lahir (BBL) rujukan, minta orang tua/keluarga
bayi hadir selama pemeriksaan dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta
sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan: warna kulit, frekuensi nafas, postur
tubuh gerakan, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas yang nyata
(3) Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan
(4) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan
(5) Bersikap lembut pada waktu memeriksa
(6) Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head to toe secara
sistemstis
(7) Jika ditemukan factor risiko atau masalah, cari bantuan lebih lanjut yang
memang diperhatikan
(8) Catat setiap hasil pengamatan
b) Pemeriksaaan Umum .
(1) Pernafasan
Pernapasan BBL normal 30-60 x/menit, tanpa retraksi dada dan tanp suara merintih
pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika
bayi berhenti nafas secara periodic selama beberapa detik masih dalam batas normal
(2) Warna kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi bayi preterm karena kulit
lebih tebal
(3) Denyut Jantung
Denyut jantung BBL normal antara 100-160 x/menit, tetapi dianggap masih normal
jika diatas 160 x/menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam 1 hari
selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress.
Jika ragu, ulangi
perhitungan denyut jantung
(4) Suhu 36,5-37,5°C
(5) Postur dan gerakan
Postur normal dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan
lengan, panggul dan lutut semi fleksi
(6) Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh
dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang
tidur.
(7) Ektermitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ektermitas dan pembengkakan
(8) Kulit
Warna kulit dan adanya verniks caseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda
lahir/tanda mongol.
(9) Tali pusat, normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan
mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10hari
(10)Berat badan normal 2500-4000 gram
c) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala : Ubun-ubun, sutura, muolage, caput succadeneum, cepal hematoma,
hidrosefalus,
ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, suture, moulase, caput succadeneum
(2) Muka : Tanda-tanda paralisis
(3) Mata : Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan konjumgtiva dan
kesimetrisan
(4) Telinga : Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala
(5) Hidung : Kebersihan, palatoskisis
(6) Mulut : Labio/palatoskisis, trush, sianosis,mukosa kering/basah
(7) Leher : Pembengkakan dan benjolan
(8) Klavikula dan lengan tangan : gerakan, jumlah jari
(9) Dada : bentuk dada, putting susu, bunyi jantung danpernapasan
(10) Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali
pusat,
jumlah pembuluh darah tali pusat, dinding perutadanya benjolan, distensi,
gastrokisis,omfalokel, bentuk
(11) Genetalia (laki-laki) : testis berada didalam skrotum,penis berlubang dan
berada diujung penis.
(12) Genetalia(perempuan) : vagina, uretra berlubang, labia mayora danlabia
minora
(13) Tungkai/kaki : Gerakan, bentuk dan jumlah jari
(14) Anus : Berlubang/tidak, fungsi spinter ani
(15) Punggung : spina bifida, mielomeningokel
(16) Reflek : Moro, rooting, walking, graps, sucking, tonic neck
(17) Antropometri: Berat badan, panjang badan, lingkarkepala, lingkar perut,
lingkar dada, lingkar lengan atas
(18) Eliminasi : BBL normal biasanya kencung lebih dari 6 kali/hari. BBL normal
biasanya berak cair 6-8 kali/ hari.
2) Langkah 2 Interpretasi Data Melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnose masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan
pada langkah 1
Contoh :
Diagnosis :
a) Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan, dengan asfiksia sedang
b) Bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan dengan hipotermi dan
gangguanpernafasan
Masalah :
a) Ibu kurang informasi
b) Ibu penderita PEB
c) Ibu post SC sehingga tidak bisa elakukan skin to skin contact secara maksimal
Kebutuhan : Perawatan rutin bayi baru lahir
3) Langkah 3. Identifikasi diagnose atau masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi
Diagnosa potensial :
a) Hipotermi potensial terjadi gangguan pernapasan
b) Hipoksia potensial terjadi asidosis
c) Hipoglikemi potensial terjadi hipotermi
Masalah potensial : Potensial terjadi masalah ekonomi bagi orang tua yang tidak
mampu, karena bayi membutuhkan perawatan intensif dan lebih lama
4) Langkah 4 . Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi perlu tidaknya tindakan segera oleh bidan, dokter dan apakah ada
hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai kondisi bayi.
5) Langkah 5
Merencanakan asuhan yang menyeluruh Merencanakan asuahn yang menyeluruh
yang rasional sesuai dengan,temuan pada langkah sebelumnya
Contoh :
a) Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat
b) Perawatan mata
c) Memberikan identitas bayi
d) Memperlihatkan bayi pada orangtua / keluarganya
e) Memfasilitasi kontak dini pada ibu
f) Memberikan vitamin K1
g) Konseling
h) Imunisasi
6) Langkah 6 . Melaksanakan Perencanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan efektif dan aman
Contoh:
a) Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat
(1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
(2) Ganti handuk / kain basah dan bungkus bayi dengan selimut.
(3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa setiap 15 menit. Apabila telapak
kaki teraba dingin, periksalah suhu aksila bayi.
b) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah
penyakit mata karena clamida. Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah
persalinan.
c) Memberikan identitas bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identitas bayi perludipasang segera setelah lahir
d) Memperlihatkan bayi pada orang tua/keluarga
e) Memfasilitasi kontak dini bayi dengan ibu
(1) Berikan bayi kepada ibu segera mungkin . Kontak dini antara ibu dan bayi
penting untuk mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir, ikatan batin bagi dan
bayi dan pemberian ASI dini
(2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap. Jangan paksakan
bayi untuk menyusu
(3) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi , biarkan bayi bersama
ibu paling tidak 1 jam setelah bayi lahir.
f) Memberikan vitamin K1
(1) Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena difesiensi vitamin K1 pada bayi
baru lahir
g) Konseling:
(1) Ajarkan pada orang tua bayi untuk:
(2) Menjaga kehangatan bayi
(3) Pemberian ASI
(4) Perawatan tali pusat
(5) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara
dan ditutupi dengan kain bersih dan longgar
(6) Lipatlah popok dibawah sisa tali pusat
(7) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan air bersih
kemudian keringkan
h) Mengawasi tanda-tanda bahaya
(1) Pernafasan, sulit atau lebih dari 60 x/menit, terlihat dari retraksi dinding dada
pada waktu bernafas
(2) Suhu terlalu panas, >38°C atau terlalu dingin<36°C (hipotermi)
(3) Warna abnormal, kulit/bibir bayi sianosis ayau pucat, memar atau bayi sangat
kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru
(4) Pemberian ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
(5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
(6) Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk,
pernafasan sulit
(7) Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak mengeluarkan meconium selama 3
hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, perut bengkak, tinja hijau tua
berlendir/berdarah
(8) Tidak berkemih dalam waktu 24 jam
(9) Menggigil atau suara tangis tidak biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang-
kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus
(10) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan
i) Imunisasi
Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan byi dipulangkan, berikan imuniasasi
BCG, Anti polio oral dan Hepatitis B
7) Langkah 7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektivan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi kembali
proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspekasuhan yang sudah
dilaksanakan tetapi belum efektif (Muslihatun,2010).
Konsep Dasar Masa Nifas Normal

1. Pengertian

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, orgnan reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaansebelum hamil. Perubahan organ reproduksi
ini disebut involusi (Maritalia,2012).
Masa nifas (puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu puer yang artinya bayi dn
porous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan
masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari
saat setelah lahirnya bayi
sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau
mendekati keadaan sebelum hamil. Periode masa nifas (puerperium) periode waktu
selama 6-8 minggu setelah persalinan. Prosesdimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena proses persalinan(Saleha, 2013)

2. Tujuan Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui


Tujuan Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui (Maritalia,2012)
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
3. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Puerperium Dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan pervaginam tanpa komplikasi 6 jam pertama
setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
2. Puerperium Intermedikal
Suatu masa pemulihan diman organ-organ reproduksi secara berangsur-angsur akan
kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung kurang lebih 6 minggu
atau 42 hari.
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang
waktu remote puerperium berbeda setiap ibu tergantung dari berat ringannya
komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan. (Saleha, 2013)
4. Peran Bidan Pada Masa Nifas (Saleha, 2013)
1. Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
persalinan dan nifas.
2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan
psikologis.
3. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa
nyaman.
5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas (Maritalia, 2012)
Pada masa nifas organ reproduksi interna dan eksterna akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini
terjadi secara berangsur-angsur dan berlangsung selama lebih kurang 3 bulan.
Selain organ reproduksi, beberapa perubahan fisiologi yang terjadi selama masa
nifas, yaitu:
1) Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot, berbentuk
seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang
uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2,5 cm. Perubahan
yang terjadi pada dinding uterus adalah timbulnya thrombosit, degenerasi dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Jaringan-jaringan di tempat implantasi
plasenta akan mengalami degenerasi dan kemudian terlepas. Tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekan tempat implantasi plasenta karena
pelepasan jaringan ini berlangsung lengkap.
2) Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga
disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan saluran
vagina dan sebagai jalan
keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan. Setelah
kehamilan, serviks mengalami perubahan karena hormone estrogen. Meningkatnya
kadar hormone estrogen pada saat hamil dan dengan hipervaskularisasi
mengakibatkan konsistensi serviks
menjadi lunak.
3) Vagina
Selama proses persalinan vagina mengalami peregangan yang sangat besar,
terutama pada saat melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
vagina tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali. Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Loche rubra/kruenta
Timbul pada hari 1-2 postpartum, terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mokonium.
b. Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 pospartum, karakteristik lochea
sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
c. Lochea serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.
d. Lochea alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.
Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada jalan lahir,
baunya akan berubah menjadi berbau busuk. Bila lochea berbau busuk segera
ditangani agar ibu tidak mengalami infeksi lanjut atau sepsis.
4) Vulva
Vulva mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada
keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol.
5) Payudara (Mammae)
Setelah proses persalinan selesai, pengaruh hormon estrogen dan progesterone
terhadap hipofisis mulai menghilang. Hipofisis mulai mensekresi hormone kembali
yang salah satu diantaranya adalah lactogenic hormone atau hormone prolaktin.
Pada proses laktasi terdapat
dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul
akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
6) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh yang dapat berubah
bila tubuh mengalami gangguan atau masalah. Tanda-tanda vital sering digunakan
sebagai indikator bagi tubuh yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan
adalah nadi, pernafasan, suhu, dan tekanan darah. Tanda-tanda vital ini biasanya
saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya, bila suhu tubuh meningkat, maka
nadi dan pernafasan juga akan meningkat, dan sebaliknya. Tanda-tanda vital yang
berubah selama masa nifas adalah:
a. Suhu tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,50C dalam keadaan
normal (36 ◦C – 37,5 ◦C) namun tidak lebih dari 380C. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses persalinan.
b. Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60 – 80 kali per menit. Pada saat proses
persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Pada masa nifas biasanya
denyut nadi akan kembali normal.
c. Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110 – 140 mmHg dan untuk
diastole antara 60 – 80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih
rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses
persalinan.
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar 18 – 24 kali per menit. Pada saat partus
frekuensi pernapasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk
tenaga ibu meneran atau mengejan dan mempertahankan agar persendian oksigen
ke janin tetap terpenuhi.
7) Hormon
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai sekitar enam
minggu setelah melahirkan. Kadar prolaktin dalam darah ibu dipengaruhi oleh
frekuensi menyusui, lama setiap kali menyusui dan nutrisi yang dikonsumsi ibu
selama menyusui. Hormon prolaktin ini akan menekan sekresi Folikel Stimulating
Hormon (FSH) sehingga mencegah terjadinya
ovulasi. Oleh karena itu memberikan ASI pada bayi dapat menjadi alternative
metode KB yang dikenal dengan MAL (Metode Amenorhea Laktasi).
8) Sistem peredaran darah (Cardio Vascular)
Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah akan terputus sehingga volume
darah ibu relative akan meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan
mengakibatkan beban kerja jantung sedikit meningkat, biasanya terjadi sekitar 1
sampai 2 minggu setelah melahirkan.
9) Sistem pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan operasi (sectio caesarea) biasanya membutuhkan
waktu sekitar 1 – 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat kembali
normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat lapar karena
mengeluarkan energi yang
begitu banyak pada saat proses melahirkan.
10) Sistem perkemihan
Dalam 12 jam pertama postpartum, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi
retensi cairan selama masa hamil ialah diaphoresis luas, terutama pada malam hari,
selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Pada masa postpartum
tahap lanjut, distensi yang berlebihan
ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga
mengganggu proses berkemih normal. Dengan mengosongkan kandung kemih
biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir
11) Sistem integumen
Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada wajah (cloasma
gravidarum), leher, mammae, dinding perut dan beberapa lipatan sendi karena
pengaruh hormone, akan menghilang selama masa nifas.
12) Sistem musculoskeletal
Setelah proses persalinan selesai, dinding perut akan menjadi longgar, kendur dan
melebar selama beberapa minggu atau bahkan sampai beberapa bulan akibat
peregangan yang begitu lama selama hamil. Ambulasi dini mobilisasi dan senam
nifas sangat dianjurkan untuk mengatasi hal tersebut. Pada wanita yang asthenis
terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominalis sehingga seolah-olah sebagian
dari dinding perut digaris tengah hanya terdiri dari peritoneum, facial tipis dan kulit.
Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
6. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Perubahan psikologis sebenarnya sudah terjadi saat kehamilan. Menjelang
persalinan perasaan senang timbul karena akan berubah peran menjadi seorang ibu
dan segera bertemu dengan bayi yang telah lama dinanti-nantikan. Timbul perasaan
cemas karena khawatir terhadap calon bayi yang akan dilahirkan,apakah bayi akan
lahir sempurna atau tidak.
Ada perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus
pada suatu reaksi perasaan sedih.Kemurungan dan kesedihan dapat semakin
bertambah oleh karena ketidaknyamanan secara fisik rasa letih setelah proses
persalinan,stress,kecemasan, adanya
ketegangan dalam keluarga,kurang istirahat karena harus melayani keluarga dan
tamu yang berkunjung untuk melihat bayi atau sikap petugas yang tidak ramah.
Minggu-minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi seorang ibu. Pada
saat yang sama, ibu (primi para) mungkin merasa frustasi karena tidak kompeten
dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan
mengalami perubahan ini, namun penanganan yang dilakukan dari setiap wanita
tersebut akan diatasi dengan cara yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh
dalam keluarga dimana wanita tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat, suku,
bangsa, pendidikan serta pengalaman tersendiri.
Fase-Fase yang Akan Dialami Ibu Masa Nifas antara lain adalah sebagai berikut:
1.) Fase Taking In
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Ibu memperhatikan dirinya sendiri sehingga cendrung
pasif terhadap lingkungannya. Ketidak nyamanan yang dialami ibu lebih
disebabkan karena proses persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri
pada jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan
merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu.
2.) Fase Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab terhadap perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah tersinggung.
3.) Fase Leting Go
Merupakan fase menerima tnggung jawab akan peran barunya sebagai seorang ibu.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah persalinan. Ibu sudah menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi bayinya.
Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat. Rasa percaya diri
akan peran barunya mulai tumbuh, lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya..

7 Kebutuhan Masa Nifas


1. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang berguna
bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan produksi ASI bervariasi dan
seimbang, terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein,besi, vitamin dan mineral
untuk mengatasi anemia,serta cairan dan seratuntuk memperlacar ekskresi. Ibu juga
dianjurkan untuk minum setiap kali
menyusui dan menjaga kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari.
2. Ambulasi
Pada ibu nifas post SC, terpasang infus dan kateter serta tanda- tanda vital berada
pada batas normal. Ambulasi dilakukan sebaiknya secara bertahap, diawali dengan
gerakan miring kiri dan kanan di atas tempat tidur. Ambulasi ini tidak mutlak,
tergantung pada ada tidaknya komplikasi
persalinan , nifas dan status kesehatan ibu sendiri.
3. Eliminasi
Memasuki masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih selama 6-8 jam post partum.
Kebutuhan untuk defekasi biasanya timbul pada hari pertama sampai hari ketiga
post partum. Kebutuhan ini dapat dipenuhi bila ibu mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi serat, cukup cairan dan melakukan ambulasi dengan baik dan
benar.
4. Kebersihan Diri
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran. Pada masa nifas yang berlangsung
kurang lebih 40 hari, kebersihan vagina dan luka operasi perlu mendapat perhatian
lebih. Kebersihan vagina dan luka operasi yang tidak terjaga dengan baik dapat
menyebakan infeksi.
5. Kebutuhan istirahat sangat dibutuhkan ibu beberapa jam setelah melahirkan.
Proses persalinan yang lama dan melelahkan dapat membuat ibu frustasi bahkan
depresi apabila kebutuhan istirahatnya tidak terpenuhi.
6. Seksual
Ibu nifas melakukan hubungan seksual kembali setelah 40 hari. Batasan waktu 6
minggu didasarkan atas pemikiran bahwa pada masa itu semua luka akibat
persalinan, termasuk luka episiotomi dan bekas operasi section caesarea biasanya
telah sembuh dengan baik.
7. Latihan Nifas
Pada masa nifas yang berlangsung selama 40 hari, ibu membutuhkan latihan-latihan
tertentu yang dapat mempercepat proses involusi. Salah satu latihan yang
dianjurkan adalah senam nifas. Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk
memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis
(Saleha, 2013).
a. Respon antar ibu dan bayi setelah persalinan
1) Touch (Sentuhan)
Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti membelai-belai kepala bayi
dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan ekstermitas, memeluk dan
menggendong bayi, dapat membuat bayi merasa aman dan nyaman.
2) Eye to Eye ( Kontak Mata)
Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dini lainnya.
Hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting sebagai hubungan antara
manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatiannya pada satu
obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm dan dapat
memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia sekitar 4 bulan. Kontak
mata antara ibu dan bayinya harus dilakukan sesegera mungkin
setelah bayi lahir.
3) Odor (Bau Badan)
Begitu lahir indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan sangat
berperan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, ketika
dilakukan IMD(Inisiasi Menyusu Dini) kedua
telapak tangan bayi tidak boleh dibersikan agar bayi air ketuban yang ada ditangan
tersebut dapat terjaga dan menjadi panduan bagi bayi untuk menemukan puting
susu ibunya.
4) Body Warm(Kehangatan Tubuh)
Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hipotermi tidak ada lagi air ketuban yang
melindunginya dari perubahan suhu yang terjadi secara ekstrim diluar uterus.
5) Voice(Suara)
Sistem pendengaran janin sudah mulai berfungsi pada usia sekitar 30 minggu atau
memasuki trimester ketiga kehamilan, sejak dilahirkan bayi dapat mendengar
suara-suara dan membedakan nada meskipun suara-suara tersebut terhalang selama
beberapa hari oleh cairan
amnion yang melekat pada telinga
6) Entraintmen(Gaya Bahasa)
Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan perubahan struktur bicara dan
bahasa dari orang-orang yang berada disekitarnya. Perubahan nada suara ibu ketika
berkomunikasi dengan
ibunya seperti bercerita, mengajak bercanda atau sedang memarahi bayi, secara
perlahan mulai dipahami dan dipelajari bayi. Bayi akan merespon dengan
mengeluarkan suara-suara tertentu dari mulutnya ketika ibu sedang mengajaknya
bercanda.

7) Biorhytmic(Irama Kehidupan)
Dalam rahim janin belajar menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya seperti
detak jantung. Kurang lebih 40 minggu dalam Rahim janin tersebut mendengar
suara detak jantung ibu, dari suara detak tersebut, janin mencoba mengenali
biorhytmic ibu dan menyesuaikan
dengan irama dirinya.
8. Penyulit Dan Komplikasi Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau setelah proses persalinan
dan kala I sampai kala IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu
terbebas dari bahaya komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dilami ibu pada saat
nifas dan bila tidak ditangani dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup
besar terhadap tingginya Angka
Kematian Ibu(AKI). Beberapa penyulit dan komplikasi yang dialami ibu selama
masa nifas akan dibahas sebagai berikut:
1. Endometritis
Endometritis adalah peradangan atau infeksi infeksi yang terjadi pada masa
nifas.Mikroorganisme masuk kedalam endometrium melalui luka bekas insersi
plasenta dan dalam waktu singkat dapat menyebar keseluruh endometrium.
2. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada peritoneum(selaput
dinding perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau
meluasnya infeksi yang terjadi pada uterus melalui pembuluh linfe. Berbeda dengan
perotonitis umum, peritonitis ini biasanya
terbatas pada daerah pelvis sehingga gejalanya tidak seberat pada peritonitis umum.
3. Mastitis
Mastitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau mammae.
Dalam masa nifas dapat terjadi peradangan atau infeksi pada mammae, terutama
pada primipara. Penyebab infeksi yang paling sering staphilococusaureus.
Manifestasi klinik atau tanda-tanda ibu yang mengalami mastitis adalah rasa panas
dingin dengan peningkatan suhu tubuh, lesu dan tidak ada nafsu makan, mammae
membesar dan rasa nyeri pada saat perabaan dan kulit kemerahan. Jika tidak
ditangani segera dapat menjadi abses, Berdasarkan tempatnya infeksi dapat
dibedakan menjadi:
a. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae
b. Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat tersebut.
c. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan
abses antar mammae dan otot-otot dibawahnya.
d. Mastitis dapat dicegah dengan perawatan yang benar pada mammae terutam
puting susu(areola dan papila mammae)
e. Thrombophlebitis
Thrombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi pada masa
nifas karena terbukanya vena-vena selama proses persalinan sehingga memudahkan
masuknya mikroorganisme pathogen. Trombhophlebitis sering menyebabkan
kematian karena mikroorganisme dapat dengan mudah dan cepat menjalar
keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah dan menyebabkan infeksi pada
orang tertentu. Dua golongan vena yang memegang peran dalam menyebabkan
thrombophlebitis yaitu:
1) Vena-vena dinding rahim ligamentum latum seperti vena ofarica, vena uterine
dan vena hipogastika(thrombophlebitis pelviks). Vena ofarica merupakan vena
yang sering meradang karena vena ini mengalirkan dara dari luka bekas plasenta.
2) Vena-vena tungkai seperti vena femorali, poplitea, dan
saphead(Thtombophlebitis femorali). Peradangan dari vena ini berasal dari
thrombophlebitis vena saphead magna atau peradangan vena femoralis sendiri.
3) Infeksi Luka Perineum
Infeksi luka perineum adalah infeksi yang terjadi masuknya mikroorganisme
kedalam luka perineum. Luka perineum dpat terjadi karena episiotomi/ rupture
/robekan pada saat proses persalinan. Luka perineum yang mengalami infeksi akan
terasa lebih nyeri,
merah dan bengkak. Bila tidak segera ditangani luka tersebut akan segera melebar,
terbuka dan mengeluarkan getah bernana (Martalia,2012).
9. Penanganan infeksi nifas secara umum
1. Antisipasi setiap kondisi yang ada
2. Beri pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap infeksi yang di kenali saat
kehamilan atau persalinan.
4. Jangan biarkan pasien pulang bila masa krisis belum di lalui
5. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala yang
harus di waspadai dan harus mendapat pertolongan segera.
6. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan
7. Berikan hidrasi oral/IV secukupnya

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan dan Darwis. 2003. METODE PENELITIAN
KEBIDANAN.Jakarta : EGC
Maritalia Dewi,2012. Asuhan Kebidanan nifas dan Menyusui. Yogyakarta
Maryunani, Anik. 2016. Asuhan Kegawatdaruratan Kebidanan. Edisi
Kedua.Jakarta : TIM.
Medforth, dkk. 2011. Kebidanan Oxford. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Muslihatun, Wafi Nur, dkk. 2002. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta; EGC
Oxorn, Harry dan Forte, Willian R. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi Dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : ANDI
Prawirohardjo.Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T. Bina Pustaka
Saiffudin, Abdul Bari. 2009. ILMU KEBIDANAN. Edisi Keempat Cetakan Kedua.
Jakarta : PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Saleha,Siti. 2013.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Sudarti dan Fauziah, Afroh. 2010. BUKU AJAR DOKUMENTASI KEBIDANAN.
Yogyakarta : Nuha Medika

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
a. Keluarga berencana merupakan usaha suami isteri untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki-laki mecapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi)
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplanasi (melekat ) dan
berkembang didalam rahim. (Purwoastuti & Walyani, 2015:182).
b. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita yang harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya terbatasnya jumlah metode yang tersedia
tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualis
wanita atau biaya untuk memperoleh kontasepsi (Tresnawati, 2013:120).

2. Tujuan KB
a. Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan khusus
Meningkatkan pengguanaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga berencana
dengan cara pengaturan jarak kelahiran. (Purwoastuti & Walyani,2015:182 ).
3. Syarat-syarat Kontrasepsi
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b. Lama kerja dapat diatur menurut keinginan
c. Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal
d. Harganya dapat dijangkau masyarakat
e. Cara penggunaannya sederhana
f. Tidak mengganggu hubungan suami istri
g. Tidak memerlukan kontrol yang ketat selama pemakaian (Firdayanti, 2012:42).
4. Macam macam alat kontrasepsi.
a. Metode Amenorea Laktasi
Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. MAL dapat dipakai sebagai
kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila
pemberian ≥ 8 x sehari, belum haid dan umur bayi kurang dari 6 bulan. Efektif
sampai 6 bulan, dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi
lainnya. Cara kerjanya yaitu penundaan/penekanan ovulasi.
(Prawirohardjo,2012:MK-1).
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode untuk mengatur kehamilan secara
alamiah, tanpa menggunakan alat apapun. Metode ini dilakukan dengan
menentukan periode/masa subur yang biasanya terjadi sekitar 14 hari sebelum
menstruasi sebelumnya, memperhitungkan masa hidup sperma dalam vagina (48-
72 jam), masa hidup ovum (12-24 jam), dan menghindari senggama
selama kurang lebih 7-18 hari termsuk masa subur dari setiap siklus. Kb alamiah
terdiri dari metode kalender, metode suhu badan basal (termal), metode lendir
serviks (Bilings), metode simto termal, dan koitus interuptus (Yuhedi &
Kurniawati, 2015:49).
1) Metode Kalender (Ogino-Knaus)/Pantang Berkala
Pantang berkala atau lebih dikenal dengan system kalender merupakan salah satu
cara/metode kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan
suami isteri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur. Metode ini lebih
efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan system kalender
setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya.
(Melani,dkk, 2012).
Metode kalender memerlukan ketekunan ibu untuk mencatat waktu menstruasinya
selama 6-12 bulan agar waktu ovulasi dapat ditentukan. Perhitungan masa subur
didasarkan pada ovulasi (umumnya terjadi pada hari ke 14+2 hari sebelum
menstruasi berikutnya), masa hidup ovum
(24 jam), dan masa hidup spermatozoa (2-3 hari). Angka kegagalan metode ini
sebesar 14,4-47 kehamilan pada setiap wanita 100 wanita per tahun. (Yuhedi &
Kurniawati, 2015: 50)
2) Metode Suhu Badan Basal
Metode kontrasepsi ini dilakukan berdasarkan pada perubahan subu tubuh.
Pengukuran dilakukan dengan pengukuran suhu basal (pengukuran suhu yang
dilakukan ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur). Tujuan
pengukuran ini adalah mengetahui masa ovulasi. Waktu pengukuran harus
dilakukan pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak ±3-5 jam serta
dalam keadaan istiraha. Pengukuran dapat dilakukan per oral (3 menit), per rectal
(1 menit) dan per vagina. Suhu tubuh basal dapat meningkat sebesar 0,2-0,50C
ketika ovulasi.
Peningkatan suhu basal dimulai 1-2 hari setelah ovulasi disebabkan peningkatan
hormon progestero. Metode ini memiliki angka kegagalan sebesar 0,3-6,6 per 100
wanita pertahun. Kerugian utama metode suhu basal ini adalah abstinensia
(menahan diri tidak melakukan senggama) sudah harus dilakukan pada masa
praovulasi. (Yuhedi & Kurniawati, 2015:51-52).
3) Metode Lendir Serviks
Metode kontrasepsi ini dilakukan berdasarkan perubahan siklus lendir serviks yang
terjadi karena perubahan kadar etrogen. Pada setiap siklus mentruasi, sel serviks
memproduksi 2 macam lendir serviks, yaitu lendir estrogenik (tipe E) lendir jenis
ini diproduksi pada fase akhir sebelum ovulasi dan fase ovulasi. Sifat lendir ini
banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah, elastisitas besar, bila
dikeringkan akan membentuk gambaran seperti daun pakis (fernlike patterns,
ferning,arborization) sedangkan gestagenik (tipe G) lendir jenis ini diproduksi pada
fase awal sebelum ovulasi dan setelah ovulasi. Sifat lendir ini kental, viskositas
tinggi dan kerun. Angka kegagalan 0,4-39,7 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
Kegagalan ini disebabkan
pengeluaran lendir yang mulainya terlambat, lendir tidak dirasakan oleh ibu dan
kesalahan saat menilai lendir. (Yuhedi & Kurniawati, 2015: 52-54).
4) Metode Simto Termal
Metode ini menggunakan perubahan siklis lendir serviks yang terjadi karena
perubahan kadar estrogen untuk menentukan saat yang aman untuk bersenggama.
Metode simto termal ini gabungan dari metode suhu basal, metode lendir serviks ,
dan metode kalender. Tanda dari salah satu metode tersebut dapat dipakai untuk
mencocokkan dengan metode lainnya sehingga dapat lebih akurat pada saat
menentukan hari-hari aman bersenggama. Sebagai contoh, menyimpan catatan
lendir serviks dapat bermanfaat pada saat suhu tubuh tinggi karena demam. Angka
kegagalan metode ini sebesar 4,9-34,4 kehamilan pada 100 wanita per tahun
. (Yuhedi &Kurniawati, 2015:54).
5) Coitus Interuptus
Senggama Terputus (Koitus Interruptus), ialah penarikan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya
ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih
ada waktu kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat
digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungan, carai ini tidak
membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan, tetapi kekurangannya adalah
untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak
laki-laki (Prabowo, Edisi 3:438).
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relative sehat
untuk digunakan wanita dibanding dengan metode kontrasepsi lain, resiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi. (Padila, 2014:200).
c. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari
karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai
bahan yang ditambahnkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya
(misalnya penambahan spermisida) maupun berbagai aktivitas seksual. Kondom ini
tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
Pada umunya standar ketebalan adalah 0,02 mm. Secara ilmiah didapatkan hanya
sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan
pertahun.
(Prawirohardjo, 2012:MK-17-18). Cara kerja kondom adalah menghalangi
spermatozoa agar tidak masuk kedalam traktus genitalia interna wanita. (Yuhedi &
Kurniawati, 2015: 55).
2) Kontrasepsi Barier- Intra-Vagina
Jenis konrasepsi barier intra-vagina, yaitu diafragma, kap serviks, spons, dan
kondom wanita.
a) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhunbungan seksual dan menutupi serviks.
Cara kerja diafragma adalah menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai
saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida. (Prawirohardjo, 2012: MK-21).
Menurut teori, angka kegagalan penggunaan diafragma adalah sebesar 2-3
kehamilan per 100 wanita pertahun. Akan tetapi, berdasarkan praktik angka
kegagalan penggunaan kontrasepsi ini adalah sebesar 6-25 kehamilan per 100
wanita pertahun.(Yuhedi & Kurniawati, 2015: 58-59).
b) Kap Serviks
Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi Billings
(MOB), dilakukan dengan wanita mengalami lendir serviksnya setiap hari. Lendir
berfariasi selama siklus, mungkin tidak ada lendir atau mungkin terlihat lengket dan
jika direntangkan diantara kedua jari, akan putus lendir tersebut dikenal dengan
lendir tidak subur (Everett, 2012:43). Ibu post partum <6-12 minggu juga tidak
boleh mnggunakan kap serviks, akan lebih baik bagi ibu memakai kondom jika
melakukan senggama. Efektivitas kap serviks cukup baik, hal ini dibuktikan dengan
tingkat kegagalan pemakaian yang berkisar 8-20 kehamilan pada setiap 100 wanita
pertahun. Selain itu, kegagalan metode berkisar pada 2 kehamilan pada setiap 100
wanita per tahun. (Yuhedi & Kurniawati, 2015: 59-60).
c) Spons
Spons di gunakan pada tahun 1983 setelah FDA mengeluarkan izin penggunaannya.
Spons memiliki bentuk seperti bantal polyurethane yang mengandung spermisida.
Pada salah satu sisi berbentuk cekung (konkaf) agar dapat menutupi serviks dan
pada sisi lainnya terdapat tali untuk mempermudah pengeluaran. Kontrasepsi jenis
ini dapat menimbulkan efek samping dan komplikasi seperti kemungkinan infeksi
vagina oleh jamur tambahan banyak. Angka kegagalan
metode kontrasepsi ini adalah sebesar 5-8 kehamilan (secara teoretis) hingga 9-27
kehamilan (secara praktis) pada setiap 100 wanita pertahun. (Yuhedi &
Kurniawati,2015: 61-62)
d) Kondom Wanita
Kondom wanita sebenarnya merupakan kombinasi antara diafragma dan kondom.
Alasan utama dibuatnya kondom wanita karena kondom pria dan diafragma biasa
tidak dapat menutupi daerah perineum sehingga masih ada kemungkinan
penyebaran mikroorganisme penyebab IMS. (Yuhedi & Kurniawati, 2015: 62)
e) Spermisida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
mneghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan
jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan
kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma. Angaka kegagalan 11-31%.
(Padila, 2014:210).
d. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
a) Pil Kombinasi
Pil kombinasi ini dapat diminum setiap hari, efektif dan reversibel, pada bulan-
bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak
berbahaya dan segera akan hilang, efek samping serius jarang terjadi, dapat dipakai
semua ibu usia reproduki, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum, dapat
dimulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil, tidak dianjurkan pada
ibu yang mnyusui dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Pil kombinasi
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pil monofasik yaitupil yang tersedia dalam kemasan
21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosisi yang
sama, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif, sedangkan pil bifasik yaitu pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan
dua dosisi yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, dan pil trifasik, yaitu
pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif
estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif. (Prawirohardjo, 2012, MK-30-31).
b) Mini Pil (Pil Progestin)
Kontrasepsi minipil ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil
KB, sangat efektif pada masa laktasi, dosis rendah, tidak menurunkan produksi ASI,
tidak memberikan efek samping estrogen, efek samping utama adalah gangguan
perdarahan; perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur, dan dapat dipakai
kontrasepsi darurat. Kontrasepsi mini pil dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kemasan
dengan isi 35 pil 300 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron, dan kemasan
dengan isi 28 pil 75μg desogesterel. Kontrasepsi mini pil sangat efektif
(98,5%), pada pengguna mini pil jangan sampai ada tablet yang terlupa, tablet
digunakan pada jam yang sama (malam hari), dan senggama sebaiknya dilakukan
3-20 jam setelah penggunaan mini pil. (Prawirohardjo, 2012, MK-50-51)
2) Kontrasepsi Suntik
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan
(DMPA. Efek sampinya terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat,
perubahan berat badan, pemakaina jangka panjang bisa terjadi penurunan libido,
dan densitas tulang. (Padila, 2015:210). Cara kerjanya mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat transportasi
gamet oleh tuba. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi,
dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan. (Prawirohardjo
3) Kontrasepsi Implan
Implan adalah alat kontarsepsi yang disusupkan di bawah kulit, biasanya di lengan
atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implan mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implan ini antara lain tanah sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%. (Padila, 2014:201).
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic
(polyethylene). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada pula yang
dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang dibatangnya berisi
hormone progesterone (Suratun, dkk, 2013:87). Efektifitasnya tinggi, angka
kegagalannya 1%. (Padila, 2014:202).
f. Kontrasepsi Mantap (Kontap)
a) Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. Tubektomi termasuk metode
efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang, Jarang sekali tidak
ditemukan efek samping, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.(Prawirohardjo, 2012: MK-89).
Sterilisasi pada wanita atau tubektomi merupakan metode pengikatan dan
pemotongan tuba fallopi agar ovum tidak dapat dibuahi oleh sperma, cara kerja
tubektomi adalah perjanan ovum terhambat karena tuba fallopi tertutup.(Yuhedi &
Kurniawati, 2015:107).
b) Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini (Prawirohardjo, 2012:MK-95).
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.L M DENGAN HAMIL 37 MINGGU
DI PUSTU MARIADEI SERUI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil
Tanggal pengkajian : 22 – 12 – 2021 Jam 10.00 WIT
No register : 01 57 43
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama klien : NY. Y.R Namasuami : T.W
Umur : 23 tahun Umur : 24 tahun
Agama : K/P Agama : K/P
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Penghasilan : - Penghasilan : tidak tetap
Alamat : Kampung Mariadei
2. Alasan datang
- Untuk mengetahui kehamilan dan
- Untuk mengetahui kondisi janin
Kunjungan pertama kunjungan ulang
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan susah tidur pada malam hari ,dan sering kencing
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan penyakit yang pernah derita Malaria,Diare,Batuk pilek
b. Penyakit sekarang
Tidak ada
c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa ibu dan suami tidak memiliki penyakit keturunan maupun
Menular
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe : 37 minggu Dismenorhoe : Nyeri
Menarche : ± 13 tahun Fluoralbus : -
Lama : ± 3 hari HPHT : 05 – 04 - 2021
Banyak :3x ganti pembalut TP/HP : 12 – 01 - 2022
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : Tidak
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tgl/Bln/Thn Usia Tempat Jenis Penolong Penyulit Anak Nifa Usia
Kehamilan Persalinan Persalinan Kehamil jk BB P s Anak
an B
1 Thn 2018 Aterm RSUD Normal Bidan ♀- 3000 49 3 thn
2 Hamil ini
c. Riwayat Kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan ke dua Dengan usia kehamilan 8 bulan
ANC TM I : 1 kali
Keluhan : Muaal + , Muntah + ,Pusing + ,
Hasil pemeriksaan : TFU 3 jari atas simpisis ,Ballotemen
Terapi :
SF 30 Tablet ( 1x1 ) selama 30 hari
TT 1
Penyuluhan yg didapat :
1. Makan dalam porsi sedikit tapi sering
2. Hindari makanan yang dapat merangsang muntah
3. Jaga kebersihan diri

ANC TM II : 1 kali
Keluhan : -
Hasil pemeriksaan
Leopold I : TFU pertengahan simpisis pusat
Lopold II : Pu – Ki
Leopold III : Letak Kepala
Terapi :
SF 30 tab ( 1x1 ) selama 30 hari
TT 2
Penyuluhan yg didapat:
ANC TM III : 2 kali
Keluhan :
1. Susah tidur malam hari
2. Sering kencing
Hasil pemeriksaan
Leopold I : TFU 3jari bawah PX
Leopold II : Pu – Ki
Leopold III : Letak Kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
Terapi :
SF 30 tablet ( 1x1 ) Selama 30 hari
Penyuluhan yg didapat :
1. Istirahat yang cukup
2. Makan makanan bergizi
3. Anjurkan ibu lakukan persalinan di Rumah sakit
TT yang pernah didapat :
T1 : tanggal 18 – 08 - 2021
T2 : tanggal 15 – 09 - 2021
Status TT 1 : TT 2 Lengkap
Gerak anak sejak 4 bulan, gerak 24 jam terakhir 4 kali
6. Riwayat KB
Menjadi peserta KB :
1. Ibu mengikuti KB suntik Depoprovera hanya 1 tahun saja
7. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 .kali
Lama : 5 th
Usia pertama menikah : 18 tahun
8. Riwayat Psikososial
- Hubungan ibu dengan suami dan keluarga baik
- Hubungan ibu dengan petugas Baik
9. Riwayat Budaya
Ibu mengatakan keluarga tidak memiliki pantangan apapun selama masa hamil
10. Perilaku kesehatan
Jamu : Ibu mengatakan tidak konsumsi jamu selama hamil
Merokok : Tidak.
Minumminumankeras : Tidak

11. Pola kebiasaan sehari-hari

No Pola Sebelum Selama


Kebiasaan hamil hamil
1. Nutrisi Makan : 3x sehari Makan : 3xsehari
Minum : 6 – 7 gelas sehari Minum: 6-7 gelas sehari
Keluhan : mual,muntah
2. Elininasi BAB: 1- 2xsehari BAB : 1 atau 2 hari sekali
BAK : 3-4x sehari BAK : 5-6x sehari
Keluhan : sering BAK
3. Istirahat Siang ; 2 jam Siang : 2 jam
Malam : 7 jam Malam : susah tidur

4. Personal Mandi 2x sehari Mandi 2x sehari


Hygiene
5. Aktivitas Seperti biasa Seperti biasa
6. Seksual Sesuai kebutuhan Kadang - kadang

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Cara berjalan : Hiperlordosis
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD 100 / 70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,60C
Tinggi Badan : 155 cm
BB Tgl 18 – 08 – 2021 : 50 kg
BB sekarang Tgl 22 – 12 – 2020 : 53 kg
Lila : 23,5 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut : Bersih,tidak ada kutu
Wajah : Tidak tampak pucat dan udem , tampak cloasma Gravidarum
Mata : Conjungtiva tidak tampak anemis
Hidung : Simetris kiri kanan,tidak tampak mengeluarkan sekret
Telinga : Simetris kiri , kanan, tidak tampak mengeluarkan sekret
Mulut : Besih tidak ada caries gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe
Dada :
Mamae : Areola hiperpigmentasi
Putting : menonjol
Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilam
Genitalia :
Anus : Tidak ada Haemoroid
Ekstremitas
Atas : Normal ,tidak ada udem
Bawah : Normal ,tidak adaa udem dan Varices
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan Vena jugularis
Dada : Tidak teraba benjolan di payudara
Perut :
Leopold I : TFU 3 jari bawah PX
Leopold II : Pu - Ki
Leopold III : Letkep
Leopold IV : Kepala sudah masuk masih melayang
Variasi :
Mc. Donnald : TFU 31 cm
TBJ : 3100 gr
Ektremitas bawah:
Kaki kiri/kaki kanan: oedema - /-
c. Auskultasi
Dada
- Jantung : Normal
- Paru : tidak ada Whezzing
Punctum maximum : di sebelah iri
DJJ : 137x/menit , regular
d. Perkusi
Reflek patella : + / +
e. Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia spinarum : 25 cm
Distansia Cristarum : 20 cm
Boudeloque : 20 cm
Lingkar Panggul : 85
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 8 ,0 gr/dl
Golongan darah : “ O “
Reduksi : 950
Albumin : 28 mg/dl
4. USG : Janin Intra Uterin Tunggal hidup , mail 37 mgg , air ketuban cukup

