Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Target Millenium Development Goals (MDGs) 5 yaitu menurunkan AKI
menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih memerlukan upaya khusus dan
kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta maupun
masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan rawannya
derajat kesehatan ibu. AKI menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah
wanita yang meninggal dari suatu penyabab kematian terkait dengan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau
kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas tanpa
memperhitungkan lama kehamilam per 100.000 kelahiran hidup
(Riskesdas,2013).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012-2013, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung pada tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu ini dibagi menjadi
kematian langsung dan kematian tidak langsung. Kematian ibu langsung
adalah ini sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, dan segala
intervensi atau penangannya tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian
ibu tidak langsung sebagai akibat penyakit yang sudah ada atau penyakit yang
timbul sewaktu kehamilan. Di negara-negara sedang berkembang sebagian
besar penyebab ini adalah perdarahan, infeksi dan abortus atau penyebab
lainnya seperti di sebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada
sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, anemia, malaria dan termasuk hiperemesis gravidarum yang

1
memperberat kehamilan sehingga kehamilan dapat mengalami komplikasi
(Wiknjosastro,2010)
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita yang
mempunyai kemampuan untuk hamil. Dalam melewati proses kehamilan
seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal ini
sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu (Depkes RI, 2009)
Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum
dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis,pielititis,dan sebagainya
(Nugroho,2012)
Hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone
Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu
hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi (Winkjosastro,
2010).
Menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang menimbulkan
Hiperemesis Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus, faktor
Alergi, faktor Psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan
masalah keluarga.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi bahkan
kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Pada janin
dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum yang berkepanjangan
dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian
(Wiknjosastro,2010).

2
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny. H
G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu dengan hiperemesis gravidarum di PMB
Harapan Mulya Ponorogo tanggal 7-5-2018.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan dan
mendapatkan pengalaman nyata selama di lapangan dalam membrikan
asuhan kebidanan dengan menerapkan Managemen Kebidanan dengan
Hiperemisis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan :
1) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secara komprehensif
pada pasien.
2) Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah dan diagnosa pada ibu
hamil.
3) Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin
terjadi.
4) Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera untuk mencegah
hal-hal yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan janin.
5) Mahasiswa dapat menentukan rencana tindakan yang akan
diberikan dan melaksanakan tindakan yang direncanakan.
6) Mahasiswa dapat menilai kembali atau mengevaluasi dari tindakan
yang telah diberikan.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Ibu Hamil
Untuk mengetahui kondisi kesehatan diri sendiri
1.3.2 Institusi
Untuk menjadikan Akbid Harapan Mulya Ponorogo sebagai wadah
bagi calon bidan yang profesional dan memberikan informasi serta
motivasi bagi mahasiswa

3
1.3.3 Mahasiswa
Sebagai bahan dalam menjadi calon bidan yang profesional.
1.3.4 Masyarakat
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
1.4 TEMPAT DAN WAKTU
1.4.1 Tempat
Tempat atau lokasi pelaksanaan : PMB Harapan Mulya Ponorogo
1.4.2 Waktu
Tanggal pelaksanaan : 7 Mei 2018
1.1 Metode Penulisan
Dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini berdasarkan teori ilmiah yang
dipadukan dengan praktik dan pengalaman. Untuk itu penulis menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku-buku/literature lainnya, mengambil data dari
internet, membaca buku yang berkaitan Ibu hamil Trimester I G1P0000A0
dan termasuk karya tulis yang ada.
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan
kebidanan yang meliputi : pengumpulan data, analisa dan perumusan
diagnosa atau masalah aktual dan potensial, perencanaan tindakan,
evaluasi dan pendokumentasian. Untuk menghimpun data/informasi dan
pengkajian dapat digunakan teknik, sebagai berikut :
a. Wawancara
Adalah perbincangan yang dilakukan dengan cara tatap muka
dalam pertanyaan yang diajukan mengarah pada data pasien.
b. Observasi
Pengumpulan data melalui pengamatan langsung. Pengumpulan
informasi melalui panca indera, inspeksi, auskultasi, penciuman, palpasi,
tanpa membuat tafsiran sendiri dan harus obyektif.
c. Pemeriksaan fisik

4
Adalah proses untuk mendapatkan data objektif dari pasien dengan
menggunakan alat pemeriksaan ibu hamil.
1) Inspeksi: pemeriksaan dengan melihat
2) Palpasi: pemeriksaan dengan menyentuh atau meraba
3) Perkusi: pemeriksaan dengan mengetuk
4) Auskultasi: pemeriksaan dengan mendengar
d. Pemeriksaan laborat
1) Pemeriksaan Hemoglobin untuk mengetahui kadar hemoglobin
dalam darah.
2) Pemeriksaan Protein Urin untuk mengetahui ada tidaknya albumin
dalam urin dan berapa tinggi kadar albumin dalam urin.
3) Pemeriksaan Reduksi Urin untuk mengetahui ada tidaknya glukosa
dalam urin dan berapa kadar glukosa dalam urin.
e. Dokumentasi : Asuhan dicatat dalam lembar dokumentasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan Fisiologis
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoon) (Obstetri
Fisiologi). Sedangkan menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Ilmu Kebidanan, 2014: 213). Proses permulaan
kehamilan adalah ketika wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum)
dari indung telur (ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai
(fimbrae) dan masuk kedalam saluran telur. Pada waktu
persetubuhan (coitus) cairan sperma tumpah kedalam vagina
sebanyak ± 3cc yang terdapat spermatozoon (sel-sel mani) sebanyak
± 100-120 juta tiap cc, sperma kemudian bergerak memasuki rongga
rahim lalu masuk ke saluran telur.
Di sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang
mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum,
kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu
sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur, peristiwa ini disebut
pembuahan (konsepsi=fertilisasi). Pembuahan sel telur oleh sperma
biasanya terjadi di bagian yang menggembung dari tuba falopii.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang
bersinambung dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantansi) pada
uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm (Manuaba, 2010:75).
1) Ovulasi
Induk dari sel telur adalah oogonium. Jumlah oogonium
menurut umur wanita yaitu: bayi baru lahir ±750.000, umur 6-15

6
tahun ±439.000, umur 16-25 tahun ±159.000, umur 26-35 tahun
±59.000, umur 35-45 tahun ±34.000, dan pada masa menopause
semua hilang (Rustam, 1998).
Proses pelepasan ovum (ovulasi) dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks, selama masa subur yang berlangsung
20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti
proses pematangan dan terjadi ovulasi. Ovum yang dilepaskan
segera ditangkap oleh fimbriae tuba menuju uterus dalam bentuk
pematangan pertama yang telah siap dibuahi setelah 12 jam dan
hidup selama 48 jam (Manuaba, 2010:75)
2) Spermatozoa
Sperma berbentuk seperti kecebong, terdiri atas kepala
yang berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti sel, leher yang
menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor dengan
panjang sekitar 10 kali bagian kepala yang dapat bergetar
sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat (Rustam, 1998:18).
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc yang
mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa tiap cc. Spermatozoa
yang masuk kedalam alat genetalia wanita dapat hidup selama
tiga hari, namun sebagian besar mengalami kematian dan hanya
beberapa ratus yang dapat mencapai tuba falopii yaitu tempat
pembuahan (Manuaba, 2010:76).
3) Konsepsi
Konsepsi atau fertilisasi adalah proses pertemuan inti
spermatozoa dengan inti ovum dan membentuk zigot. Matarantai
konsepsi dimulai ketika spermatozoa masuk melalui kanalis
servikalis menuju tuba falopii pada bagian pars ampula dan
mengelilingi ovum yang siap dibuahi serta mengikis korona
radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik. Sementara itu
pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan
lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi.

