Persalinan Normal
Stase Maternitas
4. FISIOLOGI PERSALINAN
Fisiologi persalinan berdasarkan (Winkjosastro, 2005) yang
menyatakan bahwa sebab-sebab terjadinya persalinan masih
merupakan teori yang komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia
dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya
partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya
kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar
prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium.
Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi
otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi.
6. PROSES PERSALINAN
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), bahwa
proses persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu:
a Kala I : Pembukaan serviks.
b Kala II : Kala pengeluaran janin.
c Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
d Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta
lahir. Tanda-tanda dan gejala inpartu :
a Penipisan dan pembukaan serviks.
b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit ).
c Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina.
d Adanya HIS.
e His
- Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3 kali/10 menit
pada akhir kala I.
- Lamanya : kurang lebih satu menit.
- Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka.
- Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
- Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan.
- Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan
uterus.
- Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran
darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan
menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat,
terlampau lama, atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin.
f Darah lendir
- Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran
selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan seviks.
ii. Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan
menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap,
pembukaan 10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his yang sangat
hebat, pasien merasa “ingin mengejan”; “darah-lendir” bertambah banyak;
selaput ketuban pecah; perasaan seperti “mau buang air besar”; hemoroid
fisiologik mulai tapak.
b Berakhir dengan lahirnya janin.
c Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara ½ jam.
d Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat
meningkatnya tekanan intraabdominal yang memperkuat kontraksi uterus.
Jangan dibiarkan kalau serviks belum membuka lengkap atau dilakukan di
luar his, karena regangan yang berlebihan pada ligamentum serviks
lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di
kemudian hari.
e Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin mencapai
introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang
dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali kalau dilakukan
episotomi.
f Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).
g Mekanisme persalinan.
iii. Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan berakhir
dengan lahirnya plasenta.
b Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit.
c Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah
lahirnya janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh darah ibu.
Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang lagi ototnya).
d Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar, atau
kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari vagina
iv. Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Petugas/bidan
harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam
kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan
stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan dalam
menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut:
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit
selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan
darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
- Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
- Anjurkan ibu untuk istirahat.
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
- Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk kedekatan
bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan karena uterus berkontraksi.
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan
ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.
b Kala II
Kala II asuhan yang dapat diberikan sebagai berikut:
1) Menjaga kebersihan ibu
2) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
3) Mengatur posisi ibu
4) Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih
5) Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
6) Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk mengambil
nafas diantara kontraksi
7) Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
8) Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak divulva
9) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
10) Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
11) Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah
12) Periksa adanya lilitan tali pusat
13) Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
14) Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
15) Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu
anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
16) Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian dengan tangan
yang lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir. Lakakukan
penilaian selintas meliputi: apakah bayi menangis/ bernafas tanpa
kesulitan, warna kulit dan bergerak aktif atau tidak.
17) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya
APGAR) dalam menit pertama
18) Lakukan jepit, potong, ikat tali pusat
19) Pastikan bayi tetap hangat
c Kala III
Asuhan yang dapat diberikan pada kala III adalah:
1) Pastikan tidak ada bayi yang kedua
2) Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah bayi lahir.
3) Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan tali
pusat sementara tangan kiri dengan arah dorsokranial mencengkram uterus.
4) Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat
kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta nampak
divulva lalu tangan kanan menerima plasenta kemudian memutar kesatu
arah dengan hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal
dalam jalan lahir
5) Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus uteri
untuk menimbulkan kontraksi
6) Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
7) Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga
perineum.
8) Lakukan penjahitan jika diperlukan
d Kala IV
Asuhan yang dapat diberikan pada kala IV sebagai berikut:
1) Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
2) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
3) Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
4) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
a) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
b) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
c) Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama
10. KOMPLIKASI
Berdasarkan (Hachermoore, 2001) bahwa komplikasi dari
persalinan sebagai berikut:
a. Infeksi.
b. Retensi plasenta.
c. Hematom pada vulva.
d. Ruptur uteri.
e. Emboli air ketuban.
f. Ruptur perineum .
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam
proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai, meliputi :
1) Nama, umur, dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir
4) Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5) Riwayat alergi obat-obat tertentu
6) Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan
jantung, berkemih, dan lain-lain)
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing
atau nyeri epigastrum bagian atas)
C. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3) Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
A. Intervensi
Dx. PERECANAAN
NO
Kep. TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri:
agen pencedera keperawatan selama 1x24 jam. - monitor lokasi nyeri dan
fisik Diharapkan klien dapat memenuhi intensitas nyeri.
kriteria hasil : - monitor TTV klien.
- Nyeri berkurang - berikan posisi yang nyaman
- Skala nyeri 1 untuk klien.
- tidak tampak meringis - berikan teknik nonfarmakologis
- Klien tampak rileks dan untuk mengurangi rasa nyeri
beraktivitas sesuai kemampuan (RND)
- anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
- anjurkan menggunakan obat
analgetik secara tepat
- kolaborasi pemberian obat analgetic
2 Deficit Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan diri:
perawatan diri keperawatan selama 1x24 jam. - Monitor tingkat kemandirian
b.d kelemahan Diharapkan klien dapat memenuhi - Identifikasi kebutuhan alat bantu
kriteria hasil : kebersihan diri, berpakaian,
- Klien mampu melakukan berhias, dan makan
personal higene secara mandiri. - Siapkan keperluan pribadi
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian, jika perlu
bantu melakukan perawatan diri.
- Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
- Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi:
d.d efek keperawatan selama 1x24 jam. - monitor tanda dan gejala infeksi
prosedur Diharapkan klien dapat memenuhi lokal
invasif kriteria hasil : - berikan perawatan kulit pada area
- Tidak terjadi tanda – tanda edema
infeksi (kalor, rubor, dolor, - jelaskan tanda dan gejala infeksi
tumor). - ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
- kolaborasi pemberian obat
antibiotik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.