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa : NY. Y . R.G2 P1 A0 ,usia 23 tahun,hamil 37 minggu
DS : Ibu mengatakan hamil anak ke 2 ,sering buang air kecil pada malam hari
DO : KU baik , Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 100/70 mmHG
Nadi : 76x/menit
RR : 20x / menit
Suhu : 36,60C
Tinggi Badan : 155 cm
BB Tgl 10 – 08 - 2021 : 50 kg
BB sekarang Tgl 22 – 12 – 2021 : 53 kg
Lila : 23,5 cm
Leopold I : TFU 3 jari bawah PX
Leopold II : Pu – Ki
Leopold III : Letkep
Leopold IV : Kepala sudah masuk masih melayang
Variasi :
Mc. Donnald : TFU 31 cm
TBJ : 3100 gr

B. Masalah : Gangguan pola tidur


DS : - Ibu mengatakan hamil anak ke 2
- Sering buang air kencing malam hari
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
DxPotensial :
- Perdarahan
- Retensio placenta

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
Dx : NY. Y.R G2 P1 A0 Usia 23 tahun Hamil 37 minggu

Tujuan : Mencegah terjadi resiko kegawata daruratan pada ibu dan bayi
Kriteria Hasil : Hamil anak ke 2
TBJ 3100 gr
Intervensi :
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R : Dengan informasi yg jelas keluarga tidak merasa kuatir
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
R : Keluarga mengerti ,ibu dapat melakukan persalina di Rumah Sakit
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
R : tidak membuat ibu kelelahan
Mx : Gangguan pola tidur
Tujuan :
Kriteria Hasil :
- Hamil anak ke 2
- TBJ 3100 gr

Intervensi :
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R : Dengan informasi yg jelas keluarga tidak merasa kuatir
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
R : Keluarga mengerti ,ibu dapat melakukan persalina di Rumah Sakit
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
R : tidak membuat ibu kelelahan
4. KIE ibu dan keluarga untuk kontra sepsi Implant yang 3 kapsul
R : Resiko bagi ibu untuk hamil dengan jarak yang sangat dekat

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 22 – 12 – 2020 Jam : 10.30 wit
Dx : NY. Y .R G2 P1 A0 Usia 23 tahun hamil 37 mgg
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
4. KIE ibu dan keluarga untuk kontra sepsi Implan yang 3 kapsul
Mx : Gangguan pola tidur
1.Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tanda – tanda bahaya saat persalinan
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan tidaak melakukan pekerjaan berat
4. KIE ibu dan keluarga untuk kontra sepsi Implant yang 3 kapsul
VII. EVALUASI
Tanggal 22 – 12 – 2021 Jam 11.00 wit
Dx : NY.Y . R G2 P1 A0,Usia 23 tahun hamil 37 minggu
S : Ibu mengatakan hamil anak ke 2
Sering buang air kecil pada malam hari
O : KU baik , Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 100/70 mmHG
Nadi : 76x/menit
RR : 20x / menit
Suhu : 36,60C
Tinggi Badan : 155 cm
BB Tgl 18 – 08 - 2021 : 50 kg
BB sekarang Tgl 22 – 12 – 2021 : 53 kg
Lila : 23,5 c
Leopold I : TFU 3 jari bawah PX
Leopold II : Pu – Ki
Leopold III : Let - kep
Leopold IV : Kepala sudah masuk masih melayang
Variasi :
Mc. Donnald : TFU 31 cm
TBJ : 3100 gr
HB : 8,0 gr/dl
Reduksi : 950
Albumin : 28 mg/dl
A : G2 P1 A0 usia 23 tahun , hamil 37 minggu
P:
1. Menganjurkan ibu untuk Makan makanan yang bergizi
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan pekerjaan yang
melelahkan
3. KIE ibu dan keluarga untuk mengikuti kontrasepsi Implant yang 3 kapsul
Hasil : Ibu dan keluarga ( suami ) bersedia
4. Menganjurkan ibu dan kelurga untuk melakukan persalinan du Rumah Sakit
Hasil : Ibu dan keluarga bersedia
5. Menganjurkan ibu untuk balik tanggal 29 – 12 – 2021 kontrol di pustu kalau belum
merasa sakit

2.Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan Dan Bayi Baru Lahir

2.1 Persalinan

Tempat : RSUD Serui

FASE Laten

Hari / Tanggal : Selasa,29 – 12 – 2021 Jam : 01.00 Wit

S : Ibu mengatakan merasa Kencang – Kencang sejak pukul 01.00 wit, perut terasa
mules semakin

Sering, setiap 5 menit,keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

O:

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis
Nadi : 82x/menit

RR : 24x/menit

Suhu : 36,90C

Mata : Conjungtiva Pucat

Muka : Tidak ada cloasma gravidarum

Leher : Tidak ada pembesaran Kelenjar tiroid dan Vena jugularis

Payudara : Simetris kiri dan kanan, putting menonjol,ASI ( + )

Abdomen : Tidak ada bekas Operasi Caesarea,Strie albican,

TFU 31 cm , teraba bokong ,punggung kiri, Letak kepala

Punctum maksimum : kiri bawah pusat DJJ : 144x/ menit

Regular , His 2x ’10 “ < 20 ”

Genetalia : Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah

Anus : Bersih tidak ada haemoroid

Pemeriksaan Dalam

Oleh : Frice F. Rawar Jam : 01.40 wit

V/V : Bloedslym (+)

Ф : 3 cm, Portio tipis lunak

Effacement : 25 %

Ketuban : (+)

Presentasi : Let . Kep

Hodge : II+

Denominator :-

Bagian Kecil janin tidak teraba ( - )


Pada sarung tangan tampak lendir bercampur darah

A : G2 P1 A0 Hamil 39 minggu Persalinan Kala I Fase Laten

Janin Tunggal hidup intrauterin

P:

1. Menjalin Komunikasi baik dengan ibu dan keluarga,Ibu Kooperatif

2. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan,bahwa keadaan ibu


dan bayi baik

Ibu mengerti dan merasa senang

3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri sesuai punggung bayi,dan mencari
posisi

Senyaman mungkin,ibu mau melakukan

4. Melakukan Obsevasi Kala I fase laten dan aktif pada lembar observasi

5. Menganjurkan ibu untuk menarik napas dalam dari hidung dan dikeluarkan
lewat mulut

Untuk membantuk mengurangi rasa sakit

6. Menganjurkan keluarga / suami untuk tetap mendampingi ,memberi


dukungan,makan

Minuma pada ibu tidak merasa sakit lagi,ibu bisa makan dan minum saat rasa
sakit hilang

7. Menyiapkan alat partus, obat – obat,pakian ibu dan bayi

FASE AKTIF

Tanggal 209 – 02 – 2021 Jam 10.00 Wit

S : Ibu mengatakan sakit semakin sering , membuat ibu semakin tidak tahan sakit

O : KU : Baik
TD : 100/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

RR : 24x/menit

Suhu : 36,90C

VT :

V/V : Bloed slym ( + )

Ф : 8 cm portio tipis lunak

Effacement : 75%

Ketuban : ( + ) menonjol

Presentasi : Letak Kepala

Hodge : III

Denominator : UUK

Bagian kecil janin tidak teraba

Pada sarung tangan tampak lendir bercampur darah

Lama kala I fase aktif 6 jam

A : G2 P1 A0 Hamil 39 minggu ,persalinan Kala II

P:

1. Menjalin komunikasi baik denga ibu dan keluarga ,ibu kooperatif

2.Memberi tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan,bahwa keadaan ibu dan bayi
baik

Dan Ф hampir lengkap

Hasil : ibu dan keluarga / suami tampak senang

3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri sesuai punggung bayi,dan mencari
posisi
Senyaman mungkin,ibu mau melakukan

4. Melakukan Obsevasi Kala I fase laten dan aktif pada lembar observasi

5. Menganjurkan ibu untuk menarik napas dalam dari hidung dan dikeluarkan
lewat mulut

Untuk membantuk mengurangi rasa sakit

6. Menganjurkan keluarga / suami untuk tetap mendampingi ,memberi


dukungan,makan

Minuma pada ibu tidak merasa sakit lagi,ibu bisa makan dan minum saat rasa
sakit hilang

7. Menyiapkan alat partus, obat – obat,pakian ibu dan bayi

KALA II

Catatan Perkembangan Jam : 12.30 Wit

S : Ibu mengatakan salik semakin kencang membuat semakit tidak tahan sakit,rasa
ingin BAB

Ada dorongan untuk meneran,yang sudah tidak bisa di tahan

O : Perinium menonjol,Vulva membuka, Terlihat tekanan pada anus

Pemeriksaan Dalam

DJJ : 145x/menit

His : 5x10’50”

V/V : Bloedslym

Ф : 10 cm Presentasi : Let – Kep

Effacement : 100% Hodge : III

Ketuban : ( + ) Warna jernih Denominator : UUK, jam 12

Bagian kecil janin : tidak teraba


Lama Kala II : 30 menit

A : G2 P1 A0,Hamil 39 minggu,Persalinan Kala II

Janin tunggal hidup intra uterin

P : Melakukan pertolongan persalinan dengan 60 langkah APN menurut MU’

29 – 02 – 2021 jam 13.00 wit bayi lahir spontan, segera menangis,gerak


aktif,warna kulit

Kemerahan,JK ♂,A/S 7/8,BB 3640 gr,PB 42 cm ,kontraksi baik.

KALA III

Catatan Perkembangan Jam : 13.10 wit

S : Ibu mengatakan senang bayinya telah lahir dengan baik,ibu menayakan apakah
ari – arinya

Sudah lahir

O : Terlihat tali pusat bertambah Panjang ,adanya semburan darah secara tiba – tiba
dari jalan lahir

Perut teraba bulat globuler,TFU setinggi pusat,Kontraksi Uterus baik,kandung


kemih kosong

A : P2002 Persalinan Kala III

P:

1. Melakukan Palpasi untuk memastikan ada bayi ke 2 atau tidak

2. Menyuntik Oksitosin 10 IU secara IM pada1/3 anterolateral pada paha kanan


ibu

3. Memindahkan klem pada tali pusat ,klem berjaral 5 -m 10 cm dari Vulva

4. Melakukan PTT ,Tali pusat bertambah Panjang ,Perdarahan mengalir


,Melahirkan placenta
Placenta lahir secara spontan,cek kontraksi ,UC baik ,Cek kelengkapan
placenta ;Selaput

Dan kotiledon,membrane lahir lengkap

5. Mememeriksa Ruptur perinium dan melakukan penjahitan

KALA IV

Catatan Perkembangan Jam 14.00 wit

S; Placenta sudah lahir,perut ibu terasa mules

O : Plecenta lahir spontan ,diameter ± 15 cm,Panjang tali pusat ± 47 cm, tebal ± 2


cm,

Perdarahan ± 150 cc,Kontraksi Uterus Baik,TFU 2 jari bawah pusat ,kandung


kemih

Kosong ,ada luka Laserasi pada perinium

A : P2002 Kala IV

P:

1. Memberi tahu ibu bahwa Luka hecting pada perinium harus dirawat dengan
baik agar

Luka sembuh denganbaik.

2. Menilai ulang kontraksi uerus dan memastikan uterurs berkontraksi dengan


baik

3. Memastikan Perdarahan ,hasil perdarah ± 150 cc

4. Membersihkan ibu dengan air DTT, dan Mendekontaminasi tempat persalinan


dengan

Larutan klorin,peralatan terendam klorin 0,5% selama 10 menit

5. Menganjurkan Suami/keluarga untuk membantu memberikan ibu makan dan


minum serta
Tanpa ada pantangan agar ibu cepat pulih ,ibu bisa mengerti

6. Membersihkan alat – alat yang digunakan

7. Melakukan Pemeriksaan TTV pada 1 jam pertama setiap 15 menit,dan 1 jam


kedua

Setiap 30 menit

8. Melakukan pendokumentasian pada partograph dan status pasien

2 Jam PP

Catatan Perkembanga Jam 14.15 wit

S : Ibu mengatakan perut masih terasa mules

O : TFU 2 jari bawah pusat , Kontraksi Uterus baik, Perdarahan ± 10 cc,Lochea


Rubra

TTV

TD : 100/70 mmHg Suhu : 36,50C

Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit

A : P2002 2 jam post partum

P:

1.Membantu ibu untuk mobilisasi dini ibu bisa dududk ,berdiri tidak mrasa
pusing,dan ibu

Bisa ke kmr mandi

2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum

3. Mengobservasi TTV,TFU,Kontraksi,kandung kemih dan perdarahan setiap 15


menit pada

1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.


Hasil : TTV,Kontraksi dan perdarahan dalam batas normal,kandung kemih
kosong

4. Mencatat hasil observaasi ke dlm partograph ( hasil telah di catat )

5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapy pada ibu.

Therapy : Amixilin 3x500mg/hari

Asam mefenamat 3x500 mg/hari,di minum sesudah makan

3. Bayi Baru Lahir

Tanggal 29 – 02 – 2022 Jam : 13. 01 wit

S:-

O : Keadaan umum : Baik

Bayi lahir spontan,jenis kelamin laki – laki ( ♂ ) ,Menangis kuat, warna kulit
kemerahan,

Refleks rooting ,sucking dan swallowing baik,turgor kulit baik

A : NCB SMK 1 menit

1. Memotong tali pusat dan mengikat tali pusat ,tali pusat terikat kuat dan
tidak ada

perdarahan

2. Mengeringkan tubuh bayi ,serta menggosok dengan minyak telon agar bayi

Hangat dan tenang

3. Merawat tali pusat dengan kasa steril . Tali pusat terbungkus dengan kasa
steril

4. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.

Catatan Perkembangan BBL ke 1

S:-

O:
KU : Baik

Bayi tertidur lelap

Antopometri

BB : 3640 gr

PB : 46 cm

LK : 33 cm

LD : 33 cm

Pemeriksaan Refleks

Refleks Rooting : baik

Refleks suckling : baik

Refleks swallowing : baik

Refleks morro : baik

Refleks grasping : baik

Refleks Babinski : baik

Eliminasi : Mekonium sudah keluar ( sudah BAB )

A : NCB SMK 1 Jam

P:

1. Merawat tali pusat dengan kasa steril

2. Melakukan penimbangan dan pengukuran, berat badan 3640 gram,

panjang 46 cm

3. Memberikan salep mata antibiotik tetrasiklin 1 % pada kedua mata

kanan dan kiri

dari arah dalam mata ke arah luar.


4. Memberikan suntikan Vitamin K 1 mg secara intramuskular di paha kiri

dengan dosis 0,1 cc, obat masuk semua tanpa penyulit dan tidak ada perdarahan

pasca penyuntikan.

Catatan Perkembangan BBL hari ke 2 Jam

17.00 wit

S:-

O : Ku : baik

TTV :HR : 140 kali/menit

RR : 45 kali/menit

Suhu : 36’5 ○C

BB : 3640 gram

PB :46 cm

Kepala : rambut hitam tipis, tidak ada caput succedenum, cepal hematom

Muka : simetris, tidak ada down syndrome

Mata : Tidak ada kelainan, tidak ada tanda infeksi, sclera tidak ikhterus

Hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada labio palatoskisis

Mulut : tidak ada labioskisis

Telinga: tidaak ada kelaianan, tidak ada serumen

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

Dada : tidak ada tarikan dinding dada

Perut : tidak ada omfalokel,hisprung, talipusat segar tidak ada perdarahan

Punggung: tidak ada spina bifida, meningokel, ensefalokel

Genetalia: tidak ada kelaianan, sekrotum turun


Anus : berlubang

Antropometri

Lingkar Kepala : MO : 33 cm

FO : 33 cm

SOB : 32 cm

Lingkar Lengan Atas : 10 cm

Lingkar Dada : 33 cm

Bayi tertidur lelap

Eliminasi : BAB 1 kali, BAK 1 kali

Nutrisi : Sudah minum ASI 1 kali

A : NCB SMK 5 JAM

P:

1. Menyuntikan imunisasi HB0 dengan dosis 0,5 ml di paha kanan, bayi

menangis dan HB0 masuk seluruhnya tanpa penyulit.

2. Melakukan pemeriksaan fisik, bayi sehat tidak ada kelainan

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membedong bayi

4. Melanjutkan inisiasi menyusui dini, bayi menghisap dengan baik.

Catatan Perkembangan ke 3

Tanggal 30 – 12 – 2021 Jam 08.30 wit

S:-

O :Keadaan Umum : baik.

TTV :HR : 130 kali/menit

RR : 46 kali/menit

Suhu : 36’5 ○C

Eliminasi :BAB : 1 kali, BAK : 3 kali.


Nutrisi : Sudah minum ASI 3 kali.

A : NCB SMK 1 Hari

P:

1. Memandikan bayi setelah 6 jam setelah bayi lahir, bayi tlah

dimandikan

( jam 07.00 wit )

2. Merawat tali pusat dengan kasa seteril kering, tali pusat tampak layu

dan bersih kasa telah di ganti

3. Menjangan agar bayi tetap hangat , bayi hangat dan tampak tenang.

4. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ,Neonatus dan Keluarga Berencana (

KB )

1.a Nifas

HARI KE 1

Hari / Tanggal : Kamis,30 – 12 – 2021 Jam 10.00 wit

Tempat : RSUD Serui

S : Ibu mengatakan perut masih terasa mules

Riwayat Obstetri

2 thn, 5 bln 3200 gr,49 cm,lahir di RSUD serui

O : KU : baik

TTV : Tekanan darah :110/70 mmHg

Suhu :36,5°c

Nadi :80 kali/menit

Pernapasan : 20 kali/ menit.


Mata : konjungtiva merah muda

Payudara : bersih, putting menonjol, ASI sudah keluar sedikit.

Abdomen : stri albica, kontraksi uterus ; baik, TFU : 3 jari di bawah

pusat, kandung kemih : kosong,

Genetalia : bersih, Lochea rubra

A : P2002 Post Partum Hari Ke 1

P:

1. Menjalin hubungan baik dengan ibu dan keluarga, ibu kooperatif

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu sehat tidak

ada tanda-tanda infeksi, ibu merasa senang dan lega.

3. Mengajarkan ibu cara menjaga kebersihan diri , ibu bersedia dan mau

melakukan

4. Mengajarkan ibu cara membuat menu gizi seimbang, ibu bersedia dan

mau melakukan

5. Menganjarkan ibu posisi menyusui bayi yang benar dan memberikan ASI

minimal 2 jam sekali, ibu mengerti dan bersedia melakukan.

6. Memberitau ibu untuk memberikan ASI Exlusif selama 6 bulan, ibu

memahami dan mau melaksanakan.

7. Mengajarkan ibu cara merawat bayi dan perwatan tali pusat, ibu bisa

melakukannya

8. Memberikan terapi, ibu mendapatkan fe 1x1, asam mefenamat 3x1,

amoxsilin 3x1, vit A 1x1


9. Memberikan konseling kepada ibu dan suami macam-macam alat-alat

kontrasepsi pascasalin,ibu mengerti dan masih ingin mendiskusikan lagi

dengan suami.

10. Menjelaskan kepada ibu bahwa akan melakukan kunjungan nifas

sebanyak 2 kali lagi,

Dan memeritahukan pada ibu akan mela kukan kunjungan ke 2 pada

tanggal

03 – 01 0 2022, ibu mengerti dan bersedia untuk dikunjungi

HARI KE 5

Hari / Tanggal : Selasa , 03 – 01 – 2022 Jam

15.30 wit

Tempat : Rumah klien

S : Ibu kadang – kadang masih merasakan perut mules

O : KU :baik

TTV :TD :110/70 mmHg

S :36, 5°c

N 72 kali/menit.

RR :16 kali/menit.

Mata : konjungtiva merah muda

Payudara : bersih, putting menonjol, ASI sudah keluar lancar.

Abdomen : stri albica, kontraksi uterus ; baik, TFU : 1/2 symfisis pusat,

kandung kemih : kosong,


Genetalia : bersih, Lochea Sanguinolenta

A : P2002 Post Partum Hari Ke 5

P:

1. Menjalin komunikasi baik dengan ibu dan keluarga. Ibu kooperatif

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan

ibu sehat tidak terdapat tanda – tanda bahaya. Ibu dan keluarga senang

3. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga personal hygiene. Ibu

memahami dan bersedia melakukan

4. Menganjurkan ibu untuk tetap mempertahankan pola makan gizi

seimbang, ibu bersedia.

5. Memuji ibu karena telah memberikan ASI saja, ibu senang

6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, ibu

bersedia.

7. Memberikan konseling kepada ibu dan suami macam-macam alat-alat

kontrasepsi pascasalin, ibu dan suami sudah setuju menggunakan KB

suntik 3 bulan.

8. Memberitahukan kepada ibu bahwa akan melakukan kunjungan nifas

ke 3 pada tanggal 27 – 01 - 2022, ibu mengerti dan bersedia.

HARI KE 29

Hari/ tanggal : 27 – 01 - 2022 Jam : 16.00 wit

Tempat : Rumah Klien


S : Ibu tidak ada keluhan apa-apa, ASI lancar, merasa nyaman, dan sudah

melakukan aktivitas seperti biasa,

O : Kedaan Umum : baik

TTV : TD :110/70 mmhg

S :36,7°c

N :75 kali/menit

RR :20 kali/menit

Kontraksiuterus : baik, TFU tidak teraba,

Kandung kemih kosong, tidak ada tanda-tanda infeksi, lochea alba

A : P Post Partum Hari Ke 29

P :

1. Menjalin komunikasi baik dengan ibu dan keluarga, ibu koopratif

2. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan sehat, ibu memahami.

3. Menganjurkan ibu tetap makan makanan bergizi untuk , ibu mengerti

4. Menekankan kembali pada ibu untuk memberikan ASI yang cukup

sampai 6 bulan. Ibu bersedia

5. Memberitahu ibu bahwa masa nifas sampai 42 hari pasca melahirkan dan

uterus sudah kembali seperti sebelum hamil, ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.


6. Memberikan konseling kepada ibu dan suami macam-macam alat-alat

kontrasepsi pascasalin, ibu sadah memutuskan untuk memilih suntik KB

3 bulan di Pustu Mariadei

7. Mendiskusikan kembali dengan ibu dan suami kapan ibu bisa di berikan

suntik KB 3 bulan yaitu segera setelah 42 hari pasca melahirkan atau

segera setelah mendapatkan menstruasi walaupun belum 42 hari pasca

melahirkan, ibu memahami dan bersedia melakukan suntik.

2.b.Neonatus

HARI KE 1

Hari/Tanggal : 30 – 12 - 2021 Jam : 09.30 wit

Tempat : rumah ibu

S :-

O : Bayi lahir tanggal 30 – 12 - 2021,cukup bulan, spontan,di tolong bidan,

dikutip dari buku KIA Denyut Jantung : 120

x/menit
Berat Badan : 3640 gram

Pernafasan : 40 x/menit
Panjang Badan : 46 cm

Suhu : 36,8○C
Lingkar Kepala : 33 cm

Reflek menghisap : baik


Lingkar Dada : 33 cm

Lingkar Lengan : 10 cm

Ku : Baik
Bayi tampak sehat, warna kulit kemerahan

Abdomen : Tali pusat tampak masih agak basah dan tidak ada tanda-tanda

infeksi

Nutrisi : Minum ASI saja, setiap bayi mengiginkan, dan menghisap

dengan baik (anamnesa pada ibu)

Eliminasi : BAB 1-2x sehari warna kuning pucat, lembek, BAK 7-9x

sehari (anamnesa pada ibu)

A : NCB SMK 1 hari

P :

1. Memandikan bayi dan Melakuakan perawatan tali, bayi bersih dan

talipusat terbungkus kasa kering

2. Menjaga suhu hangat bayi dengan cara mengedong bayi, bayi

tergedong rapi

HARI KE 3

Hari/Tanggal : 01 – 01 - 2022 Jam : 16.00 wit

S :-

O : KU : baik

Berat Badan : 3640 gram

Denyut Jantung : 110 x/menit

Pernafasan : 40 x/menit

Suhu : 36,7○C
dikutip dari buku KIA

Panjang Badan : 46 cm

Lingkar Kepala : 33 cm

Lingkar Dada : 33 cm

Lingkar Lengan : 10 cm

Ku : Baik

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil belum menutup

Muka : tidak kuning

Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : tidak ada retraksi dinding dada, ronchi, wheezing

Abdomen : tali pusat bersih, mulai mengering, terbungkus kasa

Ekstremitas : gerak aktif

Nutrisi : Minum ASI saja, setiap 2 jam sekali, dan menghisap dengan baik

(anamnesa pada ibu)

Eliminasi : BAB 1-2x sehari, BAK 7-9x sehari (anamnesa pada ibu)

A : NCB SMK 3 hari

P :
1. Memandikan bayi dan Melakukan perawatan tali pusat, bayi bersih dan talipusat

terbungkus kasa kering

2. Menjaga suhu hangat bayi dengan cara mengedong bayi, bayi tergedong rapi

Hari Ke 8

Hari/Tanggal : 06 – 01 - 2022 Jam : 15.30 wit

S :-

O :

Ku : Baik

Berat Badan : 3600 gram

Denyut Jantung : 120 x/menit

Pernafasan : 40 x/menit

Suhu : 36,7○C

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil belum menutup

Muka : tidak kuning

Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : tidak ada retraksi dinding dada, ronchi, wheezing

Abdomen : tali pusat bersih, mulai mengering, terbungkus kasa

Ekstremitas : gerak aktif


A : NCB SMK 8 hari

P :

1. Memandikan bayi dan Melakuakan perawatan tali, bayi bersih dan talipusat

terbungkus kasa kering

2. Menjaga suhu hangat bayi dengan cara mengedong bayi, bayi tergedong rapi
DAFTAR PUSTAKA

1. ASUHAN KEBIDANAN MASA PERSALINAN

Penerbit : Medika Salemba

2. ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL,INTRANATAL,DAN BAYI BARU

LAHIR,” FISIOLOGIS DAN PATHOLOGIS

Penerbit ANDI

Anda mungkin juga menyukai