7
Melalui stomata, kepala spermatozoa masuk kedalam ovum
sehingga terjadi proses pertemuan inti sedangkan ekornya lepas
dan tertinggal diluar (Manuaba, 2010:79).
Proses pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa
membentuk zigot yang mengalami pembelahan selama 3 hari
sampai stadium morula, hasil konsepsi ini digerakkan kearah
rongga rahim dan tiba dalam kavum uteri pada tingkat blastula
(Rustam, 1998:19).
4) Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium. Nidasi terjadi ± 6 hari setelah fertilisasi.
Nidasi terjadi karena trofoblast mempunyai daya untuk
menghancurkan sel-sel endometrium. Hancuran endometrium
dipergunakan sebagai bahan makanan oleh telur. Tempat nidasi
biasanya pada dinding depan atau dinding belakang di daerah
fundus uteri (Obstetri Fisiologi).
5) Plasentasi
Desidua adalah mukosa rahim pada masa kehamilan yang
terbagi atas desidua basalis, desidua kapsularis, dan desidua vera.
Desidua basalis yang terletak diantara hasil konsepsi dan dinding
rahim, disinilah plasentasi terbentuk.
Plasenta terbentuk sempurna pada usia kehamilan 16
minggu. Plasenta berbenuk bundar atau oval, ukuran diameter
15-20cm, tebal 2-3cm, beratnya 500-600gram, umumnya terletak
pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak kearah fundus
uteri dan terdiri atas bagian maternal dan fetal.
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan
Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan atau 10 bulan
Arab. Kehamilan dibagi atas 3 trimester: kehamilan TM I antara 0-12
minggu, kehamilan TM II antara 12-28 minggu, kehamilan TM III
antara 28-40 minggu (Rustam, 1998:43). Untuk dapat menegakkan

8
kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap
beberapa tanda dan gejala hamil:
2.1.2.1 Tanda dugaan kehamilan (tanda presumtif)
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
2) Mual dan muntah (emesis) pada kehamilan akibat
pengaruh hormone estrogen dan progesteron yang
meningkatkan produksi asam lambung (Manuaba,
2010:107).
3) Mengidam atau keinginan wanita pada saat hamil untuk
makan makanan tertentu terutama pada trimester
pertama (Rustam, 1998:43).
4) Pingsan mungkin terjadi pada masa kehamilan akibat
terjadinya gangguan sirkulasi darah menuju otak,
keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16
minggu (Manuaba, 2010:107).
5) Payudara tegang dan membesar sebagai pengaruh dari
hormone estrogen dan progesteron yang menyebabkan
penimbunan lemak, air, dan garam pada payudara
(Manuaba, 2010:107).
6) Tidak ada selera makan (anoreksia) yang berlangsung
pada trimester pertama kehamilan pertama (Rustam,
1998:44).
7) Miksi sering pada trimester pertama karena tertekan
oleh rahim yang membesar dan pada trimester ketiga
karena kandung kemih ditekan kepala janin pertama
(Rustam, 1998:44).
8) Konstipasi atau obstipasi akibat hormone progesterone
yang menghambat peristaltic usus pertama (Manuaba,
2010:107).
9) Pigmentasi kulit disekitar pipi (clhoasma gravidarum),
pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea

9
alba), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola
mamae, puting susu menonjol, kelenjar Montgomery
menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara)
(Manuaba, 2010:108).
10) Hipertrofi gusi (epulis)
11) Varises atau penampakan pembuluh darah vena di
sekitar genetalia eksterna, kaki, betis, dan payudara
yang dapat menghilang setelah persalinan (Manuaba,
2010:108)
2.1.2.2 Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar (Manuaba, 2010:108)
2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda Hegar
(perlunakan ismus uteri), tanda Chadwicks (selaput
lendir vulva dan vagina membiru, tanda Piskacek
(fundus uteri teraba tidak rata karena uterus lebih cepat
tumbuh di daerah implantasi), kontraksi Braxton Hicks,
dan teraba ballotemen (Obstetri Fisiologi).
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif (Manuaba,
2010:108).
2.1.2.3 Tanda pasti kehamilan menurut Manuaba (2010:109):
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian
janin
3) Denyut jantung janin dapat didengar dengan stetoskop
Laenec, alat kardiotokografi, alat Doppler, dapat dilihat
dengan ultrasonografi, dan pemeriksaan rontgen untuk
melihat kerangka janin
2.1.3 Fisiologi pertumbuhan janin
Selama periode kehamilan, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan janin pada berbagai
periode kehamilan adalah sebagai berikut:

10
Minggu ke-2 pertama setelah fertilisasi, hasil konsepsi masih
merupakan perkembangan dari ovum yang dibuahi (Rustam,
1998:30). Hari ke-10 sampai 11 setelah konsepsi desidua
dihancurkan oleh vili korealis sampai pembuluh darah vena sehingga
embrio mendapat tambahan nutrisi dari ibu secara langsung,
selanjutnya vili korealis menghancurkan pembuluh darah arteri
sehingga terjadilah aliran darah pertama retroplasenter pada hari ke-
14 sampai 15 (Manuaba, 2010:85).
Minggu ke-3 hasil konsepsi disebut mudigah (embrio),
pertumbuhannya bermula dari lempeng embrional yang
berdiferensiasi menjadi tiga unsure lapisan sel: ektodermal,
mesodermal, entodermal (Rustam, 1998:21). Ruang amnion dengan
cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara
amnion dan embrio padat dan menjadi body stalk (bakal tali pusat),
pada minggu ke-2 sampai minggu ke-3 terbentuk bakal jantung dan
pembuluh darah terdiri dari arteri umbilikalis dan vena umbilikalis
(Manuaba, 2010:83).
Minggu ke-4 embrio berukuran 7,5-10 mm, terbentuk rudimenter
hidung, telinga dan mata (Rustam, 1998:30). Pada akhir 4 minggu (1
bulan) badan embrio melengkung, kepalanya 1/3 dari seluruh
embrio, saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan sudah
berdenyut, dasar-dasar tractus digestivus sudah nampak, permulaan
kaki dan tangan berbentuk tonjolan (Obstetri Fisiologi).
Minggu ke-6 embrio disebut fetus (janin) yang sudah mempunyai
bentuk manusia (Obstetri Fisiologi). Sekitar minggu ke-6 dan
minggu ke-7 rongga amnion melingkari embrio dan dibantu oleh
cairan amnion melindungi embrio itu sendiri, jantung bayi mulai
dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 dengan
menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.
Minggu ke-8 panjang janin 2,5 cm dengan berat 5 gr, terbentuk
hidung, kuping, jari jemari mulai dibentuk, kepala menekur ke dada

11
(Rustam, 1998:30). Mukanya sudah jelas berbentuk muka manusia
dan sudah mempunya lengan dan tungkai, alat kelamin sudah
nampak walaupun belum dapat ditentukan jenisnya (Obstetri
Fisiologi).
Minggu ke-12 panjang janin 9 cm, beratnya 15 gr, pembentukan
daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai
terbentuk, alat kandungan luar terbentuk namun belum
berdiferensiasi, ginjal janin mulai terbentuk, dimana dalam dalam
kandung kemih telah ada air kemih yang diekskresi kedalam air
ketuban (Rustam, 1998). Sudah ada pusat-pusat pertulangan, kuku
sudah ada, janin sudah bergerak tapi sedemikian halusnya
pergerakan ini hingga belum dapat dirasakan ibu (Obstetri Fisiologi).
Minggu ke-16 panjang janin 16-18 cm, beratnya 120gr, genetalia
eksterna terbentuk dan dapat dikenali, kulit tipis berwarna merah
(Rustam, 1998:30). Kulit ditumbuhi rambut halus (lanugo),
pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu (Obstetri Fisiologi).
Plasenta terbentuk sempurna, pencernaan makanan mulai tumbuh
ditandai dengan janin yang secara rutin minum air ketuban sebanyak
450 ml dalam 24 jam, hati telah berfungsi membentuk darah dan
melakukan metabolisme hemoglobin serta bilirubin, tampak juga
pengenceran darah ibu (hemodilusi) (Manuaba, 2010:93).
Minggu ke-20 panjang janin 25 cm, beratnya 280 gr, kulit lebih
tebal, rambut rambut mulai tumbuh dikepala dan rambu halus
(lanugo) tumbuh dikulit (Rustam, 1998:30). Bunyi jantung bayi
sudah dapat didengar apabila lahir sudah berusaha untuk bernafas
(Obstetri Fisiologi).
Minggu ke-24 panjang janin 30-32 cm, beratnya 600 gr, kedua
kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata, kulit keriput, kepala besar,
bila lahir dapat bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam
saja (Rustam, 1998:30). Lemak mulai ditimbun dibawah kulit dan

12
tertutup oleh vernik kaseosa yang berfungsi untuk melindungi kulit
(Obstetri Fisiologi).
Minggu ke-28 panjang janin 35 cm, beratnya 1000 gr, kulit
warna merah ditutupi vernik kaseosa, bila lahir dapat bernapas,
menangis pelan dan lemah, disebut bayi imatur (Rustam, 1998:31).
Minggu ke-32 panjang janin 40-43 cm, beratnya 1800 gr, kulit
merah dan keriput, bila lahir tampak seperti orang tua kecil (Rustam,
1998:31). Terjadi puncak pengenceran darah (hemodilusi) dan terjadi
desakan diafragma ibu karena dorongan rahim yang membesar
(Manuaba, 2010:93).
Minggu ke-36 panjang janin 46 cm, beratnya 2500 gr, muka
berseri tidak keriput, bila lahir disebut bayi premature (Rustam,
1998:31).
Minggu ke-40 panjang janin 50-55 cm, beratnya 3000 gr, kulit
licin, verniks kaseosa banyak, rambut kepala tumbuh baik, pada bayi
laki-laki testis sudah berada dalam skortum, sedangkan pada
perempuan labia mayora berkembang baik, tulang kepala menulang,
bila lahir bayi sudah cukup bulan (aterm) (Rustam, 1998:31). Bayi
laki-laki biasanya lebih berat dari bayi perempuan, sudah hampir
tidak terdapat lanugo pada kulit, kuku melebihi ujung jari (Obstetri
Fisiologi).
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh faktor ibu, anak, dan
plasenta. Faktor ibu seperti tinggi badan, keadaan gizi, ibu seorang
peminum atau perokok, kelainan pembuluh darah, kelainan uterus
dan kehamilan ganda (Obstetri Fisiologi). Selain itu keadaan
kesehatan ibu saat hamil, penyakit yang menyertai kehamilan serta
penyulit kehamilan juga mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
rahim (Manuaba, 2010:99).
Faktor anak seperti jenis kelamin, kelainan genetis, infeksi
intrauterine terutama virus, dan kelainan congenital (Obstetri
Fisiologi). Sedangkan faktor plasenta berkaitan dengan indek

13
plasenta yang semakin rendah seiring semakin tua kehamilan
menyebabkan kurang mampu memberikan nutrisi kepada janin.
Keadaan bertambah gawat bila terjadi penyakit atau komplikasi
hamil yang dapat menimbulkan infark, fibrosis, dan gangguan fungsi
plasenta sehingga dapat membahayakan sampai terjadi kematian
janin intrauterine (Manuaba, 2010:99)
2.1.4 Perubahan Fisiologis dalam Kehamilan
Untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam
rahim, seluruh sistem genetalia wanita akan mengalami perubahan
selama kehamilan.
1) Uterus
Berat semula rahim sebelum kehamilan adalah 30 gr,
karena otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi
lebih besar, lunak mengikuti pembesaran rahim seiring
pertumbuhan janin sehingga berat uterus sekitar 1000 gr saat
akhir kehamilan. Ismus uteri menjadi lebih panjang dan lunak
(Manuaba, 2010:85).
2) Ovarium
Ovulasi berhenti, korpus luteum akan meneruskan fungsinya
sampai plasenta terbentuk sempurna (Manuaba, 2010:92)
3) Vagina dan vulva
Vagina dan vulva berwarna kebiruan (tanda chadwick) (Rustam,
1998:35).
4) Dinding perut
Akibat pembesaran rahim dan robeknya selabut elastis
dibawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum serta terdapat
linea nigra yang menghitam diantara pusat sampai simpisis
(Rustam, 1998:35).
5) Kulit
Terjadi hiperpigmentasi pada muka (chloasma gravidarum)
dan payudara dibagian puting susu dan aerola mamae.

14
6) Berat badan
Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5 – 16,5 kg.
(Sinopsis edisi 2: 35-40). Obstetri Fisiologis (1983:147)
menyebutkan bahwa terjadi penambahan berat badan wanita
hamil adalah ±1kg pada trimester I, ±5kg pada trimester II, dan
±5,5kg pada trimester III. Kenaikan berat badan wanita hamil
disebabkan oleh janin, uri (plasenta), air ketuban, uterus,
payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air
(Rustam, 1998:39)
2.1.5 Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan digunakan untuk menentukan usia
kehamilan, keadaan kehamilan, keadaan jalan lahir dan kesehatan
ibu serta janin. Pemeriksaan kebidanan masa kehamilan terbagi
dalam: anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan kebidanan,
dan pemeriksaan penunjang (Obstetri Fisiologis, 1983:153)
Anamnesa berisi identitas istri dan suami, keluhan, nafsu makan,
tidur, miksi, defekasi, perkawinan, riwayat haid, siklus haid, hari
pertama haid terakhir (HPHT), imunisasi Tetanus Toxoid (TT),
riwayat kehamilan, riwayat perslinan dan nifas sebelumnya (Rustam,
1998:48).
Pemeriksaan umum yaitu pemeriksaan seluruh tubuh dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan kebidanan
dengan cara palpasi menurut Leopold dan Mac Donald. Denyut
jantung janin (DJJ) dapat didengar pada puntum maksimum dengan
angka normal 120-160 kali/menit. Pemeriksaan penunjang yaitu
golongan darah, protein urin, reduksi urin, HIV, HbSAg, VDRL, BTA,
SGOT, SGPT, dll (Derek & Jones, 1995).
Jadwal pemeriksaan kehamilan pertama kali yang ideal adalah
sedini mungkin ketika terlambat haid satu bulan, periksa ulang 1 x
sebulan sampai kehamilan 7 bulan, periksa ulang 2 x sebulan sampai

15
kehamilan 9 bulan atau periksa khusus bila ada keluhan (Rustam,
1998:48).
2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil menurut (Sinopsis edisi 2: 59-62):
1. Makanan
Makan makanan 4 sehat 5 sempurna dengan teratur. TM1: makan
sedikit tapi sering, TM 2: makan sudah mulai sedikit banyak, TM 3:
nafsu makan bertambah dari TM 1 dan TM 2.
2. Minuman
Wanita hamil paling sedikit minum air putih 2-3 liter perhari.
3. Lingkungan
Hindari tempat-tempat yang berpolusi, seperti tempat orang
merokok atau bau sampah yang dibakar.
4. Gerak badan
TM 1: gerakan badan yang ringan dapat membantu menghilangkan
rasa lelah tapi jangan berlebihan.
TM 2: senam hamil mulai boleh dilakukan.
TM 3: senam hamil dan belajar mengejan untuk bersalin.
5. Kerja
Selama hamil pekerjaan boleh dilakukan seperti biasa, tetapi jangan
sampai kekelahan.
6. Pakaian
Setiap hari harus berganti baju dan pakaian dalam minimal 2x sehari
7. Istirahat
TM 1: pola istirahat masih terganggu
TM 2: pola istirahat sudah mulai teratur
TM 3: pola istirahat teratur
8. Personal hygine
Mandi minimal 2x sehari, keramas minimal 2x seminggu, menjaga
kebersihan alat genetalia.
9. Koitus (Seksual)

16
Boleh bersenggama tetapi tetap berhati-hati terutama pada TM 1
dan TM 3.
10. Obat-obatan
TM 1: Vit.C, tablet Fe, kalex
TM 2: Vit.C, tablet Fe, kalex
TM 3: Vit.C, tablet Fe, B1
2.1.7 Berbagai Keluhan Saat Hamil
Kondisi hamil menyebabkan fisik seorang calon ibu berangsur-
angsur mengalami perubahan.Dalam rentang waktu 9 bulan, perubahan
ini menuntut ibu menyesuaikan diri dengan kondisi fisiknya. Tak ayal,
bahwa perubahan yang mendadak ini menimbulkan beragam keluhan
seiring dengan pertambahan usia kandungan, yaitu antara lain :
a) Kelelahan
Kelelahan akan dimulai ketika seorang janin tumbuh di rahim
ibu. Semakin tua usia janin semakin menimbulkan kelelahan pada
ibu. Ini tidak dapat dipungkiri karena beban ibu semakin bertambah
ketika membawa janinnya yang semakin hari semakin besar untuk
bersam-sama melakukan aktivitas rutinnya.Untuk menanggulangi hal
ini, harus ada porsi istitrahat /jeda pada setiap kegiatan. Tubuh tidak
boleh terforsir untuk bekerja sehingga kelelahan tidak menumpuk dan
ibu pun dapat berpindah dari satu aktivitas yang lain dengan kondisi
prima.
b) Pusing
Keluhan ini merupakan keluhan awal dan umum
terjadi.Pengaruh hormon saat kehamilan yang terjadi
penyebabnya.Hormon progesteron memicu dinding pembuluh darah
melebar, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan
darah dan membuat ibu merasa pusing. Keluhan ini akan hilang
dengan sendirinya. Namun bila mulai terasa pusing ibu dianjurkan
untuk beristirahat yang cukup.Tidak perlu mengkonsumsi obat
apapun karena tidak menyelesaikan masalah.

17
c) Sembelit
Peningkatan relaksasi otot-otot pencernaan dan hormone
menyebabkan system pembuangan menjadi lambat sehingga
menimbulkan sembelit.Untuk menanggulangi hal ini, perbanyak
minum air putih, mengkonsumsi serat yang cukup serta melakukan
olahraga ringan seperti jalan kaki.Jika WC keluarga berbentuk WC
duduk, bisa meringankan keluhan ibu jika meletakkan sebuah
penyangga untuk kaki ketika ibu membuang air besar.

d) Sariawan
Perubahan hormonal memang berdampak pada semua bagian
tubuh termasuk organ mulut.Keluhan yang sering dijumpai pada ibu
hamil, yaitu sariawan dan gusi berdarah.Hal ini bisa disebabkan
karena kekurangan gizi tertentu (zat besi, asam folat, vitamin B6) dan
stress.Lainnya, ibu hamil sering mengalami pembengkakan gusi, dan
pembentukan karang gigi.Oleh karena itu, tidak ada obat tertentu
untuk mengatasinya. Biasanya dokter akan member obat kumur untuk
membantu mengatasi peradangan. Selain itu ibu dianjurkan
memperbanyak konsumsi yang mengandung vitamin dan mineral,
selain itu juga harus memilih sikat gigi dengan bulu yang halus.
e). Perubahan Emosional
Kehamilan akan mempengaruhi emosi ibu hamil sehingga
menyebabkan emosi tak stabil. Ibu dapat merasa tiba-tiba sedih,
bahkan menangis, dan mudah marah, karena adanya perubahan
hormon dan juga rasa tanggung jawab baru sebagai calon ibu.
f). Ngidam
Selama kehamilan, sering kali timbul keinginan- keinginan yang
aneh untuk mengkonsumsi makanan tertentu. Tidak hanya jenis
makanan, materi lainpun kadang-kadang ingin dikonsumsinya,
seperti tanah lempung dan bubuk bata. Untuk mengatasi hal ini,
harus segera berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui akibat yang

18
mungkin timbul. Dapat pula ditanyakan kepada dokter tentang apakah
mengkonsumsi makanana tersebut dalam porsi sedikit dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
g). Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama ada peningkatan berat badan
karena rahim berkembang dan memerlukan ruang. Hal ini
dipengaruhi oleh peningkatan hormon progesteron yang
menyebabkan tubuh menahan air.
h). Keringat meningkat
Sering terjadi peningkatan produksi keringat. Ini akibat
meningkatnya metabolisme (pembakaran kalori) tubuh wanita hamil.
Jika udara panas, agar tidak over heating, dianjurkan meminum air
dingin, beristirahat, serta mandi air dingin.
2.1.8 Tanda Bahaya Kehamilan
a) Perdarahan
Pada kehamilan muda dibawah usia 20 minggu,umumnya disebabkan
oleh keguguran. Disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada
spermatozoa ataupun ovum.
b) Preeklamsia
Umum terjadi pada ibu hamil usia 20 minggu yang disertai peningkatan
tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan dengan
preekalmsia.Gejala dan tanda lain dari preeklamsia adalah sebagai
berikut:
(a) Hiperrefleksi (iribilitas susunan saraf pusat)
(b) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik
dengan pengobatan umum
(c) Gangguan penglihatan, mata berkunang-kunang, silau
(d) Nyeri epigastrik
(e) Oliguria (terlalu sering kencing)
(f) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg
diatas normal

19
(g) Proteinuria (diatas positif 3)
(h) Edema atau bengkak menyeluruh ditubuh atau ekstremitas
c) Nyeri hebat di daerah Abdominopelvikum
Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan
disertai dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosisnya
mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan
maupun tersembunyi.
(a) Trauma abdomen
(b) Preekalmsia
(c) Tinggi fundus uteri lebihbesar daripada usia kehamilan
(d) Bagian-bagian janin sulit diraba
(e) Uterus teraba tegang
(f) Janin mati dalam rahim
d) Ketuban pecah dini
Dimana suatu keadaan yaitu ketuban pecah sebelum persalinan terjadi
atau sebelum pembukaan lengkap.
e) Hiperemesis gravidarum
f) Muntah berlebih selama kehamilan dengan durasi muntah lebih dari 10x
dalam sehari yang mengakibatkan ibu lemas,nafsu makan menurun dan
sampai mengakibatkan kesadaran ibu menurun. ( Prawiroharjo, 2015 :
282-284 )
2.2 Hiperemesis Gravidarum
2.2.1 Definisi
Menurut Nugroho (2012) hiperemesis gravidarum adalah mual
muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat
dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan
karena penyakit seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya.
Nausea dan vomitus yang berat serta tidak dapat diatasi dan
bertahan sesudah trimester pertama. Biasanya hiperemesis garvidarum

20
terjadi pada kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil
dengan keadaan yang mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti
pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan kembar
(Lockhart,2014). Sedangkan menurut Varney (2010) hiperemesis
gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama kehamilan
dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada mual dan
muntah yang biasa dialami pada trimester pertama. Terkait dengan
ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan abnormalitas kimia
darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya dimulai pada
trimester pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi sepanjang
masa kehamilan.
2.2.2 Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan Mochtar ( 2010) adalah sebagai berikut:
1. Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi
yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
3. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
4. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
5. Sedangkan menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang
menimbulkan Hiperemesis Gravidarum adalah: primigravida,

21
overdistensi uterus. faktor Alergi, faktor Psikologis, kehamilan yang
tidak diinginkan, takut hamil, dan Masalah keluarga.
2.2.3 Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi
faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami
relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda
bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
(Winkjosastro, 2010).
Menurut Manuaba tahun (2012) Patofisiologi hiperemesis
gravidarum diawali dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga
dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis
menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan, menutup untuk
memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi
perubahan metabolisme menuju arah anaerobik dengan menimbulkan
benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Oleh
karena itu semua masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi
alat vital sebagai berikut:
1. Hepar
2. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2
3. Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.
4. Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan
gangguan fungsi menurun.
a. Ginjal
5. Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.
6. Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.

22
7. Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya
perdarahan ventrikel.
2.2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum adalah: muntah yang tidak dapat dikontrol dengan
pengobatan morning sickness, muntah pernisiosa, nafsu makan buruk,
penurunan berat badan, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, asidosis
akibat kelaparan, alkalosis karena asam hidroklorida berkurang ketika
muntah, dan hipokalemia (Varney,2010).
Menurut Rukyah (2013) gejala hiperemesis gravidarum adalah:
1. Tingkat 1
a. Muntah terus menerus.
b. Turgor kulit berkurang.
c. Lidah kering.
d. Tekanan darah turun,suhu meningkat nyeri epigastrium.
2. Tingkat 2
a. Dehidrasi bertambah.
b. Turgor kulit makin berkurang.
c. Lidah kering dan kotor.
d. Mata cekung.
e. Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.
f. Urin berkurang.
g. Napas berbau aseton.
3. Tingkat 3
a. Dehidrasi berat.
b. Mual dan muntah berhenti.
c. Perdarahan esofagus,lambung dan retina.
d. Gangguan fungsi hati bertambah .
e. Ikterus meningkat.
f. Gangguan kesadaran.
2.2.5 Diagnosis

23
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar,
dengan menetukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan
gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus
menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh
kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena
itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus
mendapat pengobatan yang adekuat. (Rukyah,2013).
Menurut Nugroho (2012) Amenore yang disertai muntah hebat,
atau segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan, pekerjaan
sehari-hari terganggu dan haus hebat. Fungsi fital nadi meningkat, TD
menurun dan gangguan kesadaran.
2.2.6 Komplikasi
1. Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah
sebagai berikut Penurunun berat badan yang cukup banyak.
2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (hipokalemia).
4. Gangguan keseimbangan asam basa.
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Umum
Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah:
a. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.

24
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit
dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya
dihindarkan.
f. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
g. Defekasi yang teratur.
h. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
i. Obat-obatan
Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin
yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan
juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah
sakit :
1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita
sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan atau minuman selama 24 jam.
2. Terapi psikologi
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
3. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-

25
3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
4. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak
berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun
sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung.
Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke).
b. Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran
penglihatan).
c. Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,
tekanan darah menurun).
2.Diet
Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum
yaitu:
a. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau
rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan
makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi
yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam
waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet
diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan
bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat
pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan

26
energi. Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin
A dan D.
c. Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan
bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini mengcukupi
kebutuhan energi dan semua zat gizi.
2.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
2.3.1 Pengertian Asuhan Kebidanan
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusanyang berfokus pada klien (Varney, 1997)
Sedangkan menurut (Sumini, 2017) asuhan kebidanan adalah
bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien atau klien yang
pelaksanaanya dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui suatu
proses yang disebut manajemen kebidanan.
2.3.2 Langkah-Langkah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
1. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Untuk menghimpun data/informasi danpengkajian dapat
digunakan teknik, sebagai berikut :
a. Wawancara
Pengumpulan informasi melalui pembicara terarah yang
umumnyadilakukan pada pertemuan tatap muka langsung
dengan klien ataukeluarga klien.
b. Observasi
Pengumpulan informasi melalui panca indera, inspeksi,
auskultasi,penciuman, palpasi, tanpa membuat tafsiran sendiri
dan harus obyektif.
c. Pemeriksaan Fisik

27
Menurut Hidayat, A.Aziz Alimul (2008)
1) Inspeksi
Inspeksi adalah observasi yang sistematis yang tidak
hanyaterbatas pada penglihatan, tetapi juga meliputi
indera pendengaran dan penciuman. Dilakukan untuk
menilaikeadaan ada tidaknya Cloasma gravidarum pada
muka / wajah,pucat atau tidak pada selaput mata, dan
tidaknya edema.Pemeriksaan selanjutnya adalah
pemeriksaan pada leher untukmenilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar gondok ataukelenjar limfe.
Pemeriksaan dada untuk menilai bentuk buahdada dan
dan pigmentasi puting susu. Pemeriksaan perut
untukmenilai apakah perut membesar ke depan atau
kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta
ada tidaknya striegravidarum. Pemeriksaan vulva untuk
menilai keadaanperineum, ada tidaknya tanda chadwick
dan adanya flour. Kemudian pemeriksaan ekstremitas
untuk menilai ada tidaknya varises.
2) Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan
luar tubuhdengan jari. Dilakukan untuk menentukan
besarnya rahimdengan menentukan usia kehamilan
serta menentukan letakanak dalam rahim. Pemeriksaan
secara palpasi dilakukandengan menggunakan metode
leopold, yakni :
a) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia
kehamilandan bagian apa yang ada di fundus,
dengan cara pemeriksaberdiri sebelah kanan dan
menghadap kemuka ibu, kemudian kaki ibu
dibengkokkan pada lutut dan lipatpaha, lengkukan

28
jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian
atas fundus, lalu tentukan apa yang ada didalam
fundus/ bila kepala sifatnya keras, bundar dan
melenting.
b) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan
letak punggunganak dan letak bagian kecil pada
anak. Caranya Letakkan kedua tangan pada sisi
uterus, dan tentukan dimanakah bagian terkecil
bayi.
c) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan
bagian apa yang terdapat dibagian bawah dan
apakah bagian bawah anak sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul.Caranya tekan
dengan ibu jari dan jari tengah pada salahsatu
tangan secara lembut dan masuk kedalam
abdomenpasien diatas simpisis pubis. Kemudian
peganglah begian presentasi bayi, lalu bagian
apakah yang menjadi presentasi tersebut.
d) Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan
apa yangmenjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya bagianbawah tersebut kedalam rongga
panggu. Caranya letakkan kedua tangan disisi
bawah uterus lalutekan kedalam dan gerakkan jari-
jari kearah ronggapanggul, dimanakah tonjolan
sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk.
Pemeriksaan ini dilakukan bila kepala masih tinggi,
pemeriksaan leopold lengkap dapat dilakukan bila
janincukup besar, kira-kira bulan ke VI ke atas.

29
3) Auskultasi
Dilakukan umumnya dengan stetoskop manual atau
funandoskop untuk mendengarkan bunyi jantung anak,
bising tali pusat, gerakananak, bisisng rahim, bunyi
aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat
didengar pada akhir bulan ke -5, Walaupun dengan
ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke – 3.
Bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan kanan
dibawah tali pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar
pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak
fleksi dan bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan
sehat, bunyi jantung antara 120-160 kali/menit. Bunyi
jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1
menit penuh. Bila kurang dari 120 kali per menit atau
lebih dari 160 kali per menit kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat
didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian
bising rahim seperti bising yang frekuensinya sama
seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak
teratur.
d. Pemeriksaan laborat
1) Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan hemoglobin adalah suatu suatu
tindakan yang dilakukan dengan menggunakan alat
pemeriksan Hb untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam
darah.
2) Pemeriksaan Protein Urin
Pemeriksaan Protein urin adalah suatu tindakan
yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya albumin
dalam urin dan berapa tinggi kadar albumin dalam urin.
3) Pemeriksaan Reduksi Urin

30
Pemeriksaan Reduksi urin adalah suatu tindakan
yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya glukosa
dalam urin dan berapa kadar glukosa dalam urin.
2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose
atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data
yang telah dikumpulkan.
3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnose potensial berdasarkan diagnose/masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan.
4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
6. Langkah VI(keenam) : Melaksanaan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
secara efisien dan aman.
7. Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

31
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnose dan
masalah.

32
2.2 Pohon Masalah

33
TUJUAN KHUSUS :

 Menyiapkan kehamilan sehat


Memberikan asuhan terpadu
 Menyiapkan fisik dan mental bersalin
terintegrasi untuk menurunkan
normal
AKI dan AKB
 Memelihara janin
 Menentukan kebutuhan segera untuk
keselamatan jiwa ibu dan janin
 Melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan
PEMERIKSAAN :

 Anamnesa HASIL :
 Pemeriksaan fisik umum &
 Menentukan penyakit yang menyertai
obstetri
kehamilan
 Penunjang : Darah lengkap,
 Komplikasi kehamilan
urine lengkap. Tes kehamilan,
 Menetapkan hamil : Resiko rendah,
USG, imunisasi TT, senam
Resiko meragukan, Resiko tinggi
hamil

RESIKO RENDAH
RESIKO MERAGUKAN
 Nilai SPR = 2
 Nilai SPR 6-10
 Primigravida tanpa
 Primigravida postdate, TB < 145
komplikasi, kepala masuk
PAP pada minggu ke 36  Multigravida usia ibu 37 th,
 Multigravida, persalinan SARAN: boleh ditolong bidan dengan
normal, aterm, hidup kolaborasi bersama dokter
SARAN: boleh ditolong oleh
bidan di PMB
RESIKO TINGGI

 Nilai SPR >12


 Primigravida postdate, tb < 145,
usia ibu 37 th, anemia,
 Multigravida, pernah SC, anak ke-1
usia 1,5 th
SARAN: rujuk, biarkan persalinan
ditolong oleh dokter di RS
BAB III
STUDI KASUS

34
No.Register : 201601001
Tanggal Pengkajian : 07-05-2018 Jam : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian :PMB Harapan Mulya Po. Pengkaji : Ira, Amd.Keb
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Klien : Ny.H Nama Suami : Tn. T
Umur : 23 tahun Umur : 28 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ponorogo Alamat : Ponorogo

2. Alasan Kunjungan:
Kunjungan pertama
3. Keluhan Utama:
Ibu mengeluh mual muntah sejak 2 hari lalu± 10×sehari setelah makan
dan minum, berupa cairan dan ibu mengeluh badan terasa lemas kepala
pusing, kadang susah tidur, bekerja tidak bisa, nyeri uluh hati
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 13tahun Siklus : 28 hari
Lama : 6 hari Teratur : ya
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
Banyak darah : ± 3 x ganti pembalut/hari
5. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu :

Tgl Komplikasi Bayi Nifas


Anak Jenis Tempat Peno-
Lahir/ UK PB/BB Kea- Kea- Lak-
ke Persalinan Persalinan long Bayi Ibu
Umur JK daan daan tasi

35
1 H A M I L I N I

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


 𝐺1 𝑃0000 𝐴0
 HPHT : 13-02-2018 HPL: 20-11-2018
 UK : 12 minggu
 Kunjungan ANC : ini kunjungan pertama
Tempat ANC : PMB Harapan Mulya Ponorogo
 Obat yang biasa dikonsumsi selama hamil : tidak ada
 Gerakan Janin : belum terasa
 Imunisasi Tetanus Toxoid : sebanyak 1 kali, yaitu :
T5 : TT Calon Pengantin terakhir Oktober 2017
 Tanda-tanda bahaya :
Tidak ada tanda bahaya kehamilan
 Tanda-tanda persalinan:
Belum ada tanda persalinan
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita sekarang/yang lalu :
 Penyakit menular yang pernah/sedang diderita :
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS,
Hepatitis B, TBC
 Penyakit menurun yang pernah/sedang diderita :
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM,
Hipertensi
 Penyakit menahun yang pernah/sedang diderita :
Ibu tidak pernah menderita penyakit menahun seperti jantung,
ginjal, paru-paru
 Riwayat operasi
Ibu tidak pernah menjalani operasi apapun seperti seksio sesaria
 Riwayat alergi obat

36
Ibu tidak memiliki alergi obat apapun
 Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga :
a. Keluarga ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B, TBC
b. Keluarga ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
DM dan Hipertensi
c. Keluarga ibu tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
jantung, ginjal, paru-paru
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu tidak memiliki riwayat keturunan kembar
8. Riwayat KB
Jenis Pasang Lepas
No
Kontrasepsi Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
1. Belum - - - - - - - -
penah
memakai
kontrasepsi

9. Riwayat Sosial Ekonomi & Psikologi :


 Status perkawinan : sah Menikah ke :1
 Lama nikah :7 bulan Usia menikah pertama kali : 22
 Kehamilan ini Direncanakan / Tidak direncanakan
 Perasaan Ibu dan Keluarga terhadap Kehamilan :
Ibu, suami, dan keluarga menerima dan menginginkan kehamilan
ini
 Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah :
Ibu dan suami
 Tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan:
Ibu ingin bersalin di PMB Harapan Mulya Ponorogodan dibantu
oleh bidan

37
 Tempat rujukan jika terjadi komplikasi :
RSUD Hardjono Ponorogo
 Persiapan menjelang persalinan :
Ibu mengikuti program BPJS
10. Activity Daily Living :
a. Pola makan & minum :
Sebelum Hamil Saat Hamil
Makan
Frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Porsi 1 piring ½ - 1 piring
Mual muntah
Keluhan Tidak ada
setelah makan
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Minum
Frekuensi 5 x sehari 5 x sehari
Jenis Air putih, the Air putih
Porsi 1 gelas 1 gelas
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Pantangan Tidak ada Tidak ada

b. Pola Istirahat
Sebelum Hamil Saat Hamil
Tidur Siang
Lama 1-2 jam 1 jam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Tidur Malam
Lama 8 jam 7-8 jam
Terkadang sulit
Keluhan Tidak ada
tidur

38
c. Pola Eliminasi
Sebelum Hamil Saat Hamil
BAK
Frekuensi 6 x sehari 5 x sehari
Warna Kuning Kuning jernih
Bau Khas Amonia Khas Amonia
Konsistensi Cair Cair
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAB
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Warna Kuning Kuning
Bau Khas tinja Khas tinja
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada

d. Personal Hygiene
Sebelum Hamil Saat Hamil
Mandi 2 x sehari 2 x sehari
Ganti Pakaian 3 x sehari 3 x sehari
Gosok Gigi 3 x sehari 3 x sehari
Keramas 3 x seminggu 3 x seminggu

e. Pola Aktivitas(terkait kegiatan fisik,olah raga)


Ibu pusing dan lemas sehingga tidak bisa beraktivitas.
f. Pola Seksualitas
Sebelum Hamil Saat Hamil
Frekuensi 3 x seminggu 1 x seminggu
Keluhan Tidak ada Tidak ada

g. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu,


minuman beralkohol)

39
Baik sebelum maupun saat hamil tidak ada kebiasaan yang
mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman
beralkohol.
h. Data psikososial, spiritual dan ekonomi
Hubungan ibu dengan suami/keluarga dan tetangga baik
Kehamilannya tidak mengganggu kegiatan ibadah
i. Pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan, nifas
Ibu sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dari kunjungan
sebelumnya, tetapi ibu belum mengetahui tentang persalinan dan
nifas.
j. Lingkungan
Lingkungan rumah ibu bersih dan nyaman, ibu tidak memelihara
binatang seperti kucing di dalam rumah.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaa Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
2. Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
3. Pengukuran tinggi dan berat badan
BB sebelum hamil : 50 kg TB :155 cm
BB saat hamil : 52 kg
LILA : 24 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :simetris,tidak berketombe, tidak ada massa,tidak
nyeri tekan

40
b. Wajah :sedikit pucat, tidak terdapat odema, tidak ada
cloasma,dan tidak ada bekas luka
c. Mata : simetris, sclera putih, konjungtiva pucat
d. Hidung : hidung tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung, bersih
e. Mulut : bibir pucat, lidah kering, tidak ada stomatis, tidak
ada karies gigi
f. Telinga :simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
g. Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
h. Dada : datar, tidak ada tarikan intercostae, tidak bunyi
nafas tambahan, nyeri tekan epigastric
i. Payudara :simetris, puting susu menonjol, areola mamae
hiperpigmentasi, tidak ada masa, tidak nyeri tekan, belum ada
pegeluaran kolostrum
j. Abdomen : pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada
striae, tidak ada bekas operasi, terdapat linea nigra menghitam
Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari atas simpisis
Leopold II : belum dikerjakan
Leopold III : belum dikerjakan
Leopold IV : belum dikerjakan
Pemeriksaan Mc. Donald
Belum dikerjakan
Auskultasi
Djj :120 x/menit
k. Ekstremitas Atas : simetris, jumlah jari lengkap, tidak ada
odema
l. Ekstremitas Bawah : simetris, jumlah jari lengkap, tidak ada
odema, tidak ada varises, turgor kulit buruk

41
m. Genitalia Luar : bersih, tidak ada varises, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholini dan skene
n. Pemeriksaan dalam : belum dikerjakan
o. Pemeriksaan Panggul :
Distancia spinarum : 25 cm
Distancia cristarum : 29 cm
Conjugata bourdeloque : 19 cm
Lingkar panggul : 85 cm
p. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal: 7-2-2017 pukul: 09.20 WIB
Jenis Pemeriksaan :
1) HB, Hasil : 12 gr%
2) Protein Urin: belum dilakukan
3) Reduksi Urin: belum dilakukan
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Tanggal: 07-05-2018
DS DO DX/Masalah
Ny.H hamil Keadaan umum: lemah G1P00000 UK 12
pertama, belum Kesadaran: composmentis minggu kesan jalan
pernah keguguran, Status emosional: stabil lahir normal, dengan
usia kehamilan 3 TTV Hiperemesis
bulan, mengeluh TD :90/60 mmHg Gravidarum Grade I
mual muntah sejak N :90 x/menit
2 hari lalu R :20 x/menit
±10×sehari setelah S :37 oC
makan dan minum, BB sebelum hamil:55 kg
berupa cairan, BB saat hamil : 57 kg
badan terasa lemas Pemeriksaan fisik
kepala pusing, Keadaan umum: lemah
kadang susah tidur, Pemeriksaan fisik
bekerja tidak bisa, a. Wajah :

42
nyeri di uluh hati sedikit pucat, tidak
terdapat odema, tidak
ada cloasma,dan tidak
ada bekas luka
b. Mata :
simetris, sclera putih,
konjungtiva pucat
c. Mulut :
bibir pucat, lidah
kering, tidak ada
stomatis, tidak ada
karies gigi
d. Dada :
datar, tidak ada
tarikan intercostae,
tidak bunyi nafas
tambahan, nyeri tekan
epigastric
e. Payudara: membesar,
tidak ada benjolan,
tidak ada lesi,
hiperpigmentasi pada
areola, putting
menonjol
f. Abdomen:
pembesaran sesuai
usia kehamilan, linea
nigra menghitam,
tidak ada lesi
g. Palpasi Leopold
Leopold I: TFU 2 jari atas

43
simpisis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
h. Genetalia: bersih,
tidak ada pengeluaran,
tidak ada jaringan
parut, tidak ada tanda
dan gejala PMS
i. Ekstremitas Atas :
simetris, jumlah jari
lengkap, tidak ada
odema
j. Ekstremitas Bawah:
simetris, jari lengkap,
tidak ada odema, tidak
ada varises, turgor
kulit jelek
Pemeriksaan Panggul
DS : 25 cm
DC : 29 cm
CB: 19 cm
LP : 85 cm
TB: 155 cm

III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL


1. Identifikasi Diagnosa Potensial
Hiperemesis Grade II
Dehidrasi berat
IV. TINDAKAN SEGERA
Memenuhi kebutuhan cairan untuk mencegah dehidrasi

44
Memberikan konseling pemenuhan nutrisi untuk pencegahan anemia
selama kehamilan dan memperbaiki kondisi umum ibu
Melakukan kolaborasi dengan dokter specialis obstetric ginekologi untuk
pemberian obat
V. INTERVENSI
Tanggal: 07-05-2018 pukul: 09.35 WIB
No Dx/Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. G1P00000 UK Tujuan: 1. Bina hubungan 1. Mempermudah
12 minggu, Setelah dilakukan asuhan baik dengan ibu dalam pemberian
kesan jalan kebidanan ± 1 jam diharapkan dan keluarga asuhan
lahir kondisi ibu dan janin baik dan 2. Beritahukan 2. Mengetahui hasil
normal, KU tidak terjadi hiperemesis hasil pemeriksaan
ibu lemah gravidarum grade II pemeriksaan
dengan Kriteria Hasil: pada ibu dan
hiperemesis KU: baik keluarga
gravidarum Kesadaran: composmentis 3. Informasikan 3. Alih
grade I TTV tentang pengetahuan dan
TD: 120/80 mmHg hiperemesis menimbulkan
N: 80-100 x/menit gravidarum sikap kooperatif
R: 16-24 x/menit
S: 36,5-37,5oC 4. Jelaskan ibu 4. Pemenuhan
Pemeriksaan Fisik tentang nutrisi selama
Mata: konjungtiva merah muda, kebutuhan hamil
sclera putih nutrisi pada ibu
Muka: bersih, tidak pucat, tidak hamil TM I
ada lesi 5. Jelaskan ibu 5. Deteksi dini
Mulut: bersih, tidak ada tentang tanda penyulit dan
stomatitis, tidak ada karies gigi bahaya TM I komplikasi
Payudara: membesar, puting 6. Memberikan ibu 6. Memenuhi
menonjol, tidak ada benjolan support dan kebutuhan
Abdomen: pembesaran sesuai motivasi psikologis ibu

45
umur kehamilan, linea nigra 7. Anjurkan ibu dan mencegah
menghitam untuk istirahat stress
Genetalia: bersih, tidak ada dengan cukup 7. Membantu dalam
pengeluaran, tidak ada jaringan 8. Anjurkan ibu mengatasi
parut, tidak ada tanda dan gejala tetap memenuhi masalah
PMS kebutuhan gangguan
Ekstremitas atas dan bawah: cairan dengan istirahat
simetris, tidak ada polidaktil dan minum yang 8. Mencegah
sindaktil, reflek bisep dan trisep cukup dehidrasi
positif, reflek patella positif. 9. Anjurkan ibu 9. Mengetahui
Reflek patella: positif/positif kunjungan ulang perkembangan
Palpasi Abdomen: 1 minggu lagi penyakit dan
Leopold I : TFU 2 jari diatas atau sewaktu- efektifitas terapi
simpisis waktu jika ada pengobatan
Leopold II :- keluhan
Leopold III :- 10. Berikan ibu 10. Suplemen
Leopold IV :- suplemen makanan salah
DJJ: 120-160x/menit makanan, satu cara untuk
Pemeriksaan Panggul: vitamin B6, perbaikan gizi,
DS: 24-26 cm domperidone B6 dan
DC: 26-30cm tablet, beserta domperidone
Bourdelog: 18-20 cm petunjuk cara sebagai obat anti
LP: 80-90 cm mengkonsumsi emesis
Pemeriksaan Penunjang obat
HB: >12 gr%
Protein urin: negative
Reduksi urin: negative
Hiperemesis gravidarum teratasi
VI. PELAKSANAAN
Tanggal: 07-05-2018 pukul: 09.45 WIB

46
No DX/Masalah Implementasi TTD
1. G1P0000A0 UK 12 1. Membina hubungan baik pada ibu dan
minggu, kesan keluarga untuk menciptakan
jalan lahir normal, kepercayaan.
KU ibu lemah, 2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya
dengan yaitu TD: 100/60 mmHg, N: 90x/menit,
hiperemesis R: 20 x/menit, S: 370 C, BB: 52 kg, dan
gravidarum grade I ibu mengalami hiperemesis gravidarum
3. Menginformasikan tentang hiperemesis
gravidarum. Mual muntah pada ibu
hamil bisa disebut fisiologis karena
pada TM I terjadi peningkatan hormone
HCG. Hiperemesis gravidarum adalah
keadaan dimana mual dan muntah
terjadi secara terus menerus. Penyakit
ini dapat diatasi dengan melakukan diet
hiperemesis sesuai grade dan
pemberian obat anti emesis.
4. Menjelaskan ibu tentang kebutuhan
nutrisi pada ibu hamil TM I dengan
hiperemesis gravidarum yaitu menu
seimbang, dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Makan sedikit tapi sering, tidak
memakan makanan yang berminyak
dan berlemak. Bila makan pagi dan
siang sulit diterima, pemberian
dioptimalkan pada makan malam dan
selingan seperti biscuit di sela-sela
waktu makan pagi-siang dan siang-

47
malam.
5. Menjelaskan ibu tentang tanda bahaya
TM I yaitu demam, sakit kepala hebat,
pandangan kabur, keluar darah/air
ketuban dari jalan lahir, nyeri perut
hebat, mual muntah terus menerus
6. Memberikan dukungan moril pada ibu
dan keluarga dengan cara meyakinkan
ibu bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala fisiologi
pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan. Dan kondisi
ibu dapat disembuhakan, dapat
membaik bila kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik.
7. Menjelaskan ibu tentang pola aktifitas
dan kebutuhan istirahat yaitu ibu boleh
melakukan pekerjaan yang tidak
memberatkan serta membuat ibu
kelelahan, ibu disarankan untuk tidak
mengangkat barang yang berat-berat,
serta ibu memenuhi kebutuhan istirahat
yaitu tidur malam 7-8 jam dan tidur
siang 1-2 jam per hari. Pada waktu
bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti
kering dengan teh hangat.
Menganjurkan keluarga untuk
menempatkan ibu di dalam kamar yang
tenang, penerangan yang cerah, dan
ventilasi udara yang baik agar ibu dapat

48
beristirahat tanpa adanya gangguan.
8. Anjurkan ibu tetap memenuhi
kebutuhan cairan dengan minum yang
cukup. Minum 7-8 gelas sehari, dapat
ditambah dengan susu anti mual.
Sebaiknya makan dan minum diberi
waktu jeda, tidak dalam waktu
bersamaan.
9. Menganjurkan ibu kunjungan ulang 1
minggu lagi atau sewaktu-waktu jika
ada keluhan
10. Memberikan ibu suplemen makanan 1
strip diminum 1x1 pagi hari, Vitamin
B6 1 strip (10mg) diminum 1x1 pagi
hari, domperidone (10mg) 1 strip
diminum 1x1

VII. EVALUASI
S : Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini dan tau cara mengatasi
agar tidak terjadi komplikasi
O : KU ibu cukup, Kesadaran Composmentis
A : G1P00000 UK 12 minggu kesan jalan lahir normal, KU ibu lemah,
masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi meliputi:
1. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil.
2. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan aktifitas dan istirahat yang
cukup yaitu tidur siang 1-2jam dan tidur malam 7-8jam sehari.
3. Anjurkan ibu mengkonsumsi suplemen makanan, vit B6,
domperidone, sesuai petunjuk cara mengkonsumsi
4. Anjurkan ibu kunjungan ulang 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu
jika ada keluhan.

49
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “H”. Penulis
menemukan tidak ada kesenjangan antara bahasan teori dengan kenyataan yang
ditemuai dilapangan. Pemecahan dari kasus tersebut dilaksanakan seuai dengan
langkah-langkah dalam manajemen kebidanan dimulai dari :
I. Pengumpulan Data Dasar
1. Data Subjektif :
Berdasarkan teori Pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum keluhan
yang mungkin dirasakan ibu adalah: mual, muntah, aktivitas terganggu, kepala
terasa pusing, badan terasa lemas, letih, lesu, frekuensi BAK menurun, nafsu
makan menurun,dan penurunan BB (Varney,2010).
Dari kasus, Ny.”H” dengan G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu mengalami
kehamilan dengan hiperemesis gravidarum ibu mengeluh mual dan muntah terus
menerus, tidak dapat melakukan aktivitas, kepala ibu pusing, badan ibu teras
lemas dan lesu. Menurut penulis mual, muntah, pusing, lemas, lesu, tidak dapat
beraktivitas merupakan salah satu tanda ibu mengalami hiperemesis gravidarum,

50
karena mual dan muntah terjadi karena peningkatan Hormone Chorionic
Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Ibu merasa lemas,
letih dan lesu serta pusing dikarenakan ibu tidak nafsu makan, dan akibatnya
asupan nutrisi tidak terpenuhi. Berdasarkan teori dan kasus tidak ada terdapat
kesenjangan.
2. Data Objektif :
a. Keadaan Umum
Berdasarkan teori KU ibu dapat baik, lemah sampai jelek pada penderita
hyperemesis gravidarum (Mochtar, 2010). Berdasarkan kasus Ny “ H” KU ibu
lemah. Menurut penulis ibu yang kondisi keadaan umumnya lemah dikarenakan
ibu mual dan muntah terus menerus akibatnya asupan nutrisi tidak terpenuhi dan
produksi O2 menurun. Berdasarkan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan
antara keduanya.
b. TTV :
Berdasarkan teori Tanda-tanda vital : Tekanan darah turun dari biasanya,
Nadi dapat kecil, cepat dan halus serta 100x/menit Pada penderita hyperemesis
suhu badan penderita menjadi naik (Mochtar, 2010). Berat badan : pada penderita
hyperemesis baik tingkat I, II ataupun III terjadi penurunan berat badan.
Pada kasus Ny. “H” ditemukan kesadaran ibu composmentis, BB sebelum
hamil 50 kg, BB setelah hamil 52 kg, Tinggi badan 155 cm, LiLA 24 cm,
TD: 90/60 mmHg, Nadi 90 x/menit Pernafasan 20 x/menit, Suhu 370C. Pada ibu
hiperemesis gravidarum TD nya akan menurun atau tidak normal diakibatkan
mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
tekanan darah turun dan diuresis menurun. Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan
kasus tidak terdapat kesenjangan antara keduanya.
c. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan teori kehamilan dengan hiperemesis gravidarum wajah
terlihat pucat, mata cekung, conjungtiva pucat, sklera ikterik, mulut kering, kotor
berbau keton, biasanya sariawan, nyeri epigastric.
Pada kasus Ny “ K” muka ibu pucat, konjungtiva pucat, turgor kulit buruk,
lidah kering dan nyeri epigastric. Menurut penulis salah satu cara menentukan ibu

51
hiperemesis gravidarum adalah hasil dari pemeriksaan fisik, yaitu biasanya pada
ibu hamil dengan hiperemesis wajah ibu pucat, konjungtiva pucat, lidah kering
dan nyeri epigastric. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan
kasus.
d. Palpasi
Berdasarkan teori ukuran TFU usia kehamilan 12 minggu = 2-3 jari diatas
sympisis, usia kehamilan 16 minggu = pertengahan sympisis dengan pusat, usia
kehamilan 20 minggu = 3 jari dibawah pusat, usia kehamilan 24 minggu =
setinggi pusat, usia kehamilan 28 minggu = 3 jari diatas pusat, usia kehamilan 32
minggu = ½ pusat dan px, usia kehamilan 36 minggu = 3 jari dibawah px, dan
usia kehamilan 40 minggu = ½ pusat dan px
Pada kasus Ny.”H”, hasil pemeriksaan Leopold I ibu : TFU 2 jari diatas
sympisis. Menurut penulis, hasil pemeriksaan fisik Leopold dilakukan untuk
menentukan usia kehamilan ibu. Biasanya hiperemesis gravidarum terjadi pada
kehamilan muda atau kehamilan trimester pertama. Berdasarkan teori dan kasus
tidak ada kesenjangan antara ke duanya.
II. Interprestasi Data Dasar
Setelah dilakukan pengumpulan data dapat ditegakkan diagnosa yaitu Ny “H”
G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu janin hidup, jalan lahir normal dengan
hiperemesis gravidarum grade II. Diagnosa ditegakkan berdasarkan ibu
mengatakan hamil anak pertama, dari HPHT ibu dan hasil pemeriksaan leopold I,
ibu mengatakan mual dan muntah, tidak nafsu makan, dan badan terasa lemas.
III. Diagnosa/ Masalah Potensial.
Pada teori disebutkan di langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi. Kemungkinan
diagnosa yang mungkin terjadi pada ibu dengan kehamilan hiperemesis
gravidarum adalah hiperemesis tingkat sedang sampai berat. Pada kasus Ny. “H”

52
diagnosa atau masalah potensial yang ditemukan adalah hiperemesis gravidarum
tingkat III. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.
IV. Tindakan Segera
Pada teori disebutkan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segera
dilakukan berdasarkan pada diagnosa/ masalah potensial yang ada. Pada kasus
kondisi Ny. “H” , untuk itu tindakan segara pada kasus ini adalah kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi, perbaikan KU ibu.
V. Intervensi
Pada teori disebutkan suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua
belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanan dapat dilakukan dengan
efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori dan
asumsi yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan
yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum antara lain :
memberikan teraphy obat menggunakan sedatif, isolasi, berikan cairan parenteral,
menghentikan kehamilan jika hiperemesis gravidarum tingkat berat
(Manuaba,2010).
Pada kasus Ny. “H” perencanaan yang dilakukan adalah informasikan
pada ibu hasil pemeriksaan, penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi, berikan terapi
obat, anjurkan ibu untuk beristirahat. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus.
VI. Implementasi
Teori menyebutkan pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memiliki tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Bila bidan berkolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap

53
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pada kasus
Ny. “ H” semua perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik oleh penulis.
VII. Evaluasi
Pada teori disebutkan evaluasi merupakan langkah akhir dari proses
asuhan kebidanan. Asuhan manajemen kebidanan dilakukan
secara berkelanjutan sehingga perlu dievaluasi setiap tindakan yang telah
diberikan agar lebih efektif. Pada kasus Ny. “H” hasil evaluasi yang penulis
dapatkan tercapai seluruh perencanaan tindakan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penulis telah mampu melakukan pengkajian data Subjektif dan Objektif
pada kasus Ny. “H” G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu dengan
hiperemesis gravidarum grade I di PMB Harapan Mulya Ponorogo.
2. Penulis telah mampu menegakkan diagnosa, masalah, serta menentukan
kebutuhan pasienberdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. Adapun
diagnosa yang ditegakkan adalah G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu janin
hidup, jalan lahir normal, dengan hiperemesis gravidarum grade I.
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang
mungkin akan terjadi pada kasus Ny. “H” G1P0000A0 usia kehamilan 12
minggu dengan hiperemesis gravidarum grade I di PMB Harapan Mulya

54
Ponorogo. Diagnosa atau masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny
“H” adalah hiperemesis gravidarum grade II dan grade III.
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dari pada
kasus Ny. “H” G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade I di PMB Harapan Mulya Ponorogo. Adapun tindakan
segera yang dilakukan sesuai dengan diagnosa/masalah potensial yang
mungkin terjadi pada ibu yaitu perbaikan kondisi umus dan pemberian terapi
obat.
5. Penulis telah mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan klien pada kasus Ny. “H” G1P0000A0 usia
kehamilan 12 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade I di PMB
Harapan Mulya Ponorogo. Asuhan yang diberikan pada Ny “H” adalah
memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.
6. Penulis telah mampu melaksanakan asuhan yang telah di rencanakan baik
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan pada kasus Ny. “H” G1P0000A0
usia kehamilan 12 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade I di PMB
Harapan Mulya Ponorogo.
7. Penulis telah mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada
kasus Ny. “H” G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade I di PMB Harapan Mulya Ponorogo.
8. Penulis telah mendokumentasikan Manajemen asuhan yang telah
dilaksanakan pada kasus Ny. “H” G1P0000A0 usia kehamilan 12 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade I di PMB Harapan Mulya Ponorogo.
5.2 Saran
1. Bagi Penulis
Dengan adanya laporan studi kasus ini diharapkan penulis dapat menerapkan
asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur yang benar.
2. Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan laporan studi kasus ini bisa menjadi bahan bacaan
pustaka di Akademi Kebidanan Harapan Mulya Ponorogo.
3. Institusi pelayanan

55
Diharapkan kepada institusi pelayanan di PMB Harapan Mulya Ponorogo
dapat menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan asuhan dan masalah
pada pasien, sehingga pasien merasa puas dengan asuhan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agria R, Intan dkk, 2012. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.


Indiarti, MT & Wahyudi, Khotimah, 20. Buku Babon Kehamilan. Yogyakarta:
Indoliterasi.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Marmi, 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Purwitasari, Desi & Maryanti, Dwi, 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawiroharjo, Sarwono.2003. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pranoto, Ibnu dkk. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

56
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Varney , dkk. 2010.Buku Saku Asuhan Kebidanan Volume II. Jakarta: EGC.

57

Anda mungkin juga menyukai