Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

TUTI AYUNI
433131420120151
S1 KEPERAWATAN
2A

STIKES HORIZON EDUCATION


Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass),
Tanjungpura, Kec. Karawang Barat Kabupaten
Karawang, Jawa Barat 41316
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. DEFINISI
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisitubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalahsalah
satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolitmelibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia
yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalamtubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan
intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang berada diluar sel dan terdiri dari tiga kelompok
yaitu: cairan intravaskuler (plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).
Komposisi cairan utama
1. Cairan intraseluer
CIS yaitu cairan yang berada di dalam sel diseluruh tubuh. Cairan ini menyusun
sekitar 70% dari total cairan tubuh
2. Cairan Ekstraseluler
CES yaitu cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total
cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20%. CES terdiri dari 3
kelompok yaitu:
a. Cairan Intravaskular (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskular
b. Cairan Intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel
c. Cairan Transeluler yaitu cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intravasular, dan sekresi saluran cerna.
Fisiologi Pengaturan Cairan, Elektrolit dan Asam-Basa
a. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh membrane
semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah intraseluler dan
ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel, atau intraseluler.Sisanya
35% cairan tubuh berada diluar sel, atau ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler
selanjutnya dibagi menjadi tiga subdivisi:
1. Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
2. Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma darah (8%).
3. Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal, pericardial,dan
pleural (25%).
b. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan diluar sel
tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan dikeluarkan
utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati, kulit, dan paru-paru
dalam jumlah lebih sedikit.
c. Keseimbangan asam basa
Penyangga kimia, system pernapasan, dan system renal merupakan mekanisme kunci
untuk mengatur keseimbanagan asam basa dalam tubuh manusia. Penyangga adalah
senyawa yang mengatur pH tubuh dengan menerima atau melepaskan ion H+.Salah
satu penyangga terpenting dalam tubuh manusia adalah bikarbonat.
1) Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan tubuh dan diterima oleh sel darah
merah (SDM).
2) CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan dengan air dan dibawah pengaruh
karbon anhidrasi (suatu enzim) dengan segera dikonversi menjadi asam karbon
3) Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi bikarbonat (HCO3-) dan H+.
4) Bikarbonat meninggalkan sel darah merah dan beredar dalamplasma menuju paru-
paru.
5) Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah merah dengan cepat berinteraksi
dengan oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan pelepasan oksigen (O2) dari sel
darah merah kedalam jaringan untuk respirasi sel (Bennita, 2013).
Hal sebaliknya terjadi di paru-paru:
1) O2 berdifusi dari paru-paru kedalam sel darah merah, dimana selanjutnya
dikonversi menjadi oksihemoglobin.
2) Hal ini memicu pergantian bikarbonat kembali ke sel darah merah.
3) Setelah berada dalam sel darah merah, bikarbonat bergabung dengan H+ bebas
(dari hasil formasi oksihemoglobin) untuk membentuk asam karbon.
4) Dibawah pengaruh karbon anhidrasi, asam karbon memisah menjadi air dan CO2.
5) CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah kedalam paru-paru, dimana ia akan
dikeluarkan dari tubuh selama ekshalasi (Bennita, 2013).

B. PATOFISIOLOGI
 ETIOLOGI
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth,2002) :
(a) Ketidakseimbangan Volume Cairan
1.Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
 Kehilangan cairan dari system gastrointestinal sepertidiare, muntah.
 Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan peroral,
penggunaan obat-obatan diuretic.
2.Kelebihan volume cairan (Hipervolemik) Gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
sirosis, asupan natriumberlebih.
(b) Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilanga melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
2.Hipernatremia Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3.Hipokalemia gastrointestinal Penggunaan diuretic yang dapat membuang
kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
4.Hiperkalemia Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang
parah seperti akibat luka bakar dan trauma.
5.Hipokalsemia Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoal buminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-
penyakit neoplastik, pancreatitis.
6.Hiperkalsemia Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

C. TANDA DAN GEJALA


 Kelelahan
 Kram otot dan kejang
 Mual
 Pusing
 Pingsan
 Lekas marah
 Muntah
 Mulut kering
 Suhu naik
 Denyut jantung
 Palpitasi
 Tekanan darah naik turun
 Kurangnya koordinasi
 Sembelit
 Kekakuan sendi
 Rasa haus
 Anoreksia.

D. FAKTOR FAKTOR KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa mempengaruh proses metabolism
dalam tubuh. Ketidakseimbangan akan mempercepat proses, memperlambat, menghambat
penggunaan sari-sari makanan dengan benar, mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau
menyebabkan tubuh kita menyimpan limbah beracun (Bennita, 2013).
1) Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ (missal jantung, ginjal, paru-
paru) untuk mengelola keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa secara efisien juga
terpengaruh. Dikarenakan usia merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga
menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor terkontrol yang telah disebutkan
sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan sangat tua.
2) Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
3) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke intraseluler.
4) Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat menimbulkan
retensi sodium dan air.
5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung, gangguan hormone akan
mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan Wartonah, 2011).

Pengaturan Keseimbangan Cairan


a. Rasa Dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada akhirnya meimbulkan
produksi angiostensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat
neural yang bertanggung jawab terhadap sensai haus.
2. Osmoreseptor dihipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi
jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b. Antidiuretik hormone (ADH)
ADH dibentuk dihipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior.Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan
cairan ekstrasel.Hormone ini meningkatkan reabsorbsi air pada duktus kolingentes sehingga
dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjr adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorbs natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi
kalium, natrium serium dan system rennin-angiostensin serta sangat efektif dalam
mengendalikan hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfunsi
dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, konstraksi uterus, dan mobilitas
gastrointestinal.Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons
natrium, dan efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortiroid
Meningkatkan respon natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi
natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan
volume darah (Tarwoto dan Wartonah,2011)
Gangguan Dalam Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa
1) Ketidakseimbangan cairan
a. Hipovolemia
Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit diruang ekstraseluler, tetapi proporsi antara keduanya (cairandan elektrolit)
mendekati normal. Hipovolume dikenal juga dengan sebutan dehidrasi atau deficit volume
cairan (fluid volume deficit atau FVD). Pada saat tubuh kekurangan cairan dan elektrolit,
tekanan osmotic mengalami perubahan sehingga cairan interstisial dapat masuk ke ruang
intravaskuler.Hal ini menyebabka ruang interstisial kosong dan cairan intrasel masuk
kedalamnya.
Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kekurangan asupan cairan dan
kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium).kelebihan asupan
zat terlarut dapat menyebabkan eksresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta
pengeluaran keringat yang banyak dalam waktu yang lama. Dehidrasi dapat terjadi pada
pasien yang mengalami gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok, dan ginjal.Selain itu
dehidrasi juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami diare dan muntah secara terus
menerus. Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah isotonic
yang hilang.
2) Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar daripada jumlah
elektrolit yang hilang
3) Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah
elektrolit yang hilang. Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan
penurunan volume ekstrasel (hipovolume) dan perubahan hematokrit.
Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi menjadi:
1) Dehidrasi ringan Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari berat
badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat berlangsung melalui kulit,
saluran pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2) Dehidrasi sedang Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10% dari berat
badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L. salah satu
cirri fisik dari penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3) Dehidrasi berat Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6 liter atau lebih
dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai 159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi
berat dapat mengalami hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan. (Lyndon Saputra, 2013).
b. Hipervolemia
Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi)
cairan dan natrium diruang ekstraseluler.Hipervolume dikenal juga dengan sebutan
overhidrasi atau deficit volume cairan (fluid volume acces atau FVE).Kelebihan cairan
didalam tubuh dapat menimbulkan dua manifestasi, yaitu peningkatan volume darah dan
edema.

DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa
Aksara
Saryono. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Yogya : Mitra Cendikia
Smeltzer, Suzanne C & Brenda, G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah: Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Surhayono, Toto & Madjid Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan
Